TONSILITIS KRONIS
Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. M. Arief Purnanta, M. Sc., Sp. T.H.T.-K.L., Subsp. N.O.
2023
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : AF
No. RM : 114xxxx
Tanggal Kunjungan : 20 Juni 2023
Tempat: Poliklinik THT-KL RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
B. ANAMNESIS
Pasien datang dengan nyeri bagian belakang (+), kedua telinga mengeluarkan
cairan (-) dari riwayat Otitis Media sebelumnya. Pasien mengeluhkan
gangguan pendengaran tidak kunjung membaik. Pasien juga menjelaskan
bahwa tidurnya mendengkur dan sering terbangun dimalam hari akibat tidak
bisa bernapas. Nyeri telan (+) sudah sejak 5 hari lalu disertai dengan demam
(+).
Yang seharusnya ditanyakan: Nyeri spesifik (telinga luar, tengah atau dalam),
riwayat kemasukan benda asing (eksklusi corpus alienum), riwayat trauma
telinga (baik itu trauma suara maupun trauma benturan).
C. PEMERIKSAAN FISIK
b. Skor VAS : 3
c. Status gizi
d. Tanda vital
e. Hidung
f. Sinus Paranasal
g. Telinga
Mukosa bukal licin (+) Cavum oris Mukosa bukal licin (+)
Gingiva merah muda Gingiva merah muda
(+) (+)
T3 Tonsil T3
Muara kripta Muara kripta
melebar (+) melebar (+)
Detritus (+) Detritus (+)
Abses (+) Abses (+)
D. DIAGNOSIS
Chronic tonsilitis
E. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
- Faringitis kronis
- LPRD
- Tonsilitis ec TB
G. TATALAKSANA
Medikamentosa
- Cefixime 200mg 2x1 setelah makan
- Ibuprofen 400mg 2x1 setelah makan
- Asam Tranexamat 500mg 3x1 setelah makan
- Cetirizine 10mg 1x1 sebelum tidur malam
Non-Medikamentosa
- Tonsillectomy
H. EDUKASI
Dasar Teori
B. Definisi
D. Faktor Resiko
● Riwayat tonsilitis
● Kebersihan mulut yang buruk
D. Gejala Klinis
Pada anamnesis, keluhan yang didapatkan dapat berupa keluhan lokal dan mungkin
disertai juga dengan keluhan sistemik.
1. Keluhan lokal
Nyeri menelan
Nyeri tenggorok
Rasa mengganjal di tenggorok
Mulut berbau (halitosis)
Demam
Mendengkur
Gangguan bernapas
Hidung tersumbat
Batuk pilek berulang
Rasa lemah
Nafsu makan berkurang
Sakit kepala
Nyeri pada sendi (PP PERHATI-KL, 2015).
Pada saat pemeriksaan, tampak tonsil palatina yang membesar dengan permukaan tidak
rata, kriptus melebar, dan kripte yang beberapa dapat terisi oleh detritus.
E. Prognosis
F. Diagnosis
Diagnosis tonsilitis kronis dapat dengan mudah ditegakkan dari kondisi fisik
dan keluhan pasien. Hal ini ditandai dengan sakit tenggorokan yang persisten,
anoreksia, disfagia, mendengkur, dan eritema faringotonsillar (Lalwani, 2008). Hal ini
juga ditandai dengan adanya konkresi tonsil berbau busuk dan pembesaran kelenjar
getah bening jugulodigastrik (Kumar, 2010). Satu atau lebih keluhan dari anamnesis
yang berulang disertai dengan pembesaran ukuran tonsil dan/atau pemeriksaan fisik
lainnya mengarah kepada tonsilitis kronis (PP PERHATI-KL, 2015).
Kultur swab faring dapat dijadikan sebagai standar untuk mendeteksi GAHBS.
Kecurigaan komplikasi infeksi yang menyebar sampai struktur leher profunda dapat
dideteksi menggunakan CT Scan dengan kontras. Pemeriksaan darah lengkap juga
dapat dilakukan untuk melihat kecenderungan infeksi bakteri, akan ditemukan
peningkatan leukosit, hematokrit, dan CRP.
G. Diagnosis Banding
1. Peningkatan sistem imun dengan menjaga hidrasi dan asupan kalori yang adekuat
2. Obat simptomatik nyeri dan demam
3. Menjaga higienitas mulut dengan obat kumur apabila diperlukan
4. Antibiotik spektrum luas
Indikasi absolut:
Indikasi relatif:
1. Tonsilitis 3 kali atau lebih dalam setahun dan tidak menunjukkan respon
sesuai harapan dengan pengobatan medikamentosa yang memadai
2. Bau mulut dan nafas tak sedap yang menetap dan tidak menunjukan
perbaikan dengan pengobatan
3. Tonsilitis kronis atau tonsilitis berulang yang diduga sebagai carrier kuman
streptococcus yang tidak menunjukkan respon positif terhadap pengobatan
dengan antibiotika.
4. Hipertrofi tonsil unilateral yang dicurigai kearah neoplastik.
Kontraindikasi
Ada beberapa kontraindikasi, namun jika dapat dikelola, tonsilektomi dapat dilakukan
dengan pertimbangan risiko dan manfaat. Kontraindikasinya adalah:
1. Gangguan pendarahan
2. Risiko tinggi prosedur anestesi dan penyakit parah lainnya
3. Anemia
4. Infeksi akut yang parah
I. Komplikasi
G. Refleksi Kasus
Pasien datang pertama kali dengan gangguan pendengaran dan sekret dari telinga
kanan dan kiri. Diagnosis awal adalah Otitis Media Supuratif Kronis Tubotympanic
(tipe aman), namun seiring berjalannya waktu serta terapi medikamentosa,
dibutuhkan waktu lebih dari satu bulan untuk membaik dan tidak aktif. Setelah itu,
diduga akibat higenitas yang buruk, pasien juga mengalami mastoiditis dan
gangguan tuba. Gangguan tuba berprogresi menjadi faringotonsilitis akut.
Faringotonsilitis akut tersebut terjadi berulang selama beberapa minggu, dan terakhir
terdapat gangguan napas akibat perbesaran tonsil sehingga indikasi untuk
dilakukannya tonsillectomy.
Tonsillectomy berjalan baik, bahkan di akhir tidak terdapat perdarahan aktif karena
semua ligasi juga baik. Namun, karena pasien masih berada pada rentang usia
remaja, pasien sempat panik post-op sehingga terjadi perdarahan akibat pasien terus-
menerus menangis dan berteriak. Dilakukan observasi lebih lanjut di ruang OK, dan
disimpulkan bahwa tidak terdapat titik perdarahan dan ligasi baik, namun untuk
memastikan dilakukan ligasi tambahan agar tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.