Disusun Oleh:
XI MIPA 2
SMAN 4 CIBINONG
Jl. Raya Bojong Koneng, RT.01/RW.01
Cibinong, Kec. Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16911
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini berhasil diselesaikan. Makalah ini
sudah kami buat semaksimal mungkin, selanjutnya diharapkan tulisan ini bisa menambah
informasi mengenai sistem peradilan. Kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan semoga
makalah ini dapat bermanfaat.
Cibinong, 28 Oktober 2022
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................................4
D. Manfaat...........................................................................................................................................5
BAB II..............................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................................................6
1. Pengertian Sistem Peradilan Nasional............................................................................................6
2. Lembaga-Lembaga Peradilan di Indonesia.....................................................................................6
3. Lingkungan Peradilan di Indonesia.................................................................................................8
4. Penyimpangan Peradilan yang Terjadi di Indonesia.....................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................................13
PENUTUP.................................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN.................................................................................................................................13
B. SARAN.............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara sistem peradilan berarti berbicara tentang kekuasaan yudikatif.
Lembaga yudikatif adalah lembaga yang bertugas mengadili pelanggaran terhadap
undang-undang. Berkenaan dengan keberadaannya sebagai lembaga yang
bertugas mengadili pelanggaran terhadap undang- undang, umumnya sepakat
bahwa lembaga peradilan harus menjadi lembaga yang independen atau merdeka,
terbatas dari pengaruh atau tekanan dari lembaga yang lain. Sebab apabila
lembaga peradilan sudah berada dibawah pengaruh atau tekanan dari lembaga
yang lain, niscaya tidak akan dapat memutuskan perkara seadil-adilnya. Prinsip
independensi lembaga peradilan ini semestinya benar-benar dijunjung tinggi oleh
semua pihak.
Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, sesuai ketentuan Undang-
Undang Dasar 1945 yang telah diamandemen, bahwa “kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi”. (Pasal 24 ayat 2)
Di samping mahkamah agung konstitusi, kekuasaan kehakiman di
Indonesia juga dijalankan oleh 4 (empat) lingkungan peradilan di bawah
Mahkamah Agung, yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan
Militer,dan Peradilan Tata Usaha Negara. Maka dari itu dalam makalah ini akan
dibahas mengenai peran lembaga-lembaga peradilan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam makalah ini penulis akan
mengidentifikasikan rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah pengertian sistem peradilan nasional?
Apa peran lembaga peradilan di Indonesia?
Bagaimanakah peran lingkungan peradilan yang ada di Indonesia?
4
Bagaimanakah penyimpangan peradilan yang terjadi di Indonesia?
C. Tujuan
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui dan
memahami hal-hal di bawah ini:
Mengetahui dan memahami sistem peradilan nasional
Mengetahui dan memahami macam-macam lembaga-lembaga peradilan di
Indonesia?
Mengetahui dan memahami peran lingkungan peradilan yang ada di
Indonesia
Mengetahui dan memahami apa saja penyimpanan peradilan yang pernah
terjadi di Indonesia
D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini pembaca mendapat pengetahuan mengenai
sistem peradilan di Indonesia, lembaga-lembaga peradilan di Indonesia,
lingkungan peradilan di Indonesia, penyimpangan peradilan yang pernah terjadi di
Indonesia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Susunan lembaga peradilan yang secara hierarki memiliki fungsi dan
kewenangan peradilan masing-masing.
7
Mahkamah Agung juga berwenang memberi pertimbangan kepada
presiden dalam hal pemberian grasi dan rehabilitasi. (Pasal 14 ayat 1 UUD
1945).
Mengajukan 3 orang hakim Mahkamah Konstitusi. (Pasal 24 C ayat 3).
2. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara pelaku
kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah Konstitusi berwenang
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk:
a. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar
b. Memutus sengketa kewewenangan lembaga negara yang
kewewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar
c. Memutus pembubaran partai politik, dan
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum
8
Pengadilan Negeri, sebagai pengadilan tingkat pertama.
Pengadilan Tinggi, sebagai pengadilan tingkat banding.
Mahkamah Agung, sebagai pengadilan tingkat kasasi.
Peradilan Umum ini diatur dalam UU No. 49/2009 jo. UU.No. 8/2004 jo
UU. No. 2/1986 tentang Peradilan Umum. Di lingkungan Peradilan Umum
dapat dibentuk peradilan khusus dengan hakim ad hoc untuk mengadili
perkara tertentu. Peradilan khusus dimaksud seperti Peradilan Tindak Pidana
Korupsi (Tipikor), Peradilan HAM, Peradilan Anak, Peradilan Hubungan
Industrial, Peradilan Pajak, dan sebagainya.
2. Peradilan Agama
Peradilan Agama adalah peradilan yang berwenang memeriksa, memutus,
dan menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam di
bidang perkawinan, kewarisan,wasiat, hibah menurut hukum islam, waqaf,
dan shadaqah. Peradilan Agama di laksanakan oleh:
a. Pengadilan Agama Islam, sebagai pengadilan tingkat pertama.
b. Pengadilan Tinggi Agama Islam, sebagai pengadilan tingkat banding.
c. Mahkamah Agung, sebagai pengadilan tingkat kasasi
Peradilan Agama ini diatur dengan UU No. 50/2009 jo UU No. 3/2006 jo
UU No. 7/1989 tentang Peradilan Agama.
3. Peradilan Militer
Peradilan Militer adalah peradilan yang berwenang mengadili tindak
pidana yang dilakukan oleh anggota TNI. Peradilan ini diatur dengan UU No.
31/2007 tentang Peradilan Militer. Peradilan Militer dilaksanakan oleh:
a. Pengadilan Militer
b. Pengadilan Militer Tinggi
c. Pengadilan Militer Utama
d. Pengadilan Militer Pertempuran
e. Peradilan berpuncak di Mahkamah Agung
4. Peradilan Tata Negara Usaha Negara
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) adalah peradilan yang berwenang
memeriksa, menyelesaikan, dan memutus sengketa Tata Usaha Negara. Sengketa
tata usaha negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara
9
antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha
negara, baik dipusat maupun di daerah sebagai akibat di keluarkannya keputusan
tata usaha negara termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan
perundnag-undangan yang berlaku.
Subyek hukum yang berperkara dalam Peradilan Tata Usaha Negara adalah
pejabat tata usaha negara atau pejabat pemerintah yang harus berhadapan dengan
orang atau badan hukum perdata yang mengajukan gugatan oleh karena
dirugikan dengan adanya keputusan (beschikking) dari pejabat tata usaha negara.
Sedangkan yang menjadi obyek gugatan adalah keputusan (beschikking) dari
pejabat tata usaha negara.
Peradilan Tata Usaha Negara dilaksanakan oleh:
1. Pengadilan Tata Usaha Negara, sebagai pegadilan tingkat pertama
2. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, senbagai pengadilan tingkat banding
3. Mahkamah Agung sebagai pengadilan tingkat kasasi.
Peradilan Tata Usaha Negara diatur dalam UU. No. 51/2009 jo. UU
No.9/2004 jo. UU No.5/1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Dari apa yang disajikan diatas, Mahkamah Agung sebagai lembaga pemegang
kekuasaan kehakiman merupakan puncak dari empat lingkungan peradilan yang
ada di Indonesia. Putusan Mahkamah Agung bersifat final dan mengikat, dalam
arti tidak ada putusan pengadilan lagi yang dapat mengoreksi atau membatalkan
putusan Mahkamah Agung, kecuali ada upaya hukum istimewa yang disebut
Penijauan Kembali (PK) (Soenarto, 2017:83-85).
Perilaku aparat penegak hukum, mulai dari polisi, panitera, jaksa hingga
hakim yang sangat mengecewakan atau sering disebut dengan mafia
peradilan. Seperti adanya berbagai komisi yang diantaranya memiliki fungsi
melakukan pengawasan terhadap aparat penegak hukum memang merupakan
11
sebuah terobosan yang memiliki ’niat baik’, akan tetapi ’niat baik’ saja
nampaknya tidak cukup. Sebagai contoh, belum lagi Komisi Yudisial berjalan
efektif, sudah muncul masalah baru, yakni perseteruan Komisi Yudisial
dengan Mahkamah Agung (MA).
Untuk mencapai peradilan yang bebas dan tidak memihak maka perlu
dilakukan perbaikan dari seluruh aspek peradilan yang ada. Terutama
perbaikan dari aparat penegak hukum. Mereka harus benar- benar memiliki
moral yang baik karena di tangan merekalah masa depan peradilan Indonesia
ini berada.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, pada bab ini penulis menarik kesimpulan sehubungan dengan
permasalahan yang penulis tulis pada bab pertama. Adapun kesimpulan yang
penulis maksud adalah sebagai berikut :
Indonesia sebagai negara hukum memiliki pembagian kekuasaan
didalamnya, yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Yudikatif atau kekuasaan
kehakiman sendiri adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis memberika saran yaitu
Untuk mencapai peradilan yang bebas dan tidak memihak maka perlu dilakukan
perbaikan dari seluruh aspek peradilan yang ada. Terutama perbaikan dari aparat
penegak hukum. Mereka harus benar-benar memiliki moral yang baik karena di
tangan merekalah masa depan peradilan Indonesia ini berada. Penulis berharap
makalah ini dapat menjadi salah satu bahan untuk mendapatkan pengetahuan
mengenai sistem peradilan di Indonesia. Saran dan kritik yang membangun
diperlukan untuk pembuatan makalah yang lebih baik lagi.
13
DAFTAR PUSTAKA
15
16
17