Anda di halaman 1dari 40

A.

KELOPAK MATA

Dari luar kedalam kelopak mata terdiri atas kulit, jaringan longgar, jaringan otot tarsus,
fasia dan paling dalam konjungtiva. Membuka dan menutup kelopak mata dilaksanakan oleh
otot-otot tertentu dengan persarafan masing-masing. Menutup mata adalah pekerjaan otot
orbicularis okuli(M. Rioland ) yang dipersarafi saraf fasial (N.VII). Otot orbikular jalannya
melingkari celak kelopak mata dan bagian yang letaknya didalam kelopak mata berfungsi untuk
mengedipkan mata.Membuka mata dikerjakan otot levator palpebra superior yang dipersarafi
saraf okulomotrorius (N.III). Otot ini berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada
tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah.
Disamping itu kita masih mengenali otot-otot Muller yang merupakan lapisan otot polos dengan
insersi pada batas proksimal tarsus.

Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra. Bulu mata munculdari
folikel rambut anterior, sementaraduktus kelenjar meibom (dimodifikasisebaceous glands)
terbuka di belakang.Kelenjar meibomian berjalan sejajar satu sama lain, tegak lurusdengan
kelopak mata, dan terletak di piring tarsal kelopak mata. Septum orbita yang merupakan jaringan
fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran
pembukaan rongga orbita. Tarsus memberikan kekakuanke kelopak mata dan membantu
mempertahankankontur. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong
kelopak dengan kelenjar Meibom. Permukaan bagiandalam kelopak mata dilapisi
olehkonjungtiva palpebra. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang kelopak bawah
oleh cabang ke II saraf ke V.
Fungsi termasuk: (1) perlindungan matadari trauma mekanis, suhu ekstrimdan cahaya terang,
dan (2) pemeliharaandari film air mata precorneal yang normal, yangpenting untuk pemeliharaan
kesehatan korneadan kejelasan.

A. OTOT BOLA MATA


 medial rectus (MR) : dipersarafi oleh nervus ke III (Oculomotor) yang berfungsi
menggerakkan mata ke arah dalam atau mendekati hidung (adduction)
 lateral rectus (LR) :dipersarafi oleh nervus ke VI (Abducens) yang berfungsi
menggerakan mata ke arah luar atau menjauhi hidung (abduction)
 superior rectus (SR) :dipersarafi oleh nervus ke III (Oculomotor) yang berfungsi
menggerakkan mata ke atas (elevation), membantu otot superior oblique memutarkan
bagian atas mata kearah mendekati hidung (intorsion), membantu otot medial rectus
melakukan gerakan adduction
 inferior rectus (IR) :dipersarafi oleh nervus ke III (Oculomotor) yang berfungsi
menggerakkan mata ke bawah (depression), membantu otot inferior oblique memutarkan
bagian tas mata ke arah menjauhi hidung (extorsion), membantu oto lateral rectus
melakukan gerakan abduction.
 superior oblique (SO) :dipersarafi oleh nervus ke IV (Trochlear) yang berfungsi
memutarkan bagian atas mata mendekati hidung (intorsion), membantu gerakan
depression dan abduction.
 inferior oblique (IO) :dipersarafi oleh nervus ke III (Oculomotor) yang berfungsi
memutarkan bagian atas mata menjauhi hidung (extorsion), membantu gerakan elevation
dan abduction.

B. KONJUNGTIVA

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.3
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat
membasahi bola mata terutama kornea.1Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata
seperti bulu mata atau lensa kontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata.
Bersama-sama dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air mata, selaput ini turut menjaga
agar cornea tidak kering.3
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :1

- Konjungtiva tarsal menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus.
- Konjungtiva forniks merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva
bulbi.
- Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.

Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan
eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli.

C. APARATUS LAKRIMALIS

Aparatus lakimal adalah suatu kompleks yang mencakup struktur-strukturyang terlibat dalam
produksi dan pengaliran air mata, dibagi ke dalam komponensekresi, distribusi, dan ekskresi.

1. Komponen Sekresi
Glandula lakrimalis terdiri atas dua struktur:
1. Bagian Orbita berbentuk kenari yang terletak di dalam fosa lakrimalis di segmen temporal atas
anterior dari orbita, dipisahkan dari bagian palpebral oleh kornu lateralis dari m. Levator
palpebrae.
2. Bagian palpebra yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen temporal dari forniks
konjungtivae superior. Glandula lakrimalis aksesori (glandula Karause dan Wolfring) identik
dengan kelenjar lakrimalis utama tetapi tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar ini
terletak di dalam subtantia propria di konjungtiva palpebra.
Sistem Ekskresi Air Mata
Sistem ekskresi terdiri atas punctum, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus
nasolakrimalis (Vaughan, 2004).
1. Punctum Lakrimalis
Ukuran punctum lakrimalis dengan diameter 0,3 mm terletak di sebelah medial bagian
superior dan inferior dari kelopak mata. Punctum relatif avaskular dari jaringan
sekitarnya, selain itu warna pucat dari punctum ini sangat membantu jika ditemukan
adanya sumbatan. Punctum lakrimalis biasanya tidak terlihat kecuali jika kelopak mata
dibalik sedikit. Jarak superior dan inferior punctum 0,5 mm, sedangkan jarak masing-
masing ke kantus medial kira-kira 6,5 mm dan 6,0 mm. Air mata dari kantus medial
masuk ke punctum lalu masuk ke canalis lakrimalis.
2. Kanalikuli Lakrimalis
Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium yang sangat kecil, bernama
puncta lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales, terlihat pada tepi ekstremitas lateral
lakrimalis. Duktus superior, yang lebih kecil dan lebih pendek, awalnya berjalan naik,
dan kemudian berbelok dengan sudut yang tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke
bawah menuju lacrimal sac. Duktus inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian
hampir horizontal menuju lacrimal sac. Pada sudutnya, duktus mengalami dilatasi dan
disebut ampulla. Pada setiap lacrimal papilla serat otot tersusun melingkar dan
membentuk sejenis sfingter.
3. Sakus Lakrimalis (Kantung Lakrimal)
Merupakan ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan terletak dalam
cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal dan prosesus frontalis
maksila. Bentuk sakus lakrimalis oval dan ukuran panjangnya sekitar 12-15 mm; bagian
ujungnya membulat, bagian bawahnya berlanjut menjadi duktus nasolakrimal.
4. Duktus Naso Lakrimalis
Kanal membranosa, panjangnya sekitar 18 mm, yang memanjang dari bagian bawah
lacrimal sac menuju meatus inferior hidung, dimana saluran ini berakhir dengan suatu
orifisium, dengan katup yang tidak sempurna, plica lakrimalis (Hasneri), dibentuk oleh
lipatan membran mukosa. Duktus nasolakrimal terdapat pada kanal osseus, yang
terbentuk dari maksila, tulang lakrimal, dan konka nasal inferior.
Setiap kali berkedip, palpebra menutup seperti ritsleting, mulai dari lateral,
menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan menyalurkannya ke dalam sistem
ekskresi pada aspek medial palpebra. Pada kondisi normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan
yang kira-kira sesuai dengan kecepatan penguapannya. Dengan demikian, hanya sedikit yang
sampai ke sistem ekskresi. Bila sudah memenuhi sakus konjungtivalis, air mata akan
memasuki puncta sebagian karena sedotan kapiler. Dengan menutup mata, bagian khusus
orbicularis pratarsal yang mengelilingi ampula akan mengencang untuk mencegahnya keluar.
Bersamaan dengan itu, palpebra ditarik ke arah crista lakrimalis posterior, dan traksi fascia yang
mengelilingi sakus lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan
negatif di dalam sakus. Kerja pompa dinamik ini menarik air mata ke dalarn sakus, vang kemudian
berjalan melalui duktus nasolakrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan, ke
dalam meatus inferior hidung. Lipatan-lipatan serupa katup milik epitel pelapis sakus cenderung
menghambat aliran balik udara dan air mata. Yang paling berkembang di antara lipatan ini adalah
“katup” Hasner di ujung distal duktus nasolakrimalis. Struktur ini penting karena bila tidak
berlubang pada bayi, menjadi penyebab obstruksi kongenital dan dakriosistitis menahun (Vaughan,
2004)
Gambar 3: Anatomi Sistem Drainase Lakrimal
(Sumber: Kanski Clinical Ophthalmology)

Gambar 4:
Fisiologi
Sistem
Drainase
Lakrimal
(Sumber:
Kanski
Clinical
Ophthalmology)
Air Mata
Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 um Yang menutupi epitel kornea dan
konjungtiva. Fungsi lapisan ultra-tipis ini adalah (Vaughan, 2004):
1) Membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan meniadakan ketidakter-
aturan minimal di permukaan epitel
2) Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva yang lembut
3) Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan mekanik dan efek
antimikroba
4) Menyediakan kornea berbagai substansi nutrien yang diperlukan.

2. Komponen Distribusi

Lapisan Film Air Mata


Permukaan anterior bola mata dilapisi oleh film air mata yang membentuk lapisan tipis setebal 7-
10 mikrometer yang menutupi epitel kornea dan konjungtiva. Film air mata terdiri dari tiga
lapisan:
1. Lapisan lipid di superfisial dihasilkan oleh kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan kelenjar
Moll.
2. Lapisan akuos di bagian tengah yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis utama dan
kelenjar lakrimal tambahan Krause dan Wolfring.
3. Lapisan musin di bagian dalam dihasilkan oleh sel goblet konjungtiva yang terdiri dari
glikoprotein.

3. Komponen Ekskresi
1. Pungtum Lakrimal
Merupakan lubang kecil, berbentuk bulat atau oval, berada di puncak papilla lakrimalis di
medial dari tepi palpebra. Pungtum dari palpebra superior menghadap ke bawah dan ke
posterior. Pungtum dari palpebra inferior menghadap ke atas dan ke posterior.
2. Kanalikuli Lakrimal
Kanalikulus superior berjalan ke medial dan turun ke bawah. Sementarakanal likulus
inferior berjalan ke medial dan ke atas. Pada pertemuan antara bagian vertikal dan
horisontal, kanalikili melebar disebut ampula.
3. Sakus Lakrimal
Berada di fosa lakrimal, terletak di anterior dari dinding medial orbit. Sakuslakrimal
berakhir di duktus nasolakrimalis.
4. Duktus Nasolakrimalis
Merupakan bagian akhir dari sakus lakrimalis, berakhir di meatus nasi
inferior.Persyarafan glandula lakrimalis:
- Sekretomotor parasimpatis berasal dari nukleus lakrimatoris N Fasialis (N VII).
- Serabut simpatis postganglion muncul dari ganglion simpatis servikalissuperior.
- Serabut sensoris dari N Lakrimalis cabang oftalnik dari N Trigaminus(N III).

D. SKLERA

Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata,
merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea
yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan
kornea lebih besar dibanding sklera.

Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan
pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea.1 Sklera sebagai
dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat, tidak bening, tidak kenyal dan tebalnya kira-
kira 1 mm.2

Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai kekakuan
tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata.1 Dibagian belakang saraf optik
menembus sklera dan tempat tersebut disebut kribosa. Bagian luar sklera berwarna putih dan
halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh konjungtiva. Diantara stroma sklera
dan kapsul Tenon terdapat episklera. Bagian dalamnya berwarna coklat dan kasar dan
dihubungkan dengan koroid oleh filamen-filamen jaringan ikat yang berpigmen, yang
merupakan dinding luar ruangan suprakoroid.2

E. KORNEA

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di bagian depan.
Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan
sinar.1Kornea terdiri atas lapisan :

a. Epitel
Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih;
satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel
dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan
menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel
poligonal di depannya melalui desmosom dan makula ikluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan
membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan
erosi rekuren. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

b. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun
tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak
mempunyai daya regenerasi.

c. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya,
pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen
yang bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-
kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yan merupakan
fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan
dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

d. Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan
sel endotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastik dan berkembang
terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 μm.

e. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40μm. endotel-
endotel pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma
kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel
dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbul Krause untuk sensasi
dingin ditemukan di daerah limbus.1

Fungsi utama kornea adalah refraksi.Untuk melakukan fungsi ini,kornea membutuhkan hal-hal
berikut:

• transparansi

• permukaan halus dan teratur


• kelengkungan bola bias yang tepatkekuasaan

• Indeks bias yang tepat.

Transparansi kornea disumbangkan olehfaktor anatomis dan fisiologis:

1. Anatomi:
• tidak adanya keratinisasi epitelium
• pengepakan sel epitel yang ketat
• lapisan mukosa memberikan pelumas haluspermukaan
• homogenitas membran - Bowman’sdan Descemet
• pengaturan lamellae kornea secara teratur(serat kolagen paralel dalam masing
masing lamella, dengan lamellae yang berdekatantegak lurus). Keteraturan
menghasilkan aksi difraksi
• kekurangan sel-sel stroma kornea, yangdiratakan dalam lamellae
• interspaces - tidak adanya pembuluh darah.
2. Fisiologis
Dehidrasi aktif korneamelalui Na + / HCO3- pompa metabolikterletak di endotelium
kornea.Dehidrasi ini dilengkapi denganpenghalang fisik yang disediakan olehepitel
kornea dan endotelium.

F. ANTERIOR CHAMBER
Sudut bilik mata depan terletak pada pertautan antara kornea perifer dan pangkal iris.Ciri-
ciri anatomi utama sudut ini adalah garis Schwalbe, anyaman trabekula (yang terletak di
ataskanal Schlemm), dan taji sklera (sclera spur).

Garis Schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea. Struktur ini merupakan tepi
membrane Descment dan terdiri dari suatu jaringan atau pinggiran yang sempit dimana
bagiandalam kornea bertemu dengan sklera, dengan jari-jari kelengkungan yang berbeda. Dapat
terlihatseperti sebuah garis atau pembukitan berwarna putih dan berbatasan dengan bagian
anterior anyaman trabekula.

Anyaman trabekula berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan dasar


yangmengarah ke corpus ciliare. Anyaman ini tersusun atas lembar-lembar berlubang
jaringankolagen dan elastik yang membentuk suatu filter dengan pori yang semakin mengecil
ketika mendekati kanal Schlemm. bagian dalam anyaman ini, yang menghadap ke bilik mata
depandikenal sebagai anyaman uvea bagian luar yang berada dekat kanal Schlemm disebut
anyamankorneoskleral. Serat-serat longitudinal otot siliaris menyisip ke dalam anyaman
trabekulatersebut.

G. AQUOUS HUMOUR
Aqueous humor adalah elektrolit (dalam air) yang mengisiruang antara kornea dan lensa.
Normalvolume 0,3 ml. Fungsinya untuk menyehatkanlensa dan kornea.Aqueous dibentuk oleh
sekresi aktif danultrafiltrasi dari proses siliaris dalamruang posterior.Cairan masuk ke
anteriorruang melalui pupil, bersirkulasi di anteriorruang dan saluran melalui
trabecularmeshwork ke dalam kanal Schlemm, yang berisivena dan pembuluh darah
epitelkonjungtiva. Aqueous biasanya mengandung konsentrasi rendahprotein, tetapi konsentrasi
yang lebih tinggiasam askorbat dibandingkan dengan plasma.Peradangan uvea anterior mengarah
kekebocoran protein dari sirkulasi iris ke dalamaqueous (= plasmoid aqueous).

H. IRIS
Iris merupakan perpanjangan corpus ciliaris ke anterior mempunyai permukaan yang relatif
datar dengan celah yang berbentuk bulat di tengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai
kemampuan untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara otomatis
dengan mengecilkan pupil (miosis oleh saraf parasimpatis) atau melebarkan pupil (midriasis oleh
saraf simpatis). Iris adalah sebuah lapisan di dalam mata, yang bertanggung jawab mengontrol
diameter dan ukuran pupil dan jumlah cahaya yang masuk ke retina. “Warna mata” adalah warna
dari iris, yang mungkin hijau, biru, atau cokelat. Dalam beberapa kasus, warnanya mungkin
hazel (cokelat terang). Dalam merespon jumlah cahaya yang masuk ke mata, otot yang melekat
ke iris meregangkan atau mengkontraksikan apartura pada sentral iris yang dikenal sebagai pupil.
Semakin besar pupil, maka semakin banyak cahaya yang masuk.
Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan kamera
anterior dari kamera posterior, yang masing-masing berisi aqueous humour. Di dalam stroma iris
terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan posterior
iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior.1
Pasokan darah ke iris adalah dari sirkulus mayor iris. Kapiler-kapiler iris mempunyai lapisan
endotel yang tak berlubang sehingga normalnya tidak membocorkan fluoresein yang disuntikkan
secara intravena. Persarafan iris adalah melalui serat-serat di dalam nervi siliares.1
Iris dibagi menjadi dua bagian besar:4
 Zona pupilar adalah bagian dalam yang tepinya membentuk batas pupil.
 Zona siliar adalah sisa iris yang meluas ke asalnya pada corpus ciliaris.
Struktur Iris (penampang frontal):4
1. Akar Iris
 Berhubungan dengan korpus siliaris da anyaman trabekula
 Paling tipis sehingga mudah ruptur
2. M. Dilatators pupilae
 Berjalan radier dari M. spinchter papillae sampai akar iris
 Midriasi oleh saraf simpatis
3. M. Spinchter pupilae
 Berjalan sirkular selebar + 1 mm pada ujung bebas iris
 Miosis oleh saraf parasimpatis (N.III)
4. M. Spinchter papillae ujung bebas iris membentuk pupil

Struktur Iris (penampang sagital):4


1. Endotel permukaan merupakan lapisan tunggal sel-sel endotel datar yang bersambung
dengan lapisan posterior kornea.
2. Kripte, tidak mengandung epitel. Jika pada pemeriksaan tidak terlihat, maka bisa jadi
merupakan tanda terjadinya udem.
3. Stroma, jaringan yang terbungkus lekat pada serat jaringan konektif yang menyebar
dengan baik, menjaring sejumlah filamen nervus, pembuluh darah, pembuluh limfe dan
sel-sel jaringan konektif yang bercabang ireguler.
4. Pada lapisan lebih dalam stroma sebuah jalinan serat otot involunter, selebar 1 mm,
melingkari batas zona pupilar iris. Refleks kontraksi sfingter ini mengurangi ukuran
pupil.
5. Membran basal terdiri atas jaringan konektif kuat, yang membentuk lapisan penyokong
dan lapisan terdalam iris.
6. Lapisan epitel yang mengandung pigmen terdiri atas dua baris sel-sel epitel warna ungu
muda, yang terletak pada permukaan tak seimbang membran basal iris. Lapisan pigmen
ini bekerja dalam mencegah penetrasi cahaya melalui iris ke dalam ruang gelap bagian
dalam iris.

I. PUPIL

Pupil merupakan lubang di tengah iris yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang
masuk.5
Pupil waktu tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur
sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari:5
1. Berkurangnya rangsangan simpatis
2. Kurang rangsangan hambatan miosis
Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun
korteksmenghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur hambatan
subkortekshilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang akan menjadikan
miosis.5
Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi danuntuk
memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan.5
J. LENSA
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir transparan
sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Permukaan lensa bagian posterior
lebih melengkung daripada bagian anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi
lensa yang dinamakan ekuator. Lensa mempunyai kapsul yang bening dan pada ekuator
difiksasi oleh zonula Zinn pada Corpus Ciliaris. Lensa pada orang dewasa terdiri atas bagian
inti (nukleus) dan bagian tepi (korteks). Nukleus lebih keras daripada korteks.6,7

Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya dengan korpus
siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humour aquoeus, di sebelah posteriornya, vitreus
humour. Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermeable (sedikit lebih permeabel
daripada dinding kapiler) yang akan memperoleh air dan elektrolit masuk. Di sebelah depan
terdapat selapis epitel subkapsular.7
Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-
serat lameral subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar
dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.
Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop,
inti ini jelas dibagian perifer lensa di dekat ekuator dan bersambung dengan lapisan epitel
subkapsul.7
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal dengan zonula
(zonula zinni), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip
ke dalam ekuator lensa. Enam puluh lima persen terdiri dari air, sekitar 35 % protein
(kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh) dan sedikit sekali mineral
yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada
dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi
maupun tereduksi. Tidak ada nyeri, pembuluh darah atau saraf di lensa.7
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya yang datang dari jauh, otot otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan
memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi
lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang.
Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan
lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.20,21
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh,
tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan
lebih kuat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf otonom. Serat-
serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara
sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat.
Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedang korteks makin menipis, sehingga
akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus.20,21
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :20,21

 Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi
cembung
 Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,
 Terletak di tempatnya.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :20,21

 Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia,


 Keruh yang disebut katarak,
 Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.
Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.
Fungsi lensa adalah untuk membias cahaya, sehingga difokuskan pada retina.
Peningkatan kekuatan pembiasan lensa disebut akomodasi.20

K. CORPUS CILIARIS
Corpus Ciliaris merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi mengubah tegangan
kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk objek dekat maupun jauh dalam lapang
pandang.2 Corpus Ciliaris terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2
mm), dan zona posterior yang datar, pars plana (4 mm).7 Pada corpus ciliaris juga dapat
ditemukan processus ciliaris dan musculus ciliaris. Pada processus ciliaris dapat ditemukan
Zonula Zinni (Ligamentus Suspensorium) dan dua jenis lapisan endotel (Bagian dalam
menghasilkan aqueous humour dan bagian luar menghasilkan pigmen). Sedangkan pada
musculus ciliaris didapatkan 3 jenis, yaitu longitudinal, radial, dan sirkular.7
Otot siliar (terdapat di dalam badan siliar) adalah suatu otot polos, yang mengitari bola
matadan melekat pada sklera di bagian depan. Otot ini terdiri dari 2 bagian utama:4
1. Serat longitudinal – membentuk lapisan luar dan timbul dari spur sklera dan masuk ke
dalam koroid. Kontraksi pada otot ini memberikan traksi pada trabecular meshwork dan
juga pada koroid dan retina.4
2. Serat sirkular – membentuk bagian dalam dan mengitari bola mata secara
sirkumferensial. Kontraksi menggerakkan siliar ke bagian tengah pupil yang
mengakibatkan relaksasi dari zonul.4

L. VITREUS HUMOUR
Vitreous humour adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk
dua pertiga volume dan berat mata. Permukaan luar vitreous humour normalnya berkontak
dengan struktur-struktur berikut: kapsul lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan
epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis vitreous mempertahankan penempelan yang kuat
seumur hidup ke lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata. Vitreous
humour mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen dan asam
hialuronat, yang memberi bentuk dan konsistensi mirip gel karena kemampuannya mengikat
banyak air.7 Vitreous terdiri dari jaringan serat kolagen tiga dimensional dengan ruang antar
sel terisi dengan molekul asam hyaluronat ter-polimerisasi yang mana mampu menampung
air dalam jumlah yang banyak.19
Vitreous humour memiliki sifat seperti gelatin, jernih, avaskuler dan terdiri dari 99% air
dan selebihnya merupakan campuran kolagen dan asam hialuronik. Fungsi vitreous humour
sebenarnya hampir sama dengan fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar
tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Vitreous
humour memenuhi ruangan antara lensa mata, retina, dan papil saraf optik. Bagian luar
(korteks) vitreous humour bersentuhan dengan kapsul posterior lensa mata, epitel pars plana,
retina dan papil saraf optik. Selain itu vitreous humour melekat sangat erat dengan epitel pars
plana dan retina dekat ora serata. Vitreous humour melekat tidak begitu erat dengan kapsul
lensa mata dan papil saraf optik pada orang dewasa. Vitreous humour yang normal sangat
jernih sehingga tidak nampak apabila diperiksa dengan oftalmoskopi direk maupun
oftalmoskopi indirek. Kebeningan vitreous humour itu sendiri diakibatkan karena pada
vitreous humour tidak terdapat adanya pembuluh darah dan sel.19

M. RETINA
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya.4,5,7
Retina adalah bagian mata yang sensitif terhadap cahaya yang terletak di segmen
posterior mata. Retina merupakan struktur yang terorganisasi memberikan informasi visual
ditransmisikan melalui nervus optikus ke korteks visual. Retina berkembang dari cawan
optikus eksterna yang mengalami invaginasi mulai dari akhir empat minggu usia janin. Bola
mata orang dewasa memiliki diameter sekitar 22 mm - 24,2 mm (diameter dari depan ke
belakang). Bola mata anak ketika lahir berdiameter 16,5 mm kemudian mencapai
pertumbuhannya secara maksimal sampai umur 7-8 tahun. Dari ukuran tersebut, retina
menempati dua pertiga sampai tiga perempat bagian posterior dalam bola mata. Total area
retina 1.100 mm2.
Retina melapisi bagian posterior mata, dengan pengecualian bagian nervus optikus, dan
memanjang secara sirkumferensial anterior 360 derajat pada ora serrate. Tebal retina rata-rata
250 µm, paling tebal pada area makula dengan ketebalan 400 µm, menipis pada fovea
dengan ukuran 150 µm, dan lebih tipis lagi pada ora serrata dengan ketebalan 80 µm. Retina
mendapatkan vaskularisasi dari arteri oftalmika (cabang pertama dari arteri karotis interna
kanan dan kiri) dan arteri siliaris (berjalan bersama nervus optikus). Arteri siliaris
memberikan vaskularisasi pada lapisan luar dan tengah, termasuk lapisan pleksiform luar,
lapisan fotoreseptor, lapisan inti luar, dan lapisan epitel pigmen.4,5,7
Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar yang berbatas dengan koroid adalah sebagai
berikut:4,5,7
1. Epitel pigmen retina (Membran Bruch)
2. Fotoreseptor
Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel kerucut.
3. Membran limitan eksterna
4. Lapisan nukleus luar
Lapisan nukleus luar merupakan susunan nukleus sel kerucut dan sel batang.
Keempat lapisan di atas avaskuler dan mendapat nutrisi dari kapiler koroid.
5. Lapisan pleksiform luar
Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel
bipolar dan sel horizontal.
6. Lapisan nukleus dalam
Lapisan ini terdiri dari tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel Muller serta didarahi
oleh arteri retina sentral.
7. Lapisan pleksiform dalam
Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinaps sel bipolar dan sel amakrin
dengan sel ganglion.
8. Lapisan sel ganglion
Lapisan ini merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua.
9. Serabut saraf
Lapisan serabut saraf berupa akson sel ganglion yang menuju ke arah saraf optik. Di
dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
10. Membran limitan interna
Membran limitan interna berupa membran hialin antara retina dan vitreous humour.
N. FOTORESEPTOR
Fotoreseptor merupakan sel yang terspesialisasi pada retina yang dapat menerima impuls
cahaya dan mengubahnya menjadi energi kimia yang dapat ditransmisikan oleh sel saraf ke
otak. Dua tipe fotoreseptor adalah sel batang (rod) dan sel kerucut (cone). Sel batang (rod)
mempersepsikan warna hitam dan putih dan bertanggujawab pada saat melihat dalam gelap.
Sel kerucut (cone) bertanggungjawab terhadap persepsi warna.7

O. MAKULA
Makula adalah area kecil dan terspesialisasi pada retina yang memiliki sensitivitas sangat
tinggi dan bertanggungjawab terhadap pusat penglihatan.8

P. ANATOMI RETINA

Retina merupakan jaringan transparan yang melekat pada ¾ dinding posterior bola mata.
Retina melebar dari makula di posterior hingga pada sekitar 5 mm dari ekuator anterior yakni
ora serrata dimana jaringan retina menyatu dengan epitel tak berpigmen dari pars plana korpus
siliaris. Jaringan retina melekat longgar dengan lapisan RPE dibawahnya dan dapat dengan
mudah dipisahkan pada specimen postmortem.Retina melekat kuat pada daerah diskus optikus
dan ora serrata. Retina juga melekat pada vitreus base.(9,10)
Topografi Retina

Daerah yang oleh para ahli anatomi disebut macula lutea atau bintik kuning merupakan
bagian dari retina yang banyak mengandung pigmen xantophil atau pigmen kuning. Daerah
macula, secara histologis digambarkan sebagai area yang terdiri atas 2 atau lebih lapisan
ganglion dengan diameter 5-6 mm dan berada ditengah antara arcade vascular nasal dan
temporal. (10)
1. Fovea
Daerah sentral dari macula, berukuran ± 1,5 mm di sebut sebagai fovea atau fovea sentralis,
yang secara anatomis dan komposisi sel fotoreseptornya merupakan daerah dengan spesialisasi
untuk ketajaman spasial dan penglihatan warna. Daerah ini memiliki tingkat kepadatan sel cones
tertinggi, yakni mencapai 143.000/mm3. Ditengah fovea terdapat struktur khusus, dengan
diameter 0.33 mm disebut foveola, daerah ini tidak terdapat sel rods dan blue cones. Didalam
fovea terdapat daerah yang tidak memiliki vaskularisasi,yang disebut fovea avascular zone
(FAZ).Daerah yang berpusat pada makula merupakan daerah penting pada angiografi
fluorosensi.Pada bagian tengah fovea di kenal sebagai foveola, berukuran diameter 0.35 mm
daerah yang berisi sel sel cone ramping yang tersusun rapat.(9,10,11)
2. Parafovea
Di sekitar lingkaran fovea, terdapat area dengan ketebalan sekitar 0.5 mm dan diameter
total sekitar 2.5 mm disebut area parafoveal, terdapat lapisan sel ganglion, lapisan inti dalam,
dan lapisan pleksiform luar yang tebal. Di daerah ini pula lapisan plexiform luar mengalami
penebalan, yang disebut lapisan Henle, dibentuk oleh berlapis-lapis axon fotoreseptor dari
foveola Mengelilingi Zona tersebut terdapat lingkaran dengan ukuran 1.5 mm yang kenal dengan
perifoveal zone. Daerah ini memiliki tingkat kepadatan sel cones yang rendah sekitar 100
cones/mm2. Pada daerah ini pula mulai terdapat sel rods dan semakin ke temporal, tingkat
kepadatan rods semakin tinggi hingga mencapai sekitar 170.000/mm2.( 9,10,11)
3. Perifovea
Regio perivofea merupakan lingkaran terluar dari region antomis sentral retina.Daerah ini
dimulai pada titik dimana lapisan sel ganglion mulai memiliki empat baris nuclei dan berakhir
diperifer dimana lapisan sel ganglion berkurang menjadi satu lapis sel, yang identik dengan
daerah perifer retina. Dari pemeriksaan funduskopi, daerah perivofea merupakan lingkaran
diameter 1,25- 2,75 mm dari foveola. Daerah perifovea ini berbeda dengan parafovea
dikarenakan daerah ini memiliki kepadatan sel cones yang jarang.(9,11)

Gambar 2.fovea

4. Diskus optik
Nervus optik meninggalkan retina sekitar 3 mm di sebelah medial makula lutea, tepatnya
pada diskus optik. Bagian tengah dari diskus optik sedikit terdepresi, dimana daerah ini
ditembus oleh arteri dan vena retina sentralis. Pada diskus optik sama sekali tidak terdapat
sel rod maupun sel cone, oleh karena itu daerah ini tidak sensitif terhadap rangsangan
cahaya dan disebut blind spot. Pada pemeriksaan funduskopi, diskus optik terlihat sebagai
daerah berwarna pink pucat, lebih pucat dari daerah di sekitarnya.(12)

5. Ora Serrata
Merupakan daerah perbatasan retina. Daerah ini memberikan batas antara hubungan pars
optik retina dengan satu lapis epitel nonpigmen dari korpus siliaris. Karakteristik anatomis
yang menonjol dari area ini adalah lapisannya yang tipis, kurangnya vaskularisasi dan
hubungan yang rapat dengan vitreus base dan zonula fibers. Ora serrata ini mendapatkan
sebutannya dikarenakan banyaknya takikan pada daerah tepinya yang berbatasan dengan
epitel siliaris. Takikan ini dibentuk oleh elongasi jaringan retina kearah epitel siliaris.(9)

Gambar 3.
Gambaran
fundus okuli
normal, dengan pembagian regional pada makula (kiri), variasi ketebalan retina pada setiap region (kanan) ((9,10)
Tabel 2.
Ringkasan penjelasan
gambaran macula(10)

Retina terdiri atas 2 lapisan utama, yaitu lapisan Retina Pigment Epithelium (RPE) di
bagian luar, dan lapisan neurosensori dibagian dalam.(9,10,11,13)

A. Retinal Pigment Epithelium (RPE)

RPE adalah selapis sel- sel hexagonal yang tersebar dari diskus saraf optik sampai ke ora
serrata dimana lapisan ini berbatasan dengan epitel pigmen dari badan siliar. Strukturnya
disesuaikan dengan fungsinya, yaitu dalam metabolisme vitamin A, menyeimbangkan sawar
darah retina bagian luar, fagositosis segmen luar fotoreseptor, pertukaran panas, membentuk
lamina basalis, produksi matriks polisakarida yang mengelilingi segmen luar dan berperan
dalam transport aktif materi- materi yang masuk dan keluar dari RPE (10,11,13)
Seperti sel epitel dan endotel lainnya, sel- sel RPE juga terpolarisasi.Permukaanbasalnya
berlekuk- lekuk dan menyediakan permukaan yang luas sebagai tempat melekatnya lamina
basalis yang membentuk lapisan dalam dari membran Bruch.Apeksnya mempunyai tinjolan vili-
vili yang berbatasan dengan segmen luar lapisan fotoreseptor, diatutkan oleh matriks
mukopolisakarida (matriks inferoreseptor) yang mengandung kondroitin -6- sulfat, asam sialat
dan
asam

hyaluronat. Terpisahnya lapisan RPE dan lapisan neurosensori retina disebut ablasi retina.( 10,11,13)
Gambar 4. Retinal Pigmen Epithelium (RPE) normal kiri

Sel – sel RPE melekat satu dengan lainnya melalui pertautan interseluler kompleks. Zonula
okludens dan zonula adheren tidak hanya berfungsi mempertahankan bentuk dan stabilitas dari
struktur RPE, tetapi juga memainkan peranan penting dalam menjaga keseimbangan sawar darah
retina bagian luar. Zonula okludens terdiri dari membran plasma yang bersatu membentuk pita
sirkular atau sabuk antara satu sel dengan yang lain. Ruang interseluler kecil terdapat diantara
zonula adherens.( 10,11,13)

Sel- sel neurosensori dan sel RPE memiliki perbedaan penting pada daerah- daerah
tertentu. Sel- sel neurosensori paling tebal pada daerahpapillomacular bundle dekat dengan
saraf optik (0.23 mm) dan paling tipis pada foveola (0.10 mm) dan ora serrata (0.11 mm) sel- sel
RPE mempunyai diameter yang bervariasi antara 10-60 um. Dibandingkan dengan sel- sel RPE
yang terletak di daerah perifer, sel- sel RPE di fovea lebih tinggi dan lebih tipis, mengandung
lebih banyak melanosom dan melanosomnya sendiri lebih besar. Karakteristik dari sel- sel RPE
ini dapat terlihat pada penurunan transmisi dari fluoresens koroid yang diamati pada proses
fundus fluorecens angiography. Sel – sel RPE yang terletak diperifer lebih pendek, lebar dan
kurang mengandung pigmen.Mata bayi baru lahir mengandung antara 4-6 juta sel-sel RPE.
Meskipun permukaan bola mata meningkat seiring pertambahan usia, peningkatan jumlah sel-
sel RPE relatif sedikit. Tidak terlihat proses mitosis dari sel- sel RPE pada matadewasa normal.
(10,11,13)

Sitoplasma dari sel- sel RPE mengandung granula-granula pigmen yang bulat dan oval
(melanosom). Organel- organel ini berkembang selama pembentukan optic cup dan terlihat
pertama kali sebagai non melanin premelaonosom.(10)
Sitoplasma dari sel-sel RPE juga mengandung mitokondria , reticulum endoplasma,
apparatus golgi dan sebuah nucleus yang bulat dan besar (10)

Seiring dengan pertambahan usia, badan sisa yang tidak terfagositosis sempurna, pigmen
lipofuchsin, fagosom dan material- material lain akan diekskresikan oleh RPE dibawah lamina
basalis RPE. Hal ini yang menyebabkan terbentuknya drusen. Drusen berada diantara membrana
basalis RPE dengan zona kolagen membrana Bruch.(10)

B. Neurosensori Retina

Gambar 5.Lapisan Retina dan Komponen Pembentuknya

Membrana limitans eksterna

Sebenarnya lapisan ini bukan merupakan membran sepenuhnya, melainkan barisan


zonula adherens yang menghubungkan segmen dalam sel fotoreseptor dan sel Muller, serta sel
Muller satu dengan lainnya.(10,13)

Lapisan nuklear luar

Merupakan lapisan yang ditempati oleh serat dan badan sel fotoreseptor. Di daerah
parafovea lapisan ini mengandung 8-10 lapisan inti sel cone.(13)

Lapisan pleksiform luar

Lapisan ini dibentuk oleh interkoneksi antara badan sinaptik sel fotoreseptor dengan sel
horizontal dan sel bipolar.Lapisan ini lebih tebal dan mengandung lebih banyak serat pada
daerah makula (sekitar 50 µm), karena akson sel rod dan cone menjadi lebih panjang dan lebih
oblik pada saat berdeviasi dari makula.(10,13)
Lapisan nuklear dalam

Lapisan nuklear dalam terdiri atas 4 jenis sel, yaitu : sel bipolar, sel horizontal, sel
amakrin. Sel horizontal berada pada bagian distal dari lapisan nuklear dalam, sementara sel
amakrin terletak di bagian paling proksimal. Nukleus sel bipolar dan sel Muller terletak pada
bagian intermediate luar dan intermediate dalam dari lapisan ini.(10,13)

Lapisan pleksiform dalam

Ketebalannya bervariasi antara 18 dan 36 µm dan tidak terdapat pada daerah foveola.
Terminal sel bipolar dan dendrit dari sel amakrin dan sel ganglion saling berhubungan pada level
yang berbeda di lapisan pleksiform dalam. (10,13)

Lapisan sel ganglion

Sel ganglion terletak diantara lapisan pleksiform dalam dengan lapisan serabut saraf.Di
daerah sekitar fovea sentralis terdapat 5-7 lapis sel-sel ganglion dan merupakan lapisan sel
ganglion yang paling tebal (80 µ), sedangkan lapisan yang paling tipis terletak pada daerah
perifer retina (10 µ).(10,13)

Lapisan serabut saraf

Lapisan ini paling tebal di daerah diskus optik, yaitu sekitar 20-30 µm dan paling tipis di
perifer.Akson dari sel ganglion di nasal diproyeksikan langsung ke bagian nasal dari diskus
optik.(10,13)

Membrana limitans interna

Lapisan ini bukan merupakan membran sepenuhnya.Lapisan ini dibentuk oleh footplate
sel Muller dan perlekatan dengan lamina basalis. Tebalnya sekitar 1-2 µm. Membran ini bersatu
dengan fibril kolagen vitreus.(11,13)

Elemen - Elemen Neurosensori Retina

1. Elemen neuronal

Lapisan fotoreseptor mengandung neuroepithel khusus yaitu sel rods dan cones. Setiap sel
fotoreseptor ini mempunyai segmen luar dan segmen dalam.Segmen luar dikelilingi oleh matriks
mukopolisakarida yang menyebabkan kontak antara sel fotoreseptor dan tonjolan vili dari
RPE.Tight junction atau hubungan interseluler lainnya tidak terdapat antara segmen luar sel foto
reseptor dengan RPE, sehingga memungkinkan untuk terjadinya transport aktif dari RPE ke sel
fotoreseptor, namun tidak ada penunjang yang menjaga posisi dari pertautan sel- sel ini.(11,13)
Rods Cones
Used for night vision Used for day vision
Very light sensitive; sensitive to At least 1/10th of the rods light
scattered light (have more sensitive;sensitive only to direct
pigment than cones) light
Loss causes night blindness Loss causes legal blindness
Low visual acuity High visual acuity; better spacial
resolution
Not present in fovea Concentrated in fovea
Slow response to light, stimuli Fast response to light, can
added over time perceive more rapid change in
stimuli
Stacks of membrane-enclosed Disks are attached to outer
disks are unattached to cell membrane
membrane
20 times more rods than cones in
the retina
One type of photosensitive Three types of photosensitive
pigment (monochrome vision) pigment in human (color vision)
Confer achromatic vision Confer color vision

Gambar 6. Perbandingan struktur sel rod dan cones(13), Tabel 4.


Perbedaan struktur Rod dan cones

Sel rod mempunyai segmen luar yang


mengandung keping- keping disk menyerupai koin dan
sebuah silium perantara.Segmen dalam dari sel rod
terbagi menjadi dua elem yaitu berada diluar berbentuk elips mengandung banyak mitokondria
dan yang berada didalam berbentuk myoid mengandung banyak glikogen.Elemen myoid ini
berlanjut dengan badan sel utama dimana terdapat nucleus. Bagian paling dalam dari sel rod ini
mempunyai badan sinaptik atau spherule, dimana struktur ini terbentuk dari invaginasi tunggal
yang mempetemukan dua tonjolan sel horizontal dan satu atau lebih dendrit sel bipolar.(11,13)

Sel cones ekstrafovea juga mempunyai elemen berbentuk elips dan myoid. Nucleus dari sel
cone ini lebih dekat dengan membrana limitans eksterna dibanding sel rod (9,11)

Meskipun secara garis besar struktur segmen luar dari sel rod dan cone memiliki kesamaan,
namun setidaknya ada satu perbedaan penting.Lempeng diskus dari rod tidak melekat pada
membran sel, lempeng diskus ini merupakan suatu struktur tersendiri. Lempeng diskus dari
cones melekat pada membran sel. Badan sinaptik dari cone atau pedikel lebih kompleks
dibanding spherule dari rod. Pedikel cone bersinaps dengan sel- sel cones lainnya, dengan sel-
sel rod beserta sel bipolar dan horizontal.(9,11)

Sel- sel cone pada daerah fovea memiliki segmen dalam berbentuk tabung sama seperti sel
rod, tetapi secara garis besar memiliki kesamaan dengan sel- sel cone yang berada di luar fovea.
Sel- sel horizontal bersinaps dengan spherule rods dan pedikel cone, dan sel horizontal ini berada
pada lapisan pleksiform luar. Sel- sel bipolar berbentuk vertical, dendritnya bersinaps dengan rod
juga cone, dan aksonnya bersinaps dengan sel- sel ganglion dan sel amakrin pada lapisan
pleksiform dalam. (9,10)

Gambar 7. segmen luar sel rod dan cone

Rod spheruledan Cone pedicle

Prosesus dari sel bipolar dan sel


horizontal berinvaginasi ke rod spherule, dimana
ketiga komponen ini membentuk struktur yang
disebut Triad, yang biasanya satu triad untuk satu
spherule. Rod spherule terdiri dari mitokondria,
mikrotubulus dan neuron presinaptik.Celah
sinaptik yang kecil memisahkan sel presinaptik
dan membran postsinaptik. Pada bagian dalam
spherule terdapat ribbon. Antara ribbon dan
membran sel terdapat arcuate density. Ribbon dan
arcuate density dikelilingi oleh vesikel sinaptik
dan berperan dalam pelepasan neurotransmitter
dari vesikel sinaptik.Conventional vascular
neurotransmitter membawa informasi dari sel fotoreseptor ke post sinaptik prosesus sel bipolar
dan sel horizontal.(11,14)
Gambar 8.Rod spherule dan cone pedicle di lapisan flexiform
luar

Gambar 2.rod spherule


Struktur cone pedicle mirip dengan rod spherule, tetapi bentuknya lebih besar dan terdiri
dari beberapa triad, sampai sekitar 25. Ribbon sinaptiknya lebih kecil dan lebih banyak. Midge
bipolar cell mengirimkan seluruh dendritnya ke bagian tengah cone triad. Dendrit dari sel
bipolar lainnya dari basal atau superfisial mengadakan kontak pada tiap bagian terminal
invaginasi, yang kemudian disebut invaginating midget bipolar cell dan flat midget bipolar
cell.Setiap cone pedicle memiliki banyak invaginasi. Pada bagian sentral retina dimana pedikel
lebih kecil sebanyak 15 sampai 25 invaginasi terdapat pada setiap terminal.(11,14)

Interneuron

Sel Bipolar

Sel bipolar membawa sinyal dari sel fotoreseptor ke sel ganglion atau sel amakrin, terdapat
2 kelas utama sel bipolar, yaitu :

Gambar 11.skematik diagram tipe sel dan lapisan histologi retina

Sel Bipolar

1. Rod bipolar cells, yang berhubungan dengan spherule rod


2. Cone bipolar cells dan yang berhubungan dengan
pedikel cone, terdiri atas midget cone bipolar cells dan diffuse cone
bipolar cells.(11,10,15)

Gambar 12.. Sel bipolar (warna merah)

Dendrit dari diffuse cone bipolar cells memberikan cabangnya


ke lapisan pleksiform luar dan mengadakan kontak dengan beberapa
pedikel cone. Pada sisi yang berlawanan, akson dari diffuse bipolar
cells diproyeksikan ke lapisan pleksiform dalam dan berhubungan
dengan dendrite dari sel ganglion. Midget cone bipolar cells
bersinaps dengan satu pedikel cone dan satu akson mengadakan
kontak dengan satu sel ganglion. Pada dasarnya, midget cone bipolar
cells berhubungan dengan satu sel cone ke serat saraf optik.
Sebaliknya, diffuse bipolar cell mempunyai lebih banyak jalur input dan output. Nucleus dari sel
bipolar membentuk lapisan inti dalam. Baik rod bipolar cells maupun cone bipolar cell
menggunakan glutamate untuk proses neurotransmisi.(10,13)

Sel Horizontal

Neurit sel horizontal berakhir pada pedikel cone. Satu buah cabang sinaps neurit bersinaps
baik dengan spherule rods maupun pedikel cone. Sinaps ini terjadi pada lapisan plexiform luar
dan distribusi aksonal mengindikasikan bahwa sel horizontal berintegrasi dengan sel rod dan
cone pada area yang berbatasan pada retina (11,10,16)

Gambar 12. Sel horizontal

Terdapat 2 tipe sel horizontal, yaitu


sel horizontal tipe 1 yang ditandai dengan
adanya dendrite yang besar yang
mengadakan kontak hanya dengan sel
cones dan sebuah akson panjangyang
berakhir pada terminal akson yang hanya
berhubungan dengan sel rod. Sel
horizontal tipe 2 hanya berhubungan
dengan sel cone melalui cabang
dendritnya yang ramping dan akson yang panjang.Sel horizontal menggunakan GABA sebagai
neurotransmitter.(11,10,16)
Sel Amakrin

Sebagian besar sel amakrin berlokasi pada bagian proksimaldari lapisan inti dalam.Sel ini
memodulasi sinyal pada lapisan pleksiform dalam. Sel amakrin dapat diklasifikasikan
berdasarkan dendritic field diameter menjadi :narrow field(30-150um), small field (150-300 um)
dan medium field (300-500 um). Berdasarkan distribusi dendrit pada lapisan pleksiform dalam,
sel amakrin dapat diklasifikasikan sebagai stratified atau diffuse cell. Substansi neuroaktif yang
terdapat pada selamakrinyaitu glisin, GABA, asetilkolin, serotonin, dopamine, nitit oxide,
neurotensin, enchepalin, somatostatin, substansi P, vasoactive intestinal peptide(VIP), dan
glucagon(11)

Sel Ganglion

Sel ganglion terletak diantara lapisan pleksiform dalam dengan lapisan serabut saraf. Di
daerah sekitar fovea sentralis terdapat 5-7 lapis sel- sel ganglion dan merupakan lapisan sel
ganglion yang paling tebal (80um) dan lapisan sel ganglion paling tipis terdapat pada daerah
perifer retina (10um). Terdapat satu sel ganglion untuk setiap 100 sel rod dan satu sel untuk
setiap 5 sel kerucut. Sel- sel ganglion memiliki 2 jenis sinaps intersel.Dendritnya bersinaps
dengan akson sel-sel bipolar dan amakrin.(13,10,16)

Gambar 14. Konektivitas antara komponen selneuronal retina

Akson-akson dari sel-sel ganglion melingkar untuk


membentuk permukaan dalam dari retina secara parallel,
dimana akson- akson ini membentuk lapisan serabut saraf yang
nantinya bersatu pada diskus saraf optik.( 13,10,16)

Setiap satu saraf optik memiliki lebih dari 1 juta serabut


saraf.Serabut- serabut saraf yang berasal dari temporal berjalan
melengkung mengelilingi macula untuk memasuki daerah
superior dan inferior diskus saraf optik.Serabut- serabut saraf
papillomakular dan fovea berjalan lurus kedalam diskus saraf
optik. Serabut- serabut dari nasal berjalan secara radier.
Serabut- serabut ini dapat dievaluasi dengan menggunakan
iluminasi sinar hijau (red free) pada oftalmoskop.( 13,10,16)

Elemen- elemen pada neuron pada retina beserta


koneksinya sangat kompleks. Banyak tipe sel- sel bipolar, amakrin dan sel ganglion lain yang
berperan. Elemen- elemen neuron dimana lebih dari 120 juta sel rod dan 6 juta sel cone saling
berhubungan satu sama lain dan proses pengiriman sinyal antara neurosensori retina sangat
penting (13,10,16)
2. Elemen Glial
Gambar 14, skema sel Muller

Sel- sel Muller adalah sel- sel glial


yang berjalan secara vertikal dari membran
limitans eksterna menuju membran limitans
interna.Nukleusnya berada pada lapisan inti
dalam. Sel- sel Muller, bersama elemen-
elemen gliallainnya (astrosit dan microglia)
merupakan penunjang bagi retina(10,11)

Beberapa studi terbaru memperlihatkan


peranan akan pentingnya sel-sel muller ini
dalam perkembangan dan metabolisme
retina. Imunohistokimia memperlihatkan
bahwa sel-sel ini mengandung retinaldehid
binding protein, glutamine, taurin dan
glutamine sythetase. Sel- sel muller juga
berperan dalam degradasi dari neurotransmitter GABA. Adanya RNA messenger yang
mengkode carbonic anhydrase II menunjukkan bahwa sel- sel ini juga penting dalam menahan
karbondioksida bebas yang dilepaskan ke ruang ekstraseluler oleh elemen-elemen neurosensori
retina. Produksi insulin dan faktor- faktor pertumbuhan dari sel- sel muller ini juga sangat
penting dalam metabolismeretina(16)

Gambar 15. Lapisan retina


dengan sel Muller yang mengisi dan
menyangga struktur retina(16)

Pada gambar di samping,


sel Muller mengisi ruang-
ruang diantara elemen-elemen
neuron pada kedua lapisan
membran. Sel ini juga memiliki
bentuk dan fungsi untuk
menyokong, seperti fungsi sel glia pada umumnya.(16)

Sel muller juga diduga menyediakan support metabolik terhadap neuron- neuron retina,
oleh karena sel muller ini merupakan tempat utama penyimpanan glikogen. Pada kondisi stress
metabolik yang tinggi, seperti hipoglikemia, pemecahan glikogen pada sel muller ini dapat
menyediakan metabolit-metabolit penting, seperti asamlaktat untuk digunakan oleh neuron yang
rusak. Penelitian metabolisme glukosa pada hewan coba menunjukkan bahwa hasil utama
glikolisis adalah laktat.

Fungsi lain dari Sel Muller adalah berperan dalam mempercepat adaptasi gelap dari sel
cones, peranannya diduga membantu RPE dalam siklus daur ulang sel cones. Hal ini dibuktikan
dengan percobaan pada hewan coba, dengan mengangkat lapisan RPE pada hewan tersebut,
ternyata sel cones masih terus dapat bekerja, peran RPE digantikan oleh sel- sel Muller ini.(16)

C. Elemen- elemen Vaskuler

Pembuluh- pembuluh darah retina memiliki kesamaan dengan pembuluh darah otak dan
berperan dalam mempertahankan sawar darah retina bagian dalam (inner BRB).
Gambar 16, Potongan melintang pembuluhdarah retina

Barrier fisiologis ini berhubungan dengan


adanya selapis sel- sel endotel yang tidak berfenestra,
dimana tight junction menahan lolosnya substansi-
substansi seperti fluorescin danhorseradish
peroxidase. Lamina basalis melindungi permukaan
luar endotel.Membran basalis mengandung selapis
perisit/ sel mural yang mengelilingi lamina basalis itu
sendiri.

Perisit merupakan sel otot polos yang berasal dari sumsum tulang, sel ini ditemukan
melekat pada pembuluh darah kecil pada organ- organ system saraf, dimana sel- sel ini akan
mengalami perubahan secara terus menerus. Sel ini juga dinamakan sel mural,
perivascularmicroglia, rougat cel, perivascular macrophage,mato cell,dan lain-lain. Sel ini
berfungsi dalam perkembangan dan mempertahankan struktur sel. Perisit telah dikaitkan dengan
berbagai kelainan seperti stroke, hipertensi, nerve injury, Retinopati dan kematian
Kandungan protein actin dan desmin dalam perisit memungkinkan perlekatan sel ini pada
sel- sel endovascular dan membuatnya sebagai regulator aliran darah yang kuat pada
microvasculature.
Perisit mengandung enzim aldose reduktase, yang berperan penting dalam perkembangan
retinopati diabetik. Kelebihan kadar glukosa menyebabkan terjadinya polyol pathway dan
akumulasi sorbitol. Metabolit osmotic yang aktif ini akan menyebabkan kerusakan perisit pada
pembuluh darah retina, yang akan menimbulkan gejala yang khas pada retinopati diabetik.(13)

Q. VASKULARISASI RETINA

Pembuluh darah retina berasal dari dua sumber, yaitu kapiler koroid, arteri dan vena
sentralis. Kapiler koroid menyuplai 1/3 bagian luar termasuk sel rod dan cone, RPE dan lapisan
inti luar.Sedangkan arteri dan vena retina sentralis menyuplai 2/3 bagian dalam sampai dengan
tepi dalam lapisan inti dalam. Arteri retina sentralis merupakan cabang pertama arteri oftalmika
dengan diameter 0,3 mm dan berjalan menuju lapisan dura dari saraf optik dan memasuki bagian
inferior dan medial saraf optik sekitar 12 mm di posterior bola mata. Arteri retina sentralis
terbagi menjadi cabang superior dan inferior.Setelah beberapa millimeter, cabang ini terbagi
menjadi cabang superior dan inferior nasal dan temporal.Cabang dari arteri dan vena retina
sentralis muncul dari bagian tengah diskus optikus, biasanya kearah nasal. Tidak terdapat overlap
dan anostomosis pada semua pembuluh darah di semua kuadran. Cabang nasal berjalan ke ora
serrata.Sementara cabang temporal melengkung diatas dan didaerah fovea sentralis.(11,13)

Gambar 23 A. retina sentralis didalam N. Optik

Sama halnya dengan pembuluh darah di seluruh tubuh, jika terjadi kondisi hipoksia pada
pembuluh darah retina, maka endotel dari pembuluh darah retina akan melepaskan faktor- faktor
angiogenesis seperti vascular endothelial growth factors (VEGF), basic Fibroblast Growth
Factor (bFGF), insulin-like Growth Factor-I (IGF-I) dan berbagai nukleosida seperti adenosine
(11,13)

Anatomi Saraf Optik

Saraf Optik merupakan saraf kranial kedua yang terdiri dari lebih 1juta akson yang berasal dari
lapisan sel ganglion retina dan menyebar menuju ke korteks oksipital. Nervus optikus dibagi
menjadi beberapa daerah topografi, yaitu (Skuta,2012):

1. Regio intraokular yaitu optic disc, prelaminar area dan laminar area
2. Region intraorbital (berada di dalam corong otot)
3. Regio intrakanalikular (berada didalam kanal optik)
4. Regio Intrakranial (berakhir di kiasma optikum)
Regio Panjang (mm) Diameter (mm)
Intraokular 1.0 1,5 x 1,75
Optic Disc
Prelaminar
Laminar
Intraorbital 25 3–4
Intrakanalikular 4 – 10 3–4
Intrakranial 10 4–7
Tabel 2.1. Ukuran saraf optik berdasarkan regio
(Dikutip dari :Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Fundamentals and Principles of
Ophtalmology Singapore: American Academy of Ophtalmology; 2012.)

Kumpulan dari saraf optik mempunyai karakteristik yang sama seperti white matter
otak. Berdasarkan perkembangannya, saraf optik merupakan bagian dari otak, dan lapisan
fibernya dikelilingi oleh lapisan glial, bukan sel Schwann.Panjang saraf optik bervariasi
antara 35 sampai 55 millimeter. Bagian yang dapat dilihat dari pemeriksaan oftalmoskopi
adalah saraf optik regio intraokular (Skuta, 2012)

Gambar 2.1. Empat regio saraf optik

(Dikutip dari :Skuta GL, Cantor LB,


Weiss JS. Fundamentals and Principles of
Ophtalmology Singapore: American
Academy of Ophtalmology; 2012.)

a. Regio Intraokular
Puncak saraf optik adalah
tempat berawalnya penyakit kongenital
maupun penyakit okular yang
didapat.Bagian anterior dapat dilihat
dengan pemeriksaan oftalmoskopi
sebagai optic disc. Strukturnya berbentuk oval dengan ukuran horizontal 1,5
millimeter dan vertikal 1,75 millimeter. Berbentuk cekung dengan dua pembuluh
darah yang melewati titik pusatnya, yaitu arteri retina medial dan vena retina medial.
Bagian ini dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
a) Lapisan fiber superfisial
b) Area prelaminar
c) Area laminar
d) Area retrolaminar
b. Regio Intraorbital
Regio intraorbital terdiri dari 2 bagian, yaitu:
a) Annulus of Zinn
b) Meningeal Sheaths
c. Regio Intrakanalikular
Didalam kanal optik, suplai darah saraf optik berasal dari pembuluh pial yang
merupakan percabangan dari arteri oftalmika.Saraf optik dan araknoid yang
mengelilinginya terhubung ke kanalperiosteum.

d. Regio Intrakranial
Setelah melewati kanal optik, 2 saraf optik akan membentang di atas arteri
oftalmika dan arteri karotis interna. Arteri serebri anterior juga melintasi saraf optik
dimana arteri komunikans anterior juga akan saling berhubungan sehingga membentuk
sirkulus Willisi. Kemudian saraf optik melintas kearah posterior melewati sinus
kavernosus dan mencapai kiasma optikum.
Kiasma optikum dibagi menjadi dua yaitu jalur kanan dan kiri yang berakhir di
korpus genikulatum lateralis.Dari daerah ini keluar jalur genikulokalkarin yang
melewati setiap korteks penglihatan primer.Kiasma optikum dilapisi oleh pia dan
araknoid dan memiliki vaskularisasi yang sangat banyak.Ukuran kiasma optikum
diperkirakan memiliki lebar 12 millimeter dan panjang 8 millimeter pada daerah
anteroposterior dengan ketebalan 4 millimeter (Skuta, 2012).

Gambar 2.3. Kiasma Optikum

(Dikutip dari :Skuta GL, Cantor LB,


Weiss JS. Fundamentals and
Principles of Ophtalmology
Singapore: American Academy of
Ophtalmology; 2012.)

Suplai Darah Saraf Optik

Arteri oftalmika membentang dibawah saraf optik.Suplai darah dari saraf optik
berbeda dari satu bagian ke bagian lainnya.Daerah retrolamina disuplai oleh pembuluh
darah pial dan pembuluh darah silier posterior.Daerah lamina disuplai oleh arteri silier
posterior.Daerah prelaminar disuplai oleh arteri silier posterior dan arteri
koroidal.Daerah lapisan fiber disuplai oleh arteri retina medial.Daerah intraorbital
disuplai oleh pembuluh darah pial bagian proksimal dan cabang-cabang kecil dari
arteri oftalmika.Daerah intrakanalikular disuplai oleh sebagian besar arteri oftalmika.
Daerah intrakranial disuplai oleh cabang utama dari arteri oftalmika dan arteri karotis
interna (Skuta, 2012)

Gambar 2.4. Suplai


pembuluh darah saraf
optik

(Dikutip dari :Skuta


GL, Cantor LB, Weiss
JS. Fundamentals and
Principles of
Ophtalmology
Singapore: American
Academy of
Ophtalmology; 2012.)

Visual Pathway

Jalur visual dapat dibedakan menjadi jalur aferen (sensoris) dan eferen (motorik).
Kerusakan pada jalur aferen akan menyebabkan kehilangan kemampuan penglihatan.
Jalur aferen secara berurutan dimulai dari retina, saraf optik, kiasma optikum, traktus
optikus, dan pada akhirnya akan mencapai korteks (Skuta, 2012)
Gambar

2.5.Visual Pathway

(Dikutip dari :Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Fundamentals and Principles of
Ophtalmology Singapore: American Academy of Ophtalmology; 2012.)

1. Retina
Segmen posterior retina mentransduksikan gambar fotokimia elektromagnetik
menjadi rangsangan impuls. Dimana pada retina terdapat sel batang yang memiliki
jumlah sekitar 80 – 120 juta sel dan menyebar diseluruh retina kecuali fovea dan sel
kerucut yang memiliki jumlah 5 – 6 juta sel dengan penyebaran hanya terpusat pada
fovea yang memiliki kemampuan untuk mengubah impuls fotokimia menjadi impuls
saraf. Ketiadaan kedua sel ini di optic disc menghasilkan daerah yang disebut sebagai
titik buta (physiologic scotoma) yang terletak sekitar fovea.Sel kerucut dibagi menjadi 3
sub bagian berdasarkan keadaan pigmen yang masing-masing sensitif terhadap
gelombang warna merah, hijau atau biru.
Signal retina yang berasal dari sel batang dan sel kerucut diproses pertama kali
melalui sel bipolar yang menghubungkan reseptor cahaya ke sel ganglion. Kebanyakan
sel ganglion dapat dibagi menjadi sel parvocellular (Sel P) dan sel magnocellular (Sel
M). Sel P sangat lemah terhadap interpretasi warna dan mempunyai lapangan reseptor
yang kecil dan sensitivitas kontras yang lemah. Sementara sel M memiliki lapangan
reseptor yang luas dan lebih responsif terhadap cahaya dan pergerakan.
Neurotransmitter yang didapati pada retina adalah glutamat, asam gamma-aminobutirat
(GABA), asetilkolin dan dopamin.

2. Saraf optik
Secara fisiologis, saraf optik dimulai dari lapisan sel ganglion yang menyelubungi
seluruh retina. Akson darisaraf optik tergantung dari produksi metabolik badan sel
ganglion retina. Transpor aksonal baik molekul maupun sistem ekstra dan intraseluler
memerlukan oksigen yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan sistem transpor aksonal
sangat sensitif terhadap kejadian iskemik, inflamasi, dan proses kompresi.
3. Kiasma optikum
Setelah melewati saraf optik, maka impuls sensoris akan diteruskan melewati kiasma
optikum yang berada dibagian anterior dari hipotalamus dan dibagian anterior dari
ventrikel 3. Dibagian ini akan terjadi persilangan impuls dari kedua mata baik yang
berasal dari daerah medial maupun lateral.
4. Traktus optikus
Lateral geniculate nucleus merupakan terminal dari akson yang berasal dari sel
ganglion retina. Bagian ini berada dibawah talamus posterior. Dibagi menjadi 6 tingkat,
yaitu 4 level tertinggi adalah terminal untuk akson sel P yang mana hal ini untuk
meningkatkan sensitivitas dari sel P. 2 tingkat dibagian bawah merupakan bagian untuk
menerima impuls dari sel M untuk mendeteksi gerakan. Akson yang berasal dari mata
kontralateral memiliki terminal di lapisan 1,4 dan 6. Sedangkan dibagian kolateral
berujung pada lapisan 2,3 dan 5 (Skuta, 2012)
Gambar 2.6. Defek visual akibat kerusakan bagian-bagian jalur visual

(Dikutip dari :Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Fundamentals and Principles of
Ophtalmology Singapore: American Academy of Ophtalmology; 2012.)

5. Korteks
Mengikuti sinaps pada nukleus genikularis lateral, akson melintas kebelakang sebagai
radiasi optik di korteks penglihatan primer di dalam lobus oksipital. Korteks penglihatan
primer (area Broadmann 17) tersusun horizontal sepanjang kalkarin yang membagi
permukaan medial lobus oksipital. Penyebaran optik pada korteks penglihatan primer
berada pada lapisan ke 4 dari 6 lapisan korteks. Lapisan ini yang disebut sebagai lamina
granularis interna lebih lanjut dibagi menjadi 3 bagian kecil yaitu 4A, 4B dan 4C. Input
sel P secara umum berada pada bagian 4C bagian bawah dan input sel M berada pada
bagian 4C bagian atas (Skuta, 2012)
AKOMODASI
Akomodasi mata meningkatkan kekuatan lensa untuk penglihatan dekat. Kemampuan
menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat maupun sumber cahaya
jauh dapat difokuskan di retina. Ini disebut sebagai akomodasi mata. Kekuatan lensa
bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah bagian dari
korpus siliaris suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah anterior. Korpus siliaris
memiliki dua komponen utama : otot siliaris dan jaringan kapiler yang menghasilkan
aquous humour.
Otot siliaris adalah otot polos yang melingkar dan melekat ke lensa melalui
ligamentum suspensorium. Ketika otot siliaris melemas, ligamnentum suspensorium
menegang dan menarik lensa, sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi
minimal. Sebaliknya, ketika berkontraksi , garis tengah otot ini berkurang dan tegangan di
ligamentum suspensorium mengendur. Sewaktu lensa kurang mendapat tarikan dari
ligamentum suspensorium, lensa mengambil bentuk yang lebih sferis (bulat) karena
elastisitasnya inherennya. Semakin besar kelengkungan lensa (karena semakin bulat),
semakin besar kekuatannya, sehingga berkas-berkas cahaya lebih dibelokkan. Pada mata
normal, otot siliaris melamas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi otot
tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih kuat
untuk penglihatan dekat.23
Akomodasi merupakan salah satu dari 3 komponen untuk melihat objek dalam jarak
dekat yang disebut respon dekat atau refleks dekat. Komponen respon dekat meliputi
akomodasi, konvergensi, dan miosis pupil yang normalnya bekerja bersamaan, namun
masing – masingnya dapat diuji secara terpisah. Misalnya akomodasi dapat distimulasi
dengan lensa plus atau menguatkan stimulus akomodasi dengan lensa minus tanpa
menstimulasi konvergensi atau miosis. Sementara itu dapat juga menggunakan prisma
base – out berkekuatan lemah untuk menstimulasi konvergensi tanpa merubah akomodasi.
Terdapat 3 aspek akomodasi, yait24:
 Akomodasi jarak dekat ( near point of akomodation / NPA ) NPA yaitu jarak objek
terdekat dari mata yang dapat dilihat dengan jelas.
 Amplitudo akomodasi Amplitudo akomodasi yaitu kekuatan lensa yang memberikan
visualisasi visual yang jelas. Kekuatan ini terukur dalam satuan dioptri ( D ) dan didapat
dengan membagi 100 dengan NPA dalam satuan cm. Misalnya pasien dengan NPA 25
cm, maka amplitudo akomodasinya adalah 100/25= 4 D.
 Range akomodasi ( range accommodation ) Range akomodasi yaitu jarak antara objek
terjauh dan terdekat yang masih dapat dilihat oleh mata dengan jelas.

Anda mungkin juga menyukai