Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

PERFORASI MEMBRAN TIMPANI

Disusun oleh:
Agus Riyadi 114170001 Pembimbing :
Sinta Denok 114170069 dr. Ismi Cahyadi, Sp.THT-KL

FA K U LTA S K E D O K T E R A N U N I V E RS I TA S S WA D AYA G U N U N G J AT I
S M F I L M U K E S E H ATA N T H T - K L
R S U D WA L E D K A B U PAT E N C I R E B O N
2019
Abstrak
Latar Belakang : Membran timpani adalah selaput tipis dan halus yang merupakan bagian awal
dari sistem konduksi pada telinga tengah, Perforasi atau hilangnya sebagian jaringan dari membran
timpani dapat menyebabkan gangguan pendengaran berupa tuli konduktif karena robeknya
membrane timpani atau terganggunya rangkaian tulang pendengran. Tujuan : Menambah kajian
dan ilmu tentang perforasi membran timpani. Hasil : dari anamnesis didapatkan pasien mengaku
merasakan bunyi berdesis pada telinga sebelah kanan, terasa nyeri yang hilang timbul, terjadi
penurunan pendengaran di sisi kanan, mual (+) dan pusing (+), pasien mengaku memiliki
kebiasaan memasukan benda asing berupa bulu ayam untuk mengorek kotoran pada telinganya.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada telinga sisi kanan terdapat lubang di kuadran
anteroinferior membrana timpani dengan ukuran diameter 0,3 cm, tidak terdapat sekret, tidak ada
tanda peradangan, tidak ada massa, meatus akustikus eksternus tampak tenang, dan tidak terdapat
perdarahan. Kesimpulan : Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis
perforasi membran timpani aurikula dextra e.c otitis media supuratif kronik.
Kata Kunci : Membran timpani, Perforasi, Otitis media supuratif kronik.
Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Dusun 01 RT004/001 Kudukeras Babakan, Kab. Cirebon
Agama : Islam
Anamnesis
• Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 04 April 2019
• Keluhan utama : Terasa bunyi berdesis pada telinga sebelah kiri
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli umum THT-KL dengan keluhan terasa bunyi berdesis pada telinga
sebelah kanan sejak 1tahun SMRS, keluhan dirasakan hilang timbul dan apabila pasien
menggelengkan kepala atau pada saat melakukan aktivitas lain seperti minum, lari, dan
mendengarkan musik keluhan tersebut dirasa semakin memberat. Keluhan terkadang disertai nyeri
dan terjadi penurunan pendengaran pada telinga kanan, keluhan bertambah parah dan disertai
dengan adanya mual dan pusing sejak 2hari SMRS. Pasien mengaku sering mengalami pilek dan
batuk namun dapat sembuh dengan mengonsumsi obat warung, tidak ada keluhan sakit menelan
dan tidak ada demam.
Anamnesis
Keluhan keluar cairan berwarna putih dari telinga sebelah kanan sempat pasien keluhkan
3tahun yang lalu keluhan tersebut disertai dengan nyeri, demam dan awal mula merasakan
penurunan pendengaran, pasien sudah berobat rutin ke dokter spesialis THT-KL dan mendapat
terapi obat tablet dan obat tetes telinga, pasien mengakui memiliki kebiasaan memasukan benda
asing berupa bulu ayam pada telinganya untuk mengorek kotoran, dan pasien sudah mengetahui
dari dokter spesialis THT-KL bahwa terdapat lubang pada gendang telinga sebelah kanannya.
Keluhan keluar cairan tersebut terus dialami oleh pasien hingga 1tahun terakhir pasien
disarankan untuk dilakukan operasi pada gendang telinganya, namun pasien masih ragu untuk
melakukan hal tersebut.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi dan riwayat penyakit genetik seperti darah tinggi dan
kencing manis, serta riwayat penyakit keluarga yang mengalami hal yang sama pun di sangkal.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak baik
Kesadaran : Compos mentis, GCS 15
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 ° C
Telinga
Dextra Sinistra
Auricula Bentuk (N) Bentuk (N)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Preauricula Fistel (-), Fistel (-),
Abses (-), Abses (-),
Hiperemis (-), Hiperemis (-),
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-),
Tragus pain (-) Tragus pain (-)
Retroauricula Hiperemis (-), Hiperemis (-),
udema (-), udema (-),
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Mastoid Hiperemis (-), Hiperemis (-),
udema (-), udema (-),
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Telinga
Dextra Sinistra
CAE (otoskop) Mukosa hiperemis (-) Mukosa hiperemis (-)
Discharge (-), Otorea (-) udema (-), Otorea (-)
udema (-), Serumen (+) Serumen (-), Sekret (-)
Sekret (-), Granulasi (-) Granulasi (-) Discharge (-)
Corpus alineum (-) Corpus alineum (-)
Telinga
Dextra Sinistra
Membran tympani (otoskop) MT tampak perforasi MT Intak,
hiperemis (-), Reflex cahaya (+),
Reflex cahaya (-), Warna putih keabuan
Perforasi sentral terletak di
kuadran anteroinferior dengan
diameter 0,3cm.
Hidung
Rhinoskopi anterior Cavum nasi kanan Cavum nasi kiri

Mukosa hidung Hiperemis (-), sekret (-), massa (-) Hiperemis (-), sekret (-), massa (-)

Septum nasi Deviasi (-), dislokasi (-) Deviasi (-), dislokasi (-)

Konka inferior dan media Edema (-), hiperemis (-) Edema (-), hiperemis (-)

Meatus inferior dan media Polip (-) Polip (-)


Orofaring
Mukosa bucal : Warna merah muda, sama dengan daerah sekitar
Ginggiva : Warna merah muda, sama dengan daerah sekitar
Gigi geligi : Warna kuning gading, caries (-), gangren(-)
Lidah 2/3 anterior : Dalam batas normal
Rongga mulut dan orofaring
Bagian Kelainan Keterangan
Mulut Mukosa Mulut Tenang
Lidah Bersih
Palatum Tidak ada deviasi, Reflek muntah (+),
Hiperemis (-)
Gigi geligi Caries (-)
Uvula Ditengah dalam batas normal

Tonsil Permukaan Halus


Ukuran T1-T1
Warna Hiperemis (-)
Kripta Normal (-)
Detritus
Mukosa Tidak dapat dilakukan pemeriksaan.
Faring Granula
Post Nasal Drip
Laringofaring
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 04 April 2019

Darah Rutin Hasil Keterangan

Hemoglobin 15,4 gr% DBN

Hematokrit 44% DBN

Trombosit 239.000 mm3 DBN

Leukosit 7.400 /mm3 DBN


Resume
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke poli klinik THT-KL dengan keluhan tinitus
aurikula dextra sejak 1tahun SMRS, keluhan hilang timbul dan dirasakan pada saat
menggelengkan kepala, minum air, lari, dan mendengarkan musik, disertai dengan penurunan
pendengaran pada sisi kanan, terkadang disertai dengan nyeri, tidak ada demam, keluhan
memberat sejak 2hari SMRS keluhan disertai dengan mual (+) dan pusing (+). 3tahun yang lalu
pasien mengeluhkan keluar cairan berwarna putih pada telinga kanan disertai dengan
penurunan pendengaran dan demam, pasien mengakui memiliki kebiasaan memasukan benda
asing berupa bulu ayam untuk mengorek kotoran di telinganya.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan CAE AD : membran timpani tampak perforasi
Sentral di kuadran anteroinferior berjumlah 1 dengan diameter ± 0,3cm. Pemeriksaan hidung,
rongga mulut dan orofaring tidak ditemukan kelainan.
DIAGNOSA BANDING PEMERIKSAAN PENUNJANG :
 Perforasi Membran Tympani AD e.c  Rontgen mastoid posisi schuller
Otitis Media Supuratif kronis
 Laboratorium : darah rutin
 Otitis Media Supuratif Akut Stadium
Perforasi Auris Dextra  X-ray Thoraks (persiapan
tympanoplasty)
 Otitis Media non Supuratif (Serosa)
Kronik AD

DIAGNOSA KERJA
 Perforasi Membran Tympani AD e.c
Otitis Media Supuratif kronis
Penatalaksanaan
Medikamentosa :
 Cefixime 8mg 2x1
 IVFD RL 20tpm/jam
Operatif
 Tympanoplasty
Edukasi
Prognosis
 Ad Vitam : Dubia ad Bonam
 Ad Functionam : Dubia ad Bonam
 Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
Anatomi
Anatomi
Fisiologi Pendengaran
Perforasi Membran Timpani
DEFINISI ETIOLOGI
Suatu keadaan dimana ditemukan lubang pada Berdasarkan penyebabnya, perforasi membran
gendang telinga. umumnya timbul sebagai akibat timpani dapat dibedakan menjadi perforasi
dari trauma, otitis media atau komplikasi bedah. traumatik dan perforasi karena infeksi.

TRAUMA
• Q-tip injury : menggaruk liang telinga • Tekanan Udara : tamparan tangan, ciuman di
menggunakan penjepit rambut, ujung telinga, valsava yang kuat dan ledakan. Ledakan
jarum, korek api atau orang yang tidak yang hebat dapat menghasilkan hingga 200 dB SPL.
terampil menggunakan instrument.
• Fraktur tulang temporal
• Tekanan Air : menyelam, olahraga air,
menyemprotkan air ke telinga yang terlalu
kuat.
INFEKSI
Klasifikasi
Otitis media supuratif akut
 Otitis media supuratif kronik adalah (OMA)
radang kronik telinga tengah dengan Otitis Media
perforasi membran timpani dan Supuratif
riwayat keluarnya sekret dari telinga Otitis Media
(otorea) lebih dari 2 bulan, terus- Supuratif kronis (OMSK)
menerus atau hilang timbul. Sekret
mungkin encer atau kental, bening Otitis Media
atau berupa nanah.
Otitis Media serosa akut
(Barotrauma)
Otitis Media
Non supuratif
Otitis Media serosa kronis
(Bila sekret kental/mukoid glue ear)
Epidemiologi
 Studi epidemiologi mengatakan bahwa OMSK termasuk kejadian yang
umumnya terjadi pada negara berkembang. Persentase angka kejadian OMSK
di negara maju seperti Amerika Serikat didapatkan kurang dari 1%, sedangkan
pada negara berkembang didapatkan prevalensi sekitar 6-46% dari populasi
pada negara berkembang (Levi et al., 2013). Di Indonesia, angka kejadian
OMSK berdasarkan survei sekitar 3,1% dari jumlah penduduk.
Bentuk – bentuk Perforasi MT

Perforasi sentral : Lokasi Perforasi marginal : Terdapat Perforasi atik : Terjadi pada Perforasi tuba : Letak
pada pars tensa, bisa pada pinggir membran timpani pars flasida, berhubungan perforasi dekat muara
antero-inferior, postero- dengan adanya erosi dari dengan primary acquired timpani dengan tuba
inferior dan postero- annulus fibrosus yang sering cholesteatoma. eustachius.
superior, kadang-kadang disertai jaringan granulasi.
sub tota Perforasi marginal yang sangat
besar digambarkan sebagai
perforasi total. Perforasi pada
pinggir postero - superior
berhubungan dengan
kolesteatom.
Etiologi Faktor Resiko
 Kuman penyebab utama OMA ialah  Serangan ISPA berulang
bakteri piogenik, seperti
Streptococcus hemoliticus,  Infeksi tonsil dan adenoid
Staphylococcus aureus, dan  Rinitis dan sinusitis kronik
Pneumococcus.
 Alergi
 Penyebab lainnya : bakteri
haemophilus influenza, e.coli,  Lebih sering terjadi pada anak
Pseudomonas aeruginosa.
Patofisiologi
Rute infeksi :
 Melalui tuba eustachius
 Melalui telinga luar
 Penyebaran secara hematogen (jarang)
Manifestasi Klinis
Gejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien
 Anak yang sudah dapat berbicara : nyeri telinga dan suhu tubuh yang tinggi
dan terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.
 Anak yang lebih besar / dewasa : rasa nyeri, gangguan pendengaran dan rasa
penuh di telinga.
 Bayi dan anak kecil : demam tinggi (39,5°C → stadium supurasi), gelisah, sulit
tidur dan kadang anak sering memegang telinga yang sakit.
 Bila terjadi ruptur membran timpani : keluar sekret dan nyeri berkurang.
Stadium OMA

1. Oklusi Tuba 2. Pre Supurasi 3. Supurasi 4. Perforasi

5. Resolusi
Tatalaksana
Tergantung pada stadium penyakitnya
Secara umum :
 Obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% (anak <12 tahun), 1% (anak >12 tahun)
 Antibiotik
 Analgetik
 Antipiretik
 Cuci telinga dengan H2O2 3% selama 3-5 hari
 Miringitomi
 Tympanoplasty
Tatalaksana
Tympanoplasty
DEFINISI INDIKASI

Prosedur pembedahan atau 1. Penderita dengan tuli konduksi karena perforasi membran
rekonstruksi pada membran timpani atau disfungsi ossikular.
timpani disertai atau tidak 2. Otitis media kronik atau rekuren sekunder terhadap
disertai oleh pencangkokan kontaminasi.
membran timpani, sering 3. Tuli konduksi progresif karena patologi telinga tengah.
kali harus dilakukan juga 4. Perforasi atau tuli persisten lebih dari 3 bulan karena trauma,
rekonstruksi tulang infeksi atau pembedahan.
pendengaran. 5. Ketidakmampuan untuk mandi atau berpartisipasi dalam
olahraga air dengan aman
Tympanoplasty
SYARAT

1. Perforasi terjadi di sentral dimana keadaan telinga sudah kering paling tidak 6 minggu.
2. Mukosa telinga tengah normal.
3. Osikular yang utuh.
4. Keadaan koklea baik.
Tympanoplasty
Tipe – tipe

Tipe I timpanoplasti Tipe II timpanoplasti Tipe III timpanoplasti diindikasikan


disebut Miringoplasti. digunakan untuk perforasi untuk penghancuran dua ossicles,
Hanya merekonstruksi membran timpani dengan dengan stapes masih utuh dan
membran timpani yang erosi maleus. Ini melibatkan mobile. Ini melibatkan penempatan
berlubang. pencangkokan pada inkus cangkokan ke stapes, dan
atau sisa-sisa maleus menyediakan perlindungan untuk
tersebut. perakitan.
Tympanoplasty
Tipe – tipe

Tipe IV timpanoplasti digunakan untuk


penghancuran tulang pendengaran, Tipe V timpanoplasti digunakan
yang mencakup semua atau bagian ketika kaki dari stapes menetap.
dari lengkungan stapes. Ini melibatkan
penempatan cangkokan pada atau
sekitar kaki stapes mobile.
Tympanoplasty
Overlay technique
(lateral grafting)
Teknik ini cukup sulit sehingga harus dilakukan oleh ahlinya. Pada overlay technique,
materi graft dimasukan di bawah skuamosa (lapisan kulit) dari membran timpani.
Kesulitannya pada memisahkan tiap lapisan dari membran timpani kemudian
menempatkan graft di atas perforasi. Teknik lateral ini bisa digunakan untuk semua
jenis perforasi dan dapat meminimalisasi kemungkinan reduksi rongga telinga
tengah. Teknik ini memiliki keberhasilan yang tinggi dan efektif untuk perforasi yang
besar dan perforasi anterior. Kerugian teknik ini adalah dapat terjadi anterior
blunting, lateralisasi tandur, membutuhkan manipulasi maleus, waktu penyembuhan
yang lama, waktu operasi yang lama, dan operasi akan sulit dilakukan untuk perforasi
yang kecil dan retraction pocket.
Tympanoplasty
Underlay technique
(medial grafting)
Teknik ini lebih simple dan biasa dilakukan. Graft ditempatkan di bawah
tympanomeatal flap yang telah dielevasi makanya teknik ini dinamai sebagai
underlay technique. Keuntungan dari teknik ini adalah mudah dilakukan dengan hasil
yang cukup memuaskan. Selain itu, menghindari risiko lateralisasi dan blunting pada
sulkus anterior dan memiliki angka keberhasilan tinggi terutama pada perforasi
membran timpani posterior. Kerugian teknik ini adalah tidak terdapatnya visualisasi
yang adekuat pada daerah anterior telinga tengah terutama bila dilakukan dengan
pendekatan transkanal, kemungkinan jatuhnya tandur anterior ke dalam kavum
timpani dan reduksi ruang telinga tengah dengan konsekuensi meningkatnya risiko
adhesi tandur pada promontorium terutama pada perforasi anterior dan subtotal.
Tympanoplasty
Teknik Mediolateral

Salah satu kegagalan yang serius pada penggunaan teknik Pencangkokan adalah
lateralisasi membran timpani. Lateralisasi membran timpani adalah keadaan
permukaan membran timpani yang dapat dilihat, terletak pada cincin tulang anulus
dan kehilangan kontak dengan sistem mekanisme konduksi telinga tengah. Untuk
menghindari kegagalan yang terjadi pada miringoplasti baik pada teknik medial
maupun lateral maka dilakukan teknik lain yaitu teknik mediolateral, dengan cara
menempatkan tandur di bagian medial pada setengah bagian posterior membran
timpani dan perforasi termasuk prosesus longus maleus, dan lateral terhadap
setengah perforasi di bagian anterior untuk menghindari terjadinya lateralisasi.
Komplikasi
1. Infeksi: akibat tindakan operasi yang aseptiknya kurang baik, kontaminasi
alat-alat, kegagalan graft berhubungan dengan infeksi pasca operasi.
2. Kegagalan graft: akibat infeksi, inadequate packing (anterior
mesotympanum), kesalahan teknik.
3. Kondroitis
4. Trauma nervus korda timpani
5. Tuli sensorineural dan vertigo: akibat manipulasi berlebihan terhadap osikel.
6. Peningkatan tuli konduksi: akibat blunting dan meluasnya graft ke dinding
kanal pada lateral grafting, lateralisasi membran timpani dari malleus.
7. Stenosis kanal auditori eksternal
Prognosis
Keberhasilan timpanoplasti mencapai 90% dalam memperbaiki fungsi membran
timpani. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan timpanoplasti
adalah:
 Telinga yang kering (keadaan telinga),
 Letak perforasi membran timpani,
 Perforasi lebih dari 50%,
 Masih adanya malleus, dan
 Tipe graft.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai