Disusun oleh:
Ni Wayan Julita Krisnanti Putri
13/350523/KU/16015
Pembimbing:
dr. Arif Budiawan, Msi. Med, Sp. THT-KL
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. APS
Tanggal Lahir : 11 September 2001
Usia : 16 tahun 0 bulan
No.RM : 1019205
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Kunjungan : 20 September 2017
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Nyeri menelan
6. Diagnosa Sementara
Tonsillitis Kronis
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Pasien tidak tampak kesakitan, kesan gizi kurang, kesadaran baik
2. Tekanan Darah : 110/70
3. Frekuensi Nadi : 98 kali per menit
4. Frekuensi Nafas : 22 kali per menit
5. Berat Badan : 41 kg
6. Tinggi Badan : 153 cm
7. BMI : 17,5
8. Kepala dan Leher : massa (-), trauma (-), limfadenopati (-)
9. Telinga
DEXTRA SINISTRA
AURICULA Bentuk normal Bentuk normal
Nyeri Tarik (-) Nyeri Tarik (-)
Nyeri tragus (-) Nyeri tragus (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
PREAURICULA Fistula (-) Fistula (-)
Abses (-) Abses (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
RETROAURICULA Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Radang (-) Radang (-)
edema (-) edema (-)
MASTOID Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Edema (-) Edema (-)
CANALIS AUDITORIS Hiperemis (-) Hiperemis (-)
EXTERNA Edema (-) Edema (-)
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Discharge (-) Discharge (-)
12. Orofaring
Mukosa buccal : warna merah muda, sama dengan warna sekitar
Gingiva : warna merah muda, sama dengan warna sekitar
Gigi geligi : warna kuning gading, karies (-)
Lidah 2/3 anterior : lidah kotor (-) bentuk normal, hiperemis (-),
geographic tongue (-)
Arkus faring : simetris, hiperemis (-)
Palatum : hiperemis (-), petechiae (-)
Dinding posterior orofaring : hiperemis (-) granuloma (-) postnasal drip (-)
13. Tonsil
DEXTRA SINISTRA
UKURAN T3 T2
KRIPTA Melebar Melebar
PERMUKAAN Tidak rata Tidak rata
WARNA Merah muda Merah muda
DETRITUS - -
FIXATIVE - -
PERITONSIL Abses (-) Abses (-)
PILAR ANTERIOR normal normal
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Belum dilakukan
E. DIAGNOSIS KLINIS
Rhinitis Akut, tonsillitis kronis
F. TATALAKSANA
1. Amoxiclav 625 mg / hari
2. Ambroxol 3 x 30 mg
3. Trifed 2x1
4. Kontrol 7 hari
5. Bila membaik, lakukan operasi tonsil
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatine yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer.
Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu,
tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil
tuba Eustachius (lateral band dinding faring / Gerlach tonsi).
Penyebaran infeksi melalui udara, tangan, dan droplet. Dapat terjadi pada semua terutama
anak.
B. GRADING
C. KLASIFIKASI
1. TONSILITIS AKUT
Tonsillitis Viral
Gejala tonsillitis viral lebih
menyerupai common cold yang disertai
rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang
paling sering adalah Epstein Barr virus.
Jika terjadi infeksi virus coxschakie,
maka pada pemeriksaan rongga mulut
akan tampak luka-luka kecil pada
palatum dan tonsil yang sangat
dirasakan oleh pasien. Terapi meliputi
istirahat, minum yang cukup, analgetik,
dan antivirus diberika jika berat.
Tonsillitis Bakterial
Gejala dan tanda masa inkubasi yang terjadi selama 2-4 hari. Gejala dan
tanda yang sering adalah nyeri tenggorokan dan nyeri waktu menelan, demam
dengan suhu yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di telinga (otalgia). Rasa nyeri di
telinga merupakan nyeri alih (referred pain) melalui saraf glosofaringeus (CN. IX).
Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus
berbentuk folikel, lacuna atau tertutup oleh membrane semu. Kelenjar
submandibular membengkak.
Terapi berupa antibiotic spectrum lebar penisilin, eritromisin. Antipiretik
dan obat kumur yang mengandung disinfektan.
2. TONSILITIS MEMBRANOSA
Penyakit yang termasuk dalam golongan tonsillitis membranosa:
Tonsillitis difteri
Frekuensi penyakit ini sudah menurun berkat keberhasilan imunisasi.
Penyebab tonsillitis difteri ialah kuman Corynebacterium diphteriae (gram positif
dan hidup di saluran napas bagian atas seperti hidung, faring dan laring). Tidak
semua orang yang terinfeksi oleh kuman ini akan menjadi sakit. Keadaan ini
tergantung pada titer toksin dalam darah seseorang. Titer anti toksin sebesar 0,03
satuan per cc darah dapat dianggap cukup memberikan imunitas. Tonsillitis difteri
seering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan frekuensi tertinggi pada
usai 2-5 tahun walaupun orang dewasa masih mungkin menderita penyakit ini.
Tonsillitis septik
Penyebab dari tonsillitis septik adalah streptokokus hemolitikus yang
terdapat dalam susu sapi.
3. TONSILITIS KRONIK
Tonsilitis kronik adalah peradangan kronik dari tonsil sebagai lanjutan peradangan
akut/subakut yang berulang/rekuren, dengan kuman penyebab nonspesifik. Peradangan
kronik ini dapat menyebabkan pembesaran tonsil yang menyebabkan gangguan
menelan dan gangguan pernapasan.
Karena proses radang yang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga
jaringan limfoid ikut terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid
digantikan dengan aringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta
melebar. Secara klinik, kripta ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus
sehingga menmbus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan
jaringan di sekitar fossa tonsillaris. Disertai juga dengan pembesaran kelenjar getah
bening.
Kriteria Diagnosis
Satu atau lebih keluhan dari anamnesis yang berulang disertai dengan pembesaran
ukuran tonsil dan atau pemeriksaan fisik lainnya.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Bila perlu kultur resistensi dari swab tenggorok
2. Rinofaringolaringoskopi (RFL), foto polos nasofaring lateral, polisomnografi (diagnosis
gangguan tidur) bila diperlukan
3. Pasca operasi: pemeriksaan histopatologi jaringan tonsil dan atau adenoid (bila dicurigai
keganasan)
E. TERAPI
- NON-BEDAH
1. Tonsilitis Viral
Istirahat, minum cukup,, analgetik, dan antivirus jika berat. Antivirus Metisoprinol
diberikan pada infeksi virus dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali
pemberian pada orang dewasa dan pada anak < 5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi
dalam 4-6 kali pemberian/hari.
2. Tonsilitis Bakteri
- Streptokokus grup A
o Penisiln G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal
o Amoksisilin 50 mg/kgBB dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa
3 x 500 mg selama 6-10 hari
o Eritromisin 4 x 500 mg/hari
- Steroid
o Dexametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak anak
0,01 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 kali pemberian selama 3 hari
3. Tonsilitis Difteri
- ADS (anti difteri serum) tanpa menunggu hasil kultur dengan dosis 20,000-100.000
unit tergantung usia dan beratnya penyakit.
- Antibiotic penisilin atau eritromisin 25-50 mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis selama 14
hari.
- Kortikosteroid diberikan 1,2 mg/kgBB/hari.
- Antipiretik untuk simtomatis.
- Karena penyakit ini menular, pasien harus diisolasi dan menjalankan perawatan
selama 2-3 minggu.
Indikasi Tonsilektomi
Indikasi Absolut Indikasi Relatif
1. Pembengkakan tonsil yang 1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi
menyebabkan obstruksi jalan nafas, tonsil per tahun dengan terapi
gangguan tidur, dan komplikasi antibiotic adekuat
kardiopulmonal 2. Halitosis akibat tonsillitis kronik yang
2. Abses peritonsilar yang tidak membaik tidak membaik dengan pemberian
dengan pengobatan medis dan drainase terapi medis
3. Tonsillitis yang menimbulkan kejang 3. Tonsillitis kronik atau berulang pada
demam karier streptokokus yang tidak
4. Tonsillitis yang membutuhkan biopsy membaik dengan pemberian antibiotic
untuk menentukkan patologi anatomi lactamase resisten
Kontraindikasi tonsilektomi:
- Gangguan perdarahan
- Risiko anastesi atau penyakit sistemik yang berat
- Anemia
F. KOMPLIKASI
Komplikasi pada anak sering terjadi otitis media akut, sinusitis, abses peritonsilar
(Quinsy throat, hot potato voice), abses parafaring, bronchitis, glomerulonephritis akut,
miokarditis, artiritis serta septimea akut akibat infeksi v. jugularis interna (sindrom
Lemierre). Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernapas melalui mulut, tidur
mendengkur, gangguan tidur karena terjadinya sleep apnea yang dikenal dengan
Obstructive Sleep Apnea Syndrome.
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa
rhinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara perkontinutatum. Komplikasi jauh terjadi
secara limfogen atau hematogen dan dapat timbul endocarditis, artritis, myositis, nefritis,
uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria dan furunkulosis.
H. KRITERIA RUJUKAN
- Komplikasi tonsillitis
- Adanya indikasi tonsilektomi
- Pasien dengan tonsillitis difteri
REFERENSI
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi Revisi kedua.
Jakarta. 2014.
Rusmarjono; Soepardi, E.A; Faringitis, Tonsilitis, Hipertrofi adenoid. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ketujuh Cetakan Kelima. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2016
Panduan Praktik Klinis Panduan Praktik Klinis Prosedur Tindakan Clinical Pathways. Vol.1. PP
PERHATI-KL. Jakarta. 2015
KASUS : OMK DAN TINNITUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp. S
Tanggal Lahir : 19 Apil 1963
Usia : 52 tahun
No.RM : 747486
Pekerjaan : Pegawai swasta
Tanggal Kunjungan : 19 September 2017
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Telinga berdenging
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Pasien tidak tampak kesakitan, kesan gizi baik, kesadaran baik2.
2. Tekanan Darah : 143/85
3. Frekuensi Nadi : 96kali per menit
4. Frekuensi Nafas : 18 kali per menit
5. Berat Badan : 55 kg
6. Tinggi Badan : 165 Cm
7. BMI : 20.2
8. Kepala dan Leher : massa (-), trauma (-), limfadenopati (-)
9. Telinga
DEXTRA SINISTRA
AURICULA Bentuk normal Bentuk normal
Nyeri Tarik (-) Nyeri Tarik (-)
Nyeri tragus (-) Nyeri tragus (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
PREAURICULA Fistula (-) Fistula (-)
Abses (-) Abses (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
RETROAURICULA Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Radang (-) Radang (-)
edema (-) edema (-)
MASTOID Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Edema (-) Edema (-)
CANALIS AUDITORIS Hiperemis (-) Hiperemis (-)
EXTERNA Edema (-) Edema (-)
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Discharge (-) Discharge (-)
12. Orofaring
Mukosa buccal : warna merah muda, sama dengan warna sekitar
Gingiva : warna merah muda, sama dengan warna sekitar
Gigi geligi : warna kuning gading, karies (-)
Lidah 2/3 anterior : lidah kotor (-) bentuk normal, hiperemis (-),
geographic tongue (-)
Arkus faring : simetris, hiperemis (-)
Palatum : hiperemis (-), petechiae (-)
Dinding posterior orofaring : hiperemis (-) granuloma (-) postnasal drip (-)
13. Tonsil
DEXTRA SINISTRA
UKURAN T1 T1
KRIPTA - -
PERMUKAAN rata rata
WARNA Merah muda Merah muda
DETRITUS - -
FIXATIVE - -
PERITONSIL Abses (-) Abses (-)
PILAR ANTERIOR normal normal
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Belum dilakukan
E. DIAGNOSIS KLINIS
OMK AS dan Tinnitus AS
F. TATALAKSANA
1. Mekobalamin guakobalamin 2x50 mg
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
OMK (otitis media kronis) merupakan peradangan kronis yang terjadi pada
telinga tengah selama lebih dari 2 bulan. OMK dibagi menjadi dua yaitu OMK non
suppurativa dan OMK suppurativa (OMSK). OMK non suppurativa atau otitis media
kronis dengan efusi dibagi menjadi dua macam yaitu tipe serosa dan tipe mukoid. Otitis
media ini biasanya disertai dengan membrane timpani yang utuh. Sedangkan OMK
supurativa dibagi menjadi benigna dan maligna.
Letak Perforasi
o Perforasi sentral: perforasi terdapat di pars tensa sedangkan di seluruh tepi
perforasi masih ada sisa membrane timpani.
o Perforasi marginal: sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan
annulus dan sulkus timpanikum
o Perforasi atik: perforasi yang terletak di pars flaccida
Jenis OMSK
Pemeriksaan:
Dapat disertai atau tanpa sekret
Bila terdapat sekret dapat berupa : Warna jernih, mukopurulen atau
bercampur darah. Jumlah sedikit (tidak mengalir keluar liang telinga)
atau banyak (mengalir atau menempel pada bantal saat tidur). Bau
tidak berbau atau berbau (karena adanya kuman anaerob)
Pemeriksaan fisik :
Terdapat kolesteatoma
Perforasi membran timpani atik, marginal atau total
Liang telinga bisa lapang atau sempit bila terjadi shagging akibat
destruksi liang telinga posterior
Sekret mukopurulen/purulen yang berbau
Dapat disertai jaringan granulasi di telinga tengah
Bila terdapat komplikasi dapat ditemukan abses retroaurikular, fistel
retroaurikular, paresis fasialis perifer, atau ditemukan tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial
o Aktif: OMSK dengan sekret yang masih keluar dari kavum timpani secara
aktif
o Non aktif: OMSK yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Otoskopi
- Pemeriksaan penala
- pemeriksaan otomikroskopik/otoendoskopi
- Pemeriksaan fungsi pendengaran:
o Pemeriksaan penala
o Audiometri nada murni
o Audiometri tutur dapat dilakukakan terutama untuk pemilihan sisi telinga
yang dioperasi pada kasus bilateral dengan perbedaan ambang dengar kurang
10 dB
o Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA) bila diperlukan
- Dianjurkan High Resolution Computer Tomography (HRCT) mastoid potongan
aksial koronal tanpa kontras ketebalan 0.6mm. Foto polos mastoid Schuller masih
dapat dilakukan bila fasilitas CT scan tidak tersedia
- Dapat dilakukan kultur dan resistensi sekret telinga, yang diambil di :
o Poliklinik : dengan bahan sekret liang telinga
o Saat operasi : dengan bahan sekret rongga mastoid
- Dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tuba Eustachius
- Pemeriksaan fungsi keseimbangan
- Pemeriksaan fungsi saraf fasialis
- Dapat dilakukan Paper patch test
- Dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi jaringan saat operasi
D. TERAPI
1. OTITIS MEDIA SUPPURATIVA
Non Pembedahan :
o Hindari air masuk ke dalam telinga
o Cuci liang telinga : NaCl 0,9% ,Asam asetat 2%, Peroksida 3% (3-5 hari)
o Antibiotika: Topikal tetes telinga Ofloksasin. Sistemik: anti Pseudomonas sp
(golongan Quinolon dan Sefalosporin generasi IV)
Pembedahan :
o Timpanoplasti dengan atau tanpa mastoidektomi.
Myringoplasty (Type I tympanoplasty), Type II tympanoplasty, Type
III tympanoplasty
Ossiculoplasty
with or without Simple mastoidectomy. Mastoidektomi untuk tipe
maligna
Atticotomy
Setelah operasi :
o Antibiotika
Golongan Sefalosporin anti pseudomonas adalah Sefalosporin generasi
IV (dikenal sebagai antipseudomonal), pilihannya : Cefepime atau
Ceftazidim. Antibiotik jenis ini juga merupakan pilihan untuk pasien
anak mengingat adanya kontra indikasi pemberian antibiotik golongan
Quinolon.
Pada kasus infeksi Methicillin-resistant Staphylococcus aureus
(MRSA) : Sefalosporin generasi V, pilihannya : Fetaroline atau
Ceftobiprol.
Penggunaan Gentamisin dapat dilakukan pada kondisi : i. Tidak
tersedia obat lain yang tidak bersifat ototoksik. ii. Satu-satunya
antibiotik yang sensitif terhadap kuman hasil biakan sekret liang
telinga yang diambil di poliklinik maupun saat operasi.
o Pemberian analgetik diberikan pilihan golongan nonopioid dan golongan
opioid
E. KOMPLIKASI
Komplikasi OMSK
- Di telinga tengah
o Perforasi membrane timpani
o Erosi tulang pendengaran
o Paralisis nervus fasialis
- Di telinga dalam
o Fistula labirin
o Labirintis supuratif
o Tuli saraf
- Ekstradural
o Abses ekstradural
o Thrombosis sinus lateralis
o Petrosis
- SSP
o Meningitis
o Abses otak
o Hidrosefalus otitis
REFERENSI
Panduan Praktik Klinis Panduan Praktik Klinis Prosedur Tindakan Clinical Pathways. Vol.1. PP
PERHATI-KL. Jakarta. 2015
Rusmarjono; Soepardi, E.A; Faringitis, Tonsilitis, Hipertrofi adenoid. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ketujuh Cetakan Kelima. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2016