PENDAHULUAN
1
dapat datang dengan anemia defisiensi besi pada perdarahan tersembunyi yang
berlangsung lama. Pasien juga dapat datang dengan melena atau hematemesis
yang dapat disertai atau tanpa anemia, disertai atau tanpa renjatan.4
Perdarahan akut saluran cerna bagian atas sering dijumpai di bagian gawat
darurat. Meskipun tatalaksana optimal dengan terapi endoskopi dan obat-obat
penghambat sekresi asam lambung, angka kematian SCBA tetap berkisar 6-14%.5.
Berikut ini akan dibahas laporan kasus mengenai seorang pasien yang di
rawat di instalasi rawat inap C1 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dengan
diagnosa Melena et causa NSAID gastropathy, Anemia et causa GIT
(Gastrointestinal) bleeding.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
3
ada edema palpebra dekstra dan sinistra, pupil bulat isokor dekstra = sinistra,
refleks cahaya normal, bibir tidak sianosis, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1,
tekanan vena jugularis normal, trakea letak tengah, tidak teraba pembesaran
kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan dada, inspeksi didapatkan pergerakan
dada simetris, palpasi didapatkan stem fremitus lapang paru kanan dan kiri sama,
perkusi paru kanan dan kiri sonor, auskultasi didapatkan suara pernapasan
vesikuler dan tidak didapatkan suara napas tambahan. Pada pemeriksaan jantung
iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba. Batas jantung kiri terletak pada ICS IV
linea midklavikularis sinistra, batas jantung kanan pada ICS IV linea sternalis
dekstra. Auskultasi suara jantung I dan II reguler, tidak ditemukan bising dan
gallop. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan inspeksi cembung, auskultasi
terdengar bising usus dalam batas normal 3 kali/menit, palpasi didapatkan nyeri
tekan epigastrium, tidak teraba pembesaran hati, limpa tidak teraba, ballotement
test pada ginjal negatif. Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan akral hangat,
capillary refill time (CRT) < 2 detik, tidak ada sianosis pada ujung jari, edema
tungkai (-). Hasil pemeriksaan rectal toucher dari pasien ini didapatkan tonus
musculus sphinter ani normal, tidak terdapat massa pada lumen, ekstra lumen dan
dinding rektum, nyeri tekan prostat tidak ada, dan didapatkan adanya melenic
stool.
4
Asam tranexamat 500mg/8jam intravena, paracetamol 3x500 mg, transfusi
packed red cell 1 kantong/hari (target Hb > 10 g/dL).
Perawatan hari ke-3 tanggal 16 November 2018, BAB hitam cair tidak
ada. Keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis.
Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 88 kali/menit, respirasi 22 kali/menit, suhu
badan 36.40C, SpO2 95%. Pada pemeriksaan fisik kepala ditemukan konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik, paru dalam batas normal, pada abdomen didapati
5
nyeri tekan epigastrium, dan ekstremitas didapatkan akral hangat, tidak ada
edema. Hasil pemeriksaan rectal toucher pada perawatan hari ketiga didapatkan
tonus musculus sphinter ani normal, tidak terdapat massa pada lumen, ekstra
lumen dan dinding rektum, nyeri tekan prostat tidak ada, dan sudah tidak
didapatkan adanya melenic stool. Didiagnosis dengan Melena et causa NSAID
gastropathy dan anemia et causa GIT (Gastrointestinal) bleeding. Diterapi dengan
IVFD NaCl 0,9% pada line 1, IVFD NaCl 0,9% + esomeprazole 5 vial 10 tetes
per menit (hari ke-4), sucralfat 200mg 3 x II C PO, Asam tranexamat 500mg/8jam
intravena, paracetamol 3 x 500mg, transfusi packed red cell 1 kantong/hari (target
Hb > 10 g/dL).
Perawatan hari ke-4 tanggal 17 November 2018, BAB hitam cair tidak
ada. Keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis.
Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 88 kali/menit, respirasi 22 kali/menit, suhu
badan 36.40C, SpO2 98%. Pada pemeriksaan fisik kepala ditemukan konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik, paru dalam batas normal, pada abdomen tidak
didapati nyeri tekan epigastrium, dan ekstremitas didapatkan akral hangat, tidak
ada edema. Didiagnosis dengan Melena et causa NSAID gastropathy dan Anemia
et causa GIT (Gastrointestinal) bleeding. Diterapi dengan IVFD NaCl 0,9% pada
line 1, IVFD NaCl 0,9% + esomeprazole 5 vial 10 tetes per menit (hari ke-5),
sucralfat 200mg 3 x II C PO, Asam tranexamat 500mg/8jam intravena,
paracetamol 3 x 500mg, transfusi packed red cell 1 kantong/hari (target Hb > 10
g/dL).
Pada perawatan hari ke-5, tanggal 18 September 2018, BAB hitam cair
tidak ada. Keadaan umum tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis.
Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 72 kali/menit, respirasi 20 kali/menit, suhu
badan 36.60C, SpO2 97%. Pada pemeriksaan fisik kepala ditemukan konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik, paru dalam batas normal, pada abdomen tidak
didapati nyeri tekan epigastrium, dan ekstremitas didapatkan akral hangat, tidak
ada edema. Didiagnosis dengan Melena et causa NSAID gastropathy dan Anemia
et causa GIT (Gastrointestinal) bleeding. Diterapi dengan lansoprazole
30mg/12jam, sucralfat 10mg/8jam, paracetamol 3 x 500mg dan direncanakan
untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium kontrol.
6
Pada hari ke-6, pasien dipulangkan dengan keadaan umum saat pulang
sedang, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78
kali/menit, respirasi 20 kali/menit, suhu badan 36.00C. Hasil pemeriksaan
aboratorium antara lain leukosit 5.500/uL; Hb 11.1 g/dL; trombosit 400.000/uL;
GDS 102 mg/dL; Albumin 3.9. Pasien dipulangkan dengan pemberian obat
lansoprazole 30 mg dua kali sehari, sucralfat 10 mg tiga kali sehari, paracetamol
500 mg tiga kali sehari bila perlu.
7
BAB III
PEMBAHASAN
NSAID adalah obat yang secara luas digunakan di seluruh dunia untuk
pengobatan nyeri, inflamasi (peradangan), dan demam1. NSAID merupakan obat
yang secara luas diresepkan dan dan dijual secara bebas (over the counter drug) 8
NSAID memiliki beberapa efek teraputik seperti analgesik, antipiretik, dan
antiinflamasi. Sebagai efek analgesik, obat ini efektif untuk meredakan nyeri
ringan-sedang. Efek antipiretik yang dihasilkan obat ini bisa digunakan dalam
pengobatan demam rematik. Untuk efek antiinflamasi, obat ini digunakan untuk
pengobatan osteoartritis dan reumatoid artritis. Sebagai tambahan terhadap
NSAID, aspirin dosis rendah (acetylsalicylic) digunakan untuk profilaksis primer
atau sekunder baik untuk kejadian serebrovaskular atau kardiovaskular.
Penggunaan NSAID juga dilakukan sebagai pengobatan untuk jenis kanker
tertentu.9 Pada kasus yang akan dibahas, pasien memiliki keluhan BAB hitam
sejak kurang lebih 2 minggu SMRS. Pasien memiliki riwayat konsumsi NSAID,
yaitu asam mefenamat yang diminum setiap kali pasien merasa nyeri sendi karena
gouthy arthritis.
Mekanisme kerja dari NSAID pertama kali didefinisikan pada awal tahun
tujuh puluhan dengan inhibisi dari sintesis prostaglandin. Prostaglandin adalah
salah satu mediator utama inflamasi, nyeri, dan demam, yang disintesis dari asam
arakhidonat. Reaksinya dikatalase oleh enzim cyclooxygenase (COX). NSAID
bekerja menghambat sintesis prostaglandin dengan berikatan dan menginhibisi
COX. Efek analgesic yang ditimbulkan oleh NSAID terjadi dengan intervensi
8
PGE1 dan PGE2 pada model binatang. Diobservasi juga bahwa NSAID efektif
dalam menghilangkan nyeri dengan kemampuannya untuk menginhibisi
vasodilatasi vaskular sereberal yang dimediasi oleh prostaglandin. Beberapa studi
menunjukan bahwa peran antipiretik yang dimiliki NSAID didasarkan pada
kerjanya dalam menginhibisi sintesis PGE2 pada daerah dekat hipotalamus
preoptikus.1
NSAID juga memiliki efek sitotoksik langsung pada sel mukosa gaster
menyebabkan lesi. Beberapa studi telah menunjukan bahwa efek sitotoksik
NSAID bersifat independen walaupun tanpa efek ihibisi COX. NSAID terbukti
mampu menimbulkan efek nekrotik dan apoptosis pada sel mukosa gaster.1
9
Insidensi perdarahan saluran cerna bagian atas terjadi dua kali lipat lebih sering
pada pria dibandingkan wanita, dengan tingkat mortalitas meningkat sejalan
dengan bertambahnya usia. Tingkat mortalitas bertambah pada usia >60 tahun.
Prevalensi kejadian gastropati reaktif pada pasien yang mengonsumsi NSAID
setidaknya 1 bulan berkisar antara 30%-40%. Pada kasus, pasien adalah seorang
laki-laki usia 56 tahun.
10
pasien ini ditemukan keadaan umum yang tampak sakit sedang dan kesadaran
compos mentis. Pada pemeriksaan fisik lanjutan belum ditemukan tanda-tanda
ketidakstabilan hemodinamik. Pada pemeriksaan konjungtiva didapatkan pucat,
pemeriksaan lainnya dalam batasan yang normal.
11
dan pengiriman oksigen. Kemanjuran relatif dari PPI untuk mempertahankan pH
lambung pada tingkat di atas 6,0 dapat melindungi bekuan ulkus dari fibrinolisis.
Hal ini dikonfirmasi dalam pedoman SIGN 2008, yang merekomendasikan PPI
intravena dosis tinggi pada pasien dengan perdarahan ulkus peptikum mayor atau
pembuluh darah yang tidak dapat dilepas setelah kontrol perdarahan endoskopik.
Lansoprazole, dan esomeprazole adalah PPI yang tersedia sebagai formulasi
intravena; omeprazol intravena digunakan di negara lain. Dosis yang disarankan
dari pantoprazole intravena dan esomeprazol adalah 80 mg bolus diikuti dengan
8mg/jam infus. Infus dilanjutkan selama 48-72 jam. Pada kasus, pasien diberikan
esomeprazole 40 miligram bolus intravena, IVFD NaCl 0,9% pada line pertama
dan IVFD NaCl 0,9% ditambah esomeprazole 200 miligram 10 tetes per menit
dan sucralfat 200mg 3 x II C PO.
12
13
BAB IV
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15
9. Furst, D.E., Ulrich, R.W., 2007. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs,
DiseaseModifying Antirheumatic Drugs, Nonopioid Analgesics, &Drugs
Used in Gout. In : Katzung, B.G., ed. Basic & Clinical Pharmacology.
10th ed. Singapore : McGraw-Hill, 573-577.
10. Wolfe MM, Lichtenstein DR, Singh G. Gastointestinal toxicity of
nonsteroidal antiinflamatory drugs. N Engl J Med. 1999. 340(24): 1888-99
11. Roth S. Coming to terms with nonsteroidal anti-inflammatory drug
gastropathy. Drugs(2012, May 7), 72(7): 873-879.
12. McCance, Kathryn L, Huether, SE. Pathophysiology: The Basic for Disease in
Adults and Children, 6th ed. United States of America: Elsevier Mosby;
2010.1456
13. Djojoningrat D. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (Hematemesis Melena). 1
ed. Jakarta: Interna Publishing;2011
14. Albeldawi M, Qadeer MA, Vargo JJ. Managing acute upper bleeding, prevenring
reccucences. Cleve Clin J Med 2010;77:131-42
15. Simadibrata K, Syam AF, Abdulah M, Fauzi A, Renaldi K: Konsensus
Nasional Penatalaksanaan Saluran Cerna Atas Non Varises di Indonesia.
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia; 2012. 16
16. Sleisenger MH, Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ. Sleisenger dan
Fordtran’s gastrointestinal and liver disease: pathophysiology, diagnosis,
management. 9th ed. Philadelphia, PA: Saunders/Elsevier; 2010
16