Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Lembaga Negara BPK, MK, MA, dan Presiden


(Disusun Untuk Memenuhi Tugas 1 dan 2 Mata Kuliah Sistem Administrasi Indonesia)

Kelompok 3
Annisa Nurfadillah (203515516082)
Bunga Arya Hakim (203515516025)
Try Aprilia Sabila (203515516091)

Program Studi Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Nasional
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah yang berjudul “Peranan
Lembaga Negara BPK, MK, MA, dan Presiden dalam Sistem Administrasi Indonesia” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas 1 sebelum UTS
serta tugas 2 sebelum UAS yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah Sistem Administrasi
Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Lembaga Negara dalam Sistem Administrasi Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Suranto, M. Si. selaku dosen dari
mata kuliah Sistem Administrasi Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saat ini saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan
dan kekeliruan yang jauh dari kata sempurna, baik yang berkenaan dengan materi
pembahasan maupun dengan teknik pengetikan makalah ini. Oleh karena itu, saya
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna memperbaiki
kesalahan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 11 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 4


B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
D. Tujuan Masalah .................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Lembaga Negara .............................................................................. 6


B. Lembaga Negara Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)........................................ 7
C. Lembaga Negara Mahkamah Konstitusi (MK)................................................... 8
D. Lembaga Negara Mahkamah Agung (MA)........................................................ 10
E. Lembaga Negara Presiden.................................................................................. 12
F. Studi Kasus dari Lembaga Negara BPK, MK, MA, dan Presiden..................... 14
a. Studi Kasus BPK ......................................................................................... 14
b. Studi Kasus MK .......................................................................................... 15
c. Studi Kasus MA .......................................................................................... 16
d. Studi Kasus Presiden ................................................................................... 17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................... 18
B. Saran................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara tentunya membutuhkan organ atau lembaga negara untuk menjalankan
struktur pemerintahan guna mencapai tujuan negara tersebut. Kelembagaan negara
sendiri dibentuk dalam sejumlah bagian berdasarkan fungsi dan tanggung jawab yang
berbeda-beda selama menjalankan tugasnya. Adanya lembaga negara diadakan agar
negara dapat mencapai tujuannya dan juga melaksanakan tugas negara sehingga
diselenggarakan fungsi-fungsi negara oleh Lembaga Negara dengan amandemennya
yang sesuai dengan tugas dan wewenangnya masing-masing.
Mengutip dari buku Lembaga-Lembaga Negara (Di Dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945) karya Laurensius Arliman S, Hans Kelsen, ada
dua definisi lembaga negara dalam arti luas dan arti sempit. Lembaga dalam arti luas
yaitu setiap individu atau organisasi yang memiliki fungsi tertentu untuk mencapai tujuan
negara. Sedangkan dalam arti sempit, setiap individu dapat dikatakan organ atau lembaga
negara apabila secara pribadi mempunyai kedudukan hukum tertentu untuk melakukan
sesuatu atas nama negara.
Di Indonesia, lembaga negara dibentuk berdasarkan Undang-Undang Dasar, Undang-
Undang, atau oleh peraturan yang lebih rendah. Lembaga negara di tingkat pusat dapat
dibedakan dalam empat tingkatan kelembagaan yakni:
1) Lembaga yang dibentuk berdasarkan UUD seperti Presiden, Wakil Presiden, MPR,
DPR, DPD, BPK, dan KY;
2) Lembaga yang dibentuk berdasarkan UU seperti Kejaksaan Agung, Bank Indonesia,
KPU, KPK, KPI, PPATK, dan sebagainya;
3) Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden;
dan
4) Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri.

B. Identifikasi Masalah
Setelah menjabarkan latar belakang mengenai makalah ini yang berjudul “Peranan
Lembaga Negara BPK, MK, MA, dan Presiden dalam Sistem Administrasi Indonesia”,
maka masalah yang akan diidentifikasi dalam makalah ini, yaitu:
1. Pengertian Sistem Administrasi Indonesia
2. Lembaga Negara Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
3. Lembaga Negara Mahkamah Konstitusi (MK)
4. Lembaga Negara Mahkamah Agung (MA)
5. Lembaga Negara Presiden

C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah mengenai “Peranan Lembaga
Negara BPK, MK, MA, dan Presiden dalam Sistem Administrasi Indonesia”, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Administrasi Indonesia?
2. Apa pengertian dari BPK dan apa saja tugas dan wewenang BPK?
3. Apa pengertian dari MK dan apa saja tugas dan wewenang MK?
4. Apa pengertian dari MA dan apa saja tugas dan wewenang MA?
5. Apa pengertian dari Presiden dan apa saja tugas dan wewenang Presiden?

D. Tujuan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji, maka tujuan yang akan dijelaskan
mengenai rumusan masalah tersebut, yaitu:
1. Mengetahui penjelasan mengenai Sistem Administrasi Indonesia
2. Menjelaskan tentang kedudukan, tugas, wewenang, dan fungsi BPK
3. Menjelaskan tentang kedudukan, tugas, wewenang, dan fungsi MK
4. Menjelaskan tentang kedudukan, tugas, wewenang, dan fungsi MA
5. Menjelaskan tentang kedudukan, tugas, wewenang, dan fungsi Presiden
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lembaga Negara


Secara terminologi istilah lembaga negara tidak seragam. Dalam bahasa Inggris
lembaga negara disebut political institusion, dalam bahasa Belanda disebut staatsorgaan.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia ada beberapa istilah yaitu lembaga negara, badan
negara, atau organ negara.
Selain itu dalam bahasa Indonesia berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1997) kata “lembaga” diartikan sebagai: (1) asal mula atau bakal (yang akan menjadi
sesuatu), (2) bentuk asli (rupa, wujud), (3) acuan, ikatan, (4) badan atau organisasi yang
bertujuan melakukan penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. Menurut Andi
Hamzah lembaga negara diartikan sebagai badan atau organisasi kenegaraan.
Semua istilah-istilah dari pengertian lembaga negara tersebut dapat dipahami bahwa
kata lembaga negara identik dengan negara. Di Indonesia padanan kata yang tepat untuk
digunakan adalah lembaga negara, bukan badan negara. Akan tetapi semua istilah (organ
negara, badan negara, dan lembaga negara) mengandung makna yang esensinya sama.
Oleh karena itu, untuk bidang hukum ketiganya dapat saja digunakan untuk suatu
organisasi yang tugas dan fungsinya menyelenggarakan pemerintahan negara, sehingga
tinggal memilih atau menggunakan istilah yang mana apakah “organ negara”, “badan
negara”, atau “lembaga negara”.
Lembaga negara juga disebut dalam istilah lembaga pemerintahan, lembaga
pemerintahan nondepartemen atau lembaga negara saja. Ada yang dibentuk berdasarkan
karena diberi kekuasaan oleh UUD, ada pula yang dibentuk dan mendapatkan
kekuasaannya dari UU, dan bahkan ada yang hanya dibentuk berdasarkan keputusan
presiden. Hierarki atau kedudukannya tergantung pada derajat pengaturannya menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lembaga negara yang diatur dan dibentuk
oleh UUD merupakan organ konstitusi, sedangkan yang dibentuk berdasarkan UU
merupakan organ UU, sementara yang hanya dibentuk karena keputusan presiden lebih
rendah lagi tingkatan dan derajat perlakuan hukum terhadap pejabat yang duduk di
dalamnya.

B. Kedudukan, Tugas, Wewenang, dan Fungsi BPK


Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK merupakan suatu organisasi negara di bidang
keuangan yang diatur dalam pasal 23E, 23F dan 23G dalam UUD 1945, Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1973 yang dijabarkan lebih lanjut dengan SK BPK No. 11/SK/K/1993
tentang organisasi dan Tata Kerja Badan Pemeriksa Keuangan
a. Kedudukan
Badan Pemeriksa Keuangan atau yang biasa disebut dengan BPK adalah sebuah
Lembaga Negara yang memiliki tugas dalam bidang keuangan, yaitu memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara yang bebas dan mandiri
yang memiliki kedudukan di ibu kota suatu negara dan perwakilannya tersebar di
setiap provinsi.
BPK dahulunya merupakan sebuah dewan yang kemudian sekarang berganti
menjadi badan yang anggotanya dipilih oleh DPR atas pertimbangan DPD yang
kemudian diresmikan oleh Presiden bagi masa jabatan selama 5 tahun.
b. Tugas, Kewajiban, Wewenang, dan Fungsi BPK
 Tugas
BPK memiliki tugas utama sebagai lembaga negara sebagai pemeriksa keuangan,
yaitu:
a) Memeriksa adanya tanggung jawab pemerintah atas keuangan Negara.
b) Memeriksa pelaksanaan APBN, APBD, anggaran BUMN dan BUMD yang
berdasarkan undang-undang.
 Kewajiban
BPK juga memiliki kewajiban untuk:
a) Memberitahukan hasil pemeriksaannya kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai
dengan kewenangannya.
b) Memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan keuangan yang akan
ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan atau badan sesuai dengan undang-
undang.
c) Memperlihatkan adanya perbuatan yang merugikan keuangan negara kepada
Pemerintah, sedangkan untuk persoalan pidana kepada Kepolisian atau
Kejaksaan selambatn-lambatnya satu bulan.
 Wewenang
Selain melaksanakan tugas dan kewajiban, BPK juga memiliki wewenang, yaitu
meminta keterangan yang wajib dibagikan oleh setiap orang, Badan atau Instansi
Pemerintah dan Badan Swasta selama tidak bertentangan dengan undang-undang
 Fungsi
BPK mempunyai fungsi utama yang dijalankan sebelum melaksanakan tugasnya,
yaitu BPK mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Fungsi Operatif, yaitu melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan atas
tanggung jawab keuangan negara sesuai dengan wewenang yang ditetapkan
dalam UUD 1945.
b) Fungsi Rekomendasi, yaitu meneruskan pertimbangan kepada pemerintah
mengenai penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban keuangan
Negara.
c) Fungsi Yudikatif, yaitu mengadakan proses tuntutan perbendaharaan terhadap
bendaharawan yang salah sehingga mengakibatkan kerugian bagi negara dan
menuruti pengadaan proses ganti rugi yang dilaksanakan oleh pemerintah
terhadap Pegawai Negeri bukan bendaharawan karena perbuatan melanggar
hukum atau melalaikan kewajibannya telah menimbulkan kerugian bagi
negara.

C. Kedudukan, Tugas, Wewenang, dan Fungsi Mahkamah Konstitusi (MK)


Mahkamah Konstitiusi atau MK merupakan lembaga negara dalam bidang kekuasaan
kehakiman yang termasuk dalam lembaga yudikatif. Mahkamah Konstitusi diatur dalam
Pasal 24 dan Pasal 24C UUD 1945. Untuk menguraikan pasal-pasal yang membahas
tentang Mahkamah Konstitusi maka dihasilkannya UU No. 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi. Dalam Pasal yang telah disebutkan tersebut mengatur tentang hal-
hal yang berkaitan dengan Mahkamah Konstitusi, yaitu:
a. Kedudukan dan Saran
 Kedudukan
Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara yang mempunyai kaitan
dengan hukum peradilan dan juga kekuasaan kehakiman. Mahkamah Keadilan
melaksanakan peradilan yang digunakan untuk menegakkan hukum dan keadilan di
Indonesia. Hal tersebut dilakukan karena Bangsa Indonesia telah melakukan
perubahan-perubahan yang berdasar atas UUD 1945.
 Susunan
Dalam melaksanakan tugasnya, Mahkamah Konstitusi terdiri atas Ketua yang
juga merangkap sebagai anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota dan 7
(tujuh) anggota hakim konstutusi.
b. Tugas dan Wewenang
Sebagai lembaga negara kekuasaan kehakiman, Mahkamah Konstitusi memiliki
tugas dan wewenang, yaitu:
1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang berisi putusan bersifat final untuk:
a) Menguji undang-undang terhadap UUD.
b) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD.
c) Memberikan putusan mengenai pembubaran partai politik.
d) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
2) Mahkamah Konstitusi memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai asumsi
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD.
Dalam Pasal 7 ayat (1) sampai (5) dan Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 yang
kemudian diterangkan kembali dalam Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang No.24
Tahun 2003 yang membahas tentang kewajiban atau tugas dari Mahkamah
Konstitusi, yaitu memberikan keputusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum, atau perbuatan
tercela, atau pula tidak memuhi persyaratan sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan membantu Mahkamah Konstitusi dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya.
 Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya, Mahkamah Konstitusi (MK) memiliki fungsi,
yaitu:
1) Mahkamah Konstitusi sebagai Penafsir Konstitusi
Hal tersebut diartikan bahwa Hakim Mahkamah Konstitusi dalam menjalankan
kewenangannya dapat melakukan penafsiran terhadap konstitusi
2) Mahkamah Konstitusi sebagai Pelindung Hak Asasi Manusia (HAM)
Hal tersebut diartikan bahwa konstitusi menjamin hak-hak tertentu milik rakyat
yang merupakan dokumen yang berisi perlindungan Hak Asasi Manusia yang harus
dihormati.
3) Mahkamah Konstitusi sebagai Pengawal Konstitusi
Hal tersebut diartikan bahwa Mahkamah Konstitusi dapat menjaga konstitusi
dengan kesadaran yang hebat dengan memanfaatkan kecerdasan, kreativitas, dan
wawasan ilmu yang luas, serta kearifan yang tinggi sebagai seorang negarawan.
Oleh karena itu, menurut penjabaran di dalam Undang-Undang No.24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi disebutkan bahwa Mahkamah Konstitusi sebagai
penjaga konstitusi disebut juga sebagai The Guardian of Constitution.
4) Mahkamah Konstitusi sebagai Penegak Demokrasi
Mahkamah Konstitusi tidak hanya sebagai lembaga peradilan, tetapi juga sebagai
lembaga yang menjadi awalan bagi tegaknya demokrasi di Indonesia. Hal itu
dikarenakan karena Mahkamah Konstitusi sebagai penegak demokrasi menjaga
agar terciptanya pemilu yang adil dan jujur melalui kewenangan mengadili
sengketa pemilihan umum.
5) Mahkamah Konstitusi sebagai Pelindung Hak-Hak Konstitusi Warga Negara
Hal itu dikarenakan Mahkamah Konstitusi diwujudkan untuk menjamin agar tidak
ada lagi produk hukum yang keluar dari jalur konstitusi sehingga hak-hak
konstitusional warga dapat terjaga dan konstitusi dapat terkawal
konstitusionalitasnya.

D. Kedudukan, Wewenang, Tugas, dan Fungsi Mahkamah Agung (MA)


Mahkamah Agung atau MA merupakan lembaga negara tertinggi dalam suatu sistem
ketatanegaraan di Indonesia karena lembaga ini berdiri sebagai lembaga pemegang
kekuasaan kehakiman bersama dengan Mahkamah Konstitusi yang mempunyai pengaruh
penting bagi kekuasaan. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No.5 Tahun 2004 menyatakan
bahwa Mahkamah Agung merupakan pemegang kekuasaan kehakiman yang dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar 1945. Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman selain
dijalankan oleh MA juga dijalankan oleh badan peradilan lain yang berada di bawah
Mahkamah Agung dalam lingkungan pengadilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara.
Mahkamah Agung diatur dalam pasal 24, 24A, dan 25 Undang-Undang Dasar 1945.
Selain itu, terdapat undang-undang untuk menguraikan pasal-pasal, yaitu Undang-
Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang No.5
Tahun 2004 Tentang Perubahan atas UU No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
a. Kedudukan dan Susunan
 Kedudukan
Mahkamah Agung adalah lembaga negara sebagai Pengadilan Negara
Tertinggi dari semua Lingkungan Peradilan ketika melaksanakan tugasnya terlepas
dari pengaruh Pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain. Mahkamah Agung
berkedudukan di Ibukota Negara Indonesia.
 Susunan
MA terdiri dari:
1) Pimpinan yang terdiri dari:
a) Seorang Ketua;
b) Dua Wakil Ketua (Wakil Ketua Yudisial dan Wakil Ketua Non Yudisial);
c) Beberapa orang Ketua Muda.
2) Hakim Anggota. Pimpinan dan Hakim Anggota MA adalah Hakim Agung.
Jumlah Hakim Agung paling banyak 60 orang;
3) Panitera dibantu oleh beberapa orang Panitera Muda dan beberapa orang
Panitera Pengganti;
4) Seorang Sekretaris Mahkamah Agung.
b. Tugas dan Wewenang
MA bertugas dan berwenang:
1) Memutus permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tingkat Banding atau
Tingkat Terakhir dari semua lingkungan peradilan karena:
a) Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;
b) Salah menerapkan atau melanggar hukum yang baru;
c) Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang
bersangkutan;
2) Memutus sengketa tentang kewenangan mengadili;
3) Memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
4) Menguji peraturan perundang-undangan di bawah UU terhadap UU;
5) Menyatakan tidak sah peraturan perundang-undangan di bawah UU atas alasan
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau
pembentukannya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku;
6) Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di semua
lingkungan peradilan dalam menjalankan kekuasaan kehakiman;
7) Mengawasi tingkah laku dan perbuatan para hakim di semua lingkungan peradilan
dalam menjalankan tugasnya;
8) Meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan
dari semua lingkungan peradilan;
9) Memberi petunjuk, teguran mengadili antara:
a) Pengadilan di lingkungan peradilan yang satu dengan pengadilan di
lingkungan peradilan lain;
b) Dua pengadilan yang ada dalam daerah hukum Pengadilan Tingkat Banding
yang berlainan dari lingkungan peradilan yang sama;
c) Dua Pengadilan Tingkat Banding di lingkungan peradilan yang sama atau
antara lingkungan peradilan yang berlainan.
10) Memutus dalam tingkat pertama dan terakhir, semua sengketa yang timbul karena
perampasan kapal asing dan muatannya oleh Kapal Perang RI berdasarkan
peraturan yang berlaku;
11) Memberikan pertimbangan hukum kepada Presiden dalam permohonan grasi dan
rehabilitasi;
12) Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat
terakhir oleh pengadilan disemua lingkungan peradilan yang berada di bawah MA;
13) Melakukan pengawasan atau Penasehat Hukum dan Notaris;
14) Memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum, baik diminta
maupun tidak kepada lembaga negara lain;
15) Meminta keterangan dari dan memberikan petunjuk kepada pengadilan di semua
lingkungan peradilan dalam rangka pelaksanaan kekuasaan kehakiman;
16) Kewenangan lainnya yang diberikan UU.
c. Fungsi
MA mempunyai beberapa fungsi, yaitu fungsi peradilan, fungsi pengawasan, fungsi
pengaturan dan fungsi pemberian nasehat yang masing-masing disertai dengan
wewenang dan tugas tertentu.
E. Lembaga Negara Presiden
Presiden adalah jabatan seseorang sebagai kepala negara sesuai dengan UUD 1945
yang memiliki tugas dan wewenang dalam membentuk departemen-departemen yang
kemudian akan melaksanakan tugas dalam kekuasaan pemerintahan. Presiden Indonesia
sendiri memegang dua jabatan, yakni menjadi kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan yang masing-masing tugas dan wewenangnya telah diatur oleh UUD 1945.
a. Kedudukan
Presiden merupakan salah satu lembaga negara yang menjalankan fungsi eksekutif
dengan kedudukannya selaku Kepala Pemerintahan dan Kepala Negara.
b. Tugas dan Wewenang
1) Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Udara dan
Angkatan Laut (Pasal 10 UUD 1945);
2) Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain,
dengan persetujuan DPR (Pasal 11 ayat (1) UUD 1945);
3) Dalam membuat Perjanjian Internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang
luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan
negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang
harus dengan persetujuan DPR (Pasal 11 ayat (2) UUD 1945);
4) Menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya
ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 12);
5) Mengangkat duta dan konsul (Pasal 13 ayat (1)); dan dalam hal mengangkat duta,
Presiden memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 13 ayat (2) UUD 1945);
6) Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
DPR (Pasal 13 ayat (3) UUD 1945);
7) Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung (Pasal 14 ayat (1) UUD 1945);
8) Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 14
ayat (2) UUD 1945);
9) Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan
Undang-Undang (Pasal 15);
10) Meresmikan keanggotaan MPR, DPR dan DPD (Pasal 3, 17 dan 33 UU No. 22
Tahun 2003);
11) Menetapkan Hakim Konstitusi pada Mahkamah Konstitusi (Pasal 24 UU No. 24
Tahun 2003).
12) Menetapkan Hakim Agung, yang calonnya diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada
dan telah disetujui DPR (Pasal 24A ayat (3) UUD 1945);
13) Mengangkat dan memberhentikan Anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan
DPR (Pasal 24B ayat (3) UUD 1945);
14) Meresmikan Anggota BPK yang telah dipilih oleh DPR atas dasar pertimbangan
DPD (Pasal 23F ayat (1) UUD 1945).
c. Fungsi
1) Fungsi Eksekutif
a) Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD (Pasal 4 ayat (1) UUD
1945);
b) Menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU sebagaimana
mestinya (Pasal 5 ayat (2) UUD 1945).
2) Fungsi Legislatif
a) Berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR (Pasal 5 ayat
(1)) dan mengajukan Rancangan Undang-Undang APBN untuk dibahas
bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD (Pasal 23 ayat (2)
UUD 1945);
b) Setiap Rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk
mendapatkan persetujuan bersama (Pasal 20 ayat (2) UUD 1945);
c) Mengesahkan Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi Undang-Undang (Pasal 20 ayat (4) UUD 1945);
d) Dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan
Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-Undang (Pasal 22 ayat (1)
UUD 1945).

F. Studi Kasus dari Lembaga Negara BPK, MK, MA, dan Presiden
a. Studi Kasus BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)
 Selama Pandemi Covid-19, BPK Temukan Potensi Kecurangan Anggaran PC-
PEN.
Selama pandemi Covid-19, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan potensi
risiko fraud atau kecurangan yang semakin besar ketika saat pandemi Covid-19
berdasarkan hasil pemeriksaan komprehensif berbasis resiko pada kementerian/
lembaga terkait program penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional
(PC-PEN).
"Bukti-bukti empiris memperlihatkan bahwa pengelolaan keuangan pada di sektor
publik maupun di sektor swasta di masa krisis cenderung memperbesar risiko terkini
fraud atau kecurangan dalam kondisi krisis," kata Ketua BPK Agung Firman
Sampurna saat sambutan pada workshop anti korupsi secara virtual, Selasa
(14/9/2021). Besar potensi tersebut, kata Agung, disebabkan akibat tekanan untuk
melakukan kecurangan fraud karena masalah finansial atau keserakahan, lalu sikap
yang menganggap korupsi bukan merupakan kesalahan dengan berbagai alasan
pembenaran, serta adanya kesempatan yang memungkinkan atau korupsi terjadi
karena lemahnya pengendalian internal atau kurangnya pengawasan. Terlebih, pada
tahun 2020 dalam alokasi anggaran PC-PEN pemerintah pusat, daerah, Bank
Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Lembaga Penjaminan Simpanan, Badan Usaha
Milik Begara, Badan Usaha Milik Daerah, dan hibah atau sumbangan masyarakat dan
dikelola pemerintah daerah adalah sebesar Rp 933,33 triliun dan telah direalisasikan
sebesar Rp 597,06 triliun atau sebesar 64%.
"Merespons peningkatan risiko tersebut, BPK memutuskan untuk melakukan
pemeriksaan komprehensif berbasis risiko atau risk based comprehensif audit atas 241
objek pemeriksaan dengan 111 hasil pemeriksaan kinerja dan 130 hasil pemeriksaan
dengan tujuan tertentu," jelasnya.
Dari hasil pemeriksaan komprehensif berbasis risiko tersebut, terungkap sebanyak
2.170 temuan yang memuat 2.843 permasalahan senilai Rp 2,94 triliun yang meliputi
887 kelemahan sistem pengendalian intern, 715 ketidakpatuhan pada peraturan
perundang-undangan, dan 1.241 permasalahan terkait ekonomi keekonomian, efisiensi
dan ekfektivitas.
"Dalam pemeriksaan PC-PEN selama tahun 2020 tersebut, BPK mengidentifikasi
sejumlah masalah terkait identifikasi dan kodefikasi anggaran PC-PEN serta
realisasinya. Kemudian pertanggungjawaban dan pelaporan PC-PEN, manajemen
program dan kegiatan pandemi," sebut Agung.

b. Studi Kasus MK (Mahkamah Konstitusi)


 9 Putusan MK Jadi Sorotan Publik Sepanjang 2018
Mahkamah Konstitusi memiliki sebuah “mahkota” yang berupa putusan pengujian
Undang-Undang terhadap UUD 1945. Lalu, pada tahun 2018 terdapat putusan penting
yang ditangani dan diputuskan pada MK, yaitu:
1. DPR punya kewenangan angket KPK
2. MA tunda Uji Materi jika ada proses pengujian UU
3. MK hapus panggil paksa dan wewenang MKD
Melalui putusan MK No. XVI/PUU-XVI/2018, MK menghapus Pasal 73 ayat (3),
ayat (4), ayat (5) dan ayat (6), Pasal 122 huruf l UU No.  2 Tahun 2018 tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU MD3). Dalam putusan ini,
MK menghapus kewenangan DPR melakukan pemanggilan paksa terhadap warga
negara melalui bantuan kepolisian; menghapus kewenangan Majelis Kehormatan
Dewan (MKD) melakukan langkah hukum terhadap masyarakat yang merendahkan
kehormatan DPR. Hal ini dalam konteks semata-mata pemanggilan dan permintaan
keterangan anggota DPR yang diduga melakukan tindak pidana ini tidak diperlukan
persetujuan MKD, tetapi tetap dengan persetujuan Presiden.
4. Advokat boleh tangani sengketa pajak tanpa syarat
5. Perjanjian Internasional harus libatkan DPR
6. MK larang pengurus IDI jadi anggota KKI
7. MK larang pengurus Parpol jadi anggota DPD
8. Ambang batas pencalonan Presiden Konstitusional
9. Pembentuk UU diperintahkan ubah batas usia perkawinan.

G. Studi Kasus MA (Mahkamah Agung)


 5 Kasus Menarik yang Jadi Yurisprudensi MA
MA sebagai lembaga kehakiman tertinggi menggunakan yurisprudensi dari kasus
terdahulu untuk memutus 5 kasus yang terjadi, yaitu:
1. Jual Beli dengan Unsur Paksaan
2. Cerai Tidak Menghapus Utang
3. Kasus Pemilukada MK
4. Lelang atas Lelang
5. Perselisihan Organisasi Wartawan
Melalui putusan MK No. XVI/PUU-XVI/2018, MK menghapus Pasal 73 ayat (3),
ayat (4), ayat (5) dan ayat (6), Pasal 122 huruf l UU No.  2 Tahun 2018 tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU MD3). Dalam putusan ini,
MK menghapus kewenangan DPR melakukan pemanggilan paksa terhadap warga
negara melalui bantuan kepolisian; menghapus kewenangan Majelis Kehormatan
Dewan (MKD) melakukan langkah hukum terhadap masyarakat yang merendahkan
kehormatan DPR. Hal ini dalam konteks semata-mata pemanggilan dan permintaan
keterangan anggota DPR yang diduga melakukan tindak pidana ini tidak diperlukan
persetujuan MKD, tetapi tetap dengan persetujuan Presiden.

H. Studi Kasus Presiden


 Pemakzulan Presiden dalam Persepsi Konstitusi (Studi Kasus Presiden
Abdurrahman Wahid)
Indonesia sebagai negara hukum yang sudah jelas termasuk dalam Undang-Undang
Dasar 1945 Perubahan Ketiga Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi “Negara Indonesia
adalah negara hukum” sehingga dapat dikatakan bahwa adanya sikap yang dilakukan
atau diputuskan oleh alat Negara dan masyarakat haruslah berdasarkan pada hukum.
Untuk itu, masing-masing sikap, kebijakan, tindakan atau perilaku alat negara dan
warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus taat pada aturan yang
berlaku untuk semua warga negara, tidak terkecuali terhadap presiden sebagai kepala
negara dan kepala pemerintahan. Besarnya kekuasaan yang dipegang oleh Presiden
sering disalahgunakan sehingga banyak kasus penyimpangan yang terjadi dari tujuan
dibentuknya Negara Hukum dan Negara demokrasi. Sebelum berubahnya UUD 1945,
Presiden dan Wakil Presiden dapat diberhentikan dengan alasan politik.
Lalu, Presiden keempat Indonesia, yaitu Abdurrahman Wahid atau yang biasa
dipanggil “Gus Dur” dipilih oleh MPR tersebut kemudian dimakzulkan tanpa adaa
panggilan terlebih dahulu. Saat itu, Gus Dur disingkirkan begitu saja dari kursi
Kepresidenan, padahal menurut UUD 1945 untuk memakzulkan Presiden tidak mudah
dan tidak sederhana yang harus menempuh segala urusan hukum yang panjang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga Negara disebut juga sebagai badan atau organisasi kelembagaan yang
dibentuk dengan sejumlah bagian-bagian yang berdasarkan fungsi dan tanggung jawab
yang berbeda-beda selama menjalankan tugasnya. Hal itu dikarenakan karena lembaga
negara memiliki peran yang sangat penting dalam berjalannya pemerintahan di
Indonesia. Adanya lembaga negara dibentuk agar negara dapat mencapai tujuannya
dan juga melaksanakan tugas negara sehingga diselenggarakan fungsi-fungsi negara
oleh Lembaga Negara dengan amandemennya yang sesuai dengan tugas dan
wewenangnya masing-masing. Dalam kekuasaannya, lembaga negara terdiri dari
berbagai istilah, yaitu ada yang menyebut sebagai lembaga pemerintahan, lembaga
pemerintahan nondepartemen atau lembaga negara.
Pada dasarnya, dalam pembentukan lembaga negara diatur berdasarkan peraturan
yang berlaku di Indonesia. Lembaga negara di tingkat pusat dapat dibedakan dalam
empat tingkatan kelembagaan, yakni ada lembaga negara yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Dasar (UUD) disebut sebagai organ konstitusi, ada lembaga negara
yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang (UU) disebut sebagai organ UU, ada
lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah atau Peraturan
Presiden, dan yang terakhir ada lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Menteri. Dua terakhir lembaga negara yang disebutkan merupakan lembaga negara
yang hanya dibentuk karena keputusan presiden lebih rendah lagi tingkatan dan
derajat perlakuan hukum terhadap pejabat yang duduk di dalamnya

B. Saran
Dengan adanya Lembaga Negara di Indonesia sebagai suatu badan atau lembaga
yang berguna untuk menjalankan struktur pemerintahan guna mencapai tujuan negara.
Lembaga negara diadakan

DAFTAR PUSTAKA
DetikNews. 2012. 5 Kasus Menarik yang Jadi Yurisprudensi MA.
https://news.detik.com/berita/d-1950026/5-kasus-menarik-yang-jadi-yurisprudensi-
ma. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021
Liputan6.com. 2021. Selama Pandemi Covid-19, BPK Temukan Potensi Kecuranngan
Anggaran PC-PEN. https://www.liputan6.com/news/read/4657937/selama-pandemi-
covid-19-bpk-temukan-potensi-kecurangan-anggaran-pc-pen. Diakses pada tanggal
12 Oktober 2021
Lembaga Administrasi Negara. 2008. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
(SANRI). Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia
Mardatillah, Aida. 2018. 9 Putusan MK Jadi Sorotan Publik Sepanjang 2018.
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5c19f244ba858/9-putusan-mk-jadi-
sorotan-publik-sepanjang-2018/. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021
Sulistyoko, Arie. 2016. Pemakzulan Presiden dalam Persepsi Konstitusi (Studi Kasus
Presiden Abdurrahman Wahid). Jurnal Hukum dan Pemikiran. Vol. 16, No. 1

Anda mungkin juga menyukai