Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

OTITIS EKSTERNA SIRKUMSKRIPTA AURICULA SINISTRA

Pembimbing :
dr.Arroyan Wardhana, Sp.THT-KL
dr. Irma Suryati, Sp.THT-KL

Disusun Oleh :
Febriana Loto Patandianan
112019138

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK


RSUD KOJA – JAKARTA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2020
STATUS PASIEN
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT THT
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT THT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA, JAKARTA

Nama : Febriana Loto Patandianan Tanda Tangan:

Nim : 112019138
Dr Pembimbing / Penguji : dr.Arroyan Wardhana, Sp.THT-KL Tanda Tangan:

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny T Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 28 Tahun Pendidikan : SMA

Status Perkawinan : Menikah Agama : Muslim

Pekerjaan : ibu rumah tangga Alamat: Guji Baru

ANAMNESIS

Diambil dari : Autoamnesis

Tanggal : 13 November 2020 Jam :15.00 WIB

Keluhan utama :

Nyeri pada telinga sebelah kiri


Riwayat perjalanan penyakit (RPS):

Pasien datang ke Poliklinik THT RSUD Koja dengan keluhan nyeri pada telinga kirinya sejak 3
hari yang lalu. Sebelumnya telinga pasien gatal dan mengkorek telinga kiri menggunakan cotton
bud dan tusuk gigi. 3 hari setelah mengorek telinganya pasien merasa liang telinganya bengkak
dan terasa sakit. Sakit dirasakan sepanjang hari hingga mengganggu konsentrasi. Sakit makin

terasa saat telinganya dipegang dan saat mengunyah. Tidak terdapat cairan yang keluar dari
kedua liang telinga. Pasien juga mengatakan sedikit mengalami penurunan pendengaran pada
telinga kiri namun tidak terlalu mengganggu. Tidak ada keluhan pusing, batuk, pilek, panas
badan maupun nyeri menelan pada pasien. Pasien mengaku sebelumnya tidak kemasukan air
maupun benda asing lainnya ke dalam telinganya.

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)


Riwayat alergi : Tidak ada
Riwayat trauma : Tidak ada
Riwayat penyakit : hipertensi (-), DM (-), kolesterol (-) asma (-), TBC (-)

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Tekanan Darah : 118/70 mmHg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit

Telinga
KANAN KIRI
Bentuk daun telinga Normotia Normotia
Kelainan kongenital Bat ear (-), fistula (-), mikrotia Bat ear (-), fistula (-), mikrotia
(-), atresia (-) (-), atresia (-)
Radang, tumor Hiperemis (-), nyeri (-), Hiperemis (-), nyeri (-),
hipertermi (-), oedema (-), hipertermi (-), oedema (-),
massa (-) massa (-)
Nyeri tekan tragus Tidak Ada Ada
Penarikan daun telinga Nyeri tarik daun telinga (-) Nyeri tarik daun telinga (-)
Kelainan pre, infra, Fistula (-), Abses (-) Fistula (-), Abses (-)
retroaurikuler Hiperemis (-), Massa (-) Hiperemis (-), Massa (-)
Nyeri tekan (-), Oedema (-) Nyeri tekan tragus (+),
Oedema (-)
Region Mastoid Abses (-), Hiperemis (-), Abses (-), Hiperemis (-),
Massa (-), Nyeri tekan (-), Massa (-), Nyeri tekan (-),
Nyeri Ketuk (-), Oedema (-) Nyeri Ketuk (-), Oedema (-)
Liang telinga Lapang, furunkel (-), jaringan Sempit, furunkel (+), jaringan
granulasi (-), serumen (+), granulasi (-), serumen (-),
sekret (-), darah (-), hiperemis sekret (-), darah (-), hiperemis
(-), edema (-) (+), edema (+)
Membran timpani Utuh, Intak warna abu Sulit dinilai
mengkilap, refleks cahaya (+)
arah jam 5, hiperemis (-),
bulging (-) perforasi (-)

Tes Penala
KANAN KIRI
Rinne Tidak dilakukan Tidak Dilakukan
Weber Tidak Dilakukan
Schwabach Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Hidung
KANAN KIRI
Bentuk Normal, deformitas (-)
Tanda peradangan Hiperemis (-), oedema (-), Nyeri tekan (-), massa (-)
Sinus frontalis Hiperemis (-), Nyeri tekan (-), nyeri ketuk (-)
(Nyeri tekan dan ketuk)
Sinus maksilaris Hiperemis (-), Nyeri tekan (-), nyeri ketuk (-)
(Nyeri tekan dan ketuk)
Vestibulum Tampak bulu hidung Tampak bulu hidung
Sekret(-) Sekret (-)
Furunkel (-) Furunkel (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Cavum nasi Lapang Lapang
Sekret (-) Sekret (-)
Konka inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Konka medius Tidak tampak Tidak tampak
Sulit dinilai Sulit dinilai
Meatus nasi medius Tidak tampak Tidak tampak
Sulit dinilai Sulit dinilai
Sinus frontalis Tidak ada Tidak ada
(nyeri tekan + nyeri ketuk)
Sinus maksilaris Tidak ada Tidak ada
( nyeri tekan + nyeri ketuk)
Septum nasi Simetris , tidak ada deviasi Simetris, tidak ada deviasi

Rhinopharynx
 Koana : Tidak Dilakukan
 Septum nasi posterior : Tidak Dilakukan
 Muara tuba eustachius : Tidak Dilakukan
 Tuba eustachius : Tidak Dilakukan
 Torus tubarius : Tidak Dilakukan
 Post nasal drip : Tidak Dilakukan
Tenggorok
Faring
 Dinding faring : Hiperemis (-), mukosa rata, granul (-), post nasal drip (-), lendir mukoid
(-)
 Arcus : Hiperemis (-), simetris
 Tonsil : T1-T1 , tenang, hiperemis (-), kripta (-), detritus (-)
 Uvula : Bentuk normal, di garis median, hiperemis (-)
 Gigi : gigi berlubang (-), karies (-)

Laring
 Epiglotis : tidak dilakukan
 Plica aryepiglotis : tidak dilakukan
 Arytenoids : tidak dilakukan
 Ventricular band : tidak dilakukan
 Pita suara : tidak dilakukan
 Rima glotis : tidak dilakukan
 Sinus piriformis : tidak dilakukan
 Kelenjar limfe submandibula dan cervical : tidak dilakukan

RESUME

Anamnesis

Ny. T 28 tahun datang ke poloklinik RSUD Koja dengan keluhan nyeri pada telinga kirinya sejak
3 hari yang lalu. Sebelumnya telinga pasien gatal dan mengorek telinga kiri menggunakan cotton
bud dan tusuk gigi. 3 hari setelah mengorek telinganya pasien merasa liang telinganya bengkak
dan terasa sakit. Sakit dirasakan sepanjang hari hingga mengganggu konsentrasi. Sakit makin

terasa saat telinganya dipegang dan saat mengunyah. Tidak terdapat cairan yang keluar dari
kedua liang telinga. Pasien juga mengatakan sedikit mengalami penurunan pendengaran pada
telinga kiri namun tidak terlalu mengganggu. Tidak ada keluhan pusing, batuk, pilek, panas
badan maupun nyeri menelan pada pasien. Pasien mengaku sebelumnya tidak kemasukan air
maupun benda asing lainnya ke dalam telinganya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan dan kesadaran kompos mentis,
Tekanan darah 118/70 mmHg, suhu 36,5 C, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit. Pada pemeriksaan
telinga kiri terdapat nyeri tekan tragus. Pada 1/3 luar liang telinga kiri tampak furunkel (+),
hiperemis (+), edema (+). Pasien belum pernah mengalami hal serupa, tidak ada penyakit kronis,
tidak ada riwayat alergi dan di keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa.

WORKING DIAGNOSIS

Otitis Eksterna Sirkumskripta auricular sinistra

Dasar diagnosis:
Anamnesis :
 Rasa gatal
 Nyeri bila telinga tersentuh dan mengunyah.
 Rasa nyeri, tidak sesuai dengan besarnya bisul
 Nyeri timbul saat tragus ditekan

Pemeriksaan Fisik :

 Membran timpani pada telinga kiri sulit dinilai


 Nyeri tekan tragus pada telinga sebelah kiri
 Tampak adanya furunkel di 1/3 luar liang telinga kiri, hiperemis (+), edem(+)

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

 Otitis Eksterna Difus aurikula sinistra


 Otomikosis

PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia Ad Bonam
Ad fungsionam : Dubia Ad Bonam
Ad sanationam : Dubia Ad Bonam

PENATALAKSANAAN

MEDIKAMENTOSA

 Antibiotik topical: Chloramphenicol salep (2-3x/ hari)


 Ibuprofen 3x200mg

NON – MEDIKAMENTOSA

 Pasien sebaiknya menjaga kebersihan telinga dan telinga tetap kering untuk mencegah
terjadinya kekambuhan.
 Pasien diberitahu untuk tidak mengulangi kebiasaannya yang sering mengorek telinga.

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI TELINGA

Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-struktur
telinga tengah. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna atau aurikel) dan liang telinga sampai
membrane timpani. Di dalam telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran yaitu maleus,
inkus, stapes. Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis.1,2
Gambar 1. Anatomi telinga1
Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berleku-lekuk dan dibungkus oleh
kulit tipis. Lekukan-lekukan ini dibentuk oleh heliks, antiheliks, tragus, antitragus, fossa
skafoidea, fossa triangularis, konkha dan lobulus. Permukaan lateral daun telinga mempunyai
tonjolan dan daerah yang datar. Tepi daun telinga yang melengkung disebut tuberkulum telinga
(darwn tubercle). Pada bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut antiheliks.2,3

Gambar 2. Anatomi daun telinga (aurikula)1


Auricula terdiri dari potongan kartilago yang ditutupi kulit dan dihubungkan ke tengkorank
oleh oto dan ligamentum vestigial. Meatus acusticus externus membentuk pipa melengkung
seperti “S” yang terbentang dari auricular ke membran tympani (gendang telinga). Meatus
acusticus externa mempunyai kerangka tulang rawan pada sisi paling laterlanya yang
bersambung dengan auricular.1,2 Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantar
gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga tengah.1,2
Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang melengkung, maka
telinga luar mampu melindungi membrana timpani dari trauma, benda asing dan efek termal.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan bagian tulang rawan pada sepertiga luar dan bagian
tulang pada dua pertiga dalam. Panjang liang telinga kira-kira 2,5 cm – 3 cm. Bentuk liang
telinga seperti huruf S melar akibat perbedaan sudut bagian tulang rawan dan bagian tulang
karena itu membrane timpani biasanya tidak dapt terlihat langsung dari luar. Bagiang yang
tersempit dari liang telinga adalah dekat perbatasan tulang dan tulang rawan. Hanya sepertiga
bagian luar atau bagian kartilaginosa dari liang telinga dapat bergerak.1,2
Pada kulit yang normal di liang telingfa, ada bakteri flora seperti Micrococcus dan
Corynebacterium sp. Infeksi pada liang telinga oleh bakteri patogen dipengaruhi kondisi host
misalnya adanya trauma lokal, adanya perubahan sifat serumen, dermatitis, dan perubahan pH di
liang telinga. Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang,
selain itu juga mengandung folikel rambut yang banyak bervariasi antar individu namun ikut
membantu menciptakan suatu sawar dalm liang telinga. Anatomi liang telinga pars ossesus
sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh dimana kulit langsung terletak
di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini sangat peka, dan tiap
pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi.1,2
Jika menggunakan otoskop, aurikula biasanya harus ditarik ke postero lateral untuk dapat
melihat bagian tulang dan membrana timpani. Bersama dengan lapisan luar membrana timpani,
liang telinga membentuk suatu kantung berlapis epitel yang dapat memerangkap kelembaban,
sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu.1,2

Gambar 3. Membran timpani yang normal2

Ada tiga makroskopik mekanisme pertahanan dari liang telinga dan permukaan lateral
membrane timpani yaitu tragus dan antitragus, kulit dengan lapisan serumen dari isthmus. Salah
satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan pembentukan serumen atau
kotoran telinga. Sebagian besar struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang menghasilkan
serumen terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel-sel stratum korneum ikut pula berperan
dalam pembentukan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada dinding
kanalis ini. pH gabungan berbagai bahan tersebut adalah sekitar 6, suatu faktor tambahan yang
berfungsi mencegah infeksi. Serumen diketahui memiliki fungsi sebagai proteksi. Dapat
berfungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari
membrane timpani. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan
dan pembentukan fisura pada epidermis.1,2,3,
Saluran limfatik merupakan bagian yang penting dalam penyebaran infeksi. Bagian anterior
dan superior dari meatus akustikus eksternus, disalurkan ke pembuluh limfe preaurikular di
kelenjar limfe servikal bagian superior.1,2,3
Bagain inferior, disalurkan ke infra aurikuler dekat angulus mandibula. Bagian posterior
disalurkan ke kelenjar limfe postaurikuler dan kelenjar limfe servikal bagian superior.
Rangsangan pada aurikuler dan meatus akustikus eksternus berasal dari saraf perifer dan cranial,
yaiu dari saraf trigeminus (V), fasil (VII), glosopharingeal (IX), dan vagus (X).1,2

OTITIS EKSTERNA

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis. Penyebabnya dapat berupa

infeksi oleh bakteri, virus, maupun jamur. Kondisi ini merupakan salah satu kondisi medis yang

paling umum yang biasanya terjadi pada atlet air. Otitis eksterna diperkirakan mengenai 10%

orang pada tahap tertentu dan dapat terjadi akut, kronik atau bentuk nekrosis.4

Peradangan pada otitis eksterna umumnya di seluruh saluran telinga. Otitis eksterna akut
(<6 minggu), kronis (> 3 bulan), dan nekrosis merupakan bentuk ganas. Otitis eksterna akut
dapat muncul sekali atau mungkin terjadi kekambuhan, hal ini menyebabkan nyeri dengan aural
discharge dan berkaitan dengan gangguan pendengaran.4

Kondisi ini ditandai dengan nyeri, nyeri tekan, kemerahan, dan pembengkakan pada
saluran telinga eksternal dan terkadang ada eksudat purulen. Otitis eksterna akut dikaitkan
dengan paparan air (kegiatan rekreasi air, mandi, dan berkeringat berlebihan), trauma lokal,
keadaan yang hangat dan lingkungan lembab.4,5

Otitis eksterna akut dapat dibagi menjadi dua, yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan otitis
eksterna difusa. Keduanya berbeda dari segi letak peradangan, gejala yang ditimbulkan, serta
kuman penyebab.2
Etiologi

Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa,
Proteus mirabilis, Staphylococcus, Streptococcus, dan beberapa bakteri gram negatif. Serta dapat
juga disebabkan oleh jamur seperti jamur golongan Aspergillus atau Candida sp.4

Penyebab tersering otitis eksterna sirkumskripta adalah Staphylococcus aureus atau


Staphylococcus albus. Sedangkan otitis eksterna difusa terutama disebabkan oleh golongan
Pseudomonas.2 Faktor lainnya adalah maserasi kulit liang telinga akibat sering berenang atau
mandi dengan shower, trauma, reaksi terhadap benda asing, dan akumulasi serumen.6

Suatu studi pada populasi sampel menunjukkan 41% kasus otitis eksterna disebabkan oleh
bakteri gram negatif, yaitu Pseudomonas Bakteri lainnya yaitu pada gram positif, yaitu
Streptococcus (22%), Staphylococcus aureus (15%)4,6

Epidemiologi
Laporan pertama dari CDC (Center for Disease Control and Prevention) yang
menggambarkan secara keseluruhan epidemiologi otitis eksterna akut di Amerika Serikat,
diperkirakan bahwa 2,4 juta kunjungan per tahun yang terdiagnosis di pusat kesehatan
merupakan kasus otitis eksterna akut (8,1 kunjungan per 1000 populasi).4
Pada penelitian yang dilakukan di RS Sumber Waras Jakarta mulai 1 Januari 1980 sampai
dengan 30 Desember 1980 mendapatkan 1.370 penderita baru dengan diagnosis otitis eksterna
yang terdiri dari 633 pria dan 737 wanita.
Sebuah studi epidemiologi di Inggris menemukan prevalensi selama 12 bulan yang sama
untuk individu yang berusia 5-64 tahun dan prevalensinya meningkat pada usia lebih dari 65
tahun.6,7 Secara umum di dunia, frekuensi otitis eksterna tidak diketahui namun insidennya
meningkat di negara tropis seperti Indonesia. Di Indonesia otitis eksterna dapat ditemukan pada
semua kelompok usia, insiden tertinggi ditemukan pada anak usia 7 hingga 12 tahun.5,7

Patogenesis
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan dikeluarkan
dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud dapat mengganggu mekanisme
pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar
gendang telinga.
Selain itu juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang
telinga. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga
ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga
merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya lapisan
protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal
yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal
memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya
menimbulkan rasa nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa tidak
nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi dapat mengeluarkan cairan/nanah yang bisa
menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan
terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.
Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan :
 Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan jaringan
lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan
menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
 Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan
dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa
sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.

Otitis eksterna sirkumskripta merupakan infeksi folikel rambut, bermula sebagai folikulitis
kemudian biasanya meluas menjadi furunkel. Kadang-kadang furunkel disebabkan oleh
tersumbat serta terinfeksinya kelenjar sebasea di liang telinga. Panas dan lembab dapat
menurunkan daya tahan kulit liang telinga, sehingga frekuensi penyakit ini agak meningkat pada
musim panas.6,7
Pada kasus dini, dapat terlihat pembengkakan dan kemerahan difus didaerah liang telinga
bagian tulang rawan, biasanya posterior atau superior. Pembengkakan itu dapat menyumbat liang
telinga. Setelah terjadi lokalisasi dapat timbul pustula. Pada keadaan ini terdapat rasa nyeri yang
hebat sehingga pemeriksaan sukar dilakukan. Biasanya tidak terdapat sekret sampai absesnya
pecah6,7

Faktor Predisposisi

Infeksi dapat terjadi sebagai akibat faktor-faktor predisposisi tertentu sebagai berikut:8
1. Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa
2. Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan kelembaban
3. Suatu trauma ringan seringkali karena benang atau membersihkan telinga secara
berlebihan.
Terlalu sering membersihkan telinga mengakibatkan serumen yang berfungsi sebagai
pertahanan kulit meatus akustikus eksterna hilang, protective lipid layer dan acid mantle
juga hilang. Hal ini menyebabkan kelembaban dan suhu di meatus akustikus eksterna
meningkat. Meatus akustikus ekterna yang lembab, hangat, dan kotor merupakan media
pertumbuhan kuman yang baik.

Klasifikasi Otitis Eksterna


Otitis eksterna dapat dibagi menjadi akut dan kronis. Otitis eksterna akut biasanya (<6
minggu) dan kronis (> 3 bulan). Otitis eksterna akut dapat dibagi menjadi dua, yaitu otitis
eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difusa. Keduanya berbeda dari segi letak peradangan,
gejala yang ditimbulkan, serta kuman penyebab.2

1. Otitis Eksterna Sirkumskripta

Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di liang
telinga yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus dan menimbulkan furunkel di 1/3
liang telinga luar.
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari ringan
sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila mengunyah
makanan) dan rasa gatal. Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang
telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau
abses pada 1/3 luar liang telinga.
Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta :
1. Lokal : antibiotik dalam bentuk salep seperti, Polymixin B atau bacitracin tetes
telinga. Pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan 10%
ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses dilakukan
insisi dan tampon larutan rivanol 0,1%.
2. Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat.
Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg, eritromisin 250mg. Anak-anak
diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
3. Analgetik : Parasetamol 500 mg (dewasa).

2. Otitis Eksterna Difus


Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi
bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Penyakit ini paling sering
terjadi pada keadaan dengan kelembaban tinggi dan panas serta pada perenang. Keringat
yang berlebihan merubah pH kulit liang telinga dari asam menjadi basa sehingga
menimbulkan pertumbuhan kuman patogen.
Terdapat dua faktor yang paling responsibel terhadap kondisi ini, yaitu trauma
liang telinga dan invasi kuman patogen. Bakteri penyebab lainnya yaitu Staphylococcus
albus, Escheria coli, dan sebagainya. Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan edema
yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala
otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang ditemukan sekret yang berbau namun tidak
bercampur lendir. Lendir merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani dan kita
temukan pada kasus otitis media. Terdapat nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit,
dan nyeri tekan.
Pengobatan otitis eksterna difus ialah apabila terdapat celah lumen dengan
memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat
kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Sedangkan jika lumen sempit
beri salep kortikosteroid. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik dan
analgetik.
3. Otitis Eksterna Kronis

Gejala yang terjadi pada otitis eksterna kronis sama dengan otitis eksterna akut difusa,
namun terjadi dalam durasi yang lebih lama, yaitu lebih dari 6 minggu. Penyebab
tersering yaitu infeksi bakteri atau jamur yang tidak diobati dengan baik. Dapat juga
disebabkan oleh iritasi kulit yang disebabkan oleh cairan otitis media, trauma berulang,
adanya benda asing, dan penggunaan cetakan (mould) pada alat bantu dengar (hearing
aid) yang menyebabkan radang kronis. Akibatnya terjadi penyempitan MAE oleh
pembentukan jaringan parut atau sikatriks. Pengobatannya memerlukan operasi
rekonstruksi MAE. 6, 8

4. Otitis Eksterna Maligna


Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar atau struktur lain di
sekitarnya. Biasanya terjadi pada orangtua dengan penyakit diabetes melitus. Pada
penderita diabetes, pH serumennya lebih tinggi dibanding pH serumen non diabetes.
Akibat adanya faktor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut
menjadi otitis eksterna maligna.
Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif ke lapisan
subktuis, tulang rawan dan ke tulang di sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis dan
osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.
Gejala otitis eksterna maligna adalah rasa gatal di liang telingabyang dengan
cepat diikuti oleh nyeri, sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian
rasa nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang
tumbuhnya cepat. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis
fasial.
Pengobatan harus cepat dilakukan dan sesuai dengan hasil kultur dan resistensi.
- Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan fluoroquinolone
(ciprofloxasin) dosis tinggi per oral.
- Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotik parenteral kombinasi dengan
antibiotik golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu.
- Antibiotik yang sering digunakan adalah ciprofloxasin, ticarcillin clavulanat,
ceftriaxone, gentamicin (kombinasi dengan penicilin).
- Debridement (membersihkan luka) secara radikal. Tindakan yang kurang bersih akan
mempercepat penjalaran penyakit.

Diagnosis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa gatal. Rasa gatal
berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak sesuai dengan kondisi penyakitnya (mis,
pada folikulitis atau otitis eksterna sirkumskripta). Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik,
nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah makanan.
Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen
tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya akan bermanifestasi
sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.
Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada besarnya
furunkel atau edema yang terjadi dan telah menyumbat pada liang telinga.
Didapatkan riwayat faktor predisposisi misalnya kebiasaan berenang pada pasien,
ataupun kebiasaan mengorek kuping dengan cotton bud bahkan menggunakan bulu ayam yang
merupakan media penyebaran infeksi.
Pemeriksaan Fisik pada pasien bisanya menunjukkan:
 Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membran timpani dengan liang MAE
penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran timpani dapat tidak tampak.
 Pada folikulitis akan didapatkan edema, hiperemi pada pars kartilagenous MAE.
 Nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik daun telinga (+)
 Adenopati reguler dan terkadang didapatkan nyeri tekan.4

Diagnosis Banding
 Otitis Eksterna Difusa

Pada otitis eksterna difusa, biasanya mengenai kulit liang telinga 2/3 dalam. Tampak kulit
liang telinga hiperemis, edema yang tidak jelas batasnya dan basah. Kuman penyebab
biasanya golongan Pseudomonas. Keluhan utama pasien biasanya berupa gatal, keluhan
nyeri biasanya jarang dialami pasien.5
 Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah
tersebut. Yang tersering ialah Pityrosporum, Aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga
Candida albikans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan terbentuka sisik yang
menyerupai ketombe dan merupakan predipossisi otitis eksterna bakterialis. Gejala
biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh ditelinga, tetapi sering pula tanpa keluhan.1
Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang telinga dengan larutan asam asetat 2%
dalam alkohol, larutan iodin povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung campuran
antibiotik dan steroid yang diteteskan keliang telinga biasanya dapat menyembuhkan.
Kadang-kadang diperlukan juga antijamur (sebagai salep) yang dibersihkan secara topikal
yang mengandung nistatin, klotrimazol.1

Edukasi

 Pasien sebaiknya menjaga kebersihan telinga dan telinga tetap kering untuk mencegah
terjadinya kekambuhan.

 Dianjurkan untuk tidak menggaruk/membersihkan telinga pasien misalnya dengan cotton


bud terlalu sering.
 Kontrol kembali ke poliklinik setelah nyeri menghilang.

Penatalaksanaan
 Apabila furunkel sudah menjadi abses lakukan aspirasi untuk mengeluarkan nanahnya
 Lokal diberikan antibiotik dalam bentuk salep: polymixin B atau Bacitracin, atau
antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol).
 Simptomatik: Analgetik

Prognosis

Dubia ad bonam. Otitis eksterna sirkumskripta adalah suatu kondisi yang dapat diobati
biasanya sembuh dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Otitis eksterna kronis mungkin
memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak memiliki komplikasi jangka
panjang atau serius.

KESIMPULAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis. Penyebabnya dapat
berupa infeksi oleh bakteri, virus, maupun jamur. Otitis eksterna dapat dibagi menjadi akut dan
kronis. Otitis eksterna akut biasanya (<6 minggu) dan kronis (> 3 bulan). Otitis eksterna akut
dapat dibagi menjadi dua, yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difusa.
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di liang telinga
yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus dan menimbulkan furunkel di 1/3 liang telinga
luar. Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari ringan sampai
berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila mengunyah makanan) dan rasa
gatal. Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang telinga.
Pada kasus Ny. T 28 tahun didiagnosis dengan otitis eksterna sirkumskripta karena
memiliki keluhan utama yaitu nyeri pada telinga kirinya sejak 3 hari yang lalu. Sebelumnya
telinga pasien gatal dan mengorek telinga kiri menggunakan cotton bud dan tusuk gigi. 3 hari
setelah mengorek telinganya pasien merasa liang telinganya bengkak dan terasa sakit. Sakit
dirasakan sepanjang hari hingga mengganggu konsentrasi. Sakit makin terasa saat telinganya
dipegang dan saat mengunyah Pasien juga mengatakan sedikit mengalami penurunan
pendengaran pada telinga kiri namun tidak terlalu mengganggu. Pada pemeriksaan telinga kiri
terdapat nyeri tekan tragus. Pada 1/3 luar liang telinga kiri tampak furunkel (+), hiperemis (+),
edema (+).
Penatalaksanaan yang tepat yaitu apabila furunkel sudah menjadi abses lakukan aspirasi
untuk mengeluarkan nanahnya. Dapat diberikan antibiotik salep dan obat analgetik.
Prognosisnya baik dan biasanya sembuh dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Otitis
eksterna biasanya tidak memiliki komplikasi jangka panjang atau serius.
Daftar Pustaka
1. Helmi, Djaafar ZA, Restuti RD. Kelainan Telinga Luar. Dalam: Soepardi EA, Iskandar

N, Bashirudin J, restuti RD, edisi: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala dan Leher, Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 58-61

2. Bull. Tony R. Color Atlas Of ENT Diagnosis. Thieme Stuttgart. New York. 2013. Hal
25-30.
3. MansjoerArif, TriyantiKuspuji, SavitriRakhmi, et all. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi

Ketiga Jilid Pertama. Media Aesculapius FakultasKedokteranUniversitas Indonesia.

Jakarta.2001. Hal 83-84

4. Ballenger, JJ. Otitis Eksterna Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher.

Jilid 2. Edisi 16. BinaRupaAksara. Jakarta. Hal 236-238.

5. Roland, N.J. Key Topics in Otolaryngology. Second Edition. Mc Combe

6. McKeason. Otitis Eksterna. Clinical reference system. Available from

http://mdconsult.com.2004

7. Probst R, Grevers G,Iro H. Basic Othorhinolaryngology. Thieme. Germany. 2006. Hal :


207 – 209. 218 – 219.
8. Ludman, Harold. Pain in the ear on theABC of ENT. Fifth Edition. Blacwel publishing.

Page : 1-5

Anda mungkin juga menyukai