Anda di halaman 1dari 15

SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

DI
S

U
S
U
N

OLEH:
KELOMPOK 2

NAMA : CUT NASYWA RAINA


: DEDEK UMMIRA
: KHAIRUNNISA
: HENI TAMARA
UNIT :2
SEM :2

PRODI : PGMI
DOSEN : SAFRIADI, S.Ag., MH

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


AL HILAL SIGLI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul: “SISTEM KETATANEGARAAN
INDONESIAN”. Shalawat dan salam kita panjatkan kehadirpat Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh ilmu
pengetahuan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada Dosen Pembimbing, atas bimbingan kepada penulis sehingga
tersusunnya makalah ini semoga makalah ini dapat bermanfaat bagai semua pihak.
Penulis menyadari, dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritikan dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan di masa akan datang.

Sigli, Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .............................................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................1
BAB III ..............................................................................................................................2
PEMBAHASAN ................................................................................................................2
A. Pengertian Sistem Ketatanegaraan ......................................................................2
B. Sistem Ketatanegaraan di Republik Indonesia ....................................................2
C. Kondisi Republik Indonesia dalam Menjalankan Sistem Ketatanegaraannya
pada Saat ini .................................................................................................................9
BAB III ............................................................................................................................ 10
PENUTUP ....................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan
diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya memiliki kedaulatan.
Sebuah negara tentunya harus mempunyai berbagai unsur yang membentuknya
menjadi sebuah kesatuan. Menurut Oppenheimer dan Lauterpacht unsur-unsur
tersebut antara lain adalah rakyat yang bersatu, daerah atau wilayah, pemerintahan
yang berdaulat, dan pengakuan dari negara lain.
Indonesia dibentuk sebagai negara kesatuan dengan sistem pemerintahan
presidensial yang didalamnya terdapat lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Selain itu, sistem ketatanegaraan indonesia juga dibangun dari berbagai lembaga
lain yang masuk kedalam tiga lembaga besar tersebut. Pada saat ini banyak
masyarakat bahkan pelajar yang kurang memahami tentang Sistem Ketatanegaraan
Republik Indonesia, padahal suatu bangsa akan menjadi baik jika seluruh warga
negaranya memahami, mengerti, dan dapat menjalankan dengan penuh tanggung
jawab sebagaimana peraturan dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia.
Maka dalam makalah ini, penyusun akan menguraikan hal-hal yang berkaitan
dengan sistem ketatanegaraan yang dijalankan oleh Negara Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari sistem ketatanegaraan?
2. Bagaimanakah sistem ketatanegaraan di Republik Indonesia?
3. Bagaimanakah Republik Indonesia menjalankan sistem ketatanegaraannya pada
saat ini?

1
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Ketatanegaraan


Istilah Sistem Ketatanegaraan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu:
“Sistem” dan “Ketatanegaraan”. Sistem berarti keseluruhan yang terdiri dari
beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian
maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan tersebut
menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah
satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi keseluruhnya itu. 1
Dan Ketatanegaraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata tata negara yang artinya seperangkat prinsip dasar yang mencakup peraturan
susunan pemerintah , bentuk negara, dan sebagainya yang menjadi dasar peraturan
suatu negara. Sedangkan menurut hukumnya, tata negara adalah suatu kekuasaan
sentral yang mengatur kehidupan bernegara yang menyangkut sifat, bentuk , tugas
negara dan pemerintahannya serta hak dan kewajiban para warga terhadap
pemerintah atau sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan Ketatanegaran adalah segala
sesuatu mengenai tata negara.
Dari pengertian itu, maka secara harfiah Sistem Ketatanegaraan dapat
diartikan sebagai suatu bentuk hubungan antar lembaga negara dalam mengatur
kehidupan bernegara.

B. Sistem Ketatanegaraan di Republik Indonesia


1. Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Sebelum Amandemen UUD
1945
Sistem Ketatanegaran sebelum Amandemen UUD 1945 Pelaksanaan
kekuasaan Negaranya dilakukan dengan pembagian (bukan pemisahan) tugas atau
fungsi dari masing-masing penyelenggara Negara.

1
Mariam Budiarjo, dkk, “Dasar-dasar ilmu Politik”, Gramedia, 2003), Hal. 133

2
Secara konstitusional sistem ketatanegaraan Indonesia pada masa
pemerintahan orde baru menggunakan UUD 1945. Secara prinsip terdapat lima
kekuasaan pemerintah Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945, yaitu:
1) Kekuasaan menjalankan perundang-undangan Negara , disebut juga
kekuasaan eksekutif dilakukan oleh pemerintah ( dalam hal ini adalah
Presiden)
2) Kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah ,
disebut juga kekuasaan konsultatif dilakukan oleh Dewan Pertimbangan
Agung
3) Kekuasaan membentuk Perundang-undangan Negara atau kekuasaan
legislative dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama dengan
Presiden
4) Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan Negara , disebut
kekuasaan eksaminatif atau kekuasaan inspektif, dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan
5) Kekuasaan mempertahankan perudang-undangan Negara atau kekuasaan
Yudikatif, dilakukan oleh Mahkamah Agung.2
Pada masa ini lembaga tertingginya adalah MPR (Majelis Permusyawaratan
Rakyat), kemudian Presiden, DPA (Dewan Pertimbangan Agung), DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat), BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), dan MA (Mahkamah
Agung).
a. MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) sebagai penjelmaan seluruh
rakyat Indonesia yang dimana MPR-lah pemegang kekuasaan tertinggi
Negara dan pelaksana kedaulatan rakyat sedangkan keanggotaan MPR
diisi oleh fraksi-fraksi seperti Fraksi ABRI, Fraksi Karya Pembangunan
dan lain-lain. MPR memiliki kewenangan untuk :
1). Memilih dan mengangkat
presiden/mandatris dan wakil presiden untuk
membantu presiden.

2
Nazaruddin Sjamsuddin, “Dinamika Politik Indonesia”, (Gramedia Pustaka Utama,
1993), hal. 211

3
2). Memberikan mandate kepada presiden untuk
melaksanakan Garis-Garis Besar Halauan
Negara (GBHN) dan putusan-putusan MPR
lainnya.
3). Memberhentikan presiden sebelum habis
masa jabatannya.
4). Menetapkan Undang-Undang Dasar dan Mengubah Undang-
Undang Dasar,
5). Meminta dan menilai pertanggung jawaban Presiden.
b. Presiden ialah penyelenggara kekuasaan pemerintahan negara tertinggi di
bawah MPR, yang dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh satu orang
wakil presiden ( pasal 4 UUD 1945). Presiden tunduk dan bertanggung jawab
kepada MPR dan pada akhir masa jabatannya (5 tahun) memberikan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan GBHN yang ditetapkan UUD 1945 dan
MPR di hadapan sidang MPR.
c. DPA (Dewan Pertimbangan Agung) adalah badan penasehat pemerintah yang
berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan presiden. Disamping itu DPA
berhak mengajukan usul dan wajib mengajukan pertimbangan kepada
presiden.
d. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) yang seluruh anggotanya adalah anggota
MPR berkewajiban senantiasa mengawasi tindakan-tindakan Presiden dalam
rangka pelaksanaan halauan Negara. Apabila DPR menganggap Presiden
sungguh melanggar halauan Negara, maka DPR menyampaikan memorandum
untuk mengingatkan Presiden. Selain itu DPR memiliki kewenangan
membentuk Undang-Undang termasuk menetapkan Undang-Undang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bersama-sama dengan
Presiden.
e. BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) adalah badan yang memeriksa tanggung
jawab tentang keuangan negara yang dalam pelaksanaan tugasnya terlepas
dari pengaruh kekuasaan pemerintah, namun tidak berdiri di atas pemerintah.

4
BPK memeriksa semua pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara
dan hasil pemeriksaannya diberitahukan kepada DPR.
f. MA (Mahkamah Agung) ialah badan yang melaksanakan kekuasaan
kehakiman yang dalam pelaksanaan tugasnya, terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan pengaruh-pengaruh lainnya. Tugas Mahkamah
Agung adalah memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum
baik diminta maupun tidak kepada lembaga-lembaga tinggi negara, juga
memberikan nasehat hukum kepada presiden/kepala negara untuk
pemberian/penolakan grasi. Disamping itu Mahkamah Agung mempunyai
wewenang menguji seorang menteri hanya terhadap peraturan-peraturan
perundangan di bawah.
2. Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Amandemen UUD 1945
Salah satu agenda penting dari gerakan reformasi adalah amandemen
terhadap UUD 1945 yang kemudian berhasil dilaksanakan selama 4 tahun berturut-
turut melalui Sidang Tahunan MPR yaitu tahun 1999, 2000, 2001, dan tahun 2002.
Adapun Latar Belakang pelaksanaan Amandemen UUD 1945 :
1. Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang
bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya
melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada tidak
terjadinya checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.
2. Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar
kepada pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut
UUD 1945 adalah executive heavy yakni kekuasaan dominan berada di
tangan Presiden dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang
lazim disebut hak prerogatif (antara lain: memberi grasi, amnesti, abolisi
dan rehabilitasi) dan kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan
membentuk Undang-undang.
3. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” dan “fleksibel”
sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir),
misalnya Pasal 7 UUD 1945 (sebelum di amandemen).

5
4. UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan
Presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang.
Presiden juga memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat
merumuskan hal-hal penting sesuai kehendaknya dalam Undang-
undang.
5. Perubahan pada UUD 1945 setelah amandemen membawa perubahan
pula pada Sistem Ketatanegaraan yang dimana sebelumnya MPR
memiliki kekuasaan yang tidak terbatas dirubah menjadi kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang
Dasar.
a. Kewenangan MPR setelah Amandemen UUD 1945 :
1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan Undang-undang Dasar.
2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
3) Majelis permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatanya menurut
Undang-Undang Dasar.3
Amandemen juga mencabut kekuasaan untuk membuat Undang - Undang dari
tangan Presiden dan memberikan kekuasaan untuk membuat Undang - Undang
tersebut kepada DPR. Sehingga jelas bahwa amandemen ingin mempertegas posisi
check and balances antara presiden sebagai lembaga eksekutif dan DPR sebagai
lembaga legislatif.
b. Kewenangan DPR setelah Amandemen UUD 1945 :
1) Membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk
mendapatkan persetujuan bersama.
2) Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintahan
pengganti undang-undang.

3
Sukarna, “Sistem Politik Indonesia, Jilid 4”, (Mandar Maju, 1993), hal. 155

6
3) Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang
berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam
pembahasan.
4) Menetapkan APBN bersama presiden dengan memperhatikan DPD.
5) Melaksanakan pengawasan terhadap UU, APBN, serta kebijakan
pemerintah, dan sebagainya.
Pergeseran lain adalah terbentuknya lembaga perwakilan Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia sebagai utusan daerah yang dipilih secara langsung
melalui pemilihan umum.

c. Kewenangan DPD :
a. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dapat mengajukan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Rancangan undang-undang
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
b. Memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia atas Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan
belanja negara dan Rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan, dan agama.
d. Kewenangan MA setelah Amandemen UUD 1945 :
1) Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang,
dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
2) Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
3) Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan
rehabilitasi.
e. Kewenangan MK setelah Amandemen UUD 1945 :
1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final.

7
2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR
bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
Dalam masa pasca amandemen terdapat lembaga baru yakni KY
(Komisi Yudisial).
f. Kewenangan KY :
1) Melakukan pengawasan terhadap Hakim agung di Mahkamah Agung.
2) Melakukan pengawasan terhadap Hakim pada badan peradilan di semua
lingkungan peradilan yang berada di bawah MA.

Dan Pasca Amandemen Anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dipilih


DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
g. Kewenangan BPK setelah Amandemen UUD 1945 :
1) Mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan
daerah (APBD)
2) Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum. Berkedudukan di ibukota
negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
Setelah amandemen kewenangan dan tugas Presiden lebih dipertegas lagi tidak
sama halnya pada masa sebelum amandemen.

h. Kewenangan Presiden setelah Amandemen UUD 1945 :


1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.
2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan
undang-undang sebagaimana mestinya.
3) Dalam hal ihwal kegentingan yang memmaksa, Presiden berhak
menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-
undang.
4) Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat dalam persidangan berikut.

8
5) Jika tidak mendapat persetujuan maka Peraturan Pemerintah itu
harus dicabut.

C. Kondisi Republik Indonesia dalam Menjalankan Sistem Ketatanegaraannya


pada Saat ini
Menurut Bapak Sulardi (Dosen Hukum Tata Negara Universitas
Muhammadiyah Malang) arah pembangunan ini mulai tak terarah sejak GBHN
hilang dari peredarannya meskipun sudah terdapat Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN). Visi pembanguan nasional 2005-2025 adalah Indonesia
yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Visi itulah yang hingga saat ini belum
ditemukan wujudnya. Alih-alih terwujud, keresahan dan ketidakpastian masa depan
bangsa justru ada di depan mata dan bahkan menjauh dari nilai-nilai Pancasila.
Sistem presidensial, yang berlaku sekarang, membawa konsekuansi bahwa
presiden dipilih oleh rakyat. Karena presiden dipilih oleh rakyat, dia bertanggung
jawab kepada rakyat dan konstitusi. Dengan demikian, konsekuensi ketatanegaraan
berkaitan dengan arah pembanguan nasional ditentukan oleh presiden dengan
mewujudkan janji-janji yang dia kampanyekan menjelang pemilihan presiden.
Janji-janji itulah yang semestinya diwujudkan dalam visi dan misi RPJPN, yang
dapat diurai menjadi pembangunan jangka pendek dan jangka panjang.
Hasrat untuk kembali menghadirkan GBHN yang disusun oleh MPR
sebagai pedoman pembangun nasional secara konstitusional telah tertutup. Bangsa
ini sebaiknya menghormati dan melaksanakan kesepakatan yang diwujudkan dari
hasil perubahan UUD 1945. Kini presiden bukan lagi bawahan MPR dan MPR
bukan lagi pemegang dan pelaksana kedaulatan rakyat, sehingga tidak mungkinlah
memaksa MPR menyusun GBHN dan menyodorkan kepada presiden untuk
melaksanakan. Inilah konsekuensi dari perubahan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem Ketatanegaraan dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan antar
lembaga negara dalam mengatur kehidupan bernegara. Sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia pada masa sebelum Amandemen UUD 1945 memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari system ketatanegaraan sebelum
Amandemen ialah sistem ketatanegaraannya lebih terarah dan pemerintah hanya
fokus pada target yang telah ditentukan sebelumnya serta Kekurangannya ialah
tidak ada campur tangan rakyat dalam menentukan kebijakan sehingga dalam
pembuatan system ketatanegaraan hanya menguntungkan pihak-pihak yang
berkuasa.
Sedangkan sesudah Amandemen UUD 1945 sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia lebih mengutamakan aspirasi rakyat daripada pihak-pihak yang
berkuasa. Namun di balik itu, tidak terarahnya system ketatanegaraan tersebut
karena terlalu banyak yang ditargetkan.
Pada intinya, sistem ketatanegaraan Republik Indonesia telah melalui alur
waktu yang panjang. Alur waktu yang lambat laun menyeret Republik Indonesia
untuk melakukan penyesuaian dan perubahan-perubahan baru dalam sistem
ketatanegaraannya. Perubahan-perubahan ini mempunyai landasan hukum yang
jelas yang tertuang dalam Amandemen-amandemen UUD 1945. Dalam setiap
perubahan-perubahan, Negara Republik Indonesia selalu berusaha menjadi lebih
baik yang meskipun pada kenyataannya masih saja terdapat kekurangan-kekurangan
pada setiap perubahan tersebut.

B. Saran
Ketika pemerintah dihadapkan pada suatu pilihan dalam menentukan
kebijakan yang begitu besar pengaruhnya pada negara ini diharapkan lebih fokus
pada suatu target sehingga pemerintah lebih mudah dalam implementasinya. Dan
juga ketika pemerintah memiliki ambisi yang begitu besar pada negara ini, hal itu

10
sebenarnya wajar dan baik. Akan tetapi jika semua itu tidak didukung oleh
penerapan sistem ketatanegaraan yang adil dan bijaksana, maka ambisi-ambisi itu
hanyalah sekedar mimpi. Oleh karena itu, kelompok kami begitu berharap kepada
seluruh jajaran Pemerintah Negara Republik Indonesia untuk menerapkan sistem
ketatanegaraan yang berlaku dengan adil dan bijaksana serta memusatkan tujuan
pada suatu target yaitu Negara Republik Indonesia menjadi lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA
Mariam Budiarjo, dkk, “Dasar-dasar ilmu Politik”, Gramedia, 2003

Murshadi “Ilmu Tata Negara; untuk SLTA kelas III”, Rhineka Putra, bandung, 1999

Nugroho Notosusanto, “Sejarah Nasional Indonesia”, Balai Pustaka, 2008

Nazaruddin, “Profil Budaya Politik Indonesia”, Pustaka Utama, 1991

Nazaruddin Sjamsuddin, “Dinamika Politik Indonesia”, Gramedia Pustaka Utama,


1993

Sukarna, “Sistem Politik Indonesia, Jilid 4”, Mandar Maju, 1993

12

Anda mungkin juga menyukai