Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERKEMBANGAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

Dosen Pengampu :

Very Wahyudi, MA

Disusun Oleh :

Nama : Muh. Syamsul Hadi Hifzi


NIM : (220603002)

PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah Ilmu
Pemerintahan yang berjudul “PERKEMBANGAN SISTEM PEMERINTAHAN DI
INDONESIA” ini bisa selesai dengan baik tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun demi memenuhi tugas yang diberikan Dosen serta demi
mampu memahai secara mendalam mengenai PERKEMBANGAN SISTEM
PEMERINTAHAN DI INDONESIA melalui pembahasan yang dikutip dari beberapa
sumber yang diringkas dalam makalah ini.

Terima kasih juga untuk teman-teman yang telah berkontribusi dengan


memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik. Semoga dengan
keseriusan, niat-niat baik, serta ide-idenya makalah ini bisa diterima dengan baik oleh
Bapak Dosen.

Penyusun berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Dengan mengetahui Pengertian hingga sejarah perkembangannya, bisa
membuat pembaca semakin tertarik serta semangat untuk selalu belajar.

Namun terlepas dari itu, Saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga Saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Mataram, 04 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem .................................................................................................5


B. Pengertian Pemerintahan ......................................................................................5
C. Penrkembangan Sistem Pemerintahan di Indonesia .............................................5
BAB III PENUTUP.........................................................................................................11

KESIMPULAN...............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang makalah mengenai Perkembangan Sistem Pemerintahan di
Indonesia mencakup konteks Pengertian dan Perekembangan sistem pemerintahan
di Indonesia. Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga
suatu kestabilan negara itu. Pada beberapa negara sering terjadi tindakan
separatisme karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat
ataupun merugikan rakyat.
Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah
dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan mempunyai sistem pemerintahan yang
statis, absolut maka hal itu akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya
desakan kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut. Sistem pemerintahan
merupakan gabungan dari dua istilah yaitu ‘sistem’ dan ‘pemerintahan’. Adapun
pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara
dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara sendiri,
jadi tidak diartikan sebagai pemerintah yang hanya menjalankan tugas eksekutif
saja, melainkan juga meliputi tugas-tugas lainnya termasuk legisatif dan yudikatif.
Karena itu apabila berbicara tentang sistem pemerintahan pada dasarnya adalah
membicarakan bagaimana pembagian kekuasaan serta hubungan antara lembaga-
lembaga negara menjalankan kekuasaankekuasaan negara itu, dalam rangka
menyelenggarakan kepentingan rakyat.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Sistem dan Pemerintahan
2. Perkembangan Sistem Pemerintahan di Indonesia
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Sistem dan Pemerintahan
2. Mengetahui Perkembangan Sistem Pemerintahan di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem
Sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata sistem dan pemerintahan.
Kata sistem merupakan terjemahan dari kata Sistem (bahasa Inggris) yang berarti
susunan, tatanan, jaringan, atau cara.
B. Pengertian Pemerintahan
Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah.
Dan dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata-kata itu berarti :
 Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatu.
 Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau,
Negara.
 Pemerintahan adalah perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah.

Arti yang luasnya dari pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang


dilakukan didalam oleh badan-badan yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif di
suatu Negara untuk mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Sedangkankan dalam
arti yang sempit, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh
badan eksekutif beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan
negara.

Jadi, Sistem pemerintahan diartikan sebagai bagian bagian yang terdiri atas
berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan
mempengaruhi dalam mencapai tujuan dan fungsi pemerintahan dan kesejahteraan
rakyatnya

C. Perkembangan sistem Pemerintahan Indonesia


Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945
tertuang dalam penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem
pemerintahan negara sebagai berikut :
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum bukan berdasarkan atas kekuasaan
belaka. Ini berarti bahwa antara pengertian hukum (rechtsstaat) dan pengertian
kekuasaan (machsstaat) dipertentangkan, karena melihat negara yang semata-mata
mengandalkan kekuasaan belaka, sudah barangtentu tidak memperhatikan hukum.
Kata-kata penguasa adalah peraturan perundang-undangan, oleh karena itu perlu
dibatasi dengan hukum. Tetapi karena hukum mutlak yang sifatnya trasendental itu
adalah syariah agama, lalu negara Indonesia me- nempatkan Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum, di mana agama merupakan sila pertama.
Perlu diperhatikan bahwa sebenarnya hukum bertolak. belakang dengan
kemusiaan, karena hukum yang terlalu kaku karena kesederhanaannya (zekelijk)
cenderung tidak memperhatikan kemanusiaan. Sebaliknya kemanusiaan yang
terlalu berlebihan pada gilirannya tidak memperdulikan hukum.
Negara-negara yang menjalankan kekuasan mutlak, bagai- manapun tetap
memberlakukan hukum sebagai peraturan yang harus diikuti, hanya saja hukum
yang dijalankan tersebut absolut (kekua saan tidak terbatas pada diri eksekutif),
karena itu diperlukan perimbangan kekuasaan dalam konstitusi.
Atas pemikiran tersebut di atas, maka kunci pokok berikutnya adalah tentang
sistem konstitusi itu sendiri.
2. Sistem Konstitusional
Pemerintahan Indonesia berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Di Indonesia lembaga pemegang kekuasaan dibagi dalam beberapa lembaga
tinggi negara yaitu lembaga eksekutif (Presiden), lembaga legislatif (DPR RI),
lembaga yudikatif (MA), lembaga inspektif (BPK), lembaga konsultatif (DPA) dan
lembaga konstitutif (MPR). tetapi karena lembaga konstitutif (MPR) separuh
anggo- tanya berasal dari lembaga legislatif (DPR RI) bahkan memiliki ketua yang
sama (Ketua MPR/DPR RI), maka selanjutnya hanya disebut lima lembaga
kekuasaan saja (Panca Praja) yang dikenal dengan lembaga-lembaga tinggi negara,
sedang MPR dikenal sebagai lembaga tertinggi negara.
Masing-masing lembaga tersebut di atas tidak dipisahkan secara tegas
(separation of power) kekuasaannya yang menimbulkan checking power with
power sebagaimana di negara- negara liberal yang menganut demokrasi bebas,
tetapi hanya dengan melaksanakan pembagian kekuasan (distribution of power),
hal mana masing-masing pemegang kekuasaan tetap ada keterkaitan dan akan
koordinasi, seperti kewenangan Presiden di bidang legislatif (pembuatan peraturan
pemerintah) dan bidang yudikatif (pemberian grasi, amnesti dan abolisi).
3. Kekuasaan Negara yang tertinggi di tangan MPR
Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan, bernama Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia
(Vertretungsorgan des Willens des Staatsvolkes). Majelis ini menetapkan Undang-
Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Majelis ini mengangkat
Kepala Negara (Presiden) dan Wakil Kepala Negara (Wakil Presiden). Majelis ini
yang memegang kekuasaan negara yang tertinggi, sedang Presiden harus
menjalankan haluan negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan
Majelis. Presiden yang telah diangkat oleh Majelis, tunduk dan bertanggung jawab
kepada Majelis, dalam arti wajib menjalankan putusan-putusan Majelis.
Oleh karena itu sistem pengisian formasi keanggotaan Majelis ini, harus benar-
benar dibuat sedemikian rupa demokratis, sehingga pada akhimya jangan terbentuk
formasi keanggotaan yang mele- mahkan, pertanggungjawaban tersebut harus
merupakan penilaian untuk masa pemerintahan era berikutnya.
Dikatakan demikian oleh sebab dalam keanggotaan Majelis tersebut separuhnya
terdapat utusan Daerah yang tidak melalui pemilihan. Jadi suatu ketika nanti ada
kecenderungan diisi oleh individu yang sedemikian dekatnya dengan pihak
eksekutif, lalu serta merta menerima begitu saja pertangungjawaban Presiden.
Jadi dengan begitu selain anggota-anggota DPR RI yang dipilih secara
demokratis dalam setiap pemilihan umum dan selunjutnya ex officio menjadi
anggota MPR, maka angota MPR utusan Daerah harus benar-benar para pakar,
tokoh masyarakat, sesepuh, dari berbagai kesukuan dan agama di Indonesia.
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara tertinggi di bawah Majelis
Penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa di bawah MPR RI Presiden adalah
penyelenggara pemerintah negara tertinggi sehingga kekuasaan dan tanggung
jawab sebagian besar berada di tangan Presiden (concentration of power and
responsibility upon the president).
Presiden dipilih, diangkat dan diberhentikan oleh MPR, ia dipercaya dan diberi
tugas untuk melaksanakan kebijaksanaan rakyat yang berupa GBHN dan TAP
lainnya, oleh karena itu ia disebut sebagai Mandataris MPR. Jadi Presidenlah yang
memegang tanggung jawab atas jalannya pemerintahan yang dipercayakan
kepadanya.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Presiden harus mendapat persetujuan DPR RI untuk membentuk undang-undang
(Gesetzgebung) dan untuk menetapkan APBN (Staatsbegrooting). Oleh karena itu
Presiden harus bekerja sama dengan DPR, akan tetapi Presiden tidak
bertanggungjawab kepada DPR.
Ini yang menunjukkan bahwa sistem pemerintahan Indonesia tidak parlementer,
tetapi juga tidak bisa sepenuhnya dianggap prsidensil, karena DPR RI itu sendiri
bila ditambahkan dengan anggota utusan Daerah, menjadi MPR lembaga di mana
Presiden menyampaikan pertanggungjawaban. Jadi sistem ini lebih tepat disebut
sebagai sistem campuran.
Presiden tidak dapat membubarkan DPR, dan sebaliknya DPR juga tidak dapat
memberikan mosi tidak percaya untuk menjatuhkan Presiden.
Presiden merupakan pertanggungjawaban terakhir peristiwa-peristiwa dan
gejala-gejala pemerintahan, sehingga para menteri tidak dapat bertanggung jawab
sendiri-sendiri tanpa sepengetahuan Presiden. Dengan demikian dalam hal ini tidak
ada pemisahan antara Presiden dengan kabinetnya karena Presiden sendiri adalah
pimpinan eksekutif (there is no mutual responsibility between the president and his
cabinet, the latter is wholly responsible to the chief executive).
6. Menteri Negara adalah pembantu Presiden, Menteri Negara tidak bertanggung
jawab kepada DPR
Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri adalah sepenuhnya
wewenang Presiden, para menteri tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi
bertanggung jawab kepada Presiden, oleh karena status mereka yang merupakan
pembantu Presiden, namun demikian tidak diharapkan para menteri ini berlindung
di belakang sayap Presiden.
Presiden dan para dewan menterinya tidak mempunyai kekuasaan untuk
membubarkan DPR, begitu pula mereka juga tidak mesti bubar karena kehilangan
dukungan suara dari sebagian besar anggota DPR (the executive has no power to
dissolve the legislature nor must he resign when he loses the support of the
majority of its member- ship).
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak terbatas
Absolutisme kita kenal dengan istilah kekuasaan "Tak Terbatas". Oleh karena itu
untuk menciptakan demokrasi sebagai balance istilah tersebut, dikenal dengan
istilah "Tidak Tak Terbatas".
Dengan begitu Presiden harus menyatakan kesediaannya untuk memperhatikan
sungguh-sungguh suara DPR, dan DPR harus mempergunakan seluruh haknya
sebagai parlemen legislatif tanpa khawatir recall dari yang mengutusnya. Ini akan
menghilangkan isu yang sementara ini beredar, bahwa anggota DPR bersikap 4D
(datang, diam, duduk dan duit).
Sesuai dengan sistem ini, maka kedudukan dan peranan Dewan Perwakilan
Rakyat sebenarnya adalah kuat, bukan saja karena DPR tidak dapat dibubarkan
oleh Presiden, dan juga bukan saja karena DPR memegang wewenang
memberikan persetujuan kepada Presiden dalam membentuk undang-undang dan
menetapkan anggaran pendapatan dan belanja lembaga, tetapi di samping DPR
juga merupakan sebuah lembaga yang mengawasi pemerintah, dalam hal ini
Presiden dan menteri-menterinya (dewan kabinet) agar berjalan secara
berdayaguna dan berhasil guna.
DPR yang seluruh anggota-anggotanya adalah juga anggota MPR, mempunyai
wewenang mengumpulkan rekan-rekan utusan daerah lainnya agar MPR
mengadakan sidang istimewa untuk meminta pertanggungjawaban Presiden,
apabila DPR selama ini menganggap Presiden sungguh-sungguh telah melanggar
Haluan negara, baik sebagaimana telah ditetapkan Pancasila dan Undang- Undang
Dasar 1945 maupun yang telah ditetapkan oleh Majelis Per- musyawaratan Rakyat.
Jadi sesuai dengan sistem ini maka kebijaksanaan ataupun tindakan Presiden
dibatasi pula oleh adanya pengawasan yang efektif dari DPR. Sistem atau
mekanisme ini merupakan secara preventif untuk mencegah pemerosotan sistem
konstitusional menjadi absolutisme.
Hanya saja kemudian sebagai lembaga legislatif yang berganti setiap lima tahun
sekali, kecuali yang terpilih berkali-kali, tidak mempunyai cukup data untuk
membuat undang-undang. Sebaliknya para menteri di bidangnya masing-masing
dianggap mengetahui seluk beluk masalah (walaupun para menteri adalah jabatan
politis tetapi para direktur jenderal mereka adalah struktural dan karier) dan
menguasai politik pemerintahan penyelenggaraan administrasi negara khususnya
di bidang departemennya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pemerintahan diartikan sebagai bagian bagian yang terdiri atas
berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan
mempengaruhi dalam mencapai tujuan dan fungsi pemerintahan dan
kesejahteraan rakyatnya.
sesuai dengan sistem ini maka kebijaksanaan ataupun tindakan Presiden
dibatasi pula oleh adanya pengawasan yang efektif dari DPR. Sistem atau
mekanisme ini merupakan secara preventif untuk mencegah pemerosotan sistem
konstitusional menjadi absolutisme.
Hanya saja kemudian sebagai lembaga legislatif yang berganti setiap lima
tahun sekali, kecuali yang terpilih berkali-kali, tidak mempunyai cukup data
untuk membuat undang-undang. Sebaliknya para menteri di bidangnya masing-
masing dianggap mengetahui seluk beluk masalah (walaupun para menteri
adalah jabatan politis tetapi para direktur jenderal mereka adalah struktural dan
karier) dan menguasai politik pemerintahan penyelenggaraan administrasi
negara khususnya di bidang departemennya.
DAFTAR PUSTAKA

Kencana, Inu. 1994. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyawan, Rahman. 2015. Sistem Pemerintahan Indonesia. Bandung: Unpad Press

Nisfu Sya’ban, (2020), Sistem Pemerintahan Indonesia Sebelum dan Sesudah


Amandemen Undang-Undang dasar (UUD) 1945, Universita Muhammadiyah Mataram

Anda mungkin juga menyukai