Anda di halaman 1dari 23

Telaah Ilmiah

GLAUKOMA FAKOMORFIK

Oleh

Siti Farahhiyah Dwi Mubarani, S.Ked

Pembimbing

dr. Prima Maya Sari, Sp.M

DEPARTEMEN KESEHATAN MATA

RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Telaah Ilmiah


Glaukoma Fakomorfik

Oleh:
Siti Farahhiyah Dwi Mubarani,S.Ked
04054821719161

Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 13 Agustus 2018 s.d 17
September 2018

Palembang, September 2018

dr. Prima Maya Sari, Sp.M


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME karena atas rahmat dan
berkat-Nya Telaah Ilmiah yang berjudul “Glaukoma Fakomorfik” ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Telaah Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Prima Maya Sari, Sp.M
atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan telaah ilmiah ini.
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk
penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
Anatomi dan Fisiologi ........................................................................................... 3
Glaukoma Fakomorfik .......................................................................................... 5
Definisi ........................................................................................................ 5
Epidemiologi ............................................................................................... 5
Etiologi dan Patofisiologi ............................................................................ 6
Manifestasi Klinis ........................................................................................ 7
Diagnosis ................................................................................................... 10
Tatalaksana ................................................................................................ 15
Kualitas Hidup ........................................................................................... 16
Prognosis ................................................................................................... 17
BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN

Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
penyakit mata yang ditandai dengan kerusakan saraf optik, biasanya dikarenakan
tekanan intraocular (intraocular pressure, IOP) yang terlalu tinggi.1
Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian; glaukoma primer,
glaukoma kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolut sedangkan berdasarkan
mekanisme peningkatan tekanan intraokular glaukoma dibagi menjadi dua, yaitu
glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
Glaukoma fakomorfik didefinisikan sebagai glaukoma sudut tertutup sekunder
yang terjadi akibat adanya peningkatan ketebalan lensa dan ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler tiba-tiba yang dapat membahayakan fungsi saraf optik
dan dapat menyebabkan hilangnya penglihatan ireversibel jika tidak diobati pada
waktunya. Peningkatan ketebalan lensa ini bisa disebabkan oleh katarak lanjut,
pembengkakan lensa dalam onset cepat, atau katarak traumatika, yang akhirnya
mengarah ke blokade pupil dengan sudut tertutup.2
Meskipun glaukoma yang diinduksi oleh lensa cenderung lebih umum pada
negara-negara berkembang di mana akses untuk melakukan tindakan bedah lebih sulit.
Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15% kasus pada orang Kaukasia.
Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada orang Burma dan Vietnam di
Asia Tenggara. Glaukoma pada orang kulit hitam, lima belas kali lebih menyebabkan
kebutaan dibandingkan orang kulit putih.3
Glaukoma fakomorfik merupakan penyakit yang khas untuk negara-negara
berkembang seperti India (3,91% dari semua operasi katarak dilakukan) dimana
kejadian katarak jauh melebihi jumlah total operasi. Pada negara-negara berkembang
yang distribusinya tidak merata dari fasilitas perawatan mata dan kendala ekonomi,
banyak pasien dengan katarak terkait usia tidak bisa mendapatkan operasi katarak pada
waktunya dan hadir dengan glaukoma fakomorfik.2
Pasien sering kali tidak merasakan gejala yang nyata. Gejala hanya akan terasa
pada saat sudah terjadi gangguan lapang pandang. Oleh karena itu, glaukoma sering kali
didapati pada saat pasien sudah menderita kerusakan saraf optik yang tidak dapat
diterapi, namun hanya dapat dikendalikan progresivitasnya.
Pemahaman yang memadai diperlukan untuk dapat memberikan terapi yang
sesuai pada pasien dengan glaukoma, terutama penatalaksanaan medikamentosa yang
harus dilakukan dalam jangka waktu lama. Tujuan dari penulisan ini agar dapat
bermanfaat untuk pembaca dalam mengenali glaukoma fakomorfik sehingga lebih baik
hasil yang dicapai dalam pengobatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata


2.1.1 Sudut Bilik Mata Depan

Sudut bilik mata dibentuk oleh tautan antara kornea dan iris perifer, yang
diantaranya terdapat jalinan anyaman trabecular. Jalinan trabecular terdiri dari 3 bagian,
yaitu:
a. Jalinan uveal
b. Jalinan korneaskleral
c. Jalinan endothelial
Sudut bilik mata yang dibentuk oleh jaringan korneo-sklera dengan pangkal iris,
terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar
cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga
tekanan bola mata meninggi. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan
trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan disini
ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan
batas belakang sudut filtrasi Berta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman
trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu
badan siliar dan uvea.
Pada sudut fitrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel
dan membran descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan mata keluar
kesalurannya.
Sudut bilik mata depan yang sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma sudut
tertutup, hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior perifer.

Fisiologi
Aquoeus humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan
posterior mata. Volumenya adalah sekitar 250 ul dengan komposisi serupa dengan
plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang
tinggi, juga protein dan urea yang lebih rendah. Kecepatan pembentukannya yang
bervariasi diurnal adalah 1,5-2 uL/men.
Aquoeus humor diproduksi oleh korpus siliare. Setelah memasuki kamera
posterior, aquoeus humor mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu ke jalinan
trabekular di sudut kamera anterior.
Aqueous humor memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
1. Membawa zat makanan dan oksigen
2. Mengangkut zat buangan hasil metabolism pada organ di dalam mata yang
tidak berpembuluh darah
3. Mempertahankan bentuk bola mata
4. Menimbulkan tekanan intraokuler
Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula
memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase aquoeus
humor juga meningkat.
Aliran aquoeus humor ke dalam kanalis Schlemm bergantung pada
pembentukan saluran-saluran transelular siklik di lapisan endotel. Saluran eferen dari
kanalis Schlemm menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil aquoeus
humor keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran
uveoskleral).

Gambar 1. Anatomi Aliran Aquoeus Humor


2.2 Glaukoma Fakomorfik
2.2.1 Definisi
Kamus Kedokteran Gale mendefinisikan glaukoma sebagai sekelompok
penyakit mata yang ditandai dengan kerusakan saraf optik, biasanya dikarenakan
tekanan intraocular (intraocular pressure, IOP) yang terlalu tinggi. Peningkatan tekanan
dalam mata ini jika tidak diterapi dapat menyebabkan kerusakan saraf optik yang
menyebabkan kehilangan penglihatan yang progresif dan permanen, dimulai dengan
titik buta yang tidak disadari pada ujung-ujung lapang pandang, berkembang menjadi
tunnel vision, dan kemudian menjadi kebutaan.1
Vaughan dan Asbury mendefinisikan glaukoma sebagai suatu neuropati optik
kronik yang didapat yang ditandai dengan cupping pada optik disk dan kehilangan
lapang pandang, biasanya berhubungan dengan peingkatan IOP / TIO.4
Sedangkan glaukoma fakomorfik adalah istilah yang digunakan untuk glaukoma
sudut tertutup sekunder karena pembengkakan lensa, peningkatan ketebalan lensa dari
katarak lanjut, pembengkakan lensa dalam onset cepat, atau katarak traumatika yang
dapat menyebabkan blokade pupil dan sudut tertutup. Glaukoma fakomorfik sekunder
sudut tertutup adalah glaukoma yang diinduksi lensa sehingga dapat terjadi akibat dari
pembentukan katarak matur. Penyempitan sudut dapat terjadi perlahan-lahan dengan
pembentukan katarak dengan mendorong iris ke depan yang diendapkan oleh katarak
intumesen menyebabkan terhalangnya aliran cairan antara perbatasan pupil dan kapsul
anterior lensa (blok pupil).5

2.2.2 Epidemiologi
Di seluruh dunia, glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang tinggi.
Sekitar 2% dari penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma. Pria lebih
banyak diserang daripada wanita. Menurut data World Health Organization (WHO)
tahun 2004, glaukoma adalah penyebab kebutaan secara global nomor dua setelah
katarak.6
Meskipun tidak ada statistik epidemiologi resmi yang tersedia, glaukoma
fakomorfik dari katarak hipermatur lebih sering terjadi di negara-negara di mana katarak
banyak terjadi dan operasi tidak tersedia. Glaukoma fakomorfik dapat terjadi dalam ras
dan jenis kelamin apa pun. Umumnya, glaukoma fakomorfik diamati pada pasien yang
lebih tua dengan katarak senilis, tetapi dapat terjadi pada pasien yang lebih muda setelah
katarak traumatik atau katarak intumescent yang berkembang cepat.2

2.2.3 Etiologi dan Patofisiologi


Faktor-faktor tertentu mempengaruhi pasien terhadap glaukoma fakomorfik
sebagai berikut:2
 Intumescent cataract
 Katarak traumatik
 Mengalami katarak senilis dengan cepat

Gambar 2. Contoh Gambaran Lensa Intumesen


Mekanisme utama yang terjadi pada glaukoma sudut tertutup sekunder adalah
penebalan lensa dan lensa yang berpindah ke anterior (karena kelemahan zonula dengan
usia dan kadang-kadang diperparah oleh pseudoeksfoliasi) meskipun blokade pupil juga
memainkan peran dalam patofisiologi penyakit.2
Oleh karena itu kenaikan TIO terjadi karena blokade pupil yang disebabkan
oleh kombinasi perubahan ukuran lensa dan perpindahan ke depan dari diafragma iris
lensa, menghasilkan penutupan sudut. Umumnya, glaukoma fakomorfik banyak terjadi
pada pasien yang lebih tua dengan katarak senilis, tetapi dapat terjadi pada pasien yang
lebih muda setelah katarak traumatik atau katarak intumescent yang berkembang cepat.
Jika tidak ditatalaksana dengan tepat dan baik, penutupan sinekial permanen dari sudut
dapat terjadi dengan tekanan intraokuler yang terus meningkat bahkan setelah
pengangkatan lensa katarak.5

2.2.4 Manifestasi Klinis


Gejala khas glaukoma fakomorfik ditandai dengan keluhan nyeri dan kemerahan
pada mata yang telah mengalami penurunan visus tanpa rasa sakit yang progresif. Pada
pemeriksaan ada injeksi pembuluh konjungtiva dan episkleral, edema kornea, ruang
anterior dangkal, lensa katarak intumescent. Terkadang, mungkin ada insiden pencetus
seperti pelebaran pupil farmakologis. Angra et al melaporkan bahwa glaukoma
fakomorfik adalah penyakit usia lanjut, usia rata-rata saat ini adalah 64 tahun tanpa ada
yang terjadi di bawah 50 tahun, dan dominan antara 50-60 tahun.5
Pasien dengan glaukoma fakomorfik mengeluh sakit akut, penglihatan kabur,
lingkaran cahaya pelangi di sekitar lampu, mual, dan muntah. Pasien umumnya
mengalami penurunan penglihatan sebelum episode akut karena riwayat katarak.
Tanda-tanda glaukoma fakomorfik termasuk yang berikut:2

 Tekanan intraokular tinggi (IOP) - Lebih dari 35 mm Hg


 Pupil yang bermid-dilatasi, gerakan lamban, dan bentuk tidak teratur
 Edema kornea
 Injeksi pembuluh konjungtiva dan episkleral
 Bilik mata depan dangkal
 Pembesaran lensa dan perpindahan ke depan
 Formasi katarak tidak sama antara 2 mata
Gambar 3. Glaukoma Fakomorfik5

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang


Langkah pemeriksaan fisik dan penunjang dalam mendiagnosis glaukoma
fakomorfik adalah pemeriksaan fisik umum dan evaluasi mata termasuk kejernihan dan
ketebalan kornea serta reaksi pupil. Optical coherence tomography (OCT) berguna
dalam visualisasi sudut bilik mata depan. Gonioskopi berguna untuk melihat sudut bilik
mata depan yang tertutup.2

Gambar 4. Gambaran ASOCT5

Specular biomicroscopy, termasuk jumlah endotel dan morfologi, serta B scan


ultrasonography untuk evaluasi segmen posterior harus dilakukan sedapat mungkin, di
samping penyelidikan rutin untuk operasi katarak.5
Pemeriksaan tekanan bola mata
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan
tonometer. Dikenal beberapa alat tonometer seperti tonometer Schiotz dan tonometer
aplanasi Goldman. Pemeriksaan tekanan bola mata juga dapat dilakukan tanpa alat
disebut dengan tonometer digital, dasar pemeriksaan adalah dengan merasakan lenturan
bola mata (ballotement) dilakukan penekanan bergantian dengan kedua jari tangan.1,7

Gonioskopi
Tes ini sebagai cara diagnostik untuk melihat langsung keadaan patologik sudut
bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda
asing.1,7
Tes ini juga dipakai untuk membedakan antara glaukoma sudut terbuka dan
glaukoma sudut tertutup. Sudut kamera anterior dibentuk oleh taut antara kornea perifer
dan iris, yang diantaranya terdapat jalinan trabekula. Konfigurasi sudut ini, yakni
apakah lebar (terbuka), sempit atau tertutup, menimbulkan dampak penting pada aliran
keluar humor akueous. Dengan gonioskopi ini juga dapat dilihat apakah terdapat
perlekatan iris di bagian perifer ke depan (peripheral anterior sinechia)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens) di dataran
depan kornea setelah diberikan lokal anestetikum. Lensa ini dapat digunakan untuk
melihat sekeliling sudut bilik mata dengan memutarnya 360 derajat.1

Pemeriksaan lapang pandang


Berbagai cara untuk memeriksa lapang pandang pada glaukoma adalah layar
singgung, kampimeter dan perimeter otomatis.8
Penurunan lapang pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak spesifik, karena
gangguan ini dapat terjadi akibat defek berkas serat saraf yang dapat dijumpai pada
semua penyakit saraf optikus, tetapi pola kelainan lapangan pandang, sifat
progresivitasnya dan hubungannya dengan kelainan-kelainan diskus optikus adalah khas
untuk penyakit ini.8
2.2.6 Diagnosis Banding
Glaukoma fakomorfik didiagnosis dengan adanya nyeri mata, visus menurun,
bukti pembentukan katarak matang (celah ujian lampu), sudut tertutup (gonioscopy),
dan tekanan intraokular tinggi (applanation tonometry) pada mata yang terkena. Faktor
yang membedakan antara primer sudut tertutup dan fakomorfik sudut tertutup adalah
kehadiran intumescent lensa cataractous dan kehadiran sel dan flare. Aksial pengukuran
panjang (biasanya pendek di fakomorfik). berikut diagnosis banding pada glaukoma
fakomorfik:2
1. Acute Angle-Closure Glaucoma (AACG)
2. Tumor intraokular dan glaukoma
3. Lens-Partikel Glaucoma
4. Glaukoma Fakolitik
5. Plateau Iris Glaukoma
6. Uveitic Glaucoma

2.2.7 Tatalaksana
Perawatan medis glaukoma fakomorfik ditujukan untuk mengurangi tekanan
intraokuler dengan cepat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada saraf optik, untuk
membersihkan kornea, dan untuk mencegah pembentukan synechiae. Pengurangan
tekanan intraokuler diperlukan untuk mempersiapkan pasien untuk iridotomi laser, yang
meringankan blok pupil yang menyebabkan glaukoma. Manajemen awal harus
mengatasi sifat akut dari penutupan sudut dan termasuk beta-blocker, alpha 2-
adrenergic agonists, dan penghambat anhidrase karbonat. Miotics dapat memperburuk
serangan penutupan sudut sekunder dengan meningkatkan kontak iridolenticular.2

Tabel 1. Obat Anti Glaukoma

Obat Anti Glaukoma


Konsentrasi Dosis Aksi Pe↓ TIO
Antagonis β-Adrenergik
Tidak Selektif
Timolol Maleat Solusio: Solusio: 1-2 20-30%
Penurunan
0,25% dan kali sehari
Produksi Akuos
0.5% atau Gel: Gel: Satu
Humor
0.1% kali sehari
Selektif
Betaxolol 0.25% Dua kali Penurunan 15-20%
sehari Produksi Akuos
Humor
Agonis α2-adrenergik
Selektif
Apraclonidine 0.5,1.0% 2-3 kali Menurunkan 20-30%
hydrochloride sehari produksi akuos,
menurunkan
tekanan vena
episklera
Brimonidine tartrat 0.2% 2-3 kali Menurunkan 20-30%
0.2% sehari produksi akuos,
meningkatkan
aliran keluar
uveosklera
Penghambat Karbonat Anhidrase
Acetazolamide 250 mg; 500 2-4 kali 15-20%
(oral) mg sehari; 2 kali
sehari
Acetazolamide 500 mg; 5-10 Setiap 6-8 Menurunkan
(parenteral) mg/kg jam produksi akuos
Dorzolamide 2% 2-3 kali
(topical) sehari
Brinzolamide 1% 2-3 kali
Parasimpatomimetik (miotik)
Cholinergic Agonist (direct acting)
Pilocarpine HCl 0.5, 1.0, 2.0, 2-4 kali Meningkatkan
3.0, 4.0, 6.0% sehari aliran keluar 15%-25%
Pilocarpine Gel 4.0% Malam hari trabekula

Agen Anticholinesterase (indirect acting)


Echothiopate iodide 0.125% 1-2 kali Meningkatkan 15-25%
sehari aliran keluar
trabekula
Agen Hiperosmotik
Mannitol 20% 0.5-2.0 g/kg
(parenteral) BB Menimbulkan
Glycerol 50% 1-1.5 g/kg gradient osmotik
(oral) BB

Pemberian awal obat anti glaukoma selalu diberikan dalam satu jenis,
kecuali jika didapatkan TIO yang sangat tinggi sehingga diperlukan dua jenis atau
lebih obat-obatan anti glaukoma. Pemilihan obat-obatan anti glaucoma untuk
diberikan pada awal terapi harus disesuaikan dengan efikasi, keamanan
penggunaan, dan tolerabilitas pasien terhadap obat anti glaukoma.1
Analog prostaglandin, beta bloker, α2 agonis, dan penghambat karbonat
anhydrase merupakan obat-obatan anti glaucoma yang menjadi lini pertama. Jika
satu jenis obat tidak dapat menurunkan TIO hingga dalam batas normal, pemberian
jenis obat pertama diberhentikan dan diberikan jenis anti glaukom yang berbeda.
Jika single agent tidak dapat mengontrol TIO, maka diberikan agen topikal
kombinasi. Pemberian tiga jenis atau lebih anti glaukoma, meningkatkan risiko efek
samping lokal pada mata dan sistemik.1
Argon laser perifer iridoplasty (ALPI) telah dipelajari dan telah terbukti
aman dan efektif sebagai pengobatan lini pertama glaukoma akut phacomorphic.
Tetapi masih harus diikuti oleh ekstraksi katarak untuk pengobatan definitif.
Penatalaksanaan sekunder dimulai dengan iridotomi laser untuk meredakan blok
pupil. Prosedur ini menyediakan rute alternatif dari ruang posterior untuk
memasuki bilik mata depan, memungkinkan iris surut dari oklusi trabecular
meshwork. Baik laser argon dan laser Nd: YAG dapat digunakan. Laser iridectomy
kadang-kadang mengurangi serangan sudut-penutupan akut, tetapi bilik mata depan
tetap dangkal. Mata ini rentan terhadap serangan berulang dari sudut tertutup; Oleh
karena itu, ekstraksi katarak harus dilakukan jika bilik mata depan tidak diperdalam
setelah iridektomi laser.2
Terapi laser dapat diberikan pada pasien dengan indikasi dan kontraindikasi
sebagai berikut:
Gambar 5. Laser Iridectomy dan Iridoplasty

Gonioskopi berguna setelah iridektomi untuk penilaian sudut retrospektif. Jika


sudutnya diperbesar secara jelas, blok pupil adalah mekanisme utama yang
menyebabkan peningkatan TIO, dan iridektomi laser cukup dalam kasus tersebut. Jika
sudut tidak terlalu dalam, lensa intumescence atau perpindahan ke depan lensa adalah
faktor penyebab, dan pasien membutuhkan ekstraksi katarak. Jika sudut tertutup tidak
hilang oleh laser iridotomy, sindrom dataran tinggi juga merupakan diagnosis banding.
OCT dapat berfungsi sebagai bantuan tambahan dalam menegakkan diagnosis prelaser
dan postlaser.
Perawatan Bedah

Gambar 6. Laser Peripheral Iridotomy

Laser iridotomy untuk sementara dapat menghentikan serangan blok pupil akut,
tetapi, pada kebanyakan pasien dengan glaukoma fakomorfik, ekstraksi katarak
diperlukan. Laser iridotomy harus dilakukan pertama sebagai midriasis sebelum operasi
dapat memperburuk kondisi. Pendekatan ekstrakapsular biasanya digunakan untuk
ekstraksi katarak. Trabeculectomy sering dikombinasikan dengan ekstraksi katarak.5
Penelitian telah menunjukkan bahwa waktu yang lebih singkat antara durasi
gejala terhadap ekstraksi katarak menghasilkan perbaikan visual yang lebih besar.
Pembedahan pada mata nanophthalmic bukanlah prosedur pilihan; Laser iridectomy
perifer dan iridoplasty dengan terapi medis direkomendasikan.

2.2.8 Kualitas Hidup Penderita Glaukoma


Glaukoma mempengaruhi kehidupan sehari-hari baik melalui kerusakan visual
dan oleh pengobatan glaukoma itu sendiri, serta evaluasi disabilitas pasien glaukoma
adalah tugas yang sulit. Glaukoma adalah penyebab kebutaan ketiga paling banyak di
dunia dan telah diproyeksikan menjadi penyebab kebutaan paling umum, maka dari itu
penting untuk mengetahui kualitas hidup pasien glaukoma.
Pasien glaukoma dapat kehilangan kualitas hidup (QoL) karena beberapa alasan:
diagnosis itu sendiri, kehilangan fungsional, ketidaknyamanan perawatan, efek samping
dari perawatan dan biaya perawatan.
Tujuh puluh tujuh pasien dengan glaukoma secara berurutan dipilih di antara
100 pasien unit glaukoma di Klinik Mata Universitas Genoa. Kuesioner Viswanathan
dkk terkait dengan kecacatan visual yang berasal dari jawaban-jawaban dalam
penelitian sebelumnya (Mills, Drance),10,11 yang kedua terkait dengan kualitas hidup
dari SF-36.12,13 Yang pertama terutama digunakan untuk mengevaluasi kapasitas untuk
mendeteksi kualitas penglihatan pasien,10,11 sementara kuesioner yang terakhir
diperkenalkan untuk menilai aspek yang berbeda dari kesehatan pasien: (1) keterbatasan
dalam aktivitas fisik; (2) keterbatasan dalam kegiatan sosial karena masalah fisik dan
emosional; (3) keterbatasan dalam kegiatan peran biasa; (4) nyeri tubuh; (5) kesehatan
mental umum; (6) keterbatasan dalam kegiatan peran biasa karena masalah emosional;
(7) vitalitas; (8) persepsi kesehatan umum.12,13
Banyak faktor yang dapat dikaitkan dengan kualitas hidup pasien: kecacatan
visual, masalah dengan minum obat, ketidakcocokan pengobatan dengan jam kerja,
kebutuhan hidup sehari-hari, efek samping umum karena obat, efek samping lokal,
ketidakcocokan pengobatan dengan situasi fisik atau mental.
Pertimbangan ini harus dibuat untuk setiap individu, dengan mempertimbangkan
gangguan medan visualnya (terutama teropong), ketajaman penglihatan yang berkurang
karena glaukoma atau pengobatan, dan gangguan penglihatan karena faktor lain yang
dapat diobati, seperti katarak dan penilaian visual gangguan pada malam hari dan
cahaya redup. Pada penelitian Lester, penurunan kualitas hidup dengan pasien glaukoma
memiliki korelasi yang signifikan.14

2.2.9 Prognosis
Mendiagnosis glaukoma fakomorfik sama pentingnya dengan tindakan yang
harus dilakukan selanjutnya. penting bahwa tekanan intraokuler dikontrol secara medis,
dan blok pupil dihilangkan. Operasi katarak diperlukan dalam semua kasus glaukoma
fakomorfik, dan prognosis visus pasien harus dijelaskan kepada pasien. Prognosis
glaukoma fakomorfik ditentukan berdasarkan derajat berat ringannya penyakit yang
mendasarinya, waktu identifikasi dan diagnosis. Prognosis glaukoma fakomorfik pada
umumnya buruk karena bersifat ireversibel. Kontrol yang tidak baik terhadap penyakit
yang mendasarinya, diagnosis yang terlambat dibuat, tidak responnya terhadap terapi
farmakologik dan bedah akan memperburuk prognosis dari glaukoma fakomorfik.9
Kontrol tekanan intraokuler yang jelek akan menyebabkan semakin rusaknya
nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadinya kebutaan. Jika TIO tetap
terkontrol dan terapi penyebab dasar menghasilkan penurunan TIO, maka kecil
kemugkinannya terjadi kerusakan penglihatan progresif.
BAB III
KESIMPULAN

Glaukoma fakomorfik adalah suatu neurooptik kronik didapat yang ditandai oleh
cupping diskus optikus dan pengecilan lapang pandang, biasanya disertai peningkatan
tekanan intraokular yang disebabkan oleh blokade pupil. Glaukoma fakomorfik
merupakan glaukoma sekunder sudut tertutup, yang dikarenakan akibat lensa intumesen.
Glaukoma tipe ini berkembang sekunder dikarenakan oleh perubahan bentuk lensa.
Pupil terhalang oleh perubahan ukuran dan posisi permukaan anterior lensa yang
mendorong lensa ke anterior sehingga menekan iris. Terhalangnya pupil atau luksasi
diafragma lensa-iris dapat menyebabkan sudut bilik mata tertutup. Penyebabnya karena
bentuk lensa yang menebal (intumesen) penebalan ini dapat disebabkan oleh
pembentukan katarak matur atau katarak senilis onset cepat karena hidrasi korteks.
Lensa tebal menyebabkan penyempitan sudut sehingga meningkatkan tekanan intra
okular dan timbul gejala serangan glaukoma.
Seperti halnya untuk semua kasus glaukoma, pentingnya tindak lanjut jangka
panjang untuk menilai kontrol tekanan intraokuler dan kehilangan lapang pandang
sebagai tatalaksana lanjutannya. Program pendidikan kesehatan masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran dan dukungan masyarakat, peningkatan layanan pemberian
perawatan mata di daerah pedesaan untuk rujukan awal dan pengobatan kasus katarak
dapat membantu dalam pencegahan utama dari kondisi ini, juga meningkatkan
infrastruktur perawatan kesehatan perifer untuk perawatan pasca operasi serta
manajemen mata sesama dapat mencegah timbulnya kehilangan penglihatan, dan
konsekuensi beban ekonomi pada masyarakat luas. Serta munculnya metode kontrol
tekanan intraokular yang unggul, dan instrumentasi canggih untuk operasi katarak,
prognosis visus pada pasien ini juga menjadi jauh lebih baik. Dengan adanya
pemerataan pemberian layanan kesehatan dengan intervensi tepat waktu dari bagian ahli
bedah mata, niscaya akan menguntungkan penderita dalam langkah mencegah kebutaan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Longe JL (2006) The Gale Encyclopedia of Medicine, 3rd edn., USA: Gale
2. Gill, Harpeet. 2016. Medscape: Phacomorphic Glaucoma
3. Cook C, Foster P (2012) 'Epidemiology of glaucoma: what's new?', Can J
Ophthalmol, 47(3), pp. 223-6 [Online]. Available at:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22687296 (Accessed: 17th August 2018).
4. Vaughan & Asbury s, Glaucoma Neovascular. Glaukoma. Dalam Oftalmologi
Umum. Ed 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007. Hal 212-29
5. Bhartita, Shibal et al. 2009. Phacomorphic Glaucoma: Evolving Management
Strategies. Dr RP Center for Ophthalmic Sciences, All India Institute of Medical
Sciences, New Delhi, India. Journal of Current Glaucoma Practice, May-August
2009;3(2):39-46
6. Kingman S (2004) Glaucoma is second leading cause of blindness globally,
Available at: http://www.who.int/bulletin/volumes/82/11/feature1104
/en/index1.html (Accessed: 17th August 2018).
7. Wijaya N, editor. Glaukoma Sekunder. Glaukoma. Dalam Ilmu Penyakit Mata.
Jakarta. Hal 219-44.
8. Mosby (2008) Mosby's Medical Dictionary, 8th edn., USA: Elsevier.
9. Ghanem AA, El-Kannishy AM, El-Wehidy AS, El-Agamy AF. Intravitreal
Bevacizumab (Avastin) as an Adjuvant Treatment in Cases of Neovascular
Glaucoma. 2009. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2813584/
10. Viswanathan AC, McNaught AI, Poinoosawmy D et al. Severity and
stability of glaucoma. Arch Ophthalmol 1999; 117: 450–454
11. Mills RP, Drance SM. Estermann disability rating in severe
glaucoma. Ophthalmology1986; 93: 371–378
12. Ware JE, Sherbourne CD. The MOS 36-item short-form healthy survey
(SF-36): I. Conceptual framework and item selection. Med Care 1992; 30:
473–483
13. McHorney CA, Ware JE, Raczek AE. The MOS 36-item short-form
healthy survey (SF-36): II. Psychometric and clinical tests of validity in
measuring physical and mental health constructs. Med Care 1993; 31: 247–
263
14. Lester, M. 2002. Quality of life in patients with early, moderate and
advanced glaucoma. Eye volume16, pages 44–49 (2002)

Anda mungkin juga menyukai