Anda di halaman 1dari 38

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH PANCASILA


LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
(BPK, MK, MA DAN KY)

Dosen Pembimbing : Dr. Hj. Rabiatul Adawiah. M.Pd

NAMA KELOMPOK:

MUHIBBATUL ILMIAH : P07124224107R


MUTIARA : P07124224108R
NOR’ALINA : P07124224118R
NORHABIBAH : P07124224116R
NURHIDAYAH : P07124224127R
NURLITA SARI WIYONO : P07124224128R
PEBIA NOVIANA : P07124224133R
PUTRI AULIA CHASANAH : P07124224135R
RAFI’AH : P07124224136R

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM RPL ALIH
JENJANG
TAHUN 2024
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI.......................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan Makalah........................................................4
1.4 Manfaat Penulisan Makalah......................................................5

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................6


2.1 Fungsi, Tugas Dan Wewenang BPK.........................................6
2.2 Fungsi, Tugas Dan Wewenang MK..........................................10
2.3 Fungsi, Tugas Dan Wewenang MA..........................................18
2.4 Fungsi, Tugas Dan Wewenang KY...........................................25

BAB III PENUTUP..........................................................................................33


3.1 Kesimpulan................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................36

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lembaga negara adalah “lembaga pemerintahan (civilizated

organization) yang dibentuk oleh negara untuk melaksanakan fungsi negara

sekaligus menyelenggarakan pemerintahan negara”. Ada lembaga negara

yang dibentuk dan diberikan kewenangan oleh UUD, ada yang dibentuk atas

perintah UUD (organ UUD), ada yang dibentuk dan mendapatkan

kekuasaannya dari undang- undang, serta lembaga negara yang dibentuk

melalui keputusan presiden. Maka dari itu, secara konseptual, tujuan dari

dibentuknya lembaga-lembaga negara yaitu untuk menjalankan fungsi negara

dan juga untuk menjalankan fungsi pemerintahan secara aktual. Sedangkan,

secara praktis, fungsi lembaga negara untuk melaksanakan dasar atau ideologi

negara dalam mencapai tujuan.

Menurut Mochtar (2016:29) menjelaskan bahwa tugas dan wewenang

lembaga negara antara lain membantu menjalankan roda pemerintahan

negara, menjaga kestabilan atau stabilitas keamanan, politik, hukum, HAM,

dan budaya, menciptakan suatu lingkungan yang kondusif, aman, dan

harmonis, menjadi badan penghubung antara negara dan rakyatnya, menjadi

sumber inspiratory dan aspirator rakyat dan memberantas tindak pidana

korupsi, kolusi, dan nepotisme. Lembaga negara merupakan konsekuensi

logis dari pemisahan kekuasaan. Cabang kekuasaan yang terpisah tersebut

membutuhkan lembaga negara sebagai pelaksana dari cabang kekuasaan, baik

1
2

eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Oleh sebab itu kemudian, lahirlah

lembaga-lembaga negara yang bekerja di bawah sistem masing-masing

cabang kekuasaan. Salah satunya adalah yang membagi lembaga negara

menjadi lembaga negara utama (main state’s organ) dan lembaga negara

bantu (auxiliary state’s organ)

Pembedaan Lembaga Negara dari segi hirarkinya itu penting karena

harus ada pengaturan mengenai kedudukan hukum dari lembaga-lembaga

negara tersebut mana yang lebih tinggi dan mana yang lebih rendah.

Perlakukan hukum antara lembaga yang satu dengan yang lain adalah berbeda

(misalnya dalam hal protokoler, gaji, dsb), hal ini tergantung dari kedudukan

lembaga negara tersebut apakah dibentuk berdasarkan UUD, UU, PP atau

Peraturan lain di bawahnya.

Lembaga-lembaga negara berdasarkan landasan hukum

pembentukkannya, yaitu lembaga-lembaga negara berdasarkan UUD

1945, berdasarkan Undang-Undang (UU), dan berdasarkan Keputusan

Presiden (KepPres). Lembaga-lembaga negara yang terdapat di dalam UUD

1945 jumlahnya 2l lembaga, yang dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu

lembaga negara yang bentuk atau nama dan wewenangnya diatur

langsung oleh UUD, yaitu MPR, Presiden, Wakil Presiden, Kementerian

Negara, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten,

Pemerintahan Daerah Kota, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten, DPRD Kota,

DPR, DPD, BPK, MA, KY, MK, TNI, Kepolisian Negara RI. Sementara

lembaga negara yang bentuk atau namanya tidak ditentukan di dalam UUD,
3

tetapi wewenangnya diberikan oleh UUD, yaitu Dewan Pertimbangan

Presiden dan KPU.

Sementara yang ingin dibahas dalam makalah ini yaitu meliputi dari

BPK (Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia), MK (Mahkamah

Konstitusi Republik Indonesia), MA (Mahkamah Agung Republik

Indonesia), dan KY (Komisi Yudisial Republik Indonesia) merupakan

lembaga-lembaga negara yang memiliki peran penting dalam menjaga

supremasi hukum dan demokrasi di Indonesia. BPK memiliki kewenangan

untuk memeriksa dan mengaudit keuangan negara. MK memiliki kewenangan

untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar (UUD) dan

memutus sengketa kewenangan lembaga negara. MA memiliki kewenangan

untuk mengadili perkara-perkara di tingkat kasasi. KY memiliki kewenangan

untuk mengusulkan pengangkatan hakim agung kepada DPR dan

memberikan rekomendasi sanksi kepada hakim yang melakukan pelanggaran

kode etik.

Bertolak dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk

membuat makalah terkait dengan Lembaga-Lembaga Negara Republik

Indonesia yang meliputi BPK (Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia), MK (Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia), MA

(Mahkamah Agung Republik Indonesia), dan KY (Komisi Yudisial Republik

Indonesia). Makalah ini di analisis dengan maksud dan tujuan agar dapat

menguraikan dan menjelaskan masing-masing lembaga tersebut, sehingga


4

pembaca dapat mengetahui bagaimana perkembangan dan uraian tugas dari

masing-masing lembaga pemerintahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan dijabarkan

tersebut, maka permasalahan dalam penulisan makalah ini dapat dirumuskan

yaitu :

1. Bagaimanakah fungsi, tugas dan wewenang BPK (Badan Pemeriksa

Keuangan) di Republik Indonesia..?

2. Bagaimanakah fungsi, tugas dan wewenang MK (Mahkamah Konstitusi)

di Republik Indonesia..?

3. Bagaimanakah fungsi, tugas dan wewenang MA (Mahkamah Agung) di

Republik Indonesia..?

4. Bagaimanakah fungsi, tugas dan wewenang KY (Komisi Yudisial) di

Republik Indonesia..?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai fungsi, tugas dan wewenang

BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) di Republik Indonesia

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai fungsi, tugas dan wewenang

MK (Mahkamah Konstitusi) di Republik Indonesia

3. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai fungsi, tugas dan wewenang

MA (Mahkamah Agung) di Republik Indonesia


5

4. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai fungsi, tugas dan wewenang

KY (Komisi Yudisial) di Republik Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan Makalah

1. Aspek Akademis

Diharapkan penulisan makalah ini dapat menambah referensi dan

pengatahun bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Program

Studi Kebidanan khususnya terkait dengan lembaga Yudikatif yang terdiri

dari MK (Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia), MA (Mahkamah

Agung Republik Indonesia), dan KY (Komisi Yudisial Republik

Indonesia) dan Lembaga Eksaminatif yang terdiri dari BPK (Badan

Pemeriksa Keuangan)

2. Aspek Pengembangan ilmu Pengetahun

Diharapkan penulisan makalah ini dapat menjadi acuan dan dimanfaatkan

bagi mahasiwa Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Program Studi

Kebidanan untuk menjadi contoh dalam pembuatan makalah khususnya

terkait dengan lembaga Yudikatif yang terdiri dari MK (Mahkamah

Konstitusi Republik Indonesia), MA (Mahkamah Agung Republik

Indonesia), dan KY (Komisi Yudisial Republik Indonesia) dan Lembaga

Eksaminatif yang terdiri dari BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)

3. Aspek Praktis

Hasil penulisan makalah yang dilakukan diharapkan dapat memberikan

pengetahuan terkait dengan lembaga-lembaga Negara yang terdiri dari

lembaga Yudikatif dan Lembaga Eksaminatif


BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Fungsi, Tugas Dan Wewenang BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) di

Republik Indonesia

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di Republik Indonesia adalah

lembaga yang memiliki peran strategis dalam mengawal keuangan negara,

memastikan akuntabilitas, transparansi, dan integritas dalam pengelolaan

keuangan pemerintah. Fungsi, tugas, dan wewenang BPK sangat penting

dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan keuangan

negara yang bersih dan efisien.

Badan Pemeriksa Keuangan BPK merupakan salah satu lembaga

negara yang diatur dalam UUD 1945 untuk memeriksa pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara secara bebas dan mandiri. Pemeriksaan dan

kelembagaan BPK tersebut diatur dalam Pasal 23E, 23F, dan 23G UUD 1945.

Selanjutnya, UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara serta UU Nomor 15 Tahun 2006

tentang BPK mengatur lebih lanjut pemeriksaan dan kelembagaan BPK.

Pemeriksaan BPK tersebut dimaksudkan agar dapat mendorong

pengelolaan keuangan negara untuk pencapaian tujuan negara. Untuk

pemeriksaan BPK tersebut, UUD 1945 menegaskan bahwa untuk memeriksa

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dibentuk satu BPK yang

bebas dan mandiri. Hal ini dapat digambarkan bahwa kedudukan BPK sejajar

dengan lembaga negara lain yang diatur di dalam UUD 1945, yaitu Presiden

6
7

(Pemerintah), Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Agung (MA),

Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial (KY).

1. Fungsi BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) di Republik Indonesia

Menurut Gunawan (2012:17) menjelaskan bahwa fungsi BPK

menerangkan bahwa fungsi Badan Pemeriksa Keuangan terdiri atas tiga

bidang utama, yakni fungsi operatif, yudikatif, dan advisory. Fungsi

operatif adalah pemeriksaan, pengawasan, dan penyelidikan atas

penguasaan, pengurusan, dan pengelolaan kekayaan atas negara. Fungsi

yudikatif adalah kewenangan menuntut perbendaharaan dan tuntutan ganti

rugi terhadap perbendaharaan dan pegawai negeri bukan bendahara yang

perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang

menyebabkan kerugian keuangan dan kekayaan negara. Fungsi advisory

adalah memberikan pertimbangan kepada pemerintah mengenai

pengurusan dan pengelolaan keuangan negara.

BPK memiliki tugas-tugas khusus yang mendukung fungsi-fungsi

tersebut, termasuk :

a. Pemeriksaan Terhadap Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara

Memeriksa segala aspek pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara, termasuk penggunaan dana dan kepatuhan terhadap regulasi.

b. Pengawasan Terhadap Kinerja dan Efisiensi


8

Melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah dalam mencapai

tujuan dan sasaran, serta efisiensi penggunaan sumber daya.

c. Memberikan Rekomendasi

Memberikan rekomendasi kepada lembaga-lembaga pemerintah terkait

hasil pemeriksaan guna perbaikan dan peningkatan sistem pengelolaan

keuangan.

2. Tugas BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) di Republik Indonesia

Tugas BPK tersebut antara lain meliputi:

a. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada

pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank

Indonesia, badan usaha milik negara, badan layanan umum, badan

usaha milik daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola

keuangan negara (Pasal 6 ayat (1)).

b. Melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang

diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara (Pasal 6

ayat (5)).

c. Menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara kepada lembaga perwakilan DPR, DPD, dan DPRD

serta presiden/gubernur/bupati/walikota untuk digunakan sesuai tugas

dan kewenangannya (Pasal 7 ayat (1)).

d. Menyerahkan pula hasil pemeriksaan secara tertulis kepada presiden,

gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya untuk

keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan (Pasal 8 ayat (1)).


9

e. Melaporkan unsur pidana yang ditemukan dalam pemeriksaan kepada

instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan paling lama 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsur

pidana tersebut (Pasal 8 ayat (3)).

f. Memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan yang dilakukan

oleh pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan memberitahukan

hasilnya secara tertulis kepada DPR, DPD, dan DPRD, serta

Pemerintah (Pasal 8 ayat (5)).

3. Wewenang BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) di Republik Indonesia

Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPK mempunyai wewenang

sebagai berikut:

a. Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan

pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan, serta

menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan.

b. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh

setiap orang, unit organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah,

lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara,

Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, Dan Lembaga

Atau Badan Lain Yang Mengelola Keuangan Negara.

c. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang

milik negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata

usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-

perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran,


10

pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan

pengelolaan keuangan Negara.

d. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada

BPK.

e. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah

berkonsultasi dengan pemerintah pusat/daerah yang wajib digunakan

dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.

f. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan Negara.

g. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang

bekerja untuk dan atas nama BPK.

h. Membina jabatan fungsional pemeriksa

i. Memberi pertimbangan atas standar akuntansi pemerintahan.

j. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern

pemerintah pusat/daerah sebelum ditetapkan oleh pemerintah pusat/

daerah.

2.2 Fungsi, Tugas Dan Wewenang MK (Mahkamah Konstitusi) di Republik

Indonesia

Menurut Siahaan (2011:3) Mahkamah Konstitusi adalah sebuah

lembaga negara yang ada setelah adanya amandemen Undang-undang Dasar

1945. Dalam konteks ketatanegaraan Mahkamah Konstitusi dikonstruksikan:

Pertama, sebagai pengawal konstitusi yang berfungsi menegakkan keadilan


11

konstitusional di tengah kehidupan masyarakat. Kedua, mahkamah konstitusi

bertugas mendorong dan menjamin agar konstitusi dihormati dan

dilaksanakan oleh semua komponen negara secara konsisten dan bertanggung

jawab. Ketiga, ditengah kelemahan sistem konstitusi yang ada, mahkamah

konstitusi berperan sebagai penafsir agar spirit konstitusi selalu hidup dan

mewarnai keberlangsungan bernegara dan bermasyarakat

Ketentuan umum tentang mahkamah konstitusi diatur dalam Pasal

24C Undang-undang Dasar 1945.

1. Susunan Keanggotaan

Di dalam mahkamah konstitusi terdapat tiga pranata (institusi), yaitu

hakim konstitusi, sekretariat jenderal, dan kepaniteraan, Pasal 7 Undang-

undang No. 24 Tahun 2003 tentang mahkamah konstitusi menyebutkan;

“untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenangnya, mahkamah

konstitusi dibantu oleh sebuah sekretariat jenderal dan kepaniteraan.”

Artinya institusi utama dari mahkamah konstitusi adalah sembilan hakim

konstitusi yang dalam melaksanakan kewenangan dan kewajiban

konstitusionalnya, dibantu dua institusi lainnya, yaitu sekretariat jenderal

dan kepaniteraan.

2. Hakim Konstitusi

Mahkamah konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim

konstitusi yang ditetapkan dengan keputusan presiden. Kesembilan hakim

tersebut diajukan masing-masing tiga orang oleh mahkamah agung, tiga

orang DPR, dan tiga orang oleh Presiden. Hakim konstitusi harus memiliki
12

integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil dalam bersikap,

negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, dan tidak

merangkap sebagai pejabat negara.

Agar dapat diangkat menjadi hakim, seorang calon harus memenuhi

syarat : (1) WNI; (2) berpendidikan strata satu (S-1) bidang Hukum; (3)

berusia sekurang-kurangnya 40 Tahun pada saat pengangkatan; (4) tidak

pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum karena melakukan tindak pidana yang

diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih; (5) tidak sedang

dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan; dan (6) mempunyai

pengalaman kerja di bidang hukum sekurang-kurangnya sepuluh tahun.

Keberadaan masing-masing hakim konstitusi merupakan institusi yang

otonom dan independen, tidak mengenal hierarki dalam pengambilan putusan

sebagai pelaksanaan dari kewenangan konstitusionalnya. Dalam memeriksa,

mengadili, dan memutus perkara di mahkamah konstitusi, ketua dan wakil

ketua tidak dapat mempengaruhi pendapat para hakim lainnya, begitupun

sebaliknya.

1. Fungsi MK (Mahkamah Konstitusi) di Republik Indonesia

Mahkamah Konstitusi (MK) di Republik Indonesia memiliki fungsi

utama sebagai lembaga penafsir konstitusi yang bertanggung jawab untuk

menjaga supremasi konstitusi dan melibatkan diri dalam penyelesaian

sengketa konstitusi. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai fungsi

Mahkamah Konstitusi di Indonesia:


13

a. Penafsir Konstitusi:

MK memiliki peran sebagai lembaga penafsir konstitusi, artinya mereka

berwenang menafsirkan pasal-pasal konstitusi untuk mengklarifikasi

maknanya dalam konteks peraturan hukum yang bersifat umum.

b. Pengujian UU:

Salah satu fungsi utama MK adalah melakukan pengujian terhadap

undang-undang (UU) terhadap konstitusi. MK dapat membatalkan atau

menetapkan sebagian atau seluruh isi undang-undang yang dianggap

tidak sesuai dengan konstitusi. Penyelesaian Sengketa

c. Pemilihan Umum:

MK memiliki kewenangan untuk menyelesaikan sengketa hasil

pemilihan umum (Pemilu) tingkat nasional. MK akan memutuskan hasil

pemilihan dan menentukan pemenangnya, serta memastikan proses

pemilu sesuai dengan ketentuan konstitusi dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

d. Pemberian Putusan atas Perselisihan Kewenangan:

MK memiliki wewenang untuk memberikan putusan atas perselisihan

kewenangan antara lembaga-lembaga negara, seperti antara eksekutif

dan legislatif, yang melibatkan interpretasi dan penerapan konstitusi.

e. Pengujian Peraturan Pemerintah:

Selain menguji undang-undang, MK juga dapat menguji peraturan

pemerintah yang dianggap tidak sesuai dengan konstitusi.


14

f. Pengujian Partai Politik:

MK dapat menguji dan memberikan putusan terkait pembubaran partai

politik jika dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi,

Pancasila, atau konstitusi.

g. Pengujian Hak Asasi Manusia:

MK memiliki peran dalam menguji undang-undang yang terkait dengan

hak asasi manusia (HAM) dan memberikan putusan terkait dengan

pelanggaran HAM yang terjadi di tingkat nasional.

h. Pengujian Produk Hukum Lainnya:

Selain UU dan peraturan pemerintah, MK juga dapat menguji produk

hukum lainnya yang dianggap melanggar konstitusi, seperti peraturan

daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Fungsi-fungsi ini menjadikan Mahkamah Konstitusi sebagai penjaga

keberlanjutan demokrasi, penegak konstitusi, dan penyelesaian sengketa

yang sangat vital dalam sistem hukum Indonesia. MK memiliki peran

strategis dalam memastikan kepatuhan terhadap konstitusi serta menjaga

keseimbangan dan pemisahan kekuasaan di dalam negara.

2. Tugas MK (Mahkamah Konstitusi) di Republik Indonesia

Mahkamah Konstitusi (MK) di Republik Indonesia memiliki

sejumlah tugas yang diberikan oleh UUD 1945, dan beberapa amendemen

yang telah dilakukan. Berikut adalah penjelasan mengenai tugas-tugas MK

di Indonesia:
15

a. Pengujian Undang-Undang

Salah satu tugas pokok MK adalah melakukan pengujian terhadap

undang-undang (UU) terhadap konstitusi. MK dapat memeriksa dan

memutuskan apakah suatu UU sesuai dengan ketentuan-ketentuan

konstitusi atau tidak. Jika ditemukan ketidaksesuaian, MK dapat

membatalkan sebagian atau seluruh isi UU tersebut.

b. Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum (Pemilu)

MK memiliki wewenang untuk menyelesaikan sengketa hasil pemilihan

umum (Pemilu) yang mencakup pemilihan presiden, pemilihan

legislatif, dan pemilihan kepala daerah tingkat nasional. MK akan

memutuskan hasil pemilihan dan memastikan proses pemilu sesuai

dengan ketentuan konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

c. Penyelesaian Sengketa Kewenangan Lembaga Negara

MK memiliki peran dalam menyelesaikan sengketa kewenangan antar

lembaga negara, seperti antara eksekutif dan legislatif. Tugas ini

mencakup memberikan putusan atas perselisihan kewenangan yang

melibatkan interpretasi dan penerapan konstitusi.

d. Pengujian Peraturan Pemerintahan

Selain UU, MK juga memiliki wewenang untuk menguji peraturan

pemerintah yang dianggap bertentangan dengan konstitusi. Putusan MK

dapat mempengaruhi keberlakuan peraturan pemerintah yang diuji.


16

e. Pengujian Pembubaran Partai Politik

MK dapat menguji dan memberikan putusan terkait pembubaran partai

politik jika dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi,

Pancasila, atau konstitusi.

f. Pengujian Hak Asasi Manusia

MK dapat menguji undang-undang yang terkait dengan hak asasi

manusia (HAM) dan memberikan putusan terkait dengan pelanggaran

HAM yang terjadi di tingkat nasional.

g. Pengujian Produk Hukum Lainnya

MK juga dapat menguji produk hukum lainnya, seperti peraturan daerah

(Perda), peraturan presiden, dan keputusan presiden yang dianggap

melanggar konstitusi.

Pemberian Penjelasan Atas Permintaan Lainnya: MK dapat

memberikan penjelasan atau interpretasi atas ketentuan konstitusi atas

permintaan lembaga-lembaga negara atau pemerintah. Tugas-tugas MK

mencerminkan perannya sebagai penjaga supremasi konstitusi,

penyelesaian sengketa, dan penafsir konstitusi. MK memiliki tanggung

jawab besar dalam memastikan bahwa segala peraturan dan tindakan

pemerintah sesuai dengan prinsip-prinsip konstitusi, demokrasi, dan hak

asasi manusia.

3. Wewenang MK (Mahkamah Konstitusi) di Republik Indonesia

Sebagai sebuah lembaga yang telah ditentukan dalam Undang-

undang Dasar, kewenangan Mahkamah Konstitusi juga diberikan dan


17

diatur dalam Undang-undang Dasar. Kewenangan mengekslusifkan dan

membedakan mahkamah konstitusi dari lembaga-lembaga lain.

Wewenang mahkamah konstitusi secara khusus diatur dalam Pasal

24C Ayat (1) Undang-undang Dasar jo. Pasal 10 Ayat (1) UU No. 24

Tahun 2003 tentang mahkamah konstitusi menyatakan :

a. Mahkamah konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan

terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-undang

terhadap Undang-undang Dasar;

b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya

di berikan oleh Undang-undang Dasar. Misalnya, usul pemberhentian

Presiden dan/atau Wakil Presiden oleh DPR kepada MPR apabila

Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran

hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 7A UUD 1945;

c. Memutus pembubaran partai politik; dan

d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu.

Sedangkan dalam ketentuan Pasal 24C Ayat (2) 1945 jo. Pasal 10

Ayat (2) UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang

menyatakan “Mahkamah konstitusi wajib memeriksa, mengadili dan

memutus terhadap pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden

telah melakukan pelanggaran Hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 7A

UUD 1945.”

Berdasarkan ketentuan tersebut maka setiap putusan mahkamah

konstitusi bersifat final, artinya dalam hal pelaksanaan kewenangan ini


18

tidak ada mekanisme banding atau kasasi terhadap putusan yang dibuat

mahkamah

2.3 Fungsi, Tugas Dan Wewenang MA (Mahkamah Agung) di Republik

Indonesia

Mahkamah Agung merupakan salah satu pelaksana kekuasaan

kehakiman tertua di Indonesia. Kedudukan Mahkamah Agung sebagai

penyelenggara kekuasaan kehakiman dalam UUD NRI 1945 adalah setara

dengan lembaga negara lainnya. Mahkamah Agung berperan sebagai puncak

penyelenggaraan peradilan dari setiap lingkungan peradilan yang berada di

bawahnya. Pelaksana kekuasaan kehakiman di Indonesia, baik Mahkamah

Agung maupun Mahkamah Konstitusi memiliki kemerdekaan untuk

menjalankan kekuasaan secara independen, sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 24 ayat (1) UUD NRI 1945.

1. Fungsi MA (Mahkamah Agung) di Republik Indonesia

Mahkamah Agung (MA) di Republik Indonesia memegang peran

sentral dalam sistem peradilan di negara ini. Berikut adalah penjelasan

mengenai fungsi utama Mahkamah Agung:

a. Pengadilan Tinggi

MA merupakan pengadilan tinggi tertinggi di Indonesia. Fungsinya

mencakup mengadili perkara-perkara yang diajukan kepadanya dan

memutuskan sengketa hukum tingkat pertama dan banding dari seluruh

wilayah Indonesia.
19

b. Keadilan Pidana

MA memiliki fungsi untuk mengadili perkara pidana yang diajukan

kepadanya, terutama dalam hal banding atau kasasi. MA memastikan

penerapan hukum pidana yang adil dan berkeadilan.

c. Keadilan Perdata

MA berperan dalam memutuskan perkara perdata yang melibatkan nilai

sengketa yang tinggi dan perkara perdata tertentu yang diajukan

kepadanya dalam tingkat banding atau kasasi.

d. Keadilan Tata Usaha Negara

MA memiliki wewenang untuk mengadili perkara-perkara tata usaha

negara. Ini mencakup sengketa hukum terkait dengan keputusan dan

tindakan pemerintah yang dapat dipertanyakan secara hukum.

e. Keadilan Agama

MA juga berfungsi sebagai pengadilan tinggi untuk perkara agama. Ini

mencakup memutuskan perkara-perkara yang berkaitan dengan

pernikahan, perceraian, waris, dan masalah hukum agama lainnya.

f. Penerapan Hukum dan Interpretasi Hukum

MA memiliki peran dalam penerapan hukum dan menafsirkan hukum

untuk memastikan konsistensi dan kepastian hukum di seluruh tingkat

peradilan di Indonesia.
20

g. Keadilan Administratif

MA memutuskan perkara-perkara yang terkait dengan sengketa

administratif dan tata usaha negara, memastikan bahwa tindakan

administratif sesuai dengan hukum dan konstitusi.

h. Pemutusan Sengketa Kewenangan Antar Lembaga

MA memiliki tugas untuk memutuskan sengketa kewenangan antara

lembaga-lembaga negara, seperti antara eksekutif dan legislatif, guna

memastikan pemisahan kekuasaan yang seimbang.

i. Penentuan Hukum Berkekuatan Tetap

Keputusan MA memiliki kekuatan hukum tetap dan mengikat, menjadi

preseden untuk kasus serupa di masa mendatang.

j. Pemberian Putusan Kasasi

MA memberikan putusan kasasi yang bersifat final dan mengikat,

menjadikannya otoritas tertinggi dalam sistem peradilan di Indonesia.

Fungsi-fungsi ini menjadikan MA sebagai pilar utama dalam

menjaga keadilan, menjamin kepastian hukum, dan memastikan bahwa

sistem peradilan di Indonesia berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip

hukum yang adil dan demokratis.

2. Tugas MA (Mahkamah Agung) di Republik Indonesia

Mahkamah Agung (MA) di Republik Indonesia memiliki tugas

pokok yang meliputi berbagai aspek dalam sistem peradilan nasional.

Berikut adalah penjelasan mengenai tugas-tugas MA di Indonesia:


21

a. Ketua Mahkamah Agung

MA memiliki tugas untuk menetapkan Ketua Mahkamah Agung yang

memimpin jalannya MA. Ketua MA juga memiliki peran sebagai ketua

Kepaniteraan MA dan memimpin rapat pleno.

b. Pemberian Pedoman Hukum

MA memiliki tugas untuk memberikan pedoman hukum yang bersifat

mengikat bagi pengadilan di seluruh Indonesia melalui Penjelasan dan

Putusan Bersama MA. Pedoman hukum ini berfungsi sebagai acuan

dalam penerapan hukum di seluruh tingkat peradilan.

c. Penyusunan Pedoman Perkara Hukum

MA bertugas menyusun pedoman perkara hukum yang mencakup

panduan dalam menangani berbagai jenis perkara di pengadilan.

Pedoman ini memberikan petunjuk praktis bagi hakim dalam

memutuskan suatu perkara.

d. Pengawasan dan Pembinaan Peradilan

MA memiliki tugas untuk melakukan pengawasan dan pembinaan

terhadap jalannya peradilan di seluruh Indonesia. Hal ini melibatkan

evaluasi kinerja pengadilan di tingkat yang lebih rendah dan

memberikan arahan untuk peningkatan kualitas peradilan.

e. Pemeriksaan Kembali (Revisi)

MA dapat menerima permohonan pemeriksaan kembali (revisi) dalam

perkara pidana yang telah berkekuatan hukum tetap. Pemeriksaan


22

kembali dilakukan jika terdapat fakta baru atau alasan yang dapat

mengubah putusan.

f. Penyelenggaraan Peradilan Agama

MA memiliki tanggung jawab dalam penyelenggaraan peradilan agama.

Ini melibatkan penyelesaian perkara-perkara yang bersifat perdata dan

pidana di pengadilan agama tingkat pertama hingga kasasi.

g. Penentuan Hakim Ad Hoc

MA dapat menentukan hakim ad hoc untuk menangani perkara-perkara

khusus yang memerlukan keahlian atau pengetahuan khusus, seperti

kasus pelanggaran HAM.

h. Pemberian Putusan Kasasi

Salah satu tugas utama MA adalah memberikan putusan dalam perkara-

perkara kasasi. Putusan ini bersifat final dan mengikat, menjadi otoritas

tertinggi dalam sistem peradilan di Indonesia.

i. Pengujian Undang-Undang

MA memiliki kewenangan untuk menguji undang-undang terhadap

konstitusi jika diminta oleh Presiden atau lembaga legislatif. MA dapat

memutuskan apakah suatu undang-undang bertentangan dengan

konstitusi atau tidak.

j. Penyelesaian Sengketa Kewenangan Antar Lembaga

MA bertugas menyelesaikan sengketa kewenangan antara lembaga-

lembaga negara, seperti antara eksekutif dan legislatif, untuk

memastikan pemisahan kekuasaan yang seimbang.


23

Dengan menjalankan tugas-tugasnya, MA memainkan peran sentral

dalam memastikan keberlanjutan dan keadilan sistem peradilan di

Indonesia serta memastikan bahwa hukum yang diterapkan sesuai dengan

prinsip-prinsip keadilan dan demokrasi.

3. Wewenang MA (Mahkamah Agung) di Republik Indonesia

Mahkamah Agung (MA) di Republik Indonesia memiliki sejumlah

wewenang yang mencakup berbagai aspek dalam sistem peradilan

nasional. Berikut adalah penjelasan mengenai wewenang MA di

Indonesia:

a. Putusan Kasasi

Wewenang utama MA adalah memberikan putusan dalam perkara-

perkara kasasi. Putusan MA bersifat final dan mengikat, menjadi

otoritas tertinggi dalam sistem peradilan di Indonesia. Penyusunan

b. Pedoman Hukum

MA memiliki wewenang untuk menyusun pedoman hukum dalam

bentuk Penjelasan dan Putusan Bersama MA. Pedoman ini memberikan

arahan dan acuan bagi pengadilan di seluruh Indonesia dalam

menangani berbagai jenis perkara.

c. Pemutusan Sengketa Kewenangan Antar Lembaga

MA memiliki kewenangan untuk memutuskan sengketa kewenangan

antara lembaga-lembaga negara, seperti antara eksekutif dan legislatif.

Ini membantu memastikan pemisahan kekuasaan yang seimbang.


24

d. Pemutusan Sengketa Administratif dan Tata Usaha Negara

MA memiliki wewenang untuk memutuskan sengketa administratif dan

tata usaha negara yang melibatkan keputusan atau tindakan pemerintah

yang dapat dipertanyakan secara hukum.

e. Pengujian Undang-Undang

MA memiliki kewenangan untuk menguji undang-undang terhadap

konstitusi jika diminta oleh Presiden atau lembaga legislatif. Pengujian

ini dilakukan untuk memastikan kesesuaian undang-undang dengan

konstitusi.

f. Pemeriksaan Kembali (Revisi)

MA dapat menerima permohonan pemeriksaan kembali (revisi) dalam

perkara pidana yang telah berkekuatan hukum tetap. Pemeriksaan

kembali dapat dilakukan jika terdapat fakta baru atau alasan yang dapat

mengubah putusan.

g. Penentuan Hakim Ad Hoc

MA dapat menentukan hakim ad hoc untuk menangani perkara-perkara

khusus yang memerlukan keahlian atau pengetahuan khusus, seperti

kasus pelanggaran HAM.

h. Penyelesaian Sengketa Kepailitan

MA memiliki wewenang untuk memutuskan sengketa kepailitan yang

melibatkan perusahaan atau entitas hukum lainnya.


25

i. Pemberian Interpretasi Hukum

MA memberikan interpretasi hukum dan menjelaskan ketentuan hukum

tertentu melalui putusan-putusannya, yang dapat menjadi acuan bagi

pengadilan di tingkat yang lebih rendah.

j. Pengawasan dan Pembinaan Peradilan

MA memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan dan

pembinaan terhadap jalannya peradilan di seluruh Indonesia. Ini

melibatkan evaluasi kinerja pengadilan di tingkat yang lebih rendah dan

memberikan arahan untuk peningkatan kualitas peradilan.

Wewenang-wewenang ini memberikan MA peran sentral dalam

sistem peradilan di Indonesia, memastikan keadilan, kepastian hukum, dan

konsistensi dalam penerapan hukum di seluruh tingkat peradilan.

2.4 Fungsi, Tugas Dan Wewenang KY (Komisi Yudisial) di Republik

Indonesia

Komisi Yudisial dalam Pasal 1 Undang- Undang Nomor 18 Tahun

2011 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 22 Tahun 2004

Tentang Komisi Yudisial, Komisi Yudisial adalah lembaga Negara

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Selanjutnya berdasarkan pasal 2 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial. “Komisi Yudisial

merupakan lembaga Negara yang bersifat mandiri dalam pelaksanaan

wewenangnya bebas dari campur tangan atau kekuasaan lainnya


26

Komisi Yudisial lahir pada era reformasi saat amandemen ke III

Undang-Undang Dasar 1945 pada tahun 2001 bersamaan dengan Dewan

Perwakilan Daerah dan Mahkamah Konstitusi, walaupun Komsi Yudisisal

adalah lembaga baru, namun keberadaannya mempunyai justifikasi hukum

yang sangat kuat karena diatur secara tegas dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945 dan kewenanganya diberikan oleh konstitusi

1. Fungsi KY (Komisi Yudisial) di Republik Indonesia

Komisi Yudisial (KY) di Republik Indonesia memiliki fungsi utama

yang terkait dengan pengawasan dan pengendalian etika serta perilaku

hakim. Berikut adalah penjelasan mengenai fungsi KY:

a. Pengawasan dan Pengendalian Etika Hakim

KY bertanggung jawab melakukan pengawasan terhadap etika hakim.

Hal ini melibatkan penilaian terhadap perilaku hakim agar tetap sesuai

dengan standar etika yang ditetapkan.

b. Menetapkan Kode Etik Hakim

KY memiliki fungsi untuk menetapkan Kode Etik Hakim yang berisi

norma-norma perilaku dan etika yang harus dijunjung tinggi oleh hakim

dalam menjalankan tugasnya.

c. Menerima dan Meneliti Pengaduan Terkait Hakim

KY menerima pengaduan yang berkaitan dengan dugaan pelanggaran

etika oleh hakim. Setelah menerima pengaduan, KY melakukan

penelitian dan evaluasi untuk menilai validitas dan seriusnya dugaan

pelanggaran tersebut.
27

d. Memberikan Pertimbangan Terkait Pemberhentian Hakim

Jika ditemukan pelanggaran etika yang serius, KY memberikan

pertimbangan kepada Presiden terkait pemberhentian hakim yang

bersangkutan.

e. Mengembangkan Sistem Pengawasan Internal

KY mengembangkan dan menjaga sistem pengawasan internal untuk

memastikan bahwa hakim tetap mematuhi kode etik dan standar etika

yang berlaku.

f. Memberikan Rekomendasi Kenaikan Pangkat Hakim

KY memberikan rekomendasi kepada Dewan Peradilan Agung terkait

kenaikan pangkat hakim, yang mencakup penilaian terhadap kinerja dan

integritas hakim.

g. Penyuluhan Hukum dan Etika

KY memberikan penyuluhan hukum dan etika kepada hakim untuk

meningkatkan pemahaman mereka terhadap standar etika yang berlaku

dalam menjalankan tugas peradilan.

h. Mengelola Data dan Informasi Terkait Hakim

KY mengelola data dan informasi terkait hakim, termasuk catatan

kinerja, pelanggaran etika, dan proses pemberhentian hakim.

Melakukan

i. Pemantauan Terhadap Pelaksanaan Putusan Bersama

KY memantau pelaksanaan putusan bersama MA dan KY yang bersifat

mengikat bagi seluruh peradilan di Indonesia.


28

j. Menyusun Laporan Tahunan

KY menyusun laporan tahunan yang mencakup hasil evaluasi kinerja

hakim, pelanggaran etika yang ditemukan, serta rekomendasi dan

tindakan yang telah diambil.

Melalui fungsi-fungsi tersebut, KY berperan dalam menjaga

integritas, etika, dan kualitas pelayanan peradilan di Indonesia, serta

memastikan bahwa hakim tetap memenuhi standar etika yang tinggi dalam

menjalankan tugasnya.

2. Tugas KY (Komisi Yudisial) di Republik Indonesia

Komisi Yudisial (KY) di Republik Indonesia memiliki sejumlah

tugas yang terkait dengan pengawasan dan pengendalian etika serta

perilaku hakim. Berikut adalah penjelasan mengenai tugas KY:

a. Menetapkan Kode Etik Hakim

KY memiliki tugas untuk menetapkan Kode Etik Hakim, yang berisi

norma-norma dan prinsip etika yang harus dijunjung tinggi oleh hakim

dalam menjalankan tugasnya.

b. Menerima dan Meneliti Pengaduan Terkait Hakim

KY bertugas untuk menerima dan meneliti pengaduan yang berkaitan

dengan dugaan pelanggaran etika oleh hakim. Proses ini melibatkan

penelitian terhadap fakta-fakta yang berkaitan dengan pengaduan

tersebut.
29

c. Memberikan Pertimbangan Terkait Pemberhentian Hakim

Jika ditemukan pelanggaran etika yang serius, KY memberikan

pertimbangan kepada Presiden terkait pemberhentian hakim yang

bersangkutan. Pertimbangan ini mencakup hasil evaluasi dan

rekomendasi KY terhadap pelanggaran yang terjadi.

d. Memberikan Rekomendasi Kenaikan Pangkat Hakim

KY memberikan rekomendasi kepada Dewan Peradilan Agung terkait

kenaikan pangkat hakim. Rekomendasi ini mencakup penilaian

terhadap kinerja dan integritas hakim.

e. Mengembangkan Sistem Pengawasan Internal

KY mengembangkan dan menjaga sistem pengawasan internal untuk

memastikan bahwa hakim tetap mematuhi kode etik dan standar etika

yang berlaku. Sistem ini melibatkan pemantauan terhadap perilaku

hakim dalam menjalankan tugasnya.

f. Penyuluhan Hukum dan Etika

KY memberikan penyuluhan hukum dan etika kepada hakim untuk

meningkatkan pemahaman mereka terhadap standar etika yang berlaku.

Penyuluhan ini dapat membantu hakim dalam menghindari pelanggaran

etika.

g. Pemantauan Pelaksanaan Putusan Bersama MA dan KY

KY melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan putusan bersama

antara Mahkamah Agung (MA) dan KY yang bersifat mengikat bagi


30

seluruh peradilan di Indonesia. Putusan bersama ini dapat berisi

panduan dan kebijakan terkait etika dan perilaku hakim.

h. Melakukan Pemantauan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik

KY melaksanakan pemantauan terhadap bagaimana hakim

melaksanakan Kode Etik yang telah ditetapkan. Pemantauan ini dapat

melibatkan penilaian terhadap kepatuhan hakim terhadap norma-norma

etika yang telah ditetapkan.

i. Menyusun Laporan Tahunan

KY menyusun laporan tahunan yang mencakup hasil evaluasi kinerja

hakim, pelanggaran etika yang ditemukan, serta rekomendasi dan

tindakan yang telah diambil. Laporan ini menjadi salah satu bentuk

pertanggungjawaban KY kepada masyarakat.

Dengan melaksanakan tugas-tugas tersebut, KY berperan dalam

menjaga kualitas dan integritas peradilan di Indonesia serta memastikan

bahwa hakim menjalankan tugasnya dengan penuh etika dan

profesionalisme.

3. Wewenang KY (Komisi Yudisial) di Republik Indonesia

Komisi Yudisial (KY) di Republik Indonesia memiliki sejumlah

wewenang yang berkaitan dengan pengawasan dan pengendalian etika

serta perilaku hakim. Berikut adalah penjelasan mengenai wewenang KY:

a. Penetapan Kode Etik Hakim: KY memiliki wewenang untuk

menetapkan Kode Etik Hakim, yang berisi norma-norma dan prinsip

etika yang harus diikuti oleh hakim dalam menjalankan tugasnya.


31

b. Penerimaan dan Penanganan Pengaduan: KY berwenang menerima

pengaduan terkait dugaan pelanggaran etika oleh hakim. Proses

penanganan pengaduan melibatkan penelitian dan evaluasi untuk

menilai validitas dan seriusnya dugaan pelanggaran tersebut.

c. Penyelenggaraan Pemeriksaan Terhadap Hakim: KY memiliki

kewenangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap hakim yang

dituduh melakukan pelanggaran etika. Pemeriksaan ini dapat

melibatkan wawancara, penyelidikan, dan evaluasi terhadap fakta-fakta

yang terkait.

d. Memberikan Pertimbangan Pemecatan Hakim: Jika setelah

pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika yang serius, KY memberikan

pertimbangan kepada Presiden terkait pemberhentian hakim yang

bersangkutan.

e. Memberikan Rekomendasi Kenaikan Pangkat Hakim: KY memberikan

rekomendasi kepada Dewan Peradilan Agung terkait kenaikan pangkat

hakim. Rekomendasi ini mencakup penilaian terhadap kinerja dan

integritas hakim.

f. Pemantauan Pelaksanaan Putusan Bersama MA dan KY: KY memiliki

wewenang untuk memantau pelaksanaan putusan bersama antara

Mahkamah Agung (MA) dan KY yang bersifat mengikat bagi seluruh

peradilan di Indonesia. Putusan bersama ini dapat berisi panduan dan

kebijakan terkait etika dan perilaku hakim.


32

g. Pemantauan Terhadap Kode Etik: KY berwenang melakukan

pemantauan terhadap bagaimana hakim melaksanakan Kode Etik yang

telah ditetapkan. Pemantauan ini dapat melibatkan penilaian terhadap

kepatuhan hakim terhadap norma-norma etika yang berlaku.

h. Penyuluhan Hukum dan Etika: KY memiliki wewenang untuk

memberikan penyuluhan hukum dan etika kepada hakim, dengan tujuan

meningkatkan pemahaman mereka terhadap standar etika yang berlaku

dalam menjalankan tugasnya.

i. Menyusun Laporan Tahunan: KY berwenang menyusun laporan

tahunan yang mencakup hasil evaluasi kinerja hakim, pelanggaran etika

yang ditemukan, serta rekomendasi dan tindakan yang telah diambil.

Laporan ini menjadi bentuk pertanggungjawaban KY kepada

masyarakat.

Wewenang-wewenang tersebut memberikan KY peran krusial dalam

menjaga integritas dan etika peradilan di Indonesia serta memastikan

bahwa hakim menjalankan tugasnya dengan penuh profesionalisme dan

kepatuhan terhadap standar etika yang berlaku.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan makalah pada bab sebelumnya,

maka dapat disimpulkan bahwa lembaga-lembaga Negara Republik Indonesia

yang terdiri dari BPK (Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia), MK

(Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia), MA (Mahkamah Agung

Republik Indonesia), dan KY (Komisi Yudisial Republik Indonesia), yaitu :

1. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di Indonesia memiliki fungsi utama

dalam pemeriksaan, pengawasan, dan memberikan pertimbangan kepada

pemerintah terkait keuangan negara. Tugasnya melibatkan pemeriksaan di

berbagai tingkatan pemerintahan dan lembaga, memberikan rekomendasi

perbaikan, serta melaporkan hasil pemeriksaan kepada lembaga

perwakilan dan pemerintah. BPK memiliki wewenang luas, termasuk

menentukan objek pemeriksaan, meminta keterangan, dan menggunakan

tenaga ahli di luar BPK. Sebagai lembaga independen, BPK berperan

penting dalam menjaga kebersihan, efisiensi, dan akuntabilitas keuangan

negara, memberikan keyakinan kepada masyarakat terkait transparansi

pengelolaan keuangan public

2. Mahkamah Konstitusi (MK) di Indonesia adalah lembaga penafsir

konstitusi, menjaga supremasi konstitusi, dan menyelesaikan sengketa

konstitusi. Dengan sembilan hakim konstitusi yang otonom, MK menguji

33
34

undang-undang, menyelesaikan sengketa pemilihan umum, dan

menangani perselisihan kewenangan lembaga negara. MK memiliki

kewenangan eksklusif untuk memutus undang-undang terhadap Undang-

undang Dasar, membubarkan partai politik, dan menangani perselisihan

hasil pemilu. Dalam menjalankan tugasnya, MK berperan sebagai penjaga

supremasi konstitusi dan penyelesaian sengketa, memastikan kepatuhan

terhadap prinsip konstitusi, demokrasi, dan hak asasi manusia

3. Mahkamah Agung (MA) di Indonesia memiliki peran sentral sebagai

puncak penyelenggaraan peradilan. Dengan fungsi utama dalam

mengadili perkara tingkat pertama, banding, dan kasasi, MA juga

menangani berbagai aspek hukum, termasuk pidana, perdata, tata usaha

negara, agama, dan administratif. Sebagai otoritas tertinggi dalam sistem

peradilan, MA memiliki tugas penting seperti memberikan pedoman

hukum, pengawasan peradilan, dan pemberian putusan kasasi yang

bersifat final dan mengikat. Wewenang MA mencakup pemutusan

sengketa kewenangan, pengujian undang-undang, penyelesaian sengketa

administratif, dan pemberian interpretasi hukum. Dengan menjalankan

tugas dan wewenangnya, MA berperan krusial dalam memastikan

keadilan, kepastian hukum, dan konsistensi penerapan hukum di

Indonesia.

4. Komisi Yudisial (KY) Republik Indonesia memiliki peran krusial dalam

menjaga integritas dan etika peradilan. Fungsi utama KY melibatkan

pengawasan, penetapan Kode Etik Hakim, penanganan pengaduan, serta


35

pemberian pertimbangan terkait pemberhentian dan kenaikan pangkat

hakim. Dengan tugas-tugas seperti pemeriksaan terhadap hakim,

pemantauan putusan bersama, dan penyuluhan hukum, KY berperan

sebagai pengawas dan penjaga kualitas peradilan. Melalui wewenangnya

dalam menetapkan Kode Etik Hakim, menerima pengaduan, dan

menyusun laporan tahunan, KY memastikan bahwa hakim berperilaku

profesional, mematuhi etika, dan mempertanggungjawabkan tindakannya

kepada masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, A Tauda. 2012. Komisi Negara Independen. Yogyakarta: GENTA

Mochtar, Zainal Arifin. 2016. Lembaga Negara Independen. Jakarta: PT Grafindo


Persada

Siahaan, Marihot P. 2011. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada

36

Anda mungkin juga menyukai