Anda di halaman 1dari 26

Rinitis Alergi,

Hipertropi Adenoid
dan Tonsilitis Kronis

I
Refleksi Kasus
Sabtu, 30 April 2022
Dokter Muda:
I Wayan Gede Mahardika Putra (2171121015)

Pembimbing :
dr. I Wayan Karya, Sp.THT-KL
KSM Ilmu Kesehatan THT-KL BRSUD Tabanan/FKIK Unwar
Identitas Pasien
•Nama : IDGNAV
•Nomor RM : 100217
•Umur :17 th
•Jenis Kelamin : Laki-laki
•Alamat : Tabanan
•Agama : Hindu
•Ruangan : Poli THT-KL
•Tanggal Pemeriksaan : 26 Maret 2022
Anamnesis
• Keluhan Utama : Pilek lama

• Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang laki- laki umur 17 tahun datang ke Poli THT KL BRSU Tabanan. Pasien mengeluh keluar cairan dari hidung,
memberat sejak 1 minggu. Pasien mengatakan keluhannya sering disertai dengan hidung tersumbat dan terasa gatal,
dan bersin bersin lebih dari 5 kali. Keluhan dirasakan hilang timbul. Pasien mengatakan bahwa keluhannya sering
muncul pada pagi atau sore hari. Pasien mengtakan keluhan mulai muncul saat pasien anak- anak. Keluhan dikatakan
mengganggu aktivitas pasien sehari hari keluhan juga mengganggu tidur pasien. Keluhan telinga disangkal, keluhan
ditengorok: pasien mengakatakan terkadang merasa ada yang mengganjal di tenggorokan dan tengorokan terasa kering.
Keluhan penyerta lainya seperti demam (-), sesak (-), secret berbau (-) tidur ngorok (-).
Anamnesis
• Riwayat Penyakit Terdahulu:

Pasien sudah beberapa kali mengalami keluhan seperti ini. Pasien mengatakan alergi debu dan udara
dingin

Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien mengatakan ibu dan kakak pasien mengalami pernah mengalami sinusitis

Riwayat Pribadi dan Sosial:

Pasien tinggal bersama keluarga dan keseharian pasien beraktivitas seperti biasa. Tidak rutin berolahraga.
Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal.
Pemeriksaan Fisik
STATUS PRESENT
• Keadaan umum : Sakit ringan
• Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)
• Tanda Vital:
Frekuensi nadi : 80 kali/ penit
Tekanan darah :120/80 mmHg
Frekuensi nafas : 20 kali/ penit
Suhu :36,0 C
Pemeriksaan Fisik
STATUS LOKALIS THT
Telinga
Dekstra Sinistra
Aurikula Bentuk (N), nyeri Tarik (-), benjolan Bentuk (N), nyeri Tarik (-), benjolan (-), lesi
(-), lesi kulit (-) kulit (-)
Preaurikula Nyeri tekan tragus (-), fistula (-), abses Nyeri tekan tragus (-), fistula (-), abses (-),
(-), hiperemi (-) hiperemi (-)
Retroaurikula Nyeri tekan (-), fistula (-), abses (-), Nyeri tekan (-), fistula (-), abses (-),
hiperemi (-) hiperemi (-)
Mastoid Nyeri tekan (-), fistula (-), abses (-), Nyeri tekan (-), fistula (-), abses (-),
hiperemi (-) hiperemi (-)
MAE Discharge (-), udem (-) Discharge (-), udem (-)

Membran Intak, Reflek cahaya (+) Intak, Reflek cahaya (+)


Timpani
Pemeriksaan Fisik
STATUS LOKALIS THT

Hidung
Dekstra Sinistra
Inspeksi Luar tampak normal tampak normal
Palpasi nyeri (-), massa (-), krepitasi (-) nyeri (-), massa (-), krepitasi (-)
Vestibulum massa (-), hiperemis (-) massa (-), hiperemis (-)
Kavum nasi lapang, sekret (+) bening encer, mukosa lapang, sekret (+) bening encer, mukosa
hiperemis, hiperemis
Septum deviasi (-) deviasi (-)
Konka inferior hipertrofi (+), kongesti (+), hiperemis (-) hipertrofi (+), kongesti (+), hiperemis (-)
Meatus media sekret (-) sekret (-)
Pemeriksaan Fisik
STATUS LOKALIS THT

• Regio Fasialis:
Tenggorok
Inspeksi : pembengkakan pipi (-), deformitas wajah (-)
Uvula Simetris, hiperemis (+), udem (+)
T3, hiperemis, T3, hiperemis, Palpasi : nyeri tekan pada area sinus paranasalis (-)
permukaan tidak permukaan tidak • Pemeriksaan Gigi : caries gigi (-)
Tonsil
rata, kripte lebar, rata, kripte lebar,
detritus (-) detritus (-) • Leher : pembesaran KGB (-)
Palatum
Simetris, hiperemis (+)
Mole

Mukosa hiperemi (-), refleks muntah (+),


Dinding
post nasal drip (-)
Faring

Arkus
Simetris Simetris
faring
Usulan Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Darah Lengkap (Hitung Eusinofil)
ASTO
Kultur Swab Tengorok
Radiologi :
Foto Lateral Leher
CT Scan Kepala
Endoskopi:
Rhinoendoscopy
Skin Prick Test
Hasil Pemeriksaan Penunjang Yang
Telah Dilakukan

Rinoendoskopi:
hipertropi adenoid (+), secret (+) encer bening ,
hiperemis (-)
Hasil Pemeriksaan Penunjang Yang
Telah Dilakukan

CT Scan Kepala (focus nasofaring) irisan axial dan coronal tanpa kontras
Kesan :
Perselubungan di sinus maksilaris kanan dan kiri suspect sinusitis
Penebalan mukosa cavum nasi kanan dan kiri suggestive rhinitis
Torus tubarius dan rosen muller kanan kiri tampak baik
Diagnosis
Diagnosis Kerja
Rinitis Alergi Presisten Sedang Berat
Hipertropi Adenoid
Tonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut
Diagnosis Banding Lainnya
Rinitis Vasomotor
Tumor Nasofaring
Faringitis Kronis Eksaserbasi Akut
Penatalaksanaan
Terapi :
Farmakologi :
Azitromisin 1 x 500mg
Tremenza (Pseudoephedrine 60 mg+ Triprolidine HCL 2.5 mg) 3 x 1 Tablet
Fluticasone furoate 27.5 mcg Nasal Spray 2x2 Cuff D/S

Non Farmakologi:
Hindari faktor pencetus
Diet Gizi Seimbang dengan konsistensi lunak
Olahraga teratur 5 kali dalam seminggu selama minimal 30 menit
DESKRIPSI

Hal yang menarik pada kasus ini adalah bagaimana managemen pasien
dengan Rinitis Alergi Presisten Sedang Berat, Hipertropi Adenoid, Tonsilitis
Kronis Eksaserbasi Akut ?
PERASAAN YANG DIRASAKAN

• Perasaan menyenangkan adalah dapat bertemu langsung dengan pasien


yang mengalami Rinitis Alergi Presisten Sedang Berat, Hipertropi
Adenoid, Tonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut dan dapat mengetahui
secara detail mengenai keluhan pasien tersebut.
• Perasaan yang tidak menyenangkan adalah saya tidak bisa mengikuti
perjalanan kontrol pasien secara menyeluruh
EVALUASI
• Pengalaman baik yang saya dapatkan adalah saya diberikan kesempatan untuk
melakukan anamnesis, dan pemeriksaan fisik secara langsung pada pasien
Rinitis Alergi Presisten Sedang Berat, Hipertropi Adenoid, Tonsilitis Kronis
Eksaserbasi Akut .

• Namun saya menyadari bahwa saya masih banyak kurang dalam keterampilan
menganamnesis pasien secara sistematis dan masih ragu saat melakukan
pemeriksaan fisik karena kurangnya pengalaman saya dalam melakukan
pemeriksaan langsung dengan pasien.
ANALISIS

1. Apakah ada hubungan antara diagnosis yang dialami pasien berupa


Rinitis Alergi Presisten Sedang Berat, Hipertropi Adenoid, Tonsilitis
Kronis Eksaserbasi Akut ?

2. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien pada kasus?


KESIMPULAN
1. Apakah ada hubungan antara diagnosis yang dialami pasien berupa Rinitis Alergi Presisten Sedang Berat,
Hipertropi Adenoid, Tonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut ?

Rinitis alergi adalah peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas
tipe 1, dimediatori oleh IgE, dengan gejala hidung gatal, bersin >5 kali, rinore hidung encer,
dan hidung tersumbat yang reversible dengan pengobatan atau spontan. Rinitis bersifat
multifaktorial yang terdiri dari kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Rinitis yang presisten
sedang berat akan menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari, sehingga dapat menurunkan
imun tubuh pasien. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kejadian infeksi virus, infeksi
virus juga akab menimbulkan infksi bakteri. Rinore akibat meningkatnya produksi sekret encer
dan jernih atau serosa akan menyebabkan saluran nafasmenjadi lembab.
KESIMPULAN
1. Apakah ada hubungan antara diagnosis yang dialami pasien berupa Rinitis Alergi Presisten Sedang Berat,
Hipertropi Adenoid, Tonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut ?

Hal ini juga akan mendukung kolonisasi bakteri. Peradagan pada tahap ini tidak hanya akibat
alergi namun juga terjadi akibat infeksi. Infeksi yang awalnya hanya terjadi pada mukosa
hidung dapat meluas hingga regio faring dan laring. Termasuk tonsil, tonsil adalah organ
limfoid yang berfungsi untuk pertahan tubuh humoral ataupun seluler, Tonsil palatina dan
adenoid dapat mengalami infeksi yang menyebakan terjadinya hipertrofi, kondisi akut dapat
berkembang menjadi kondisi kronis. Jadi rhinitis alergi yang terjadi pada pasien dapat
dikatakan sebagai faktor predesposisi tidak langsung dari hipertropi adenoid dan tonsillitis
kronis yang juga di alami pasien.
KESIMPULAN
2. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien pada kasus?

Prinsip penatalaksanaan pasien pada rhinitis alergi adalah modifikasi gaya hidup dengan menghindari
allergen spesifik, pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani, terapi topical dengan oxymetazolin/
xymetazolin selama < 2minggu, kortikosteroid topikla juga dapat diberikan dan terapi oral seperti anti
histamine simpatomimetik sebagai dekongestan. Terapi yang lebih advance dapat dilakukan imunoterapi.
Untuk hipertropi adenotonsilitis kronis yang dialami pasien dapat dilakukan tindakan bedah maupun non
bedah. Tindakan non bedah yang dilakukan adalah medikamentosa : seperti local (obat kumur), antibiotik
spectrum luas sambil menunggu hasil kultur, simtomatis seperti: anti inflamasi dan analgetik. Tindakan
bedah yang menjadi dapat menjadi pilihan dalam kasus ini adalah tonsilektomi, adenoektomi atau
tonsiloadenoektomi.
KESIMPULAN
2. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien pada kasus?

Alur penatalaksanaan pasien pada kasus adalah meredakan gejala alergi pada pasien dan
menghentikan proses infeksi yang terjadi pada tonsillitis krons eksaserbasi akut. Apabila imflamasi
akibat alergi dan infeksi sudah mereda maka pasien dapat di planningkan untuk dilakukan
tonsiloadenoektomi dengan mempertimbangkan indikasi absolut atau relative dari tindakan bedah
yang dilakukan.
Tonsiloadenoektomi :
Indikasi (tonsillitis kronis, hipertropi tonsil dengan atau tidak hipertropi adenoid, abses
peritonsilar, tonsillitis akut berulang, susp maligna/benigna, hodkin limfoma,).
Kontra Indikasi (kelainan darah, resiko tinggi general anestesi)
KESIMPULAN
2. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien pada kasus?
Tonsilektomi :
Direkomendasikan untuk nyeri tenggorok yang berat dan berulang :
• ≥ 7 episode dalam satu tahun terakhir, ≥ 5 episode dalam 2 tahun terakhir, ≥ 3 episode dalam 3 tahun terakhir
• Setiap episode terdiri atas nyeri tenggorok dan ≥ 1 dari : suhu >38 C, limfadenopati, servikal, eksudat tonsiler, test positif
streptokokus betahemolitikus grup A
• Pada anak : alergi, intoleransi antibiotic multiple, demam periodik, faringitis, adenitis berulag serta abses peritonsiler.
Indikasi Absolut (hipertropi tonsil yang menyebabkan obstruksi, gangguan bicara, gangguan bernafas, gangguan
makan, gangguan tidur , gangguan dentofasial, riwayat abses peritonsiler yang tidak membaik dengan medika
mentosa dan drainase, keperluan biopsy, tonsillitis yang menimbulkan kejang demam)
Indikasi Relatif (3 episode atau lebih dalam setahun walaupun dengan terapi antibiotik adekuat, halitosis persisten, tonsilitin
kronis yang berulang pada karier streptokokus B Hemolitikus dengan pemberian antibiotic resisten B Laktamase)
KESIMPULAN
2. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien pada kasus?
Adenoektomi :
• Indikasi
Hipertropi Adenoid
Otitis Media Serosa Berulang
Sinusitis Akut Berulang
Sinusitis Kronis Pada Anak
Ganguan Tidur Akibat Obstruksi
• Kontra Indikasi
Kelainan Darah
Resiko Tinggi Pembiusan
Anak Dengan Velopharyngeal Inssufisiency (VPI))
RENCANA TINDAK LANJUT

Bila saya bertemu kasus serupa, saya akan melakukan anamnesis,


pemeriksaan lebih detail dan menganalisis berdasarkan teori dan
kepustakaan yang sesuai dengan kompetensi saya.
REFERENSI

 Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL FK UI.
Dalam: Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Edisi ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2012.
 PERHATI-KL. Panduan Praktik Klinis THT-KL. J Chem Inf Model. 2016.
 Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2017.
 ARIA. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) 2010 Revision. Journal of Allergy and
Clinical Immunology . 2019.
TERIMA KASIH
-Matur Suksma-

Anda mungkin juga menyukai