Anda di halaman 1dari 62

Rhinitis Alergi

Natasha
16974
Kelompok 18106
Rhinitis alergi adalah
penyakit simptomatis pada
hidung yang terinduksi oleh
1.DEFINISI proses inflamasi yang
diperantarai IgE pada
mukosa hidung setelah
pajanan alergen
Anatomi
Inervasi dan Vaskularisasi
2. PATOFISIOLOGI
3. MANIFESTASI
KLINIS
Anamnesis
● Gejala hidung : hidung berair, hidung tersumbat, hidung gatal,
dan bersin berulang. Gejala pada umumnya muncul di pagi hari
atau malam hari.
● Gejala mata : mata merah, gatal, berair
● Gejala lain : batuk, tenggorok gatal, gangguan konsentrasi, dan
gangguan tidur. Pada penderita dengan asma dapat ditemukan
keluhan sesak napas dan mengi.
Pemeriksaan Fisik
● Pada anak : bayangan gelap di daerah
bawah mata (allergic shiner), sering
menggosok-gosok hidung dengan
punggung tangan (allergic salute), dan
gambaran garis melintang di bagian
dorsum hidung (allergic crease)
● Gambaran khas rongga hidung : mukosa
hidung edema, berwarna pucat atau livid,
disertai sekret encer banyak. Dapat
ditemukan juga konka inferior hipertrof
4. KLASIFIKASI
ARIA Classification of Severity of Allergic Rhinitis
5. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
● Pemeriksaan kadar IgE Spesifk dengan cara ELISA (Enyzme Linked
Immuno Sorbent Assay Test) atau RAST (Radio Immuno Sorbent Test)
sangat bermakna untuk diagnosis
● Pemeriksaan jumlah eosinofl sekret hidung
Pemeriksaan Nasoendoskopi
Untuk evaluasi keterlibatan kompleks osteomeatal dalam menilai adanya
rinosinusitis, polip hidung, atau septum deviasi sebagai komorbid
Skin Prick Test
● Dengan menggunakan ekstrak alergen dan alat yang
terstandardisasi, skin prick test merupakan gold standard di
klinik dan skrining
● Apabila menggunakan ekstrak alergen yang tidak
terstandardisasi, dapat dilakukan tes intradermal bila skin prick
test negatif
Sinonasal imaging terutama CT Scan tanpa kontras dapat diindikasikan untuk
pasien dengan tanda dan gejala rhinosinusitis rekuren akut, nasal polip,
rhinosinusitis kronik atau rhinosinusitis komplikasi atau untuk menentukan
batas-batas sinus anatomis untuk pembedahan
6. DIAGNOSIS
Kriteria Diagnosis
1. Sesuai dengan kriteria anamnesis
2. Sesuai dengan kriteria pemeriksaan fsik
3. Sesuai dengan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Kerja
- Allergic rhinitis due to pollen (ICD10: J30.1)
- Other seasonal allergic rhinitis (ICD10: J30.2)
- Allergic rhinitis due to food (ICD10: J30.5)
- Other allergic rhinitis (ICD10: J30.3)
- Allergic rhinitis, unspecified (ICD10: J30.4)
Diagnosis Banding
- Vasomotor/idiopathic rhinitis (ICD10: J30.9)
- Chronic rhinitis, nasopharyngitis, and pharyngitis group
(ICD10: J31.0)
7.
MANAJEMEN
Terapi
1. Environmental Control → Hindari alergen
2. Farmako Terapi
Obat diberikan selama 2-4 minggu, kemudian dievaluasi ulang ada/tidak adanya respons. Bila terdapat
perbaikan, obat diteruskan lagi 1 bulan. Obat yang direkomendasikan :
★ Antihistamin oral generasi kedua atau terbaru. Pada kondisi tertentu dapat diberikan antihistamin yang
dikombinasi dekongestan, antikolinergik intranasal atau kortikosteroid sistemik.
★ Kortikosteroid intranasal
★ Antagonis receptor leukotriene (ALTR)
3. Surgical
4. Imunoterapi
Apabila tidak terdapat perbaikan setelah farmakoterapi optimal dan penghindaran alergen yang optimal, maka
dipertimbangkan untuk pemberian imunoterapi secara subkutan atau sublingual (dengan berbagai
pertimbangan khusus). Imunoterapi ini diberikan selama 3-5 tahun untuk mempertahankan efektiftas terapi
jangka panjang.
Kasus
Identitas Pasien
Nama : An. DP
No. RM : 11-82-xx
Tgl Lahir: 25 Mei 2004
Usia : 14 tahun 10 bulan
Agama : Islam
Alamat : Kadisobo II RT 1 RW 3 Trimulyo Sleman
Tanggal Periksa : 20 Maret 2019
Keluhan utama
Hidung berair, dan bersin
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan hidung sering berair mengeluarkan sekret berwarna cair dan
bening, kadang disertai bersin dan batuk terutama pagi hari setelah mandi. Pasien juga merasa
hidung sering terasa gatal, sehingga pasien sering mengusap hidung. Pasien mengatakan
keluhan ini telah dialami sejak usia 6 tahun (sekitar 9 tahun yang lalu) dan terjadi hampir
setiap hari (5-7 hari dalam 1 minggu) terutama sebelum pasien berangkat sekolah karena
setelah mandi pagi menggunakan air dingin. Pasien mengatakan bahwa keluhan ini tidak
mengganggu tidur dan tidak mengganggu aktivitas harian di sekolah. Sakit tenggorokan (-),
pusing (-), mual (-), muntah (-), demam (-), riwayat alergi (-).

2BSMRS pasien mengeluhkan demam, pusing, dan nyeri kepala, kemudian pasien kontrol ke
Panti Nugroho dan diberikan obat pusing dan obat penurun panas, lalu dirujuk ke RSA UGM. Di
RSA pasien sudah mendapatkan obat semprot Avamis Aerosol dan keluhan dirasakan
membaik.
Anamnesis
RPD : -

RPK : Kakek pasien (dari pihak ibu) memiliki riwayat asthma, ibu pasien memiliki riwayat alergi
berupa urticaria

Lifestyle : aktivitas cukup.


Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital :
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 114 x/menit
RR :20 x/menit
Suhu : 36.6 °C
BB :35,5 kg
TB : 145 cm
IMT : 16,88 kg/m2 (underweight)
Pemeriksaan Fisik - Telinga
AD AS

Inspeksi Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),


cairan (-), deformitas (-) cairan (-), deformitas (-) Serumen (+), Serumen (+),
Palpasi Tragus pain (-), mastoid pain Tragus pain (-), mastoid
(-) pain (-)

Otoskop CAE : serumen (+) sedikit, CAE : serumen (+)


cairan (-) sedikit, cairan (-)
Membran timpani : intak, Membran timpani : intak,
hiperemis (-), edema (-), hiperemis (-), edema (-),
perforasi (-) perforasi (-)
Cone of light (+) Cone of light (+) MT intak, MT intak, cone
cone of light of light (+)
(+)
Pemeriksaan Fisik - Hidung
Dekstra Sinistra

Inspeksi Deformitas (+) deviasi ke Deformitas (+) deviasi ke arah


arah kanan, discharge (-), kanan, discharge (-), hiperemis
hiperemis (+), lesi (-) (+), lesi (-) Septum deviasi
kearah dextra
Palpasi Nyeri tekan (-), krepitasi (-) Nyeri tekan (-), krepitasi (-)

Concha livid,
Rhinoskopi Concha : hiperemis (-), Concha : hiperemis (-), edema edema
Anterior edema (+), discharge (+) (+), discharge (+) serous
serous minimal, massa (-) minimal, massa (-)
Mukosa : hiperemis (-), Mukosa : hiperemis (-), edema
edema (-) (-) Concha livid,,
edema
Septum: Deviasi kearah Septum: Deviasi kearah
dextra dextra
Pemeriksaan Fisik - Tenggorokan
Tenggorokan Temuan

Bibir Kering (-), pucat (-), sianosis (-)

Mukosa buccal Hiperemis (-), stomatitis (-), massa (-)

Lidah Hiperemis (-), stomatitis (-), massa (-)

Palatum Hiperemis (-), stomatitis (-), massa (-)

Gusi Hiperemis (-), edema (-), deformitas (-)

Gigi Karies (-), lubang (-)

Uvula Deviasi (-)

Tonsil T1 - T1

Orofaring Hiperemis (-), granulasi (-)


Pemeriksaan Fisik - Kepala Leher
Kepala dan Leher:
Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera iketrik (-/-)
Pembesaran lnn leher (-)
Nyeri tekan wajah (-/-)
Diagnosis Banding
- Rhinitis alergi persisten ringan
- Rhinitis vasomotor

Diagnosis
- Rhinitis alergi persisten ringan
Plan
1. Skin prick test
2. Pemeriksaan kadar IgE Spesifk serum
3. Nasal allergen provocation test
4. Pemeriksaan jumlah eosinofl sekret hidung
5. Pemeriksaan nasoendoskopi
Usul Terapi
● Tab Cetirizine 1 x 10 mg
● Fluticasone furoate nasal spray 1x 1 puff (27,5 micogram/puff)
Edukasi
1. Menghindari alergen seperti debu, rokok yang mungkin memicu
eksaserbasi
2. Menghindari menggaruk/ menggosok hidung terlalu kencang
3. Menjaga pola makan, dan makan yang bergizi serta aktif melakukan
aktivitas fsik / berolahraga.
4. Edukasi cara menggunakan nasal spray
Referensi
1. PERHATI. 2016. Panduan Praktik Klinis, Panduan Praktik Klinis Tindakan, Clinical Pathway di Bidang Telinga
Hidung Tenggorok - Kepala Leher. Daring, diakses pada
http://perhati-kl.or.id/wp-content/uploads/2017/08/PPK-PPKT-CP_PP_PERHATI-KL_Vol-2.pdf (28 Maret
2019)
2. Bashiruddin, dan R.D. Restuti. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.
Edisi ke 7. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Moore, et al. 2014. Moore clinically oriented anatomy 7th ed. Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins.
4. Bousquet J, Khaltaev N, Cruz AA, et al. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) 2008 update (in
collaboration with the World Health Organization, GA(2)LEN and AllerGen). Allergy. 2008;63 Suppl 86:8-160.
5. Tanto, C., Liwang F., Hanifati, S., & pradipta, E. A. 2014. Kapita selekta kedokteran. Edisi IV. Jilid II. Jakarta:
Media Aesculapius.
TERIMA KASIH
DISKUSI
RHINITIS ALERGI
Diagnosis Banding
- Rhinitis alergi persisten ringan
- Rhinitis vasomotor

Diagnosis
- Rhinitis alergi persisten ringan
Plan
1. Skin prick test
2. Pemeriksaan kadar IgE Spesifk
3. Nasal allergen provocation test
4. Pemeriksaan jumlah eosinofl sekret hidung
5. Pemeriksaan nasoendoskopi
Usul Terapi
● Tab Cetirizine 1 x 10 mg
● Fluticasone furoate nasal spray 1x 1 puff (27,5 micogram/puff)
Edukasi
1. Menghindari alergen seperti debu, rokok yang mungkin memicu
eksaserbasi
2. Menghindari menggaruk/ menggosok hidung terlalu kencang
3. Menjaga pola makan, dan makan yang bergizi serta aktif melakukan
aktivitas fsik / berolahraga.
4. Edukasi cara menggunakan nasal spray
Referensi
1. PERHATI. 2016. Panduan Praktik Klinis, Panduan Praktik Klinis Tindakan, Clinical Pathway di Bidang Telinga
Hidung Tenggorok - Kepala Leher. Daring, diakses pada
http://perhati-kl.or.id/wp-content/uploads/2017/08/PPK-PPKT-CP_PP_PERHATI-KL_Vol-2.pdf (28 Maret
2019)
2. Bashiruddin, dan R.D. Restuti. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.
Edisi ke 7. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Moore, et al. 2014. Moore clinically oriented anatomy 7th ed. Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins.
4. Bousquet J, Khaltaev N, Cruz AA, et al. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) 2008 update (in
collaboration with the World Health Organization, GA(2)LEN and AllerGen). Allergy. 2008;63 Suppl 86:8-160.
5. Tanto, C., Liwang F., Hanifati, S., & pradipta, E. A. 2014. Kapita selekta kedokteran. Edisi IV. Jilid II. Jakarta:
Media Aesculapius.
TERIMA KASIH
Physiology of the Nose
The three major functions of the nose are olfaction,
respiration, and protection.
• Respiration: warm and humidify air (by vascular and
secretory system).
• Olfaction: olfactory neuroepithelium in the superior
portions of the nasal cavity.
• Protection: by sinonasal mucosa, mucociliary clearance.

Anda mungkin juga menyukai