Anda di halaman 1dari 11

REFLEKSI KASUS

RHINOSINUSITIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan RSUD Temanggung

Disusun Oleh:

Zaki Farhan Virawan

20184010135

Pembimbing:

dr. Pramono, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU THT RSUD TEMANGGUNG


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
A. Pengalaman

Seorang pasien wanita 25 tahun datang ke poliklinik THT mengeluh nyeri


kepala terkadang mencium bau yang tidak sedap, serta juga keluar cairan kental
dengan bau yang tidak sedap. Dokter menyarankan pemeriksaan SPN dan
mendiagnosis pasien dengan sinusitis.

B. Masalah yang Dikaji

1. Apa hubungannya keluhan yang dirasakan dengan kejadian sinusitis?

2. Bagaimana Diagnosis bisa ditegakkan?

3. Tatalaksana apa yang harus dilakukan pada kasus tersebut?

C. Pembahasan

1. Hubungan Keluhan yang dirasakan dengan Kejadian


rhinosinusitis kronik
Kejadian sinusitis sangat erat kaitannya dengan rhinitis. Terjadinya
sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis, sehingga sering
disebut rhinosinusitis. Penyebab utamanya adalah common cold yang
merupakan infeksi virus yang dapat diikuti oleh infeksi bakteri.

Beberapa hal juga dapat diakibatkan oleh mukosa yang telah


tersensitisasi terpapar oleh alergen di pagi hari sehingga akan
melepaskan histamin. Histamin inilah yang dapat mengakibatkan
sensasi gatal untuk bersin-bersin, hipersekresi sel goblet, rinore, dan
vasodilatasi sinusoid. Hal tersebut merupakan gejala khas dari rhinitis
alergi. Kejadian rinosinusitis meningkat seiring bertambahnya kasus
rinitis alergi.

Oleh sebab itu, pembengkakan mukosa hidung pada rinitis di


ostium sinus dapat mengganggu ventilasi bahkan menyumbat ostium
sinus, yang mengakibatkan retensi sekret mukus. Bila kondisi ini terus
menetap, sekret yang terus terkumpul merupakan media baik untuk

1
pertumbuhan bakteri sehingga diperlukan pengobatan antibiotik. Jika
terapi tidak berhasil maka inflamasi tetap terus berlanjut dan terjadi
hipoksia dan munculnya bakteri anaerob, serta mukosa makin
membengkak menjadi hipertrofi, polipoid dan kista yang memerlukan
tindakan operasi

2. Penegakan Diagnosis

Rhinosinusitis kronik merupakan inflamasi mukosa sinus paranasal


dan rongga hidung dengan durasi lebih dari 12 minggu dan/atau dalam 6
bulan terakhir kambuh lebih dari 3 episode.

Penegakan diagnosis rhinosinusitis kronis didapat berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari
anamnesis didapatkan keluhan hidung tersumbat disertai nyeri/rasa
tekanan pada muka, sakit kepala, ingus purulen yang terkadang turun ke
tenggorok (nasal drip), hiposmia/anosmia, dan terkadang disertai gejala
sistemik yaitu demam dan lesu. Pada pemeriksaan fisik rhinoskopi
anterior dan posterior ditemukan ciri khas berupa adanya pus di meatus
media (pada sinusitis maksila, etmoid anterior, dan frontal) atau di
meatus superior (pada sinusitis etmoid posterior dan sfenoid), mukosa
edem dan hiperemis.

Pemeriksaan gold standard dari rhinosinusitis adalah CT Scan


sinus karena dapat memberi gambaran secara keseluruhan dari hidung,
sinus, dan perluasannya.

3. Terapi/Tata Laksana

Prinsip engobatan rhinosinusitis adalah membuka sumbatan pada


kompleks ostio-meatal sehingga drainase dan ventilasi sinus normal
kembali. Obat yang diperlukan adalah dekongestan untuk menghilangkan
pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus

2
Antibiotik digunakan untuk menghilangkan infeksi, jika terdapat 3
gejala dan tanda infeksi bakteri dari 5 kriteria sebagai berikut: 1) ingus
mukopurulen dominan satu sis,i 2) nyeri wajah dominan satu sisi, 3)
demam lebih dari 38oC, 4) terdapat ‘double sickening’-gejala yang
memberat sesudah terjadi perbaikan, 5) pemeriksaan CRP dan LED
meningkat. Dipilih golongan penisilin seperti amoksisilin. Apabila sudah
resisten maka diberikan amoksisilin-klavulnat atau jenis sefalosporin
generasi 2. Antibiotik diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala
membaik. Namun, pada rhinosinusitis kronik diberikan antibiotik
sesuai dengan kuman gram negatif dan anaerob.

Terapi lain yang dibutuhkan adalah analgetik, mukolitik, steroid


oral/topikal, pencucian rongga hidung dengan larutan NaCl 0,9% atau
pemanasan.

Antihistamin tidak rutin diberikan karena efek antikolinergiknya


dapat menyebabkan sekret menjadi lebih kental. Namun, apabila alergi
berat maka dapat diberikan antihistamin generasi 2.

Jika hal tersebut diakibatkan oleh alergi, maka cari penyebab


alergi tersebut dan selanjutnya dapat menghindar dari alergen itu.

Tindakan operasi dapat dilakukan dengan bedah sinus endoskopi


fungsional (BSEF/FESS). Indikasi dilakukannya operasi adalah sinusitis
kronik yang tidak membaik setelah terapi yang adekuat, sinusitis kronik
yang disertai kista atau kelainan yang irreversible, polip ekstensif.

D. Dokumentasi

IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Nn. L

Umur : 17 tahun

3
RM : 188900

Tanggal masuk RS : 3 Juli 2018 - Poli THT

ANAMNESIS:

a. Keluhan Utama:

Hidung tersumbat, keluar cairan dari hidung terutama pagi hari.

b. Riwayat Penyakit Sekarang:

Hidung terasa tersumbat dan keluar cairan berlebih terutama di pagi hari sejak 4
bulan yang lalu. Cairan hidung kadang-kadang berwarna kekuningan sampai
kehijaun dan berbau. Pasien juga terkadang mengeluh sakit kepala.

c. Riwayat Penyakit Dahulu:

Tiga bulan yang lalu rawat inap karena vertigo, mual muntah (+)

d. Riwayat Penyakit Keluarga:

Keluarga tidak ada riwayat penyakit serupa, asma (-)

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik, Compos mentis

Tanda-tanda Vital:

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Respirasi : 18x/menit

Suhu : 36oC

4
STATUS GENERAL

1. Kepala

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Bibir : Sianosis (-), sariawan (-)

2. Leher

Pembesaran limfonodi (-), massa (-), nyeri palpasi (-)

3. Thorax

Pulmo (paru) Cor (jantung)


Inspeksi Gerakan respirasi simetris Ictus cordis tidak nampak
Palpasi Ketinggalan gerak (-)
Perkusi Sonor seluruh lapang
Auskultasi Suara dasar vesikuler, BJ1-BJ2 reguler, suara
suara tambahan (-) tambahan (-)
4. Abdomen

Inspeksi : tidak ada tanda peradangan

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen

Palpasi : nyeri tekan (-), palpasi hepar dan lien tidak teraba

5. Ekstremitas

Superior : akral hangat, edema (-)

Inferior : akral hangat, edema (-)

5
STATUS LOKALIS THT

1. Telinga

Bagian Telinga Auris Dextra Auris Sinistra


Auricula
- Deformitas (-) (-)

- Hiperemis (-) (-)

- Edema (-) (-)

- Nyeri tekan (-) (-)

Daerah Preauricula
- Deformitas (-) (-)

- Hiperemis (-) (-)

- Edema (-) (-)

Daerah retroaurikula
- Edema (-) (-)

- Hiperemis (-) (-)

- Nyeri tekan (-) (-)

- Sulcus cekung cekung

MAE
- Serumen (+) (-)

- Edema (-) (-)

- Hiperemis (-) (-)

- Otore (-) (-)

Membran Timpani
- Warna Hiperemis Putih mutiara

- Perforasi (-) (-)

- Cone of light (+) (+)

6
2. Hidung

Dextra Sinistra
Hidung Luar Bentuk normal, Bentuk normal,
hiperemis (-) hiperemis (-)
Nyeri tekan:
pangkal hidung, (-) (-)
pipi, dahi

7
Rhinoskopi Dextra Sinistra
Anterior
Vestibulum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)
Cavum nasi Edema (+), mukosa Edema (+), mukosa
hiperemis (+), rinore (+) hiperemis (+), rinore (+)
Konka inferior Edema (-), mukosa Edema (-), mukosa
hiperemis (-) hiperemis (-)
Meatus nasi Polip (-), korpus alienum Polip (-), korpus alienum
inferior (-), Massa tumor (-), (-), Massa tumor (-),
perdarahan (-) perdarahan (-)
Konka media Edema (+), mukosa Edema (+), mukosa
hiperemis (+) hiperemis (+)
Meatus nasi Polip (-), korpus alienum Polip (-), korpus alienum
media (-), Massa tumor (-), (-), Massa tumor (-),
perdarahan (-) perdarahan (-)
Konka superior Edema (+), mukosa Edema (+), mukosa
hiperemis (+) hiperemis (+)
Meatus nasi Polip (-), korpus alienum Polip (-), korpus alienum
superior (-), Massa tumor (-), (-), Massa tumor (-),
perdarahan (-) perdarahan (-)
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-)

3. Tenggorok

Inspeksi Dextra Sinistra


Tonsil palatina T2, hiperemis (-), kripte T2, hiperemis (-), kripte
melebar melebar
Dinding faring Hiperemis (-), post nasal drip (-), granuler (-)
posterior
Uvula Deviasi (-)

8
PEMERIKSAAN PENUNJANG

CT scan SPN potongan axial, dan coronal tanpa bahan kontras dengan klinis
suspek RSK. Hasil:

- Tampak minimal lesi di sinut ethmoidalis bilateral, sinus paranasal lain tambpak
baik.

- Septum nasi di tengah.

- Cavum orbita baik.

- Nasofaring tampak baik.

- Tak tampak erosi pada sistema tulang.

Kesan: Minimal ethmoiditis, sinus lain dalam batas normal.

9
DIAGNOSIS KERJA

Rhinosinusitis Kronik

DIAGNOSIS BANDING

Rhinitis Alergi, Tonsilitis Kronik.

E. Daftar Pustaka

1. Soetjipto, D. dan Mangunkusumo, E. Hidung. Dalam: Soepardi EA. Iska


ndar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala le
her. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001, h. 88 – 95
2. Panduan Praktik Klinis Panduan Praktik Klinis Tindakan Clinical Pathwa
y Di Bidang Telinga Hidung Tenggorok- Kepala Leher
http://perhati-kl.or.id/wp-content/uploads/2017/08/PPK-PPKT-CP_PP_PER
HATI-KL_Vol-1.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai