TENTANG
BADAN LEGISLASI
2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim….
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada suri tauladan umat Rasulullah
Muhammad SAW, kepada para keluarganya, para sahabatnya, tabi’it
tabi’in, dan semoga sampailah kepada kita semua syafaatul uzmannya di
dunia hingga di akhirat kelak nanti.
Hidup Mahasiswa!
Viva Legislativa!
Badan Legislasi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan yang menuju
pemerintahan yang baik (good governance), maka diperlukan rule of law
sebagai salah satu karakteristik good governance lebih mengarah pada
keseimbangan kewenangan sesungguhnya juga merupakan ciri dari
demokrasi (Makhfudz, tanpa tahun). Menurut Irwan (2008) pelaksanaan
pemerintah daerah yang melibatkan masyarakat luas memungkinkan
terciptanya pemerintah daerah yang demokratis dalam rangka menuju
pada pemerintah yang baik (good governance). Moh. Hatta (Irwan, 2008)
menyatakan bahwa otonomisasi tidak hanya melaksanakan demokrasi,
tetapi mendorong berkembangnya prakarsa sendiri, yang berarti
pengambilan keputusan sendiri dan melaksanakan sendiri kepentingan
masyarakat setempat. Dalam pelaksanaan pemerintahan mahasiswa
yang baik maka hal ini juga berlaku, tidak terkecuali Rema UPI yang
mewadahi seluruh organisasi kemahasiswaan di Universitas Pendidikan
Indonesia, sebagai wujud demokrasi berorganisasi.
B. Identifikasi M asalah
1. Bagaimana penyelenggaraan Organisasi Kemahasiswaan di Rema
UPI?
D. M etode
Metode pendekatan dalam Naskah Akademik Rancangan Undang-
Undang tentang Otonomi Organisasi Kemahasiswaan menggunakan
A. Kajian Teoretis
1. Asas Penyelenggaran Pemerintahan
Bila dilihat dari sisi kepentingan pemerintah pusat, tulis Smith (1985),
sedikitnya ada tiga tujuan utama desentralisasi. Pertama, political
education (pendidikan politik), maksudnya adalah, melalui praktik
desentralisasi diharapkan masyarakat belajar mengenali dan
memahami berbagai persoalan sosial, ekonomi, dan politik yang
mereka hadapi; menghindari atau bahkan menolak untuk memilih
calon anggota legislatif yang tidak memiliki kualifikasi kemampuan
politik; dan belajar mengkritisi berbagai kebijakan peme rintah,
termasuk masalah penerimaan dan belanja daerah (Maddick, 1963).
Tujuan kedua desentralisasi dari sisi kepentingan pemerintah pusat
adalah to provide training in political leadership (untuk latihan
kepemimpinan). Tujuan desentralisasi yang kedua ini berangkat dari
asumsi dasar bahwa pemerintah daerah merupakan wadah yang
paling tepat untuk training bagi para politisi dan birokrat sebelum
mereka menduduki berbagai posisi penting di tingkat nasional.
Kebijakan desentralisasi diharapkan akan memotivasi dan
melahirkan calon-calon pimpinan pada level nasional. Tujuan ketiga
desentralisasi dari sisi kepentingan pemerintah pusat adalah to create
political stability (untuk menciptakan stabilitas politik).
b. Dekonsentrasi
c. Tugas pembantuan
2. Otonomi
a. Pengertian otonomi organisasi kemahasiswaan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), otonomi
adalah pola pemerintahan sendiri. Secara etimologi berasal dari kata
Yunani, auto yang artinya sendiri dan nomos yang berarti peraturan
atau undang undang, dapat juga dikatakan "berdiri sendiri" atau
B. Praktik Empiris
Praktik empiris disusun berdasarkan pengumpulan data dalam
rangka penyusunan naskah akademik dan draf RUU tentang pengaturan
otonomi organisasi kemahasiswaan yang dilakukan di Rema UPI.
Dilakukan beberapa pertemuan dengan Ormawa di Rema UPI.
2) Lembaga Legislatif
Pelaksanaan fungsi legislatif yaitu fungsi legislasi,
penganggaran, dan pengawasan dilaksanakan oleh lembaga
legislatif. Dalam penyelenggaraannya di tingkat universitas,
kampus daerah dan departemen/program studi terdapat lembaga
legislatif sebagai check and balance lembaga eksekutif pada
tingkat tersebut. Sehingga masing-masing lembaga, baik
eksekutif dan legislatif tidak dapat membubarkan dan
mendoktrinasi kekuasaan lembaga lain dikarenakan adanya
check and balance yang saling mengawasi dan menyeimbangkan
antar sesamanya.
3) Lembaga Eksekutif
Lembaga eksekutif merupakan lembaga yang berfungsi
sebagai lembaga pelaksana keorganisasian (kegiatan
kemahasiswaan). Sebagai lembaga pelaksana, eksekutif
menyelenggarakan program kerja, menetapkan kebijakan, dan
melaksanakan aturan-aturan yang berlaku. Lembaga eksekutif di
Rema UPI terdiri dari lembaga eksekutif tingkat universitas,
departemen/program studi, dan kampus daerah.
c. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Perundang-undangan digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan penyelenggaraan organisasi. Peraturan dasar di Rema
UPI adalah UUD Rema UPI. Sebagaimana dimaksud pada UUD Rema
UPI hierarki peraturan perundang-undangan adalah sebagai
berikut:
UU Rema UPI
Peraturan Presiden
2) Mekanisme Hubungan
Mengkutip pernyataan dari HIMAGRIN yang menyatakan
bahwa: “Proses pengambilan keputusan atau kebijakan BEM Rema
3) Penyerlenggaraan Organisasi
Harus dijabarkan kembali tentang penamaan lembaga
eksekutif atau legislatif yang tidak bertentangan dengan UUD Rema
UPI. Ormawa di tingkat Departemen/Program Studi mendapatkan
advokasi dari BEM Rema UPI, hal ini dirasa perlu oleh semua
ormawa yang hadir dalam penyerapan aspirasi untuk mendukung
kebutuhan Ormawa. Lembaga eksekutif setiap Ormawa harus
berkewajiban untuk memberikan salinan laporan
pertanggungjawaban mengenai keorganisasian selama satu periode
kepengurusan kepada BEM Rema UPI. HME memberikan penjelasan
hal tersebut sudah sewajarnya dilakukan karena jalur komunikasi
BEM Rema UPI dengan lembaga eksekutif tingkat departemen atau
4) Produk Hukum
Perlu adanya perincian Peraturan organisasi untuk
departemen atau prodi, begitu pun dengan Kampus Daerah. Selain
5) Sanksi
Lembaga yang berhak mengeluarkan sanksi sesuai UUD Rema
UPI adalah MPM Rema UPI. Namun, praktiknya sampai saat ini MPM
Rema UPI sebagai lembaga yang berwenang belum mempunyai
ketentuan mengenai sanksi dan mekanisme pemberian sanksi.
Sehingga, dalam pembentukan peraturan di Rema UPI ini mengalami
kesulitan dalam menentukan materi muatan sanksi yang sesuai
dengan ranahnya. Dalam hal ini, ketika sudah terdapat ketentuan
tersebut akan ada ketentuan sanksi dan mekanisme pemberian
sanksi yang diatur sesuai dengan peraturan organisasi tingkat
Departemen atau program studi maupun Kampus daerah karena ini
termasuk ke dalam otonomi dari ormawa tersebut.
A. Landasan Filosofis
Dalam UUD Rema UPI pada Bab I Bentuk dan Kedaulatan Pasal 1 ayat
(1), organisasi ini bernama Republik Mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia atau disingkat Rema UPI yang berbentuk Kesatuan. Salah satu
ciri negara kesatuan adalah adanya otonomi yang terlahir dari asas
penyelenggaraan pemerintahan yaitu desentralisasi. Bentuk negara
(organisasi) kesatuan tidak menghalalkan adanya pembagian kedaulatan,
artinya di negara tersebut hanya ada satu kedaulatan, adapun untuk
menunjang semua urusan organisasi untuk lebih efektif dan efisien dalam
pelaksanaannya maka dimandatkanlah wewenang oleh pemerintah pusat
ke pemerintah di bawahnya untuk mengatur urusan rumah tangganya
yang sering disebut dengan otonomi.
Pertama, terkait kelengkapan Rema UPI, dimana pada saat ini telah
muncul beberapa organisasi tingkat fakultas. Hal ini sudah cukup lama
menjadi polemik dalam organisasi kampus, sehingga pada 17 September
2016 diselenggarakan Lokakarya Rema UPI untuk memperjelas bentuk
Rema UPI dan eksistensi ormawa tingkat fakultas. Berdasarkan kajian
pansus Lokakarya dapat disimpulkan bahwa organisasi tingkat fakultas
diperlukan karena dibutuhkan oleh beberapa elemen, seperti dekan yang
merasa terbantu dengan adanya organisasi tingkat fakultas.
C. Landasan Yuridis
Berdasarkan evaluasi dan analisis peraturan perundangan undangan
pada Bab III, terdapat beberapa peraturan perundang undangan yang
mengatur dan relevan untuk menerapkan otonomi organisasi mahasiswa.
Berdasarkan UUD Rema UPI Bab XI tentang otonomi organisasi
kemahasiswaan di Rema UPI ayat (1) dan (2) yang menyebutkan
keotonoman masing-masing ormawa Rema UPI. Namun, dalam
perundangan tersebut belum secara rinci memuat hak-hak otonom
organisasi mahasiswa di Rema UPI. Maka dari itu diperlukan suatu UU
yang mengatur keberlangsungan otonomi organisasi mahasiswa untuk
mewujudkan Rema UPI yang berbentuk kesatuan.
Hal ini belum diatur dalam UUD Rema UPI, adapun ayat yang
menyebutkan bahwa pembentukan organisasi adalah di bawah
koordinasi BEM Rema UPI. Isi dalam ayat ini bisa saja diterima
apabila yang didirikan adalah badan eksekutifnya saja, lalu
bagaimana dengan badan legislatifnya? Hal ini menjadi
pertimbangan mengapa yang berhak untuk melegalkan organisasi di
Rema UPI adalah MPM Rema UPI. Sehingga hal ini perlu pengkajian
lebih lanjut karena berkaitan dengan muatan UUD Rema UPI.
3. Mekanisme hubungan
Mekanisme hubungan yang akan dibahas dalam undang-
undang ini mencakup mekanisme hubungan antara ormawa-
ormawa yang ada di Rema UPI, baik antara organisasi tertinggi
dengan organisasi di bawahnya maupun sebaliknya. Mekanisme
hubungan ini perlu diatur untuk mempertegas kedudukan dan
peran dari ormawa yang ada di Rema UPI. Dari mekanisme
5. Peraturan Organisasi
7. Sanksi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
beberapa hal berikut:
B. Saran
Mengingat hal tersebut di atas dapat disampaikan beberapa saran
sebagai berikut: