Anda di halaman 1dari 24

DEPARTEMEN ILMU THT-KL LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN

OTITIS EKSTERNA

Oleh :
Prima Fasriantyssa U.Balulu

10119210035

Pembimbing :
dr. Muh. Isa Pary, Sp.THT

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN THT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah
timbulnya otitis eksterna antara lain perubahan pH yang biasanya normal atau
asam menjadi basa, keadaan udara yang hangat dan lembab, serta trauma lokal
ringan ketika mengorek telinga. Faktor ini menyebabkan berkurangnya fungsi
protektif dan menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk
melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis
eksterna akut antara lain Pseudomonas, sp (41%), Streptococcus, sp (22%),
Staphylococcus aureus (15%) dan bakteroides (11%).

Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang
dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya
seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada otitis eksterna furunkulosis melibatkan
liang telinga sepertiga luar. Otitis eksterna difusa merupakan tipe infeksi bakteri
patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas, staphylococcus dan
proteus, atau jamur. Otitis eksterna terbagi menjadi beberapa klasifikasi, yaitu
yang akut seperti Otitis Eksterna difus, dan Otitis Eksterna sirkumskripta,
adapun Otitis Eksterna kronik seperti otitis eksterna maligna.

Penyakit otitis eksterna sering dijumpai pada daerah yang panas dan
lembab dan jarang pada iklim sejuk dan kering. Setiap tahun, otitis eksterna
terjadi pada 4 dari setiap 1000 orang di Amerika Serikat. Prevalensi rata-rata
kejadian Otitis Eksterna di dunia diperkirakan sekitar 10% Kejadian lebih tinggi
selama musim panas yang terkait dengan kelembaban telinga dan peningkatan
kegiatan di air seperti berenang atau mandi.
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada telinga, penurunan pendengaran,
gatal pada telinga,keluarcairan yang berbau. Pada pemeriksaan fisik biasanya
didapatkan, liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya, nyeri
tekan pada tragus maupun pinna, liang telinga menyempitdan kadang disertai
pembesaran kelenjar getah bening regional yang disertai nyeri tekan.

Diagnosis Otitis Eksterna ditegakkan secara klinis dengan mendapatkan


tanda dan gejala inflamasi kanal auditori. Penatalaksanaan Otitis eksterna
berupa membersihkan telinga,pemasangan tampon yang mengandung
antibiotik, pemberian antibiotik topical maupun sistemik dan obat analgetik.
BAB II
IDENTIFIKASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 36 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jati
Status : Sudah Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 27 Februari 2023

B. ANAMNESIS
1. Autoanamnesis
Keluhan Utama : Sakit Ditelinga Kanan
Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke Poli THT RSUD Chasan Boesoeirie Ternate dengan keluhan terasa
sakit ditelinga kanan di rasakan sejak 3 hari lalu, sakit dirasakan secara terus-menurus
dan semakin hari sakit telinga semakin bertambah berat. Pasien juga menggeluhkan
terasa penuh dan gatal pada telinga kanan. Pasien juga punya kebiasaan mengorek
telinga dengan cotton bud saat sehabis mandi dan saat telinganya terasa gatal. Riwayat
keluar cairan dari telinga (-), riwayat telinga berdenging (-), riwayat batuk , pilek dan
nyeri tenggorokan (-) dan demam (-).
2. Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat keluhan serupa sebelumnya : Disangkal
• Riwayat penyakit dahulu : Disangkal
• Riwayat alergi obat dan makanan : Disangkal

3. Riwayat Penyakit Keluarga


• Riwayat keluarga yang memiliki keluhan yang sama : Disangkal

4. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah menggunakan obat tetes telinga yang dibeli sendiri diapotik.

5. Riwayat kebiasaan sosial-ekonomi :


a. Kebiasaan merokok : Disangkal
b. Konsumsi alkohol : Disangkal

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,6ºC
D. Status Lokasi THT
DEXTRA TELINGA SINISTRA
Aurikula
Normotia, pina dan sekitar Normotia, pina dan sekitar
hiperemis (+), nyeri tekan hiperemis (-), nyeri tekan
tragus (+) nyeri tarik pinna tragus (-) nyeri tarik pinna
(+)
(-)
Preaurikula appendege (-) tanda Preaurikula Preaurikula appendege (-) tanda
radang (+), pus (-), nyeri tekan radang (-), pus (-), nyeri tekan(-),
(+), fistula (-) fistula (-)

Tenang, udem(-), fistel(-), Tenang, udem (-), fistel (-),


Retroaurikula
sikatriks(-), nyeri tekan(-) sikatriks (-), nyeri tekan (-)

Hiperemis(+), edema(+), Hiperemis(-), edema(-), secret


Kanalis
sekret(-), serumen (+) (-), serumen (+) konsistensi
akustikus
konsistensi lunak, massa(-) lunak, massa(-)
eksterna

Hiperemis (-), Retraksi (-), Membran Hiperemis (-), Retraksi (-),


timpani
bulging (-), atropi (-), bulging (-), atropi (-),
perforasi(-), bula (-),
perforasi(-), bula (-), secret (-)
secret (-)

NASAL DEXTRA HIDUNG NASAL SINISTRA

Bentuk (N), deformitas (-), Inspeksi Bentuk (N), deformitas (-),


inflamasi (-), massa (-) inflamasi (-), massa (-)
Vestibulumnasi (N), ulkus (-), Vestibulumnasi (N), ulkus(-),
cavum nasi (N), mukosa pucat cavum nasi (N), mukos apucat
(-), hiperemi (-), deviasi septum (-), hiperemi (-), deviasi septum
nasi(-), benda asing (-), Rinoskopi anterior nasi (-), benda asing(-),
perdarahan (-), mukosa normal, perdarahan (-), mukosa normal,
konka media dan inferior (N) konka media dan inferior (N)
TENGOROKAN

PEMERIKSAAN KETERANGAN

Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda

Mulut Mukosa mulut basah berwarna merah muda

Berwarna merah muda , Hiperemi (-)


Bucal
Gusi berwarna merah muda, hiperemi(-), gigi berlubang (-)
Gigi
Ulkus (-), Pseudomembran (-)
Lidah

Uvula Bentuk (N), Hiperemi (-), Edema (-), Pseudomembran (-)

Palatum Mole Ulkus (-), Hiperemi (-)

Faring Mukosahiperemi (-), Edema (-), Ulkus (-), Granul (-), Sekret (-),
Reflek mutah (+)

Tonsilapalatina Hiperemi (-), ukuran T1-T1 (N), Kriptemelebar (-), Detritus (-)
Hasil Pemeriksaan Endoskopi Telinga

E. Resume
Pasien datang ke Poli THT RSUD Chasan Boesoeirie Ternate dengan keluhan terasa
sakit ditelinga kanan di rasakan sejak 3 hari lalu, sakit secara terus-menurus dan
semakin hari sakit telinga semakin bertambah berat. Pasien juga menggeluhkan terasa
penuh dan gatal pada telinga kanan. Pasien juga punya kebiasaan mengorek telinga
dengan cotton bud saat sehabis mandi dan saat telinganya terasa gatal. Riwayat keluar
cairan dari telinga (-), riwayat telinga berdengung (-), riwayat batuk, pilek dan nyeri
tenggorokan (-) dan demam (-). Pada pemeriksaan fisik THT, didapatkan aurikula
dextra didapatkan pina dan sekitar hiperemis (+), nyeri tekan tragus (+), nyeri Tarik
pinna (+) disertai dengan preaurikula yang didapatkan tanda radang (+) disertai nyeri
tekan, Pemeriksaan kanalis aurikula eksterna tampak hiperemis dan edema, membran
timpani tampak hiperemis. Sementara aurikula sinistra dalam keadaan normal. Pada
pemeriksaan hidung dan tengorokan dalam batas normal.
F. Diagnosis Kerja : Otitis Eksterna Difus Aurikular Dextra.

G. Diagnosis Banding
Otitis Eksterna Sirkumkripta
H. Terapi
Pasang Tampon Kloramfenikol
Kloramfenikol tetes telinga 2 x 4 gtt AD
Cetirizine 1 x 10mg PO
Metilprednisolon 3 X 4mg
Asam Mefenamat 3 x 400mg

I. KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)


• Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan manfaat dari pengobatan
yang diberikan kepada pasien
• Gunakan pelindung telinga saat mandi, agar air tidak masuk ke dalam telinga.
• Keringkan bagian luar telinga setelah mandi. Jika air masuk ke dalam telinga, miringkan
kepala agar air keluar.
• Jangan menggunakan cotton buds untuk membersihkan liang telinga, karena akan
mendorong kotoran masuk makin dalam dan hentikan kebiasaan mengorek telinga.

J. Prognosis
• Quo Ad Vitam : Dubia
• Quo Ad Functionam : Dubia
• Quo ad Sanationam : Dubia
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI PENDENGARAN

Anatomi telinga dibagi atas telinga luar,telinga tengah,telinga dalam:

Gambar 1. Struktur Telinga Manusia: Telinga Luar, Telinga Tengah dan Telinga Dalam

1. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula) dan liang telinga (meatus

akustikus eksternus), sampai dengan membran timpani. Daun telinga terdiri dari

tulang rawan elastis dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka

tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian
dalam rangkanya terdiri dari tulang. Pada orang dewasa panjangnya kira-kira 1

inci (2,5 cm).

Pada sepertiga bagian luar meatus adalah kartilago elastis, dan dua pertiga

bagian dalam adalah tulang. Sepertiga luar kulit liang telinga terdapat banyak

kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat = kelenjar serumen) dan rambut.

Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga

bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.

2. Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas sebagai berikut:

- Batas lateral : membran timpani

- Batas anterior : tuba eustachius

- Batas inferior : vena jugularis (bulbus jugularis)

- Batas posterior: additus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis

- Batas superior : tegmen timpani

- Batas medial : kanalis semisirkularis horizontal, kanalis facialis, oval

window, round window dan promontorium

Membran timpani adalah membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu


mutiara, serta berbentuk bundar (diameter lebih-kurang 1 cm) dan cekung bila

dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga.

Bagian atas disebut pars flaksida (membrane Shrapnell), sedangkan bagian

bawah pars tensa (membrane propria). Pada pars flaksida terdapatdaerah

yang disebut atic. Di tempat ini terdapat additus ad antrum, yaitu lubang yang

menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada memban timpani disebut

sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light)ke arah

bawah yaitu pada pukul 7 untuk membrana timpani kiri dan pukul 5 untuk

membran timpani kanan. Refleks cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan

oleh membran timpani.

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah

dengan processus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di

umbo, sehingga didapatkan bagian superior anterior, superior posterior, inferior

anterior, dan inferior posterior, untuk menyatakan letak perforasi membran

timpani.

Di dalam telinga tengah juga terdapat tulang pendengaran yang saling

berhubungan. Processus longus maleus melakat pada membrane timpani,

maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada

tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea di telinga dalam.


Hubungan antar tulang–tulang pendengaran berupa persendian.

Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah, yang menghubungkan

telinga tengah dengan daerah nasofaring. Sepertiga bagian lateral adalah tulang

dan dua pertiga bagian medial adalah kartilago.

3. Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan

vestibulum yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung puncak dari

koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilemfe skala timpani dengan

skala vestibuli.

Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala

timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) di antaranya. Skala

vestibuli dan skalai timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi

endolimfa. Dasar skala vesstibuli disebut sebagai membrane vestibule

sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak

organo corti.

Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus dan

kanalis semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung macula yang diliputi

oleh sel-sel rambut yang ditutupi oleh lapisan gelatinosan yang ditembus oleh

silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang berperan
dalam proses keseimbangan.

B. Definisi Otitis Eksterna


Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh bakteri, dapat terlokalisir atau difus. Faktor lain penyebab
timbulnya otitis eksterna ini adalah kelembaban, penyumbatan liang telinga,
trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif
yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan
trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflamasi dan
menimbulkan eksudat.

C. Etiologi
Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti
Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus, Streptococcus,
dan beberapa bakteri gram negatif. Serta dapat juga disebabkan oleh jamur
seperti jamur golongan Aspergillus atau Candida sp. Otitis eksterna difusa dapat
juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.

Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu :

• Derajat keasaman (pH)


pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi
sebagai protektor terhadap kuman. Bila terjadi perubahan pH menjadi basa
maka akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh
karena proteksi terhadap infeksi menurun.
• Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur
untuk tumbuh.
• Trauma
Trauma ringan misalnya setelah mengorek telinga merupakan faktor
predisposisi terjadinya otitis eksterna.
• Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Perubahan warna kulit
liang telinga dapat terjadi setelah terkena air.
Di Amerika Serikat sekitar 98% otitis eksterna disebabkan aleh
Pseudomonas aeruginosa dan umumnya menyerang pasien diabetik yang
berusia tua. Kasus sisanya mungkin disebabkan oleh Proteus vulgaris,
Escherichia coli, S. aureus dan jamur seperti Candida albicans, Aspergillus sp
dan Mucor sp.
Sedangkan, pada Otitis eksterna maligna umumnya ditemukan pada kondisi
berikut:
1. Diabetik (90 %),
Diabetik merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna
maligna. Vaskulopati pembuluh darah kecil dan disfungsi imun yang
berhubungan dengan diabetik merupakan penyebab utama predisposisi ini.
Serumen pada pasien diabetik mempunyai pH yang tinggi dan menurunnya
konsentrasi lisosim mempengaruhi aktifitas antibakteri lokal.Tidak terdapat
perbedaan antara DM tipe I dan II.
2. Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya
immunosupresi karena penggunaan obat.
3. AIDS
4. Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna karena
trauma irigasi telinga terutama pada pasien diabetik.

D. Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan
dibersihkan dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton
bud dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit
mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga
diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga.
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam
liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan
gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri
dan jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk
melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya
iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan
rasa nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan
perubahan rasa tidak nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi dapat
mengeluarkan cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus
akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah
penurunan pendengaran.
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu
pseudomonas (41%), streptococus (22%), staphylococus aureus (15%) dan
bakteroides (11%). Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna,
periaurikuler dan tulang temporal.
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan :
• Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan
bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma.
Selain itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat.

• Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja
pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang
telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada
penderita otitis eksterna.
Gambar 3. Patofisiologi Otitis Eksterna

E. Gejala Klinis
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap
awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan
nyeri tekan daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan
pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada
kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak
merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis
eksterna kronik merupakan keluhan utama.
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa
tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering sering mengelirukan.
Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan
yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar
langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema
dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja
dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga
luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis
eksterna.1
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada keadaan akut dan kronik
dari otitis eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering
menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin
yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan
kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran
suara.1

F. Klasifikasi Otitis Eksterna


• Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul).
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut
di liang telinga yang disebabkan oleh bakteri staphylococus dan menimbulkan
furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang
menderita diabetes.
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya
dari ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila
mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup
liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda
infiltrat atau abses pada 1/3 luar liang telinga.
Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta :
1. Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan 10%
ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses
dilakukan insisi pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%.
2. Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup
berat. Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg, eritromisin
250mg. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
3. Analgetik : Parasetamol 500 mg (dewasa). Antalgin 500 mg (dewasa).
• Otitis Eksterna Difus
Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat
infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri
penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan sebagainya.
Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan edema yang batasnya tidak jelas. Tidak
terdapat furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna
sirkumskripta. Kadang-kadang ditemukan sekret yang berbau namun tidak
bercampur lendir. Lendir merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani
dan kita temukan pada kasus otitis media.
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara
obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika
sistemik.

• Otomikosis

Otomikosis yaitu infeksi jamur di MAE yang dipermudah oleh


kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Penyebab yang tersering ialah jamur
aspergilus, kadang-kadang ditemukan juga kandida albicans atau jamur lain.
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di MAE tetapi sering pula
tanpa keluhan.

• Otitis Eksterna Kronis

Gejala yang terjadi pada otitis eksterna kronis sama dengan otitis
eksterna akut difusa, namun terjadi dalam durasi yang lebih lama, yaitu lebih
dari 6 minggu. Penyebab tersering yaitu infeksi bakteri atau jamur yang tidak
diobati dengan baik. Dapat juga disebabkan oleh iritasi kulit yang disebabkan
oleh cairan otitis media, trauma berulang, adanya benda asing, dan penggunaan
cetakan (mould) pada alat bantu dengar (hearing aid) yang menyebabkan radang
kronis. Akibatnya terjadi penyempitan MAE oleh pembentukan jaringan parut
atau sikatriks. Pengobatannya memerlukan operasi rekonstruksi MAE.
G. Diagnosis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa
gatal. Rasa gatal berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak sesuai
dengan kondisi penyakitnya (mis, pada folikulitis atau otitis eksterna
sirkumskripta). Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus,
dan ketika mengunyah makanan.
Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai
kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur
biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan
berbau.
Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada
besarnya furunkel atau edema yang terjadi dan telah menyumbat pada liang
telinga.
Didapatkan riwayat faktor predisposisi misalnya kebiasaan berenang
pada pasien, ataupun kebiasaan mengorek kuping dengan cotton bud bahkan
menggunakan bulu ayam yang merupakan media penyebaran infeksi.
Pemeriksaan Fisik pada pasien bisanya menunjukkan:
• Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membran timpani
dengan liang MAE penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran
timpani dapat tidak tampak.
• Pada folikulitis akan didapatkan edema, hiperemi pada pars
kartilagenous MAE.
• Nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik daun telinga (+)
• Tidak adanya partikel jamur
• Adenopati reguler dan terkadang didapatkan nyeri tekan.

H. Penatalaksanaan
Otitis ekseterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga
dapat menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Untuk tujuan ini
biasanya perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga
mengandung obat agar mencapai kulit yang terkena.
Setelah dilumuri obat, tampon kasa disisipkan perlahan-lahan dengan
menggunakan forsep hartmann yang kecil. Penderita harus meneteskan obat
tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari. Dalam 48 jam
tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen sudah bertambah besar.
Polimiksin B dan colistemethate merupakan antibiotik yang paling
efektif terhadap pseudomonas dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik
seperti glikol propilen yang telah diasamkan bahan kimia lain, seperti gentian
violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat bakterisid dan bisa diberikan langsung
ke kulit liang telinga. Setelah reaksi peradangan berkurang, dapat ditambahkan
alcohol 70% untuk membuat liang telinga bersih dan kering.
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang
mungkin terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya
pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering, menggunakan alcohol encer
secara rutin tiga kali seminggu. Juga harus diingatkan agar tidak
menggaruk/membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering .
BAB IV
DISKUSI KASUS

Faktor yang mempermudah timbulnya otitis eksterna antara lain perubahan pH


yang biasanya normal atau asam menjadi basa, keadaan udara yang hangat dan lembab,
serta trauma lokal ringan ketika mengorek telinga. Gejala klinis otitis eksterna difusa
yaitu nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit akibat edema masif, terdapat secret
yang berbau dan terdapat gangguan pendengaran yang terjadi karena liang telinga yang
edema dan menyumbat liang telinga.

Pada kasus ini didiagnosis otitis eksterna difusa sinistra ditegakkan


berdasarkan anamnesis gejala klinis dan pemeriksaan fisik pasien. Dari anamnesis
didapatkan bahwa pasien terasa sakit ditelinga kanan di rasakan sejak 3 hari lalu, sakit
secara terus-menurus dan semakin hari sakit telinga semakin bertambah berat. Pasien
juga menggeluhkan terasa penuh dan gatal pada telinga kanan. Pasien juga punya
kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bud saat sehabis mandi dan saat telinganya
terasa gatal. Pada pemeriksaan fisik teliinga, didapatkan aurikula dextra didapatkan
pina dan sekitar hiperemis (+), nyeri tekan tragus (+), nyeri Tarik pinna (+) disertai
dengan preaurikula yang didapatkan tanda radang (+) disertai nyeri tekan, Pemeriksaan
kanalis aurikula eksterna tampak hiperemis dan edema, membran timpani tampak
hiperemis.

Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon


yang mengandung antibiotik keliang telinga agar terdapat kontak yang baik antara obat
dengan kulit yang meradang. Perlu diberikan juga antibiotic sistemik. Pada pasien ini
diberikan obat-obatan untuk eradikasi bakteri penyebab infeksi dan mengurangi gejala
nyeri pada pasien. Pengobatanya dengan memasang tampon antibiotik di liang telinga
pasien berupa kloramfenikol dengan tujuan agar terjadi kontak yang baik antara obat
dengan kulit yang meradang. Pasien juga diberikan Kloramfenikol tetes telinga 2 x 4
gtt AD, Cetirizine 1 x 10mg karena pasien juga mengeluhkan rasa gatal,
Methylprednison 3 x 4mg dan asam afenamat 500 mg 3x1 PO karena pasien
mengeluhkan nyeri.
Komunikasi,Informasi dan Edukasi ( KIE ) merupakan faktor pendukung yang
tidak kalah penting untuk kesembuhan pada pasien Otitis Eksterna antara lain Gunakan
pelindung telinga saat mandi atau berenang, agar air tidak masuk ke dalam telinga,
Keringkan bagian luar telinga setelah mandi atau berenang. Jika air masuk ke dalam
telinga, miringkan kepala agar air keluar. Jangan memasukkan benda yang bisa
menyebabkan lapisan liang telinga luka atau tergores. Jangan menggunakan cotton bud
untuk membersihkan liang telinga, karena akan mendorong kotoran masuk makin
dalam dan hentikan kebiasaan mengorek telinga, Ingatkan pasien untuk jangan
mencabut tampon sendiri di rumah dan datang ke poli THT untuk mencabut tampon
serta kontrol kembali telinga pasien. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekambuhan
serta berkembangnya penyakit kearah yang lebih berat
DAFTAR PUSTAKA

1. Adams, Boeis dan Higler. 2014. Boeis : Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Soepardi, Iskandar, N., Bashiruddin, J., et al. (eds)., (2007), Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi Keenam,
Jakarta : Gaya Baru.
3. Rosenfeld RM, Schwartz SR, Cannon CR, et al. Clinical Practice Guideline.
Otolaryngology- Head and Neck Surgery, 2014. 150(1_suppl): S1–S24.
doi:10.1177/0194599813517083
4. Hui, Charles PS. 2013. Acute Otitis Externa. NCBI. Diakses tanggal 30 Juli
2018 dan diakses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3567906/
5. Schaefer P, Baugh RF. Acute Otits Externa : An Update. Am Fam Phys, 2012.
86(11): 1055- 61.
6. Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring
dengan Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Available from
: www.usudigitallibrary.com.
7. Ballanger, Jhon. 1996. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan
Leher Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara.
8. Kartika, Henny. 2008. Otitis Eksterna. Availble from
http://library.usu.ac.id/modules.php&id.
9. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id .
10. Boies. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi keenam. Jakarta: EGC
11. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok. Available from : http://www.THTUB.pdf.co.id . Accessed :
12. Sosialisman, Alfian P. hafil, Helmi. 2007. Kelainan Telinga Luar.Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Hal. 59. Jakarta
: Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai