Anda di halaman 1dari 16

BAHAN PENGHAYATAN KADER (BPK)

Di sampaikan dalam rangka Legislative Training DPM LMFKIK UNWAR Tahun 2022

Fokus:

Knowlegde : PEMA (Tata Organisasi dan Produk Hukum LMFKIK UNWAR)

Skill : Basic Legal Drafting

PEMERINTAHAN MAHASISWA

(tontonan, tuntutan atau tantangan)

Oleh: I Wayan Gede Mahardika Putra S.Ked

1. Tata Organisasi
1.1 Definisi
1.2 Fungsi
1.3 Demokrasi dan Kedaulatan
1.4 Trias Politika
1.5 Hubungan antar organisasi
1.6 Luaran
2. Produk Hukum
2.1 Definisi
Produk Hukum dalam hal ini adalah peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang ditetapkan ditetapkan oleh organisasi kemahasiswaan atau
pimpinan organisasi kemahasiswaan yang berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam peraturan khusus (perma).
2.2 Fungsi
Produk hukum merupakan luaran dari proses tata organisasi yang berfungsi
untuk memberikan tuntunan dalam menjalankan roda pemerintahan mahasiswa
di LMFKIK Unwar. Beberapa fungsi produk hukum a tool of social control, a
tool of social engineering, sysmbol dan political instrument dalam ruang
lingkup LMFKIK UNWAR
2.3 Tata Urutan
Peraturan-peraturan yang ada dalam ruang lingkup organisasi LMFKIK Unwar
memiliki hirarki dari yang tinggi atau bersifat umum ke yang rendah atau
bersifat khusus. Tata urutan produk hukum harusnya diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga (ART) atau diatur dalam Peraturan Mahasiswa. Secara spesifik
tata urutan adalah hirarki peraturan yang mengatur tentang tata cara
menjalankan pemerintahan mahasiswa oleh eksekutif sehingga peraturan yang
ada di tata urutan adalah peraturan yang bersifat umum dan juga bersifat terus-
menerus. Berikut tata urutan produk hukum dalam ruang lingkup LMFKIK
Unwar adalah sebagai berikut
1. AD-ART
2. Peraturan Mahasiswa (PERMA)
3. Peraturan Ketua BEM
4. SOP Departemen

Sehingga muncul pertanyaan misalnya apakah ada peraturan yang merupakan


produk hukum yang ada diluar tata urutan produk hukum? mengapa tata urutan
hanya mencakup kewenangan eksekutif saja?. Setiap organisasi yang berada di
wilayah kekuasaan menurut trias politika dalam hal ini diwilayah legislatif (DPM)
dan eksekutif khusus yaitu badan kelengkapan sebagai organisasi yang membantu
kinerja Ketua BEM membutuhkan peraturan lain yang tentu berlaku secara
internal dalam ruang lingkup oganisasi bersangkutan dan tidak bersifat umum,
sehingga tidak dimasukan dalam tata urutan produk hukum. Dalam aspek
Legislatif terdapat peraturan yang berlaku secara internal yaitu Peraturan DPM
dan Standar Operasional Prosedur KOMISI. Sedangkan dalam ruang lingkup
badan kelengkapan terdapat Peraturan Ketua BK, Keputusan Ketua BK dan
Instruksi Ketua BK. Dalam aspek eksekutif (BEM) ada juga peraturan yang
berlaku secara internal dan berlaku terus menerus dan atau tidak terus menerus
yaitu Keputusan Ketua BEM dan ada juga peraturan tambahan yang bersifat
umum namun berlaku menurut periodenya (tidak terus menerus) yang berupa
arahan yaitu Instruksi Ketua BEM.

Gambar 1. Tata Urutan Produk Hukum LMFKIK Unwar

2.4 AD-ART sebagai Hukum Dasar


 Definisi
Adalah sebuah peraturan dasar yang menjadi syarat berdirinya LM
FKIK UNWAR. Didalamnya mengatur tentang pokok-pokok LM
FKIK UNWAR sebagai organisasi kemahasiswaan yang
berlandasan kekeluargaan dan merupakan organisasi payung yang
menaungi organisasi dibawahnya. Anggaran Rumah Tangga (ART)
adalah pearutan yang menjelaskan Anggaran Dasar, pada ART
dijelaskan pokok-pokok keanggotaan LMFKIK UNWAR, aspek
Legis;atif (DPM), aspek eksekutif (BEM), dan badan kelengkapan
sebagai eksekutif khusus yang terdiri dari TBM Baswara Prada dan
Kelompok Ilmiah Aeskulapius dan segala sesuatu yang terkait
dengan itu. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga adalah
produk hukum yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya karena merupakan satu kesatuan yang utuh dalam mengatur
tatanan oraganisasi LMFKIK UNWAR.
 Fungsi
AD-ART adalah suatu produk hukum dasar yang juga menjadi
syarat terbentuknya LMFKIK UNWAR. Dalam AD-ART diatur
segala hal yang berkaitan dengan struktur dasar LMFKIK UNWAR
sebagai organisasi kemahasiswaan yang bernaung di bawah FKIK
UNWAR. Dalam AD-ART mengatur pembentukan, keanggotaan,
pembagian kewenangan organisasi di LM FKIK UNWAR. AD-
ART dan juga mengatur tentang mekanisme pengambilan keputusan
antar organisasi serat mengatur juga mengenai pembubaran
LMFKIK UNWAR. AD-ART merupakan dokumen hukum dasar
yang perlu mendapat perlindungan dan pelestarian butir-butir pokok
pikiran yang dikandungnya, AD-ART adalah buah pemikiran dari
para perintis LMFKIK UNWAR sehingga marwahnya sebagai
hukum dasar harus dijunjung tinggi karena AD-ART juga sebagai
sumber produk hukum.
 Struktur
Saat ini Anggaran Dasar LMFKIK UNWAR memiliki 11 bab dan
23 pasal.berikut adalah struktur rinci dari dari Anggaran Dasar
LMFKIIK UNWAR; Pendahuluan, Bab I (Nama, Tempat, dan
Lambang) terdiri dari pasal 1-4, Bab II (Kedaulan, Landasan, Asas
dan Sifat) terdiri dari pasal 5-8, Bab III (Tujuan dan Fungsi) terdiri
dari pasal 9-10, Bab IV (Keanggotaan dan Kepengurusan) terdiri
dari pasal 11-12. Bab V (Struktur Organisasi dan
Permusyawarahan) terdiri dari pasal 13-14, Bab VI (Keuangan)
terdiri dari pasal 15. Bab VII (Lambang dan Atribut ) terdiri dari
pasal 16-17. Bab VII (Pembubaran Lembaga dan Pemberhentian
Pengurus) terdiri dari pasal 18-20, Bab IX (Aturan Perubahan)
terdiri dari pasal 21, Bab X (Aturan Pengesahan) terdiri dari pasal
22, Bab XI (Aturan Tambahan) terdiri dari pasal 23, kemudian pada
akhir dokumen terisi tanggal, tempat dan rincian waktu
ditetapkannya Anggaran Dasar, kemudian dilanjutkan dengan tanda
tangan presidium 1-3. Sedangkan Anggaran Rumah Tangga terdiri
dari 9 bab dengan 45 pasal. Berikut adalah rincian struktur AD-
ART saat ini Bab 1 (Keanggoatan dengan pokok pikiran mengenai
Anggota Muda, Anggota Utama, Hak dan Kewajiban Anggota,
Sanksi-Sanksi Anggota,Pembelaan Diri, Berakhirnya Keanggotaan)
yang dijabarkan kedalam pasal 1-6, Bab II (Musyawarah
Mahasiswa) yang dijabarkan pada pasal 7, Bab III (Musyawarah
Mahasiswa Luar Biasa /MUSMALUB) yang diuraikan pada pasal 8,
Bab IV (Dewan Perwakilan Mahasiswa dengan pokok pikiran Nama
Organisasi, Struktur Kepengurusan, Mekanisme Pemilihan
Anggota, Mekanisme Keanggotaan, Masa Kepengurusan, Tugas,
Kewenangan, Hak dan Kewajiban, Sanksi, Tugas dan Wewenang
SC, Hak dan Kewajiban SC, Sanksi SC, Ketenmtuan Khusus,
Dewan Kehormatan) yang dijabarkan dalam pasal 9-22, Bab V
(Badan Eksekutif Mahasiswa dengan pokok pikiran Nama
Organisasi, Struktur Kepengurusan, Tugas, Kewajiban, Wewenang
serta Hak, Tugas dan Wewenang Ketua BEM, Struktur Kekuasaan,
Pengurus BEM, Masa Jabatan BEM, Melangar Konstitusi dan
Ketentuan Organisasi, Sanksi-Sanksi, Tugas dan Wewenang SC
BEM, Hak SC, Kewajiban SC, Sanksi SC BEM, Dewan
Kehormatan BEM, Tugas dan Wewenang Dewan Kehormatan,
Pembendaharaan, Dana Insidental) yang dijabarkan dalam pasal 23-
41. Bab VI (Badan Kelengkapan) diuraikan dalam pasal 42, Bab VII
(Pemilihan Umum) yang diuraikan dalam pasal 43, Bab VIII
(Perubahan ART) diuraikan dalam pasal 44. Bab IX (Penutup)
dijabarkan dalam pasal 45.
 Penyusunan
Setiap tahun dilaksanakan Musyawarah Mahasiswa sesuai dengan
yang diamanatklan oleh ART, maka biasanya akan diagendakan
untuk peninjauan AD-ART, dalam peninjauan itu hendaknya
dilakukan pada Musyawarah Mahasiswa itu sendiri bukan dilakukan
pada forum lain. Peremajaan atau revisi dilakukan secara hati-hati
dengan memperhatikan interpretasi bahasa hukum komponen yang
akan direvisi, serat memperhatikan produk hukum turunan dari
komponen itu. Jika komponen tersebut telah memiliki aturan
turunan direvisi dengan masih menganduing pokok pikiran yang
sama maka aturan turunannya masih tetap berlaku. Namun jika
suatu komponen dalam AD-RT telah memiliki aturan turunan di
revisi sehingga merubahan pokok pikiran atau bahkan
menghilangkan komponen dan atau pokok pikiran itu maka aturan
turunannya tidak akan berlaku. Apakah wajib meninjau dan
merevisi AD-ART setiap tahun dalam Musyawarah Mahasiswa
(MUSMA)?. Jawabannya adalah untuk peninjauan pasal demi pasal
harus dilakukan dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan isi
AD-ART tersebut, peninjauan AD-ART juga wajib dilakukan
untuk mengetahui apakah komponen pokok pikiran yang
terkandung didalamnya masih relevan dengan kondisi
perkembangan jaman pada saat peninjauan dan apakah komponen
pokok pikiran yang terkandung didalamnya masih relevan dengan
situasi kehidupan LMFKIK UNWAR. Namun untuk revisi tidaklah
wajib untuk dilakukan, revisi daspat dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal yang telah di uraikan diatas. Berikut adalah
tahapan penyusunan AD-ART: peninjauan dan diskusi secara
internal komponen melalui forum internal baik dari pihak eksekutif
maupun legislatif, kemudian peninjauan kembali dilakukan bersama
komponen lain pada MUSMA, hasil peninjauan dan atau revisi
tersebut harus diselesaikan di MUSMA sehingga marwahnya tetap
terjaga dengan baik. Serta disah kan pada hari itu juga dalam
MUSMA.
2.5 Peraturan Mahasiswa
 Definisi
Peraturan Mahasiswa adalah produk hukum yang berada pada
hirarki kedua tata urutan produk hukum LMFKIK UNWAR.
Peraturan Mahasiswa (PERMA) adalah produk hukum atau
peraturan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa dan
disahkan bersama dengan Ketua BEM. Sebelum disahkan PERMA
akan berupa Rancangan Peraturan Mahasiwa (RAPERMA).
RAPERMA dapat berupa draf atau pokok pikiran tertulis,
RAPERMA dapat diusulkan oleh organisasi baik BEM atau Badan
Kelengkapan dengan sepengetahuan Ketua Organisasinya kepada
DPM. RAPERMA dapat diusulakn oleh Komisi DPM kepada
Pimpinan DPM. PERMA adalah sebuah produk hukum yang
bersifat umum, mengikat dan berlaku terus menerus.
 Fungsi
Peraturan Mahasiswa adalah aturan turunan AD-ART yang
berfungsi untuk mengatur hal-hal yang belum diatur pada AD-ART
yang bersifat umum serta berlaku terus-menerus. Hal yang diatur
merupakan hal yang berdampak luas dalam kehidupan LMFKIK
UNWAR dan jika tidak diatur dapat atau berpotensi untuk
menimbulkan situasi tidak kondusif dalam kehidupan LM FKIK
UNWAR. Hingga saat ini baru terdapat dua Peraturan Mahasiswa
yang berhasil diproduksi yaitu Peraturan Mahasiswa Nomor 1 Tahin
2020 Tentang Tata Kelola Aspirasi-Advokasi Mahasiswa FKIK
UNWAR, dan Peraturan Mahasiswa Nomor 1 Tahun 2021 tentang
Pemilu FKIK UNWAR perubahan atas Perma No 2 Tahun 2020
tentang Pemilu FKIK UNWAR.
 Struktur
Pada dasarnya PERMA memiliki beberapa struktur sebagai berikut:
Judul, Pembukaan, Batang Tubuh, Penutup dan jika diperlukan
Penjelasan dan Lampiran. Judul memuat keterangan mengenai jenis,
nomor, tahun pengundangan, atau penetapan dan nama Peraturan
Perundangan- undangan. Judul ditulis seluruhnya dengan huruf dan
diletakkan di tengah marjin tanpa diakhiri dengan tanda baca. Nama
Peraturan Perundang-undangan : 1) dibuat secara singkat dapat
berupa satu kata atau frasa tetapi secara esensial maknanya telah
mencerminkan isi peraturan yang bersangkutan ; 2) tidak boleh
disertai singkatan dari nama peraturan yang bersangkutan; Pada
judul peraturan perubahan, ditambahkan frasa PERUBAHAN
ATAS di depan nama peraturan yang diubah dan nama peraturan
tersebut dilengkapi dengan Nomor dan Tahun pengundangan atau
penetapannya. Pembukaan terdiri dari; Frasa Dengan Rahmat Tuhan
YME (ditulis dalam huruf Kapital, ditengah marjin, Konsiderans,
Dasar Hukum, Diktum. Konsiderans diawali dengan kata
“Menimbang” Memuat uraian singkat mengenai pokok pikiran yang
menjadi pertimbangan dan alasan pembentukan peraturan
perundangundangan memuat Unsur Filosofis, Sosiologis, dan
Yuridis yang menjadi pertimbangan dan alasan dibentuknya
peraturan tersebut yang penulisannya ditempatkan secara berurutan
dari filosofis, sosiologis, dan yuridis. Konsiderans masing-masing
pertimbangan diawali dengan abjad, kata bahwa, dan diakhiri
dengan tanda baca titik koma. Contoh : Menimbang : a. bahwa
…………....; b. bahwa ……………; jika konsiderans Perma
memuat lebih dari satu pertimbangan, rumusan pertimbangan
terakhir berbunyi sebagai berikut : Contoh : Menimbang : a. bahwa
………….; b. bahwa ………….; c. bahwa ………….; d. bahwa
berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c, perlu membentuk UU tentang ....
/menetapkan .... (Peraturan di bawah UU). Dasar hukum diawali
dengan kata “Mengingat”, dasar hukum memuat dasar kewenangan
pembuatan peraturan dan peraturan yang memerintahkan pembuatan
peraturan. Jika terdapat produk hukum dibawah AD-ART yang
memerintahkan secara langsung pembentukan peraturan maka
peraturan tersebut dimuat dalam dasar hukum. Peraturan yang
dijadikan dasar hukum hanya peraturan yang tingkatannya sama
atau lebih tinggi. Peraturan yang akan dicabut dan peraturan yang
sudah diundangkan tetapi belum berlaku tidak dapat dijadikan
sebagai dasar hukum. Pencantuman peraturan yang dijadikan dasar
hukum harus memperhatikan tata urutan dengan menggunakan
angka arab 1, 2, 3 dst dan disusun secara kronologis berdasarkan
saat pengundangan atau penetapannya. Dasar hukum yang diambil
dari AD-ART ditulis dengan menyebutkan Pasal atau beberapa
Pasal yang relevan dan diikuti frasa dalam AD-ART. Dasar hukum
yang bukan AD-ART tidak perlu mencantumkan Pasal, tetapi cukup
mencantumkan judul peraturan. Batang Tubuh terdiri dari
Ketentuan Umum; Materi pokok yang diatur; Sanksi (jika
diperlukan); Ketentuan Peralihan (jika diperlukan); Ketentuan
Penutup. Ketentuan Umum diletakkan dalam BAB I dan jika dalam
peraturan tidak dilakukan pengelompokan BAB, ketentuan umum
diletakkan dalam Pasal 1. Ketentuan umum dapat berisi lebih dari
satu pasal. Frasa pembuka berbunyi : Dalam……..(jenis Peraturan)
ini yang dimaksud dengan: Ketentuan umum memuat: Batasan
pengertian atau definisi; Singkatan atau akronim yang digunakan;
Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal (-pasal)
berikutnya antara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud,
dan tujuan. Batasan pengertian atau definisi yang dimuat dalam
ketentuan umum, masing-masing uraiannya diberi nomor urut
dengan angka Arab, diawali dengan huruf kapital, dan diakhiri
dengan tanda baca titik. Batasan pengertian atau definisi, singkatan
atau akronim tidak perlu diberi penjelasan. Materi pokok yang
diatur ditempatkan langsung setelah bab ketentuan umum, dan jika
tidak ada pengelompokan bab, materi pokok yang diatur diletakkan
setelah pasal atau beberapa pasal ketentuan umum. Pembagian
materi pokok ke dalam kelompok yang lebih kecil dilakukan
menurut kriteria yang dijadikan dasar pembagian. Sanksi memuat
rumusan yang menyatakan penjatuhan hukuman atas pelanggaran
terhadap ketentuan yang berisi norma larangan (dilarang) atau
perintah (wajib). Sanksi diletakkan dalam bab tersendiri sebelum
Ketentuan Peralihan (jika ada) jika tidak ada Ketentuan Peralihan
diletakkan sebelum Ketentuan Penutup. Rumusan ketentuan sanksi
harus menyebutkan secara tegas norma larangan atau norma
perintah yang dilanggar dan menyebutkan pasal atau beberapa pasal
yang memuat norma tersebut. Sanksi tidak boleh diberlakukan
surut. Ketentuan Peralihan diperlukan jika materi yang akan diatur
dalam peraturan yang dibuat telah diatur dalam peraturan
sebelumnya, dan materi tersebut diatur lagi dengan ketentuan yang
berbeda. Dengan demikian dalam Ketentuan Peralihan yang diatur
adalah bagaimana hubungan hukum atau tindakan hukum yang
belum selesai prosesnya yang semula dilakukan berdasarkan
ketentuan peraturan yang lama, harus diselesaikan berdasarkan
peraturan yang baru. Ketentuan Peralihan bertujuan: menghindari
kekosongan hukum, menjamin kepastian hukum, memberikan
perlindungan hukum bagi pihak yang terkena dampak perubahan
peraturan; dan mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau
bersifat sementara. Ketentuan Penutup diletakkan pada Bab atau
Pasal terakhir dari suatu peraturan. Pada umumnya Ketentuan
Penutup memuat : penunjukkan organ atau alat perlengkapan yang
melaksanakan produk hukum; nama singkat produk hukum, status
peraturan yang sudah ada atau saat mulai berlaku produk hukum.
Pengelompokan materi dalam batang tubuh peraturan (jika
diperlukan) Pengelompokan materi dapat dilakukan menjadi BAB,
Bagian, dan Paragraf. Pengelompokan dilakukan atas kesamaan
materi yang diatur dan urutan sekuen yang dikehendaki. Bab diberi
nomor urut dengan angka Romawi dan judul ditulis dengan huruf
capital. Bagian diberi nomor urut bilangan tingkat yang ditulis
dengan huruf. huruf awal kata bagian, urutan bilangan, dan setiap
kata pada judul bagian ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata
partikel yang tidak terletak pada awal frasa. Paragraf diberi nomor
urut dengan angka Arab. Huruf awal kata paragraf dan setiap kata
pada judul paragraf ditulis dengan huruf kapital, kecuali huruf awal
kata partikel yang tidak terletak pada awal frasa. Pasal diberi nomor
urut dengan angkaArab dan huruf awal kata pasal ditulis dengan
huruf kapital. Pasal dapat dirinci dalam beberapa ayat dan setiap
ayat hanya memuat satu norma yg disusun secara singkat, jelas, dan
lugas. Materi peraturan perundang-undangan lebih baik dirumuskan
dalam banyak pasal yang singkat dan jelas daripada ke dalam
beberapa pasal yang masing-masing pasal memuat banyak ayat,
kecuali jika materi yang menjadi isi pasal itu merupakan satu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Jika pasal atau ayat yang
memuat rincian unsur,dapat dirumuskan dalam bentuk satu kalimat
secara utuh dapat juga dirumuskan dengan menggunakan tabulasi.
Penutup merupakan bagian akhir suatu peraturan yang memuat :
rumusan perintah pengundangan dan penempatannya dalam
organisasi. penandatanganan pengesahan atau penetapan produk
hukum pengundangan atau penetapan produk hukum dan akhir
bagian penutup. Penjelasan merupakan tafsir resmi pembentuk
Peraturan produk hukum atas norma tertentu dalam batang tubuh
dan tidak boleh dijadikan dasar hukum untuk membuat peraturan
lebih lanjut. Penjelasan tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum.
Penjelasan terdiri atas Penjelasan Umum dan Penjelasan Pasal Demi
Pasal. Karena penjelasan pasal demi pasal, maka tidak boleh
memberikan penjelasan pasal secara masal. Misalnya : Pasal 4
sampai dengan Pasal 10 Cukup jelas. Penjelasan umum memuat
uraian secara sistimatis mengenai latar belakang pemikiran, maksud
dan tujuan penyusunan Peraturan Perundang-undangan. Untuk kata
atau frasa yang perlu dijelaskan, kata atau frasa tersebut ditulis
diantara dua tanda petik yang terlebih dahulu diawali dengan frasa
Yang dimaksud dengan contoh : Yang dimaksud dengan “Taruna”
adalah ……… Penjelasan Pasal tidak boleh: a. bertentangan dengan
normanya; b. memperluas atau menambah normanya; c. melakukan
pengulangan atas materi yang telah dirumuskan dalam batang
tubuh; d. mengulangi uraian kata, istilah, atau pengertian dalam
Ketentuan umum; e. memuat rumusan pendelegasian. Jika produk
hukum memerlukan lampiran maka harus dinyatakan dalam batang
tubuh bahwa lampiran dimaksud merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari produk hukum. Lampiran dapat memuat uraian,
daftar, tabel, gambar, peta dan sketsa. Tiap lampiran diberi nomor
urut dengan menggunakan angka romawi. Judul lampiran ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan disudut kanan atas
tanpa diakhiri tanda baca dengan rata kiri. Pada halaman akhir tiap
lampiran harus dicantumkan nama dan tanda tangan pejabat yang
mengesahkan atau menetapkan produk hukum ditulis dengan huruf
kapital yang diletakkan disudut kanan bawah dan diakhiri dengan
tanda baca koma setelah nama pejabat yang mengesahkan atau
menetapkan peraturan perundang-undangan
 Penyusunan
Penyusunan produk hukum termasuk perma harusnya diatur dalam
sebuah produk hukum/ perma. Penyusunan PERMA dilakukan
dengan tahap sebagai berikut: pengajuan usulan dilakukan oleh
organisasi LMFKIK UNWAR kepada DPM. Usulan dapat berupa
draft/paper/aspirasi. Ketua DPM kemudian akan membentuk
peraturan DPM untuk menetapkan panitia legislasi (panleg) yang
bertugas membahas usulan yang telah diajukan dalam kurun waktu
yang telah ditentukan. Masa kerja panleg maksimal 3 bulan. Panleg
akan dipimpin oleh seorang ketua yang akan memimpim rapat-rapat
pembahasan perma dengan stakeholder terkait. Ketua panleg adalah
seorang Inti DPM atau Ketua Komisi. Anggota panleg terdiri dari
komponen yang akan bertugas dalan penyusunan isi dan format dari
PERMA. Anggota panleg berasal dari sebagaian atau seluruh
anggota DPM. Hasil kerja panleg adalah suatu draft final yang akan
ditinjau atau diundangkan yang terakhir kali oleh forum pada
Rakorma atau Muskerma atau Musma. Ketika draft final telah
ditinjau dan mencapai kourum maka akan ditetapkan, draft final
harus di print untuk ditandatangani kemudian di cap. Tahap
selanjutnya dokumen hard copy produk hukum tersebut akan
disimpan oleh Komisi IV, kemudian PERMA tersebut di scan
kemudian diarsipkan oleh KIK serta Komisi VI, untuk kemudian
disosialisasikan oleh Komisi 1 dan Depaertemen KIK.
2.6 Produk Hukum di Wilayah Eksekutif
 BEM
o Peraturan Ketua BEM
Peraturan Ketua BEM adalah suatu produk hukum yang
buat oleh BEM untuk menjalankan pemerintahannya,
misalnya visi misi Ketua BEM seharusnya dituangkan
menjadi sebuah Peraturan Ketua BEM atau juga mengenai
pokok- pokok kebijakan yang harus disesuaikan oleh
Badan Kelengkapan sebagai organisasi yang membantu
kinerja ketua BEM. Peraturan ketua BEM juga dibuat jika
PERMA memerlukan aturan tambahan sehingga BEM
sebagai aspek eksekutif yang menjalankan konstitusi
mempunyai dasar hukum. Jadi peraturan ketua BEM
bersifat mengikat dan umum dan dapat berlaku secara terus
menerus atau dalam periode waktu tertentu. Struktur dalam
Peraturan Ketua BEM adalah sama dengan dengan perma
namun memiliki perbedaan pada bagian pembukaan, pada
peraturan Ketua BEM tidak berisi frasa Dengan
Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN
MAHASISWA LMFKIK UNWAR dan KETUA BADAN
EKSEKUTIF MAHASISWA LMFKIK UNWAR, namun
dibawah frasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA terdapat Jabatan pembentuk peraturan (ditulis
huruf kapital, ditengah marjin, diakhiri koma) dengan frasa
KETUA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA LMFKIK
UNWAR.
Penyusunan Peraturan Ketua BEM seharusnya diatur dalam
suatu PERMA yang mengtur tentang Tata Urutan dan
Teknis Penyusunan Produk Hukum LMFKIK UNWAR.
Peraturan Ketua BEM dapat disusun menggunakan
mekanisme yang ditetapkan oleh Ketua BEM. Draft
Peraturan Ketua BEM dapat ditinjau oleh DPM secara
internal, masukan dari DPM mutlak untuk
dipertimbangkan, namun tidak mutlak untuk diterima oleh
penyusun Peraturan Ketua BEM karena bagian dari fungsi
pengawasan DPM. Penetapan, pengesahan atau
pengundangan dari Peraturan Ketua BEM dapat berupa
Rakorma/Muskerma/Musma atau juga dapat dibuatkan
mekanisme Forum Legislasi Terbatas bersama DPM yang
dipimpin oleh DPM atau yang mewakili. Tanda tangan
ketua DPM hanya bersifat mengetahui saja bukan
menetapkan atau mengesahkan seperti halnya dalam
PERMA. Kerena Peraturan Ketua BEM adalah bagian dari
fungsi eksekutif yang berfungsi sebagai aturan tambahan
PERMA atau untuk menjalankan pemerintahannya.
o Keputusan Ketua BEM
Keputusan Ketua BEM adalah suatu produk hukum yang
bersifat ekslutif mengikat internal BEM tidak berlaku
umum, dan dapat berlaku secara terus menerus atau dalam
periode waktu tertentu. Hal yangdapat diatur alam
keputusan ketua BEM adalah mengenai penetapan Kepala
Departemen. Struktur dalam Keputusan Ketua BEM adalah
sama dengan dengan perma namun memiliki perbedaan
pada bagian pembukaan, pada Keputusan Ketua BEM tidak
berisi frasa Dengan Persetujuan Bersama DEWAN
PERWAKILAN MAHASISWA LMFKIK UNWAR dan
KETUA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA LMFKIK
UNWAR, namun dibawah frasa DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA ESA terdapat Jabatan pembentuk
peraturan (ditulis huruf kapital, ditengah marjin, diakhiri
koma) yaitu frasa KETUA BADAN EKSEKUTIF
MAHASISWA LMFKIK UNWAR. Draft Keputusan
Ketua BEM dapat ditinjau oleh DPM secara internal,
masukan dari DPM hanya bersifat saran yang tidak mutlak
diterima oleh penyusun Peraturan Ketua BEM. Penetapan,
pengesahan atau pengundangan dari Peraturan Ketua BEM
diatur oleh mekanisme internal dalam rapat internal BEM.
o Instruksi Ketua BEM
Intruksi Ketua BEM adalah suatu produk hukum yang
bersifat umum tidak mengikat karenya hanya bersifat
himbauan dan arahan berlaku dalam periode waktu tertentu.
Misalnya digunakan untuk menghimbau para mahasiswa
untuk hadir turut hadir dalam kegiatan HUT seperti Sparta
atau menghimbau untuk hadir dalam pemilihan umum.
o SOP Departemen
 Badan Kelengkapan
o AD-ART BK Sebagai Dasar Hukum Ekslusif
o Peraturan Ketua Badan Kelengkapan
o Keputusan Ketua Badan Kelegkapan
o Instruksi Ketua Badan Kelengkapan
o SOP Devisi Badan Kelengkapan
2.4.1 Produk Hukum di Wilayah
 Legislatif Peraturan DPM
 SOP Komisi
2.7 Pengugatan, Peninjauan Kembali dan Pencabutan Produk Hukum
2.8 Hubungan Produk Hukum dan Rencana Kerja
2.8. 1 GBHO
2.8. 2 VISI MISI Ketua Organisasi
2.8. 3 GRAND DESIGN Komisi/Departemen/Devisi

Anda mungkin juga menyukai