Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS AKUT

PUSKESMAS TALUN

Nama : Sinta Denok

NPM : 114170069

Pembimbing:

dr. Melly Dwi Bastian, M. Kes

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

2020

BAB 1
1
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas
Nama : An. F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 6 bulan 18 hari
Tanggal lahir : 18 Januari 2020
Anak ke :1
Nama Ibu : Ny.A
Umur Ibu : 26 tahun
Alamat : Desa Kecomberan RT03/RW03 blok Tegal Pondo
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 28 Juli 2020

1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dari ibu pasien pada hari Selasa, 28 Juni 2020
pukul 08.05 WIB di Poli MTBS Puskesmas Talun.
 Keluhan Utama
BAB cair dari satu hari yang lalu
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak satu hari yang lalu, sudah 5x
BAB cair dalam 1 hari. BAB cair disertai ampas sedikit tidak disertai darah
maupun lender. BAB warna kuning kehijauan, tidak berbau busuk, dengan
volume sekitar 1 gelas aqua kecil.
Menurut ibunya saat anaknya menangis masih ada air mata dan terlihat
tampak rewel. ibunya mengakatakan anaknya masih mau minum susu dan tidak
tampak haus, dan tadi pagi muntah 1 kali muntah berisi susu.
Sudah 1 minggu ini orang tua pasien memberikan susu formula karena susu
yang di produksi ibunya berkurang, orang tua pasien mengatakan anaknya belum
meminum obat apapun.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami hal serupa

2
 Riwayat Kebiasaan
Pasien minum susu bisa 4 sampai 5 kali sehari, setengahya menggunakan susu
formula, botol susu pasien di cuci namun tidak di rebus dengan air panas, pasien
belum diberikan makanan tambahan hanya di beri susu formula saja, pasien
dimandikan oleh ibunya 2 kali dalam sehari, memakai sabun cair khusus bayi
memakai handuk sendiri, di lap sampai kering, dan air di rumah berasal dari
sumur. Kebersihan pakaian pasien dijaga dengan menggantinya setiap basah atau
setelah mandi 2 kali sehari.
 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama kedua orang tua, nenek, dan 1 orang bibinya. Pasien
tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk.
 Riwayat Kehamilan dan kelahiran
A. Kehamilan
- Anak pertama
- Ibu : P1A0
- Perawatan antenatal : Teratur, kontrol 1 bulan 1 x.
- Penyakit kehamilan : Tidak ada
B.Kelahiran
- Tempat kelahiran : Dirumah
- Penolong persalinan :Bidan Desa
- Cara persalinan : Normal pervaginam
- Masa gestasi : 39 minggu, cukup bulan
C. Keadaan bayi
- Langsung menangis : positif
- Berat badan lahir : 2900gram
- Panjang badan lahir : 49 cm
- Lingkar kepala : ibu tidak tau
- Pucat/biru/kuning/kejang : tidak ada
- Kelainan bawaan : tidak ada

 Riwayat Nutrisi
 0-6 bulan : ASI
3
 1 minggu sebelunya : di tambah susu formula
 Riwayat Imunisasi
Imunisasi
Waktu Pemberian
Bulan Tahun

0 1 2 3 4 6 9 15 18 5 6 12

BCG I

DPT I II III

Polio (OPV) II II IV

Hepatitis B I II III

Campak

Immunisasi dasar lengkap dilakukan diposyandu dan di lanjut di puskesmas sejak


pandemi

 Riwayat Pertumbuhan dan Perkebangan


Motorik kasar :
Mengangkat dan mempertahankan kepala dalam posisi tengkurap : 3 bulan
Tengkurap bolak balik : 4-5 bulan
Didudukkan dan belajar merayap : 6 bulan
`
Motorik halus :
Meraih, menggenggam, : 4-6 bulan
Bahasa :
Babbling : 6 bulan

1.3 Pemeriksaan Fisik


Antoprometrik dan Status Nutrisi
Antropometri

Panjang badan : 67cm

4
Berat badan : 8 kg

Lingkar kepala : 46 cm

BB/U : 0 s/d 2 SD (normal)

PB/U : 0 s/d 2 SD (normal)

BB/TB : -1 s/d0 SD (normal)

Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.

Status Generalis
 Keadaan umum : tampak sakit ringan
 Kesadaran : Composmentis
 Tanda-Tanda Vital
 Nadi : 110 x/menit, reguler
 Respirasi : 28 x/menit, reguler
 Suhu : 36,7°C
 Berat badan : 8 Kg
 Kesan Gizi : baik
 Kepala
 Kepala : normosefal, ubun-ubun tidak cekung.
 Rambut : Hitam , distribusi merata, tidak ada kelainan kulit kepala
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),mata tidak cekung, air
mata masih ada.
 Hidung : Deviasi septum (-/-), sekret (-/-)
 THT : faring tidak hiperemis, uvula di tengah, tonsil T1-T1, tidak ada cairan
dari telinga/sekret dari hidung, napas cuping hidung tidak ada
 Mulut : Bibir dan mukosa lembab, oral hygiene baik
 Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
 Thoraks
 Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas simetris
 Palpasi : Nyeri tekan (-)
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi

5
Jantung : iktus kordis teraba pada sela iga 4 garis midklavikularis
kiri, S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler +/+ , rhonki -/-, wheezing -/-
 Abdomen
 Inspeksi : Datar, lemas, tidak ada nyeri tekan, bising usus 5 kali/menit, hepar
dan lien tidak teraba, turgor kembali cepat, perkusi timpani
 Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik,
 Kulit : sawo matang, turgor kembali cepat
 Genitalia :
 Inspeksi : testissimetris, OUE di ujung penis, tidak ada fimosis, tidak ada
kemerahan
 Palpasi : kedua testis teraba, nyeri tekan (-)..

1.4 Usulan Pemeriksaan Penunjang


-
1.5 Resume

Seorang pasien laki-laki berusa 6 bulan 18 hari datang diantar ibunya


dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari yang lalu. Pasien BAB sehari sampai 5x,
BAB cair disertai ampas sedikit tidak disertai darah maupun lender. BAB warna
kuning kehijauan, tidak berbau busuk, dengan volume sekitar 1 gelas aqua kecil.
Menurut ibunya saat anaknya menangis masih ada air mata dan terlihat tampak
rewel. ibunya mengakatakan anaknya masih mau minum susu dan tidak tampak
haus, dan muntah 1 kali muntah berisi susu. Sudah 1 minggu ini orang tua pasien
memberikan susu formula karena susu yang di produksi ibunya berkurang, orang
tua pasien mengatakan anaknya belum meminum obat apapun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak sakit ringan, anak
kooperative, tidak demam, ubun ubun tidak cekung, mata tidak cekung, mukosa
bibir tidak kering, abdomen datar lembut dan bising usus dalam batas normal,
turgor kulit baik.

1.6 Diagnosis Banding


 Diare Akut tanpa dehidrasi

6
 Disentri
 kolera

1.7 Diagnosis Kerja


Diare Akut tanpa dehidrasi
1.8 Penatalaksanaan (Rencana Terapi A)
1. Edukasi :
- Menjelaskan kondisi saat ini
- Penyiapan dan penyimpanan makanan secara bersih.
- Menggunakan air bersi dan air matang untuk minum.
- Mencucitangan sebelum menyiapkan dan memberikan makanan.
- Menjaga kecukupan nutrisi.
2. Farmakologi
ASI/SF + MPASI
Zinc tab 20 mg/hari selama 10 hari
Oralit sacc setiap hari setelah BAB

1.9 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanasionam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam

7
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT PADA ANAK

Definisi
Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan berlangsung
kurang dari 7 hari.

Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare)
 Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo bacter,yersinia,
aeromonas, dan sebagainya
 Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain
 Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia
lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis Media
Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya
(sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
 Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
 Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Psikologis
Faktor psikologis (rasa takut dan cemas) yang dapat mempengaruhi terjadinya
peristaltik usus sehingga mempengaruhi proses penyerapan makanan. Penyebab yang
paling sering ditemukan dilapangan atau secara klinis karena infeksi dan keracunan.

8
Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
- Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh
usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus
meningkat yang akan menarik cairan.
- Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi cAMP dan
cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.
- Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada
kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi usus
serta hipertiroid.
-

Manifestasi kinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian
timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah
kehijauan, daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang
asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul
sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi
mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (bayi),
selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi
renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan
tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena
kurang cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien
akan tampak pucat, nafas cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).

Pengobatan Diare
Prinsip penatalaksanaan penderita diare adalah:
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah terjadinya
dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak
dengan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajun, kuah sayur, air sup, air teh. Bila

9
tidak memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan, berikan air matang. Jangan
diberikan cairan yang osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu manis sepeti soft drink.
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderita harus segera dibawa ke
petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan
tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan
cairan intravena dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.
c. Pemberian ASI / makanan
Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan.
d. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih dari 90
macam enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya, termasuk enzim
superoksida dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi untuk metabolisme radikal
bebas superoksida sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh berkurang. Pada proses
inflamasi, kadar radikal bebas superoksida meningkat, sehingga dapat merusak berbagai
jenis jaringan termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al, 2006).
Zinc  yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat seorang anak
menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti zinc yang hilang dalam
proses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga kesehatannya di bulan-bulan
mendatang.
Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc untuk terapi diare
karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah hari lamanya seorang anak
menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan penyakit tersebut, serta menurunkan
kemungkinan anak kembali mengalami diare 2-3 bulan berikutnya.
Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat bermanfaat untuk
membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari, walaupun
diarenya sudah sembuh. 11 Sayangnya suplemen Zinc ini belum banyak beredar di apotek
di Indonesia. Di beberapa RS besar di Indonesia telah menggunakan suplemen Zinc
dalam bentuk suspensi untuk penatalaksanaan diare akut.
Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :

10
 Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg) sekali sehari
selama sepuluh hari berturut-turut.
 Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari selama
sepuluh hari berturut-turut.
 Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI dalam
sendok teh.
 Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit
 Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah berhenti
sebelum 10 hari)
 Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan lagi
tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa kali
hingga satu dosis penuh.
 Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap berikan tablet
zinc segera setelah anak dapat minum atau makan.
e. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau jamur yang
tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang bila diberikan
sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat memberikan keuntungan
bagi kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen
saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik
melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri
probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang
disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis
maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional
(antibiotik asociated diarrhea ) dan travellers’s diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut
pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan efektif
dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3
lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1-
2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah :
Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap
beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit,

11
modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imunno
modulasi.
Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering digunakan sebagai
suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah Lactic Acid Bacteria (LAB).
Golongan LAB dapat mengubah gula dan karbohidrat menjadi asam laktat, yang
berfungsi menurunkan kadar pH saluran gastrointestinal, sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri patogen. Contoh strain golongan LAB adalah Lactobacillus dan
Bifidobacterium.
Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff, pada
awal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak dilakukan untuk
menguji kemanfaatannya pada populasi anak. Produk komersial yang mengandung
probiotik sebagai suplemen banyak tersedia di pasaran. Kemanfaatan probiotik terutama
banyak dilihat dari aspek pencegahan dan terapi penyakit, terutama penyakit alergi dan
infeksi.
Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang paling banyak
dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara teoritis, probiotik dapat
mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi dengan patogen, imunomodulator,
meningkatkan sekresi IgA mukosa usus, dan mengurangi kejadian intoleransi laktosa.
Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut. Meta-analisis yang
dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa pemberian suplemen Lactobacillus
mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat dibandingkan plasebo (95% CI) dengan
level of evidence 1a. Efektivitasnya terutama lebih baik pada mereka dengan etiologi
rotavirus, yang merupakan penyebab terbanyak diare akut pada anak.
f. Pemberian Antibiotik
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena
pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian
kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada
anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi
terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi,
atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang
atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis.
Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi
sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.

12
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:
 Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau Erytromycin 12,5
mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
 Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau Ceftriaxone 50-100
mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
 Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus
berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)
(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
 Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
g. Mengobati masalah lain
Obat-obatan “anti diare” dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak dengan diare.
Anti diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti mengenai diare yang berdaya guna,
sehingga penggunaan anti diare hanya menimbulkan beban biaya.
h. Pemberian nasehat
Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa anaknya
kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai
berikut:
 Buang air besar cair lebih sering
 Muntah berulang-ulang
 Rasa haus yang nyata
 Makan atau minum sedikit
 Demam
 Tinja berdarah

Rencana Terapi A : Terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi


Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi memerlukan tambahan cairan dan garam
untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare. Jika ini tidak diberikan, tanda-
tanda dehidrasi dapat terjadi. (1)
Ibu harus diajarkan cara untuk mencegah dehidrasi di rumah dengan memberikan
anak lebih banyak cairan daripada biasanya, bagaimana mencegah kekurangan gizi dengan
terus memberi makan anak, dan mengapa tindakan-tindakan ini penting. Mereka harus juga
tahu apa tanda-tanda menunjukkan bahwa anak harus dibawa ke petugas kesehatan. Langkah-
langkah tersebut dirangkum dalam empat aturan Rencana Terapi A.

13
Aturan 1 : Memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, untuk mencegah
dehidrasi
Cairan yang diberikan adalah cairan yang mengandung garam (oralit), dapat juga
diberikan air bersih yang matang.
Komposisi larutan oralit baru :
 Natrium klorida 2,6 gram/liter
 Glukosa 13,5 gram/liter
 Kalium klorida 1,5 gram/liter
 Trisodium sitrat 2,9 gram/liter
Komposisi larutan oralit lama :
 Natrium klorida 3,5 gram/liter
 Glukosa 20 gram/liter
 Kalium klorida 1,5 gram/liter
 Trisodium sitrat 2,55 gram/liter
Dengan menurunkan osmolaritas dengan mengurangi konsentrasi glukosa dan garam
(NaCl) dimaksudkan untuk menghindari hipertonisitas cairan selama absorpsi cairan oralit.
Cairan yang mengandung garam, seperti oralit, minuman asin (seperti minuman
youghert), atau sayuran dan sup ayam dengan garam. Ajari ibu untuk memasukan garam
(kurang lebih 3g/L) pada minuman yang tidak bergaram (seperti air matang, air teh, jus buah-
buahan yang tidak diberi gula) atau sup selama diare.
Larutan oralit yang dapat dibuat dirumah mengandung 3g/L garam dapur (1 sendok
teh penuh garam) dan 18g/L dari gula dapur (sukrosa) sangat efektif namun tidak dianjurkan
karena seringkali lupa resepnya.
Minuman yang tidak boleh diberikan ialah minuman bersoda, teh manis, jus buah-buahan yang manis.
Minuman tersebut dapat menyebabkan diare osmotik dan hipernatremia. Sedangkan kopi tidak boleh diberikan
karena bersifat diuretik.

Umur (tahun) Jumlah Cairan Yang Harus


Diberikan
<> 50-100 ml cairan
2-10 100-200 ml
> 10 > 200 atau sebanyak yang mereka mau
Aturan 2 : Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap hari selama 10 hari
Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana formulasinya tersedia dan
terjangkau. Dengan memberikan zinc segera setelah mulai diare, durasi dan tingkat
keparahan episode serta risiko dehidrasi akan berkurang. Dengan pemberian zinc selama 10

14
sampai 14 hari, zinc yang hilang selama diare diganti sepenuhnya dan risiko anak memiliki
episode baru diare dalam 2 sampai 3 bulan ke depan dapat berkurang. (1)
Pada pedoman penatalaksanaan diare sebelumnya tidak ada anjuran untuk
memberikan zinc, namun pada pedoman penatalaksanaan diare WHO 2005 ada anjuran
seperti ini.
Aturan 3 yaitu berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi
Diet bayi yang biasanya harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan setelahnya.
Makanan tidak boleh ditahan dan makanan anak yang biasa tidak boleh diencerkan.
pemberian ASI harus dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk memberikan makanan yang kaya
nutrisipada anak. Sebagian besar anak-anak dengan diare cair mendapatkan kembali nafsu
makan mereka setelah dehidrasi diperbaiki, sedangkan orang-orang dengan diare berdarah
seringkali nafsu makan tetap buruk sampai penyakitnya sembuh. Anak-anak ini harus
didorong untuk mau makan secara normal sesegera mungkin.
Ketika makanan diberikan, gizi yang cukup biasanya diserap untuk mendukung
pertumbuhan dan pertambahan berat badan. Makan juga mempercepat pemulihan fungsi usus
normal, termasuk kemampuan untuk mencerna dan menyerap berbagai nutrisi. Sebaliknya,
pada anak-anak yang dibatasi makannya dan makanan yang diencerkan dapat menurunkan
berat badan, menyebabkan diare lebih lama dan lebih lambat memulihkan fungsi usus.
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama dengan
yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat.
o Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui sesering dan
selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya dan ini harus
didukung.
o Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu formula)
sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.
o Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus diberikan ASI
lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya pasokan ASI, makanan lain
harus diturunkan.
Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus diberi
sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan makanan tersebut
belum diberikan, maka harus dimulai selama episode diare atau segera setelah diare berhenti.
Daging, ikan atau telur harus diberikan, jika tersedia. Makanan kaya akan kalium, seperti
pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan bermanfaat.

15
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari). Makan porsi
kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah diare
berhenti, dapat terus memberi makanan dengan energi yang sama dan membrikan satu lagi
makan tambahan daripada biasanya setiap hari selama setidaknya dua minggu. Jika anak
kekurangan gizi, makanan tambahan harus diberikan sampai anak telah kembali berat badan
normal-untuk-height.
Aturan 4 Bawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda dehidrasi atau masalah
lainnya
Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
• Buang air besar cair sering terjadi
• Muntah berulang-ulang
• Sangat haus
• Makan atau minum sedikit
• Demam
• Tinja Berdarah
• Anak tidak membaik dalam tiga hari.
Pedoman diare yang sebelumnya hanya mempunyai 3 aturan saja. Namun WHO 2005
menambahkan pemberian zinc pada rencana terapi A ini.
Rencana Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan dehidrasi ringan-
sedang
Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk menentukan
jumlah larutan yang tepat. Jumlah larutan ditentukan dari berat badan (Kg) dikalikan 75 ml.
Jika berat badan anak tidak diketahui maka penentuan jumlah cairan ditentukan berdasarkan
usia anak.

Jumlah Cairan yang Harus Diberikan Dalam 4 Jam Pertama


a
Usia <> 4 – 11 12 – 23 2–4 5 – 14 > 15 tahun
bulan bulan tahun tahun
Berat <> 5–7.9 kg 8-10.9 kg 11-15.9kg 16-29.9kg > 30 kg
Badan
Jumlah 200-400 400-600 600-800 800-1200 1200-2200 2200-4000
(ml)
a
Digunakan apabila tidak diketahui berat badan pasien

• Jika pasien menginginkan lebih banyak oralit, maka dapat diberikan.


16
• Dorong ibu untuk terus menyusui anaknya.
• Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak menyusui, jika menggunakan larutan oralit WHO
yang lama yang mengandung 90 mmol / L natrium, juga memberi 100-200ml air bersih
selama periode ini. Namun, jika menggunakan larutan oralit osmolaritas rendah yang baru
mengandung 75mmol / L natrium, hal ini tidak perlu menambah air bersih.
Edema (bengkak) kelopak mata adalah tanda dari over-hidrasi. Jika hal ini terjadi,
hentikan penggunaan oralit, tapi dapat diberi ASI atau air putih, dan makanan. Jangan beri
diuretik. Bila edema telah hilang, lanjutkan pemberian oralit atau cairan rumah sesuai dengan
Rencana Terapi A.
Keluaraga harus diajarkan cara memberikan larutan oralit. Larutan dapat diberikan
pada anak-anak menggunakan sendok atau cangkir. Botol minum tidak boleh digunakan.
Untuk bayi dapat digunakan pipet atau syringe. Untuk anak <>(1)
Jika tanda-tanda dehidrasi parah telah muncul, terapi intravena (IV) harus dimulai
sesuai Rencana Terapi C.
Jika anak masih memiliki tanda-tanda yang menunjukkan dehidrasi beberapa,
teruskan terapi rehidrasi oral dengan mengulangi Rencana Terapi B. Pada saat yang sama
dimulai pemberian makanan, susu dan cairan lain, seperti yang dijelaskan dalam Rencana
Terapi A, dan terus menilai kembali anak.
Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, harus dipertimbangkan rehidrasi telah lengkap.
Bila rehidrasi adalah lengkap:
 Turgor kulit normal
 Tidak haus
 Urin
 Anak menjadi tenang, tidak lagi mudah marah dan seringkali tertidur.
Ajarkan ibu cara untuk merawat anaknya di rumah dengan larutan oralit dan makanan
seperti pada Rencana Terapi A.
Dengan larutan oralit yang sebelumnya, tanda dehidrasi dapat menetap atau muncul
kembali selama pemberian oralit pada 5% anak-anak. Namun dengan larutan oralit
osmolaritas rendah yang baru, diperkirakan kegagalan pengobatan sebelumnya dapat
berkurang menjadi 3%, atau kurang.
Penyebab kegagalan tersering ialah:
 Intake larutan oralit yang kurang (lebih dari 15-20 ml/kg/jam), seperti yang terjadi pada
beberapa anak-anak dengan kolera

17
 Tidak cukup asupan larutan oralit karena kelelahan atau kelesuan
 Sering terjadi muntah-muntah yang parah.
Anak-anak tersebut harus diberikan larutan oralit dengan selang nasogastric (NG) atau
larutan Ringer laktat intravena (IV) (75 ml/kg/4jam), biasanya dilakukan di rumah sakit.
Mulailah untuk memberikan tambahan zinc, seperti dalam Rencana terapi A, segera
setelah anak dapat makan setelah 4 jam pertama periode rehidrasi.
Kecuali untuk ASI, makanan tidak boleh diberikan selama empat jam pertama periode
rehidrasi. Namun, anak-anak yang terus dalam Rencana Terapi B lebih dari empat jam harus
diberikan makanan setiap 3-4 jam seperti yang dijelaskan dalam Rencana terapi A. Semua
anak yang lebih tua dari 6 bulan harus diberikan makanan sebelum pulang. Ini membantu
untuk menekankan kepada para ibu pentingnya terus makan selama diare.
Perbedaan dari rencana terapi B antara WHO tahun 2005 dan Depkes RI 1999 ialah
adanya penambahan zinc pada terapi diare menurut WHO 2005 dan adanya perbedaan untuk
menentukan jumlah cairan rehidrasi yang ditentukan berdasarkan usia.
Rencana Terapi C : untuk Pasien dengan Dehidrasi Berat
Pengobatan bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah rehidrasi intravena cepat,
mengikuti Rencana Terapi C. Jika mungkin, anak harus dirawat di rumah sakit. Panduan
untuk rehidrasi intravena.
Anak-anak yang masih dapat minum, walaupun buruk, harus diberikan oralit secara
peroral sampai infus berjalan. Selain itu, ketika anak dapat minum tanpa kesulitan, semua
anak harus mulai menerima larutan oralit (sekitar 5 ml/kg/jam), yang biasanya dalam waktu
3-4 jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk pasien yang lebih tua). Ini memberikan tambahan
dasar dan potasium, yang mungkin tidak dapat secara memadai disediakan oleh cairan infus.
Mulai diberi cairan i.v segera. Bila pasien dapat minum berikan oralit sampai cairan
i.v dimulai. Berikan 100 ml/Kg cairan Ringer Laktat (atau cairan normal salin bila ringer
laktat tidak tersedia) yang dibagi sebagai berikut:
Jumlah pemberian cairan secara intravena pada pasien dehidrasi berat
Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba.
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam .Bila rehidrasi belum tercapai pencepat tetesan
intravena. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita mengunakan Tabel
Pernilaian Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B atau C ) untuk melanjutkan
terapi.

18
Pasien harus dinilai ulang setiap 15-30 menit sampai denyut a. radialis teraba kuat.
Setelah itu, pasien harus dinilai ulang setidaknya setiap 1 (satu) jam untuk memastikan bahwa
hidrasi membaik. Jika tidak, maka infus harus diberikan lebih cepat.
Lihat dan rasakan untuk semua tanda-tanda dehidrasi:
o Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV seperti yang diuraikan
dalam Rencana terapi C.
o Jika anak membaik (dapat minum), tetapi masih menunjukkan tanda-tanda dari dehidrasi
sedang, hentikan infus IV dan berikan larutan oralit selama empat jam, sebagaimana
ditetapkan dalam Rencana terapi B.
o Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana terapi A. Ingatlah bahwa anak
membutuhkan terapi dengan larutan oralit sampai diare berhenti.
Jika fasilitas terapi IV tidak tersedia, tetapi dapat diberikan dalam jangka waktu dekat
(yaitu dalam waktu 30 menit), kirimlah anak untuk pengobatan IV segera. Jika anak dapat
minum, berikan ibu beberapa larutan oralit dan tunjukkan kepadanya cara untuk
memberikannya kepada anaknya selama perjalanan.
Jika terapi IV tidak tersedia di dekatnya, petugas kesehatan yang telah dilatih dapat
memberikan larutan oralit menggunakan selang Naso Gastrik, dengan kecepatan 20 ml/kg BB
/jam selama 6 (enam) jam (total 120 ml/kg BB). Jika perut menjadi bengkak, larutan oralit
harus diberikan perlahan-lahan sampai menjadi kurang buncit.
Jika tidak bisa menggunakan selang NGT namun anak dapat minum, larutan oralit
harus diberikan melalui mulut dengan kecepatan 20 ml/kg BB/jam selama 6 (enam) jam (total
120 ml / kg berat badan). Jika terlalu cepat, anak dapat muntah berulang. Jika terjadi hal ini,
maka memberikan larutan oralit secara lebih lambat sampai muntah mereda.
Anak-anak menerima terapi NGT atau per oral harus dinilai ulang paling sedikit
setiap jam. Jika tanda-tanda dehidrasi tidak membaik setelah tiga jam, anak harus segera
dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV tersedia.
Kalau tidak, jika rehidrasi maju memuaskan, anak harus dinilai ulang setelah enam
jam dan keputusan pada perawatan lebih lanjut dibuat seperti yang dijelaskan di atas untuk
terapi IV yang diberikan.
Jika tidak ada fasilitas NGT dan tidak dapat dilakukan secara peroral, anak harus
segera dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV atau NGT tersedia.
Pada rencana terapi C tidak ada perbedaan antara WHO 2005 dengan pedoman
penatalaksanaan diare di Indonesia saat ini.

19
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH
PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI

20
21
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

RENCANA TERAPI C
UNTUK DEHIDRASI BERAT

22
23
Daftar Pustaka
Amin. (2015). Tatalaksana diare akut. Continu Medical Education, 42(7).
Cha et. Al. (2016). The Effects of Imfroved sanitation on diarrheal prevalence, incidence, and
duration in children under five in the SNNPR State, Ethiopia: study protocol for a
rando mized controlled trial. Bio Med Central, 27 (204).
Depkes RI. (2013). 10 pesan hidup sehat dalam kedaruratan. Jakarta : Depkes RI

24

Anda mungkin juga menyukai