Si, MH
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
“ NILAI-NILAI KONSTITUSI BANGSA INDONESIA ”
OLEH :
KELOMPOK 6
1. Suci Maharani (20400121067)
2. Rika Pratiwi (20400121090)
3. Irmayanti (20400121093)
4. Nisai Mardhoti (20400121099)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul "Nilai-Nilai Konstitusi Bangsa Indonesia " dengan tepat
waktu.
Terima kasih kepada Bapak DR. H. Husen Sarujin, SH, MM, M.Si, MH
selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan
yang membimbing dan membina kami dalam penyelesaian penulisan makalah ini,
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik dan sesuai
waktu yang di berikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi ujian tengah semester mata kuliah
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan. Selain itu makalah ini bertujuan
menambah wawasan bagi pembaca dan juga penulis. Harapan kami semoga
makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca,
sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan masalah ini. Kami
menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................................ 3
C. TUJUAN ...................................................................................................................................................... 4
A. KESIMPULAN ........................................................................................................................................... 32
B. SARAN ...................................................................................................................................................... 35
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
konsisten oleh MPR. Pembongkaran konstruksi presidensialisme dalam UUD
1945 secara signifikan pada perubahan pertama (1999), kemudian penguatan
kelembagaan DPR pada perubahan kedua (2000), bukannya melahirkan
keseimbangan kekuasaan antara presiden dan DPR, tetapi justru menimbulkan
ketidakjelasan sistem presidensiil yang ingin dibangun melalui Perubahan UUD
1945. Kesan ‘parlementernya’ justru semakin menguat. Secara umum Negara
dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide demokrasi
dapat dikatakan tampa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi
merupakan hukum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar penyelenggaraaan
bernegara didasarkan pada konstitusi sebagai hukum dasar. Dalam hal yang
sama, sesungguhnya jati dari sebuah hukum adalah meindungi rakyat dari
kesewenang-wenangan Negara/pemerintah dalam menjalankan tugas dan
fungsinya dengan maksud membatasi rakyat dalam menjalankan fungsi Negara
yang berdasarkan Kedaulatan Rakyat. Perasaan tersebut merupakan hasil dari
fungsi konstitusi yaitu dalam hal membatasi kekuasaan dan menjamin hak
rakyat untuk menjalankan tugas serta fungsinya yang diikat oleh sebuah paham
yang disebut Koinstitusionalisme.
2
Konstitusi merupakan istilah yang berkaitan dengan aturan
ataupun norma yang telah berlaku dalam sebuah wilayah. Namun, apabila
diartikan secara terminologis, konstitusi merupakan keseluruhan dari
peraturan yang mencakup peraturan tertulis dan peraturan tidak tertulis.
Namun, berbagai bentuk aturan tersebut tetap memiliki tujuan utama yang
sama, yakni untuk mengatur dan mengikat secara keseluruhan dari
kepentingan di sebuah negara.
Yang mana apabila dibagi dalam tiga garis besar berisikan mengenai bentuk
negara, warga negara dan lembaga pemerintahannya. Namun, nyatanya
konstitusi bermakna lebih luas dari itu, lebih tepatnya yang mencakup aturan
tertulis dan aturan tidak tertulis.
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstitusi
5
Konstitusi adalah sekumpulan asas-asas yang mengatur kekuasaan pemerintahan,
hak-hak dari pemerintah, dan hubungan antara pemerintah dengan yang
diperintah.
d. Jimly Asshiddiqie
Pengertian konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi juga dapat berupa hukum dasar tertulis
yang biasa disebut Undang-Undang Dasar serta dapat pula tidak tertulis.
e. Bolingbroke
Pengertian konstitusi adalah sekumpulan kaidah-kaidah hukum, institusi-institusi
dan kebiasaan-kebiasaan. Yang diambil dari asas penalaran tertentu serta
berisikan sistem umum atas dasar nama masyarakat itu sepakat atau setuju untuk
diperintah.
f. Kamus Oxford Dictionary of Law
- Konstitusi bukan saja aturan tertulis
- Segala yang diatur tidak hanya berkenaan dengan organ negara dan fungsinya
baik di tingkat pusat dan daerah
- Mekanisme hubungan antara negara dan warganya.
g. I Dewa Gede Atmadja
Pengertian tentang konstitusi dibedakan menurut definisi dan konseptual.
Menurut definisi dapat dikatakan konstitusi adalah himpunan norma atau kaidah
konstitusi suatu negara yang menyiratkan bahwa konstitusi merupakan dokumen
yang berisi norma atau kaidah-kaidah hukum untuk mengoperasionalkan
penyelenggaraan kekuasaan negara.
h. Ferdinand Lassalle
Pengertian sosiologis atau politis (sociologische/ politische begriffe), konstitusi
diartikan sebagai sintesis faktor-faktor kekuatan riil yang menggambarkan
hubungan antara kekuasaan-kekuasaan yang terdapat dengan nyata dalam suatu
negara (parlemen, kabinet, pressure groups, partai politik, dsb).
6
Dalam pengertian yuridis (juridische begriff), konstitusi adalah suatu naskah yang
memuat semua bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan.
UUD 45 sebagai bentuk konstitusi tertulis di Indonesia memiliki sistematika yang
terdiri dari :
a. Pembukaan
b. Batang Tubuh
c. Penjelasan
Kedudukan dan Hub Pembukaan UUD 45 Dengan Batang Tubuh UUD 45 yaitu
Pembukaan UUD 45 mempunyai kedudukan Lebih tinggi dibanding Batang tubuh,
alasannya
Dalam Pembukaan terdapat :
a. dasar negara (Pancasila)
b. Fungsi dan tujuan bangsa Indonesia
c. Bentuk negara Indonesia (republik)
Pembukaan tidak bisa diubah, mengubah sama saja membubarkan negara,
sedangkan BT bisa diubah(diamandeman). Dalam sistem tata hukum RI,
Pembukaan UUD 45 memenuhi kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental, alasan:
a. dibuat oleh pendiri negara (PPKI)
b. pernyataan lahirnya sebagai bangsa yang mandiri
c. memuat asas rohani (Pancasila), asas politik negara (republik
berkedaulatan rakyat), dan tujuan negara (jadi negara adil makmur)
d. memuat ketentuan yang menetapkan adanya suatu UUD.
Undang-Undang Dasar ini pun telah mengalami 4 kali amandemen yaitu :
▪ Amandemen I (14-21 Okt 1999)
▪ Amandemen II ( 7-8 Agust 2000)
▪ Amandemen III (1-9 Nov 2001)
▪ Amandemen IV (1-11 Agust 2002)
7
Mirriam Budiardjo memiliki pendapat bahwa Isi Konstitusi itu sendiri memuat
tentang:
a. Organisasi Negara
b. HAM
c. Prosedur penyelesaian masalah pelanggaran hukum
d. Cara perubahan konstitusi dan larangan mengubah konstitusi
1. Nilai Normatif
Nilai ini merupakan suatu konstitusi dimana telah resmi diterima oleh suatu
bangsa dan bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum atau
legal saja. Namun juga nyata berlaku terhadap masyarakat dalam arti berlaku
efektif serta dilaksanakan secara murni dan konsekuensi yang tinggi. Suatu
konstitusi yang telah resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi
tersebut bukan hanya berlaku dalam arti hukum, akan tetapi juga merupakan
suatu kenyataan yang hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif.
Dengan kata lain, konstitusi itu dilaksanakn secara murni dan konsekuen.
Konstitusi dalam nilai normatif ini berarti bahwa sebuah konstitusi yang telah
ditetapkan tidak hanya sebatas sebuah peraturan ataupun aturan tertulis yang
telah disahkan oleh berbagai pihak. Melainkan, peraturan dan aturan tersebut
harus bisa dilakukan dan diimplementasikan adanya dalam kehidupan
masyarakat.
Secara tidak langsung bisa diartiakan bahwa segala aturan dan peraturan yang
telah ditetapkan, tidak hanya menjadi sebuah formalitas saja, tetapi semua
8
kandungan pesan dan ketentuan yang ada didalamnya harus bisa dilakukan dan
diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
2. Nilai Nominal
Nilai ini ialah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, namun tidak begitu
sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut disebabkan pasal – pasal tertentu yang
kurang atau tidak berlaku / tidak seluruh pasal-pasal yang terdapat dalam UUD itu
berlaku bagi seluruh kalangan wilayah di Negara. Konstitusi yang mempunyai nilai
nominal berarti secara hukum konstitusi itu berlaku, tetapi kenyataannya kurang
sempurna, sebab pasal-pasal tertentu dari konstitusi tersebut dalam
kenyataannya tidak berlaku.
Konstitusi merupakan kumpulan dan keseluruhan peraturan yang telah dibentuk
dan disepakati oleh berbagai pihak yang bersangkutan. Dan tentunya aturan dan
peraturan tersebut bisa diterima dengan baik oleh seluruh rakyat. Namun,
9
menurut hukum yang berlaku suatu konstitusi yang telah disepakati memiliki sifat
yang tidak sempurna.
Yang mana dalam hal ini, terdapat beberapa aturan dan ketentuan yang ada dalam
konstitusi yang tidak bisa berlaku bagi seluruh wilayah negara. Melainkan, akan
ada beberapa bagian dari konstitusi tersebut yang berlaku dan mengatur salah
satu wilayah saja.
Dan wilayah lainnya tidak wajib untuk melaksanakannya. Namun, aturan dan
ketentuan yang memiliki sifat seperti ini tentunya telah melewati serangkaian
pertimbangan yang memperhatikan kekhususan dan keistimewaan suatu wilayah.
Dalam hal ini konstitusi itu menurut hukum memang berlaku, tetapi kenyataannya
tidak sempurna. Ketidaksempurnaan berlakunya suatu konstitusi ini jangan
dikacaukan bahwa sering kali suatu konstitusi yang tertulis berbeda dari konstitusi
yang di praktekan. Sebab suatu konstitusi itu dapat berubah-ubah, baik karena
perubahan formil seperti yang di cantumkan dalam konstitusi itu sendiri maupun
karena kebiasaan ketatanegaraan umpamanya. Yang dimaksud di sini bahwa suatu
konstitusi itu secara hukum berlaku, namun berlakunya itu tidak sempurna,
karena ada pasal-pasal yang dalam kenyataannya tidak berlaku.
3. Nilai Semantik
Nilai semantik ialah suatu konstitusi yang berlaku dimana hanya untuk
kepentingan penguasa saja. Maka dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa
menggunakan konstitusi sebagai alat untuk melaksanakan kekuasaan politik
yang ingin dikuasai nya. Suatu konstitusi mempunyai nilai semantik jika
konstitusi tersebut secara hukum tetap berlaku, namun dalam kenyataannya
adalah sekedar untuk memberikan bentuk dari temapat yang telah ada, dan
dipergunakan untuk melaksanakan kekuasaan politik. Jadi, konstitusi hanyalah
10
sekedar istilah saja sedangkan pelaksanaannya hanya dimaksudkan untuk
kepentingan pihak penguasa
Dalam hal ini, konstitusi atau aturan yang ditetapkan hanya diperuntukkan
guna mengatur sekelompok orang saja. Tentunya dalam penerapannya sangat
mempertimbangkan kepentingan dari pihak yang akan diatur dan diikat.
Namun, dalam hal ini konstitusi dengan nilai semantik lebih ditekankan untuk
mengatur kepentigan dari para penguasa. Dengan tujuan untuk mengatur
kondisi politik dan pemerintahan pada wilayah yang sedang dipimpin.
Konstitusi itu secara hukum tetap berlaku, tetapi dalam kenyataan hanya
sekedar untuk memberi bentuk dari tempat yang telah ada dan untuk
melaksanakan kekuasaan politik. Mobilitas kekuasaan yang dinamis untuk
mengatur, yang menjadi maksud yang esensial dari suatu konstitusi diberikan
demi kepentingan pemegang kekuasaaan yang sebenarnya. Jadi dalam hal ini
konstitusi hanya sekedar istilah saja, sedangkan pelaksanaanya selalu dikaikan
dengan kepentingan pihak penguasa. Konstitusi yang demikian nilainya hanya
semantic saja. Pada intinya keberlakuan dan penerapan konstitusinya hanya
untuk kepentingan bagaimana mempertahankan kekuasaaan yang ada.
Mirriam Budiardjo mempunyai pendapat jika Isi Konstitusi itu sendiri memuat
mengenai tentang :
• Organisasi Negara
• HAM
11
B. Penerapan Nilai-Nilai Konstitusi Dalam Undang-Undang Dasar
1945
Menurut Karl Lowenstein setiap konstitusi selalu terdapat dua aspek penting,
yaitu sifat idealnya sebagai teori (das sollen)dan sifat nyatanya sebagai praktik (das
sein). Suatu konstitusi yang mengikat itu bila dipahami, diakui, diterima, dan
dipatuhi oleh masyarakat bukan hanya berlaku dalam arti hukum, akan tetapi juga
merupakan suatu kenyataan yang hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan
efektif, maka konstitusi tersebut dinamakan konstitusi yang mempunyai nilai
normatif. Namun bila suatu konstitusi sebagian atau seluruh materi muatannya,
dalam kenyataannya tidak dipakai atau pemakaiannya kurang sempurna dalam
kenyataan. Dan tidak dipergunakan sebagai rujukan atau pedoman dalam
pengambilan keputusan dalam penyelenggaraan kegiatan bernegara, maka dapat
dikatakan konstitusi tersebut bernilai nominal.
Salahsatu contoh penerapan nilai normatif dalam undang-undang dasar 1945
terdapat dalam pasal 7B. Pasal 7B mengatur mengenai pemberhatian presiden
dan/atau wakil presiden yang dapat diajukan oleh dewan perwakilan rakyat
kepada majelis permusyawaratan rakyat hanya dengan terlebih dahulu
mengajukan permintaan kepada mahkamah konstitusi untuk memeriksa,
mengadili dan memutus pendapat dewan perwakilan rakyat bahwa presiden
dan/atau wakil presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa presiden dan/atau wakil
presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden.
12
tetapi dalam praktiknya keberlakuan itu semata-mata hanya untuk kepentingan
penguasa saja dengan dalih untuk melaksanakan Undang-Undang dasar 1945.
Kenyataan itu dapat kita lihat dalam masa Orde Lama ikut campur penguasa dalam
hal ini esekutif (Presiden) dalam bidang peradilan, yang sebenarnya dalam pasal
24 dan 25 Undang-Undang dasar 1945 harus bebas dan tidak memihak, hal
tersebut dapat terlihat dengan adanya Undang-undang No. 19 tahun 1965.
Pada masa Orde Baru konstitusi pun menjadi arena pelanggengan kekuasaan hal
tersebut terlihat dengan rigidnya sifat konstitusi yang “sengaja” dibuat dengan
membuat peraturan atau prosedur perubahan demikian sulit, padahal Undang-
Undang Dasar pada saat itu dibentuk dengan tujuan sebagai Undang-Undang
Dasar sementara, mengingat kondisi negara yang pada waktu itu telah
memproklamirkan kemerdekaan maka diperlukanlah suatu Undang-Undang dasar
sebagai dasar hukum tertinggi. Namun dikarenakan konstitusi tersebut masih
dimungkinkan untuk melanggengakan kekuasaan, maka konstitusi tersebut
dipertahankan. Maka timbulah adigium negatif “Konstitusi akan dipertahankan
sepanjang dapat melanggengkan kekuasaan”.
13
berbunyi “ Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”. Perkataan Negara menjamin kemerdekaan menjadi
sia-sia kalau agama yang diakui di Indonesia hanya 5 dan 1 kepercayaan. Hal
tersebut menjadi delematis dan tidak konsekuen, bila memang kenyataan
demikian, mengapa tidak dituliskan secara eksplisit dalam ayat tersebut. Hal lain
adalah dalam pasal 31 ayat (2), yang berbunyi “ Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya” . Kata-
kata wajib membiayainya seharusnya pemerintah membiayai seluruh pendidikan
dasar tanpa terdikotomi dengan apakah sekolah tersebut swasta atau negeri,
karena kata wajib disana tidak merujuk pada sekolah dasar negeri saja, seperti
yang dilaksanakan pemerintah tahun ini, tetapi seluruh sekolah dasar. Pasal
selanjutnya adalah pasal 33 ayat (3), yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Kata dipergunakan dalam ayat tersebut tampaknya masih jauh dari kenyataan,
betapa tidak banyak eskploitasi sumber daya alam bangsa ini yang dikuras habis
oleh perusahaan asing yang sebagian besar keuntungannya di bawa pulang ke
negara asal mereka. Kondisi demikian masih jauh dari tujuan pasal tersebut yakni
kemakmuran rakyat bukan kemakmuran investor. Selanjutnya pasal 34 ayat (1),
yang berbunyi “ fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”.
Kata dipelihara disini bukan berarti fakir miskin dan anak-anak terlantar dibiarkan
“berpesta ngemis” atau bergelandang tanpa dicari solusi dan menjamin jaminan
sosial dimana sesuai dengan tujuan awal, yakni kesemakmuran seluruh rakyat
Indonesia.
Kesimpulan dari pemaparan diatas tampaknya UUD kita mempunyai nilai nominal.
Sebab walaupun secara hukum konstitusi ini berlaku dan mengikat peraturan
dibawahnya, akan tetapi dalam kenyataan tidak semua pasal dalam konstitusi
14
berlaku secara menyeluruh, yang hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan
efektif dan dijalankan secara murni dan konsekuen.
Nilai moral dalam konstitusi yang bersumber dari Pancasila ialah sebagai berikut :
D. Sifat Konstitusi
Secara umum, suatu konstitusi memiliki sifat-sifat antara lain, formal dan
materiil, tertulis dan tidak tertulis serta flexibel (luwes) dan rigid (kaku) sebagai
berikut :
15
dimuat dalam konstitusi, melainkan hal-hal yang bersifat pokok,
dasar, atau asas-asasnya saja.
16
konstitusi , karena untuk perubahannya tidak memerlukan cara yang istimewa,
cukup dilakukan oleh badan pembuat Undang-Undang biasa. Misal negara yang
mempunyai konstitusi bersifat luwes adalah New Zealand dan Inggris. Sementara
yang bersifat rigid atau kaku seperti Amerika, Kanada, Australia.
Karena tingkatannya yang lebih tinggi, konstitusi yang juga menjadi dasar
bagi peraturan-peraturan hukum lainnya yang lebih rendah, para penyusun atau
perumus undang-undang dasar selalu menganggap perlu menentukan tata cara
perubahan yang tidak mudah. Dengan prosedur yang tidak mudah pula orang
untuk mengubah hukum dasar negaranya. Kecuali apabila hal itu memang
sungguh-sungguh dibutuhkan karena pertimbangan objektif dan untuk
kepentingan seluruh rakyat, serta bukan untuk sekedar memenuhi keinginan
atau kepentingan segolongan orang yang berkuasa saja. Oleh karena itu biasanya
prosedur perubahan undang-undang dasar diatur sedemikian berat dan rumit
syarat-syaratnya sehingga undang-undang dasar yang bersangkutan menjadi
sangat rigid dan kaku. Konstitusi yang bersifat rigid menetapkan syarat
perubahan dengan cara yang istimewa, misalnya dalam sistem parlemen
bikameral, harus disetujui lebih dahulu oleh kedua kamar parlemennya. Misal
negara yang mempunyai konstitusi bersifat rigid adalah amerika serikat,
australia, kanada dan swiss.
17
Sementara itu menurut C.F strong untuk undang-undang dasar yang dikenal kaku
atau rigid, prosedur perubahannya dapat dilakukan :
6. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan warga negara.
8. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli
(rakyat) kepada organ negara.
18
12. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat baik dalam arti sempit hanya
di bidang politik maupun dalam arti luas mencakup bidang sosial dan ekonomi.
Fungsi konstitusi adalah sebagai sumber dasar hukum tertinggi negara. Secara
umum, terbentuknya konstitusi berhubungan dengan teori terbentuknya negara.
Berbagai teori terbentuknya negara seperti teori teokrasi, teori kekuasaan, teori
perjanjian masyarakat, atau teori lain pada dasarnya berpengaruh terhadap
bagaimana konstitusi disusun.
Ada dua bagian pokok yang terkandung dalam konstitusi, yakni bagian formil dan
bagian materiil.
Sedangkan bagian materiil meletakkan nilai-nilai, maksud dan tujuan yang hendak
dicapai negara, demokrasi, keadilan sosial, tata pemerintahan yang baik,
perlindungan lingkungan dan hak-hak dasar manusia/warga negara.
19
1. Tujuan konstitusi memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap
kekuasaan politik. Tujuan ini berfungsi untuk membatasi kekuasaan penguasa
sehingga tidak melakukan tindakan yang merugikan masyarakat banyak.
Adapun yang menjadi Tujuan dibuat atau dibentukya suatu konstitusi yaitu :
▪ Untuk mengatur organisasi negara dan lembaga-lembaga
pemerintahan
▪ Untuk membatasi dan mengontrol tindakan pemerintahan agar tidak
berlaku
sewenang-wenang, atau dengan kata lain konstitusi itu dibuat untuk
membatasi perilaku pemerintahan secara efektif
▪ Membagi kekuasaan dalam berbagai lembaga Negara
▪ Menentukan lembaga Negara yang satu bekerjasama dengan lembaga
lainnya
▪ Menentukan hubungan diantara lembaga Negara
Menentukan pembagian hukum dalam Negara
20
F. Tujuan Konstitusi Tertulis
Negara satu dan lainnya memiliki maksud dan tujuan konstitusi yang berbeda-
beda.
Namun secara garis besar, konstitusi dibuat untuk pembatasan wewenang dan
kekuasaan politik yang dapat merugikan rakyat dan negara serta menjadi jaminan
terhadap hak dan kewajiban warga negara.
6. Melindungi hak asasi manusia, baik dalam hal agama, akses terhadap
pendidikan, kebebasan berpendapat, dan mendapat penghidupan yang
layak.
21
macam Undang-Undang yang pernah berlaku selama Indonesia merdeka, sebagai
berikut:
Isi dari UUD 1945 ini mengandung nilai luhur bangsa. Pokok pikiran dalam
pembukaan UUD 1945 berisi tujuan pembangunan nasional, hubungan Indonesia
dengan luar negeri, pernyataan kemerdekaan, dan ideologi Pancasila.
Kemudian isi atau batang tubuhnya berisi bentuk negara, lembaga negara, hingga
jaminan hak dan kewajiban warga negara dalam UUD 1945.
2. UUD RIS / Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)
Perjalanan Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak Belanda
yang menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia.
Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah agresi Belanda 1 pada
tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948.
Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya
berlaku untuk negara Republik Indonesia Serikat saja. Namun konstitusi ini tak
berlangsung lama. Pada tanggal 17 Agustus 1950, Indonesia kembali menjadi
negara kesatuan.
22
3. UUD Sementara / UUDS (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
Oleh karena itu, Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena terjadi
penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa dari
pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang.
Bagi negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu ada undang-undang dasar
baru.
Berlakulah undang-undang dasar baru itu pada 17 Agustus 1950. Namun karena
kondisi semakin tidak menentu, UUDS hanya berlaku sampai 5 Juli 1959.
Undang-Undang Dasar 1945 kembali berlaku sesuai dengan Dekrit Presiden 5 Juli
1959, yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno.
23
Konstitusi tertulis dan berlaku di Indonesia hasil amandemen ini pula dibuat
dengan lebih terperinci.
H. Perubahan Konstitusi
Paradigma ini mencakup nilai-nilai dan prinsip-prinsip penting dan mendasar atau
jiwa (gheist) perubahan konstitusi. Nilai dan prinsip itu dapat digunakan untuk
menyusun telaah kritis terhadap konstitusi lama dan sekaligus menjadi dasar bagi
perubahan konstitusi atau penyusunan konstitusi baru. Di samping persoalan
paradigma dalam perubahan konstitusi, juga perlu diperhatikan aspek teoritik
dalam perubahan konstitusi yang akan mencakup masalah prosedur perubahan,
mekanisme yang dilakukan, sistem perubahan yang dianut, dan substansi yang
akan diubah.
24
acuan utama dalam pengaturan kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan
suatu kontrak sosial yang merefleksikan hubungan-hubunganan kepentingan dari
seluruh komponen bangsa dan sifatnya sangat dinamis. Dengan demikian,
konstitusi memerlukan peremajaan secara periodik karena dinamika lingkungan
global akan secara langsung atau tidak langsung menimbulkan pergeseran aspirasi
masyarakat. Pada awal era reformasi, muncul berbagai tuntutan reformasi yang
didesakkan oleh berbagai komponen bangsa, termasuk mahasiswa dan pemuda.
Tuntutan itu antara lain sebagai berikut:
1. amandemen UUD 1945
2. penghapusan doktrin dwifungsi ABRI
3. penegakan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia, serta
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
4. desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah (otonomi
daerah);
5. mewujudkan kebebasan pers
6. mewujudkan kehidupan demokrasi.
Tuntutan perubahan UUD 1945 yang digulirkan oleh berbagai kalangan
masyarakat dan kekuasaan sosial politik didasarkan pada pandangan bahwa UUD
1945 belum cukup memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis,
pemberdayaan rakyat, dan penghormatan HAM. selain itu, didalamnya terdapat
pasal-pasal yang menimbulkan multitafsir dan membuka peluang bagi
penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, dan KKN yang
menimbulkan kemerosotan kehidupan nasional di berbagai bidang kehidupan.
25
Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedudukan
rakyat serta memperluas partisispasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan
paham demokrasi
melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan negara bagi
eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi, seperti
pengaturan wilayah negara dan pemilihan umum
secara konseptual dan strategis, ada empat pilar reformasi yang semestinya
menjadi acuan dalam pembaharuan politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain,
termasuk pembaharuan di bidang hukum. Pertama, mewujudkan kembali
26
pelaksanaan demokrasi dalam segala peri kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Dalam demokrasi, rakyat adalah sumber dan sekaligus yang
bertanggung jawab mengatur dan mengurus diri mereka sendiri. setiap kekuasaan
harus selalu bersumber dan tunduk pada kehendak dan kemauan rakyat. Kedua,
mewujudkan kembali pelaksanaan prinsip negara yang berdasarkan atas hukum.
Hukum adalah penentu awal dan akhir segala kegiatan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara untuk mewujudkan kebenaran dan keadilan bagi setiap orang.
Ketiga, pemberdayaan rakyat dibidang politik, ekonomi, sosial dan lain-lain
sehingga terwujud kehidupan masyarakat yang mampu menjalankan tanggung
jawab dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keempat, meweujudkan
kesejahteraan umum dan sebesar-besarnya kemakmuran atas dasar keadilan
sosial bagi seluruh rakyat.
27
diperhatikan dan ditaati dan menjamin agar konstitusi tidak akan dirusak dan
diubah begitu saja secara sembarangan. Perubahannya haruis dilakukan secara
hikmat, penuh sungguhan, dan pertimbangan yang mendalam. Sasaran yang ingin
diraih dengan jalan mempersulit perubahan konstitusi antara lain:
28
Menurut Wheare, perubahan UUD akibat dorongan kekuatan (forces) yang terjadi
dapat berbentuk; pertama, kekuatan-kekuatan yang kemudian melahirkan
perubahan keadaan (circumstances) tanpa mengakibatkan perubahan bunyi yang
tertulis dalam UUD, melainkan terjadi perubahan makna. Suatu ketentuan UUD
diberi makna baru tanpa mengubah bunyinya. Kedua, kekuatan-kekuatan yang
melahirkan keadaan baru itu mendorong perubahan atas ketentuan UUD, baik
melalui perubahan formal, putusan hakim, hukum adat, maupun konvensi.
Juga berhati-hati dengan cara-cara merumuskan kaidah UUD. Selain harus mudah
dipahami (zakelijk), juga menghindari kompromi bahasa yang dapat menimbulkan
multitafsir yang dapat disalahgunakan dikemudian hari.
Sri Soemantri menegaskan, dalam mengubah UUD harus ditetapkan dulu alasan
dan tujuannya. Jika hal itu sudah disepakati, baru dapat dipikirkan langkah
selanjutnya berdasarkan alasan dan tujuan perubahan itu. Misalnya, Selam ini
UUD terkesan terlalu beriorentasi pada eksekutif. Oleh karena itu, ditentukanlah
bahwa tujuan dari perubahan UUD adalah untuk membatasi eksekutif. Kemudian
apa yang dilakukan untuk membatasi kekuasaan eksekutif? itu harus dipikirkan
masak-masak. Misalnya, kontrol terhadap eksekutif hanya diperkuat. Itu berarti
kedudukan legislatif mesti diperkuat. Jadi, kita harus kembali pada alasan dan
29
tujuan dari perubahan itu. Misalnya, tujuannya adalah mewujudkan negara
demokrasi, maka kita harus berbicara dengan mengenai sistem pemerintahan.
30
31
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN
32
Nilai Normatif Nilai ini merupakan suatu konstitusi dimana telah resmi
diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi itu tidak hanya
berlaku dalam arti hukum atau legal saja.
Suatu konstitusi yang telah resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi
mereka konstitusi tersebut bukan hanya berlaku dalam arti hukum,
akan tetapi juga merupakan suatu kenyataan yang hidup dalam arti
sepenuhnya diperlukan dan efektif. Konstitusi dalam nilai normatif ini
berarti bahwa sebuah konstitusi yang telah ditetapkan tidak hanya
sebatas sebuah peraturan ataupun aturan tertulis yang telah disahkan
oleh berbagai pihak.
Secara tidak langsung bisa diartiakan bahwa segala aturan dan
peraturan yang telah ditetapkan, tidak hanya menjadi sebuah
formalitas saja, tetapi semua kandungan pesan dan ketentuan yang
ada didalamnya harus bisa dilakukan dan diterapkan dalam kehidupan
sehari hari. Apabila suatu konstitusi telah resmi diterima oleh suatu
bangsa dan bagi mereka konstitusi itu bukan hanya berlaku dalam arti
hukum (legal), tetapi merupakan suatu kenyataan (reality) dalam arti
sepenuhnya diperlukan dan efektif. Ketidaksempurnaan tersebut
disebabkan pasal – pasal tertentu yang kurang atau tidak berlaku /
tidak seluruh pasal-pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi
seluruh kalangan wilayah di Negara.
Konstitusi yang mempunyai nilai nominal berarti secara hukum
konstitusi itu berlaku, tetapi kenyataannya kurang sempurna, sebab
pasal-pasal tertentu dari konstitusi tersebut dalam kenyataannya tidak
berlaku. Namun, menurut hukum yang berlaku suatu konstitusi yang
telah disepakati memiliki sifat yang tidak sempurna. Yang mana dalam
hal ini, terdapat beberapa aturan dan ketentuan yang ada dalam
konstitusi yang tidak bisa berlaku bagi seluruh wilayah negara.
33
Ketidaksempurnaan berlakunya suatu konstitusi ini jangan dikacaukan
bahwa sering kali suatu konstitusi yang tertulis berbeda dari konstitusi
yang di praktekan. Yang dimaksud di sini bahwa suatu konstitusi itu
secara hukum berlaku, namun berlakunya itu tidak sempurna, karena
ada pasal-pasal yang dalam kenyataannya tidak berlaku. Suatu
konstitusi mempunyai nilai semantik jika konstitusi tersebut secara
hukum tetap berlaku, namun dalam kenyataannya adalah sekedar
untuk memberikan bentuk dari temapat yang telah ada, dan
dipergunakan untuk melaksanakan kekuasaan politik.
Konstitusi itu secara hukum tetap berlaku, tetapi dalam kenyataan
hanya sekedar untuk memberi bentuk dari tempat yang telah ada dan
untuk melaksanakan kekuasaan politik. Mobilitas kekuasaan yang
dinamis untuk mengatur, yang menjadi maksud yang esensial dari
suatu konstitusi diberikan demi kepentingan pemegang kekuasaaan
yang sebenarnya. Suatu konstitusi yang mengikat itu bila dipahami,
diakui, diterima, dan dipatuhi oleh masyarakat bukan hanya berlaku
dalam arti hukum, akan tetapi juga merupakan suatu kenyataan yang
hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif, maka konstitusi
tersebut dinamakan konstitusi yang mempunyai nilai normatif.
Pada masa Orde Baru konstitusi pun menjadi arena pelanggengan
kekuasaan hal tersebut terlihat dengan rigidnya sifat konstitusi yang
“sengaja” dibuat dengan membuat peraturan atau prosedur
perubahan demikian sulit, padahal Undang-Undang Dasar pada saat itu
dibentuk dengan tujuan sebagai Undang-Undang Dasar sementara,
mengingat kondisi negara yang pada waktu itu telah memproklamirkan
kemerdekaan maka diperlukanlah suatu Undang-Undang dasar sebagai
dasar hukum tertinggi.
Konstitusi materiil adalah konstitusi yang jika dilihat dari segi isinya
yang merupakan peraturan bersifat mendasar dan fundamenta.
34
Timbulnya konstitusi tertulis disebabkan karena pengaruh aliran
kodifikasi .Salah satu negara di dunia yang mempunyai konstitusi tidak
tertulis adalah inggris namun prinsip-prinsip yang ada dikonstitusikan
dan dicantumkan dalam undamg-undang biasa seperti bill of rights .
Dengan demikian, suatu konstitusi tertulis apabila dicantumkan dalam
suatu naskah atau beberapa naskah , sedangkan yang tidak tertulis
dalam suatu naskah tertentu melainkan dalam banyak hal yang diatur
dalam konvensi-konvensi atau undang-undang biasa .
Tujuan Konstitusi dalam Negara Fungsi konstitusi adalah sebagai
sumber dasar hukum tertinggi negara.
Dalam konteks Indonesia, konstitusi yang membentuk negara kesatuan
yang berbentuk republik sebagaimana kita saksikan hari ini merupakan
karya dari para pendiri negara.
Bagian formil mengandung aturan-aturan yang berhubungan dengan
badan-badan tertinggi dalam negara, prosedur dan penetapan badan-
badan tersebut, dan prinsip-prinsip struktural pokok dari negara.
Sedangkan bagian materiil meletakkan nilai-nilai, maksud dan tujuan
yang hendak dicapai negara, demokrasi, keadilan sosial, tata
pemerintahan yang baik, perlindungan lingkungan dan hak-hak dasar
manusia/warga negara.
Tujuan Konstitusi Tertulis Negara satu dan lainnya memiliki maksud
dan tujuan konstitusi yang berbeda-beda.
B. SARAN
35
miliki . oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya.
Sebagai mahasiswa dan juga seorang warga negara yang berintegritas
diharapkan bisa menjelaskan nilai-nilai konstitusi bangsa Indonesia. Dan
semoga pemerintah bisa menjaga dan melaksanakan peraturan-peraturan
yang berlaku di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Dasar, serta adanya
penegakkan keadilan sesuai hukum yang berlaku.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
Simatupang FP Estomihi. 2020. “Nilai dan Sifat Konstitusi”
https://berandahukum.com/a/nilai-dan-sifat-konstitusi
38