Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PERKEMBANGAN REGULASI KEPEGAWAIAN DI INDONESIA

Disusun Oleh:
NAMA : BUDI SAGARA
NIM : 045066751
ANGKATAN : XV (Lima Belas)

MATA KULIAH INTERN/MULOK KEBIJAKAN DALAM PENGELOLAAN SDM


APARATUR

PENDIDIKAN ILMU KEPEGAWAIAN


2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT,


Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Perkembangan Regulasi
Kepegawaian di Indonesia" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Intern/Mulok Kebijakan


Dalam Pengelolaan SDM Aparatur. Dengan harapan, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang pengertian dasar administrasi publik bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kedapa Bapak Septria Minda Eka Putra, S.H.,
M.H. selaku Tutor pada Mata Kuliah Intern/Mulok Kebijakan Dalam Pengelolaan SDM
Aparatur. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik, saran serta masukan yang membangun kesempurnaan penulisan
makalah ini. Harapan kedepannya dari penulis, makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan juga bagi pembaca, baik secara personal maupun organisasi. Terima Kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bogor, 16 Oktober 2022

Budi Sagara

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. iv
BAB I....................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 1
BAB II...................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN......................................................................................................................... 2
A. PENGERTIAN REGULASI ........................................................................................................ 2
B. PERKEMBANGAN REGULASI KEPEGAWAIAN ....................................................................... 3
1. PERKEMBANGAN REGULASI KEPEGAWAIAN SESUAI PERKEMBANGAN INSTITUSI
KEPEGAWAIAN .......................................................................................................................... 3
2. PERKEMBANGAN KEBIJAKAN MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL ........................... 14
BAB III................................................................................................................................... 25
PENUTUP .............................................................................................................................. 25
A. SIMPULAN ........................................................................................................................... 25
B. SARAN .................................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 26

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Dasar Hukum Manajemen ASN …………………….……………………………. 24

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gedung KUP Yogyakarta Tahun 1948 ……………………….…………………….………. 2


Gambar 2. Gedung KUP di Jl. Kramat Raya 132, Jakpus Tahun 1950 …………….……….….. 5
Gambar 3. Gedung BAKN (sekarang BKN) Jl. Mayjen Sutoyo No. 12, Jaktim ……………... 7

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai negara hukum, Indonesia dalam melaksanakan dan menyelenggarakan
sistem pemerintahan harus dilaksanakan berdasarkan undang-undang atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Hampir seluruh aspek dalam pemerintahan diatur
dengan aturan yang tertulis maupun tidak tertulis. Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN)
dituntut untuk melaksanakan hak dan kewajiban sesuai tanggung jawab dan peran masing-
masing dalam suatu organisasi. ASN sebagai salah satu unsur aparatur negara sekaligus
sebagai pelayan masyarakat, yang memiliki kewajiban menyelenggarakan tugas
pemerintahan dan melaksanakan kebijakan pemerintah yang dengan penuh kesetian yang
bersumber dari Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.
Untuk itu diperlukan adanya regulasi dalam mengelola segala urusan kepegawaian
pada suatu organisasi. Dengan adanya regulasi, keseimbangan hak dan kewajiban setiap
pegawai dapat tercapai. Regulasi dapat diartikan sebagai segala peraturan yang sifatnya
mengatur berbagai pihak yang terlibat. Akan tetapi, regulasi tidak melulu tentang hak dan
kewajiban, bisa juga berupa pekerjaan yang harus dilakukan pegawai dan yang tidak boleh
dilakukan pegawai.
Di samping itu, perangkat regulasi juga merupakan wujud dari kebijakan negara
atau kebijakan pemerintah yang dituangkan secara tertulis. Kebijakan pemerintah
mencakup seluruh urusan dan tugas-tugas pemerintahan, termasuk urusan pemerintahan
di bidang manajemen sumber daya aparatur atau yang juga lazim disebut manajemen
kepegawaian. Dalam pengelolaan kepegawaian, berbagai macam regulasi diterbitkan
sebagai perangkat pelaksanaan kebijakan di bidang kepegawaian. Selain itu pemerintah
pun perlu memastikan bahwa regulasi kepegawaian berjalan secara optimal.
Regulasi kepegawaian di Indonesia mengalami banyak perkembangan dari masa ke
masa sejak awal dibentuknya lembaga pemerintahan yang mengatur tentang
kepegawaian, dalam hal ini Badan Kepegawaian Negara (BKN) yang pada awal mula
pembentukannya dikenal dengan Kantor Pegawai Tinggi Untuk Urusan Pegawai Umum
atau dalam bahasa Belanda Kantoor van Hoofdambtenaar voor Algemene
Ambtenaarzaken berkedudukan di bawah Department van Financien (Departemen
Keuangan) pada tahun 1938. BKN dibentuk untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan
kebijakan pemerintah beserta penerapan regulasi dalam manajemen kepegawaian di
Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Hal apa yang mendasari akan pentingnya regulasi kepegawaian?
2. Bagaiaman peranan lembaga pemerintahan yang mengatur tentang kepegawaian?
3. Manfaat yang didapat dari penerapan regulasi kepegawain bagi pemerintahan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN REGULASI
1. Regulasi
Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia membutuhkan suatu
keteraturan yang dapat menjamin kenyamanan dan keamanan individual maupun
kolektif. Oleh karena itu, berbagai regulasi diciptakan dengan mengedepankan
kepentingan umum. Sederhananya, regulasi adalah sekumpulan instrumen abstrak
yang disusun dalam sebuah kesatuan untuk mengontrol tindakan atau perilaku
orang atas suatu hal.
Regulasi dibentuk melalui serangkaian proses yang panjang, proses itu
adalah perumusan masalah, analisis, dan pencarian solusi. Tahap awal yang harus
dilakukan adalah mendata permasalahan yang menjadi kendala. Selanjutnya,
permasalahan yang sudah dipetakan akan dianalisis melalui kajian ilmiah dan
akademis. Proses analisis ini juga seringkali melibatkan para ahli di bidangnya.
Setelah itu, perumusan solusi yang didasari pembahasan masalah dan analisis
sebelumnya akan disusun menjadi sebuah regulasi
Regulasi adalah kata serapan dari bahasa Inggris “Regulation” yang artinya
aturan. Menurut (Collins Dictionary, n.d.) regulasi adalah aturan yang dibuat oleh
pemerintah atau otoritas lain untuk mengontrol cara sesuatu yang dilakukan atau
cara orang berperilaku. Sedangkan Menurut (STEWART & WALSH, 1992) regulasi
adalah suatu proses untuk memastikan adanya standar sebagai suatu persyaratan
hukum yang dipenuhi untuk layanan tertentu atau kegiatan publik sehingga
kebijakan dipenuhi.

2. Regulasi Kepegawaian
Regulasi kepegawaian (regulasi-kepegawaian, n.d.) merupakan peraturan
tertulis yang memuat aturan-aturan yang mengikat secara umum baik karyawan
maupun pengusaha. Regulasi ini dibentuk sesuai prosedur yang ditetapkan dalam
Peraturan Perundang-Undangan.
Dengan adanya regulasi, para pegawai diharapkan dapat lebih mengetahui
secara rinci mengenai apa pekerjaan yang harus dilakukan. Regulasi kepegawaian
juga dibuat dengan tujuan agar pegawai melakukan pekerjaannya dengan baik,
terutama setelah mengetahui bahwa haknya akan dipenuhi.

2
3

B. PERKEMBANGAN REGULASI KEPEGAWAIAN


1. PERKEMBANGAN REGULASI KEPEGAWAIAN SESUAI PERKEMBANGAN INSTITUSI
KEPEGAWAIAN
Perkembangan regulasi kepegawaian tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan institusi kepegawaian negara. Sejarah institusi kepegawaian negara
diawali dengan dibentuknya dibentuknya Kantor Pegawai Tinggi Untuk Urusan
Pegawai Umum atau dalam bahasa Belanda Kantoor van Hoofdambtenaar voor
Algemene Ambtenaarzaken berkedudukan di bawah Department van Financien
(Departemen Keuangan) pada tahun 1938. Sedangkan sejarah administrasi
kepegawaian diawali oleh Peraturan Gaji Pegawai Negeri atau Bezoldigings
Regeling Burgerlijke Landsdienaren, dikeluarkan berdasarkan (Staatsblade Tahun
1938 No. 106.pdf, n.d.)

Selanjutnya, institusi kepegawaian negara berkembang menjadi Kantor


Urusan Pegawai (Yogyakarta), Kantor Urusan Pegawai (Jakarta), Badan
Administrasi Kepegawaian Negara, dan Badan Kepegawaian Negara.

a. Kantor Urusan Pegawai

Gambar 1. Gedung KUP di Yogyakarta Tahun 1948

Kantor Urusan Pegawai Yogyakarta Kantor Urusan Pegawai atau


lengkapnya berbunyi Kantor Urusan Pegawai Negeri (KUP) dibentuk
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun (1948), berkedudukan di
ibukota pemerintahan pada saat itu, yaitu Yogyakarta, sehingga dikenal sebagai
KUP Yogyakarta. KUP Yogyakarta dipimpin oleh seorang Kepala yang
berkedudukan dan bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri.
Kantor ini merupakan suatu lembaga non departemen, dengan alasan untuk
dapat menjamin pemandangan dan keputusan yang netral dan obyektif,
sebagaimana diatur dalam PP Nomor 11 Tahun 1948 tentang Pembentukan
Kantor Urusan Pegawai. PP ini hanya terdiri dari 8 (delapan) pasal, sehingga
4

untuk mengantisipasi kemungkinan kurang cukupnya jangkauan dalam PP ini,


Kepala KUP diberi wewenang untuk membuka kesempatan mengadakan
perubahan-perubahan di dalam peraturan gaji dan kedudukan Pegawai Negeri
atau penambahan peraturan-peraturan baru di kemudian hari untuk mencapai
kesempurnaan.
Sedangkan ketentuan lain yang diatur dalam PP tersebut yaitu:
1) Tujuan didirikannya KUP, adalah untuk mengurus segala sesuatu yang
mengenai kedudukan dan gaji Pegawai Negeri dan mengawasi supaya
peraturan-peraturan itu dijalankan dengan tepat.
2) Tugas dan kewajiban Kepala KUP, adalah mengamat-amati supaya
peraturan-peraturan yang mengenai kedudukan dan gaji Pegawai Negeri
dijalankan dengan sebaik-baiknya, memberikan petunjuk-petunjuk dan
kalau perlu mengadakan tindakan korektif, selanjutnya mengusulkan
kepada Pemerintah perubahan atau penambahan peraturan-peraturan
termaksud di atas, melaksanakan koordinasi, mengumpulkan segala
keterangan yang diperlukan untuk menjalankan kewajibannnya dan
memberikan laporan tahunan kepada Perdana Menteri tentang pekerjaan
yang telah dilakukannya.
3) Hak Kepala KUP, adalah meminta kepada pegawai, baik sipil maupun
militer, keterangan yang diperlukan untuk melakukan kewajibannya, dan
meminta pengiriman laporan-laporan dari kementerian-kementerian,
jawatan-jawatan, dan perusahaan-perusahaan negeri.

Dari uraian tersebut, terlihat bahwa KUP melaksanakan tugas operatif


yaitu mengelola gaji dan kedudukan Pegawai Negeri serta melaksanakan fungsi
pengawasan secara aktif.
Dalam waktu yang hampir bersamaan, yaitu pada 1 Juni 1948
Pemerintah Hindia Belanda memberlakukan Jawatan Urusan Umum Pegawai
atau Dienst voor Algemene Personele Zaken melalui Peraturan yang disebut
Besluit van de Luitenant Gouverneur General van Nederlandsch Indie van 9 June
1948 No. 13 atau dikenal dengan Staatsblad 1948 No. 113. Peraturan ini
memuat 12 (dua belas) keputusan, dan di dalam Keputusan Ketiga memuat
ketentuan mengenai perencanaan pedoman-pedoman mengenai
kebijaksanaan Pemerintah tentang kepegawaian yang menyangkut: 1)
Penggajian dan kedudukan hukum Pegawai Negeri; 2) Pengawasan
pelaksanaan peraturan; 3) Mengadakan musyawarah dengan Serikat Sekerja
Pegawai Negeri; 4) Merencanakan Undang-Undang Pensiun Pegawai Negeri; 5)
Pemberian pensiun Pegawai Negeri; 6) Pengawasan pencarian tenaga kerja di
luar wilayah Indonesia dan menyelenggarakan perlengkapan pegawai-pegawai
tersebut.
5

Walaupun sudah ada KUP, namun tata usaha kepegawaian pada saat itu
masih belum teratur, sehingga pembinaan tata usaha kepegawaian belum
dapat dilakukan dengan baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain, komunikasi yang sulit, kurangnya tenaga ahli, dan sulitnya
menyimpan arsip karena seringnya kantor berpindah-pindah tempat. Demikian
pula banyak peraturan kepegawaian dari Pusat yang tidak sampai di daerah.
Selain itu, seringnya terjadi pergantian kabinet sehingga mempersulit
program pembinaan pegawai negeri yang sehat, serta fasilitas kerja yang tidak
memadai, yang mengakibatkan penyusunan dan pemeliharaan tata usaha
kepegawaian menjadi tidak tertib dan tidak teratur. Keadaan ini berlangsung
sampai dengan berakhirnya masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat.

b. Kantor Urusan Pegawai Jakarta

Gambar 2. Gedung KUP di Jl. Kramat Raya 132, Jakpus Tahun 1950

Pada tanggal 15 Desember 1950, Presiden Republik Indonesia


menetapkan pembentukan KUP di Jakarta dengan terlebih dahulu menghapus
KUP Yogyakarta dan Jawatan Urusan Umum Pegawai di Jakarta berdasarkan PP
Nomor 32 Tahun (1950) tentang Penghapusan KUP Yogyakarta dan Jawatan
Urusan Umum Pegawai Jakarta Serta Pembentukan KUP yang baru.
Pembentukan KUP Jakarta lebih didasarkan pada pertimbangan politis, yaitu
dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu untuk
memusatkan urusan kepegawaian.
Sama halnya dengan PP No. 11 Tahun 1948, PP No. 32 Tahun 1950 juga
terdiri dari 8 (delapan) pasal. Untuk menjangkau luasnya permasalahan
kepegawaian, maka tugas pekerjaan yang belum tercakup dalam PP Nomor 32
Tahun 1950 merupakan kelanjutan dari semua cakupan tugas pekerjaan yang
terdapat pada KUP Yogyakarta dan Jawatan Urusan Umum Pegawai. Selain itu,
6

akibat dari penghapusan Kantor dan Jawatan dimaksud, semua pegawai dan
peralatannya dimasukkan dalam KUP Jakarta.
Adapun yang menjadi tugas dari KUP Jakarta adalah:
1) Merencanakan peraturan-peraturan mengenai kepegawaian pada
umumnya;
2) Mengamat-amati agar supaya peraturan-peraturan mengenai soal
kepegawaian oleh instansi-instansi yang bersangkutan dijalankan dengan
setepat-tepatnya;
3) Menyelenggarakan koordinasi dari hal kedudukan dan gaji Pegawai Negeri
yang penyelesaiannya termasuk ke dalam lingkungan kekuasaan
Kementerian dan Badan Pemerintahan lain;
4) Menyelenggarakan pemberian pensiun;
5) Mengadakan hubungan dengan serikat-serikat Pekerja Pegawai Negeri;
dan
6) Pengawasan atas pengangkatan tenaga-tenaga yang didatangkan dari luar
Indonesia untuk jabatan-jabatan Pemerintah dan Penyelenggaranya.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa tugas KUP Jakarta


merupakan penggabungan dari tugas-tugas KUP Yogyakarta dan Jawatan
Urusan Umum Pegawai. Dari aspek sistem dan prosedur kerja tidak terdapat
perubahan yang prinsip, kecuali terjadinya pengangkatan seorang Kepala Muda
untuk melaksanakan tugas Kepala KUP, karena bidang kerja KUP semakin luas.
Meskipun KUP berkedudukan di Jakarta, dalam pelaksanaan tugasnya
masih terdapat unit kerja yang berkedudukan di daerah yaitu bagian Tata Usaha
Kepegawaian (yang kemudian dikenal sebagai Biro TUK) Yogyakarta dan Bagian
Pensiun dan Tunjangan (kemudian dikenal sebagai Biro P & T) di Bandung.
Terpisahnya dua unit kerja ini menimbulkan masalah keterlambatan dalam
melakukan koordinasi, kesulitan dalam penyimpanan tata naskah, dan
keterlambatan pembinaan pegawai.
Pembinaan kepegawaian pada era itu antara lain dilakukan dalam
bentuk penyusunan statistik PNS (Pusat dan Daerah) pada tahun 1958,
perbaikan peraturan gaji (populer disebut PGPN-61) yang berlaku mulai 1
Januari 1961, dan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1961
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kepegawaian yang antara lain memuat
ketentuan: 1) penyelenggaraan urusan kepegawaian dilakukan oleh tiga badan
yaitu badan yang menyelenggarakan urusan kepegawaian (KUP), badan yang
menjalankan pendidikan dan pelatihan PNS (Lembaga Administrasi Negara),
dan badan yang mengurus kesejahteraan pegawai (hingga saat ini belum
pernah terbentuk). Kedudukan, susunan, tugas, dan kekuasaan badan-badan
tersebut ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Namun pada saat yang
7

bersamaan pembinaan kepegawaian juga dipengaruhi oleh situasi politik yang


terjadi hingga mencapai puncaknya pada saat terjadi peristiwa G.30S/PKI.
Pasca peristiwa pemberontakan tersebut, pemerintah era Orde Baru
melakukan pembenahan institusi pemerintah, menertibkan unsur-unsur PKI
dalam tubuh PNS, menciptakan dan mengembangkan keutuhan dan
kekompakan segenap PNS sebagai aparatur yang handal dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Pada perkembangannya, lembaga-lembaga baru banyak dibentuk
sehingga jumlah PNS semakin bertambah, situasi politik yang dinamis, dan
kondisi sosial ekonomi yang tidak stabil sehingga Pemerintah menganggap
perlu menetapkan kembali, kedudukan, fungsi, tugas, dan organisasi KUP.
Melalui PP Nomor 32 Tahun 1972, pemerintah menetapkan perubahan Kantor
Urusan Pegawai menjadi Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN).

c. Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN)

Gambar 3. Gedung BAKN (sekarang BKN) Jl. Mayjen Sutoyo No. 12, Jaktim

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 1972 tentang


Badan Administrasi Kepegawaian Negara, ditegaskan bahwa BAKN merupakan
suatu lembaga pemerintah non departemen yang berkedudukan langsung
dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. BAKN dipimpin oleh seorang
Kepala yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden.
Kedudukannya yang langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden dikarenakan lembaga ini dibentuk untuk membantu Presiden dalam
membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan di bidang kepegawaian negara.
BAKN mempunyai fungsi menyempurnakan, memelihara, dan
mengembangkan administrasi negara di bidang kepegawaian sehingga tercapai
8

kelancaran jalannya Pemerintahan. Untuk dapat menjalankan fungsinya, BKN


melaksanakan tugas sebagai berikut:
1) Merencanakan pembinaan kepegawaian sesuai dengan kebijaksanaan
Presiden;
2) Merencanakan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian;
3) Menyelenggarakan tata usaha kepegawaian dan tata usaha pensiun;
4) Menyelenggarakan pengawasan, koordinasi, dan bimbingan terhadap
pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian dan
pensiun pada Departemen-Departemen, dan Lembaga-Lembaga
Negara/Lembaga-Lembaga Pemerintah Non Departemen.

Perubahan institusi kepegawaian negara dari KUP menjadi BAKN diikuti


dengan pencanangan pokok-pokok pikiran/garis arah kebijakan mengenai
kepegawaian, antara lain:
1) Mengusahakan agar satuan-satuan Lembaga Pemerintah mempunyai
jumlah pegawai yang rasional sesuai dengan tugas-tugas pekerjaan yang
dipunyainya;
2) Mengembangkan pembinaan PNS atas dasar sistem karir dan sistem
prestasi kerja;
3) Memperkuat KUP agar mampu menjalankan fungsinya;
4) Menyempurnakan Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Kepegawaian;
5) Menyempurnakan sistem penggajian yang ditujukan ke arah penggajian
yang sesuai dengan prestasi;
6) Menertibkan unsur-unsur G30S/PKI dalam tubuh PNS;
7) Meningkatkan mutu PNS dengan cara pendidikan dan latihan; dan
8) Mengadakan pembinaan mental PNS tentang tugas dan tanggung jawabnya
sebagai aparatur negara.

Peristiwa besar yang dianggap sebagai tonggak dari penegakan


kebijakan sentralisasi pembinaan dan administrasi kepegawaian negara pada
masa itu, terjadi pada saat dilakukannya Pendaftaran Ulang PNS (PUPNS) pada
tahun 1973 yang didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1973
tentang Pendaftaran Ulang PNS. Dengan dilakukannya PUPNS, maka diperoleh
data PNS yang akurat dari sebelumnya.
Untuk mencapai pembinaan dan pengendalian PNS yang baik, maka
setiap pengangkatan pertama harus mendapat persetujuan dari BAKN berupa
Nomor Induk Pegawai (NIP). Demikian pula untuk kenaikan pangkat harus
mendapat persetujuan BAKN sesuai ketentuan yang berlaku.
Dengan semakin luasnya ruang lingkup tugas BAKN, PP Nomor 32 tahun
1972 tentang BAKN dianggap sudah tidak lagi sesuai dengan kebutuhan. Pada
9

saat yang hampir bersamaan lahir Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974


tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang mengamanatkan pembentukan badan
yang membantu Presiden dalam mengatur dan menyelenggarakan pembinaan
pegawai negeri sipil, yang dikenal dengan BAKN.
Kedudukan, tugas, dan fungsi BAKN kemudian diatur dengan suatu
Keputusan Presiden (Keppres) sekaligus menggantikan PP Nomor 32 Tahun
1972 tentang BAKN. Perubahan pengaturan dari Peraturan Pemerintah
menjadi Keputusan Presiden, semata-mata hanya karena alasan praktis.
Apabila terjadi perubahan, baik itu struktur, maupun kedudukan, tugas, dan
fungsi dari BAKN, maka akan lebih mudah dan sederhana merubah Keppres
daripada merubah suatu Peraturan Pemerintah.
Perbedaan antara Keppres Nomor 11 Tahun 1984 dengan PP Nomor 32
Tahun 1972 pada pokoknya mengenai susunan organisasi BAKN. Jika pada PP
Nomor 32 Tahun 1972 organisasi BAKN terdiri atas Kepala, Sekretariat, Biro,
dan Staf Ahli, maka pada Keppres Nomor 11 Tahun 1984 ditetapkan bahwa
organisasi BAKN terdiri atas Kepala, Wakil Kepala, Deputi, Sekretariat, Biro,
Inspektur, Staf Ahli, dan Kantor Wilayah.
Beberapa saat kemudian, organisasi BAKN kembali melakukan
transformasi disebabkan ruang lingkup, tugas, dan fungsi BAKN yang luas. Agar
pembinaan kepegawaian di bawah BAKN dapat diselenggarakan secara lebih
berdaya guna dan berhasil guna, maka kemudian ditetapkan Keppres Nomor
15 Tahun 1988 tentang BAKN sebagai pengganti Keppres Nomor 11 Tahun
1984.
Disamping menetapkan perubahan organisasi BAKN, Keppres Nomor 15
Tahun 1988 juga mengubah fungsi BAKN yaitu dari “menyelenggarakan tata
usaha kepegawaian dan tata usaha pensiun,” dipecah menjadi dua fungsi,
yaitu: 1) menyelenggarakan tata usaha kepegawaian; dan 2) menetapkan
pensiun dan tata usaha pensiun. Berdasarkan fungsi tersebut, maka penetapan
pensiun dibuat terpusat di BAKN, sehingga memudahkan pengendalian dan
mempercepat pelayanan, serta menciptakan keseragaman.
Mengenai susunan organisasi, perubahan yang terjadi berdasarkan
Keppres Nomor 15 Tahun 1988, antara lain Sekretariat menjadi Biro Umum,
Biro Kepegawaian dan Organisasi menjadi Biro Kepegawaian, Biro Perencanaan
menjadi Biro Hukum dan Perundang-undangan, serta Puslahta dan Inspektur V
sebagai unit baru setingkat eselon II.
Penetapan Keppres Nomor 15 Tahun 1988 ini secara tidak langsung
berdampak pada budaya kerja cepat, tepat, dan selamat. Perubahan struktur
organisasi dan budaya kerja telah mendorong BAKN untuk merancang suatu
rencana kerja yang lebih terarah dan terpadu baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang.
10

Satu dekade kemudian organisasi BAKN kembali berubah dengan


pertimbangan yang hampir sama, yakni untuk meningkatkan daya guna dan
hasil guna pembinaan dan pembangunan administrasi negara di bidang
kepegawaian, yang kemudian ditetapkan dalam Keppres Nomor 143 Tahun
1998.
Secara organisasi, terjadi perampingan bentuk, namun jika dilihat dari
segi fungsi, maka terlihat perluasan kewenangan BAKN di bidang administrasi
kepegawaian negara. Dalam fungsinya, ditambahkan bahwa BAKN memberikan
pertimbangan, persetujuan, dan/atau penetapan mutasi kepegawaian dan
pensiun. Artinya, setiap perubahan status kepegawaian seorang PNS harus
mendapatkan pertimbangan atau persetujuan, bahkan penetapan dari BAKN.
Perubahan ini juga secara tidak langsung menambah jalur birokrasi dalam
pelaksanaan administrasi kepegawaian.
Sedangkan dari segi susunan organisasi terjadi perubahan antara lain
hilangnya jabatan Wakil Kepala dan Staf Ahli, kemudian Deputi Administrasi
menjadi Sekretariat Utama, Deputi Pengawasan menjadi Inspektur Utama, dan
Deputi Tata Usaha Kepegawaian menjadi Deputi Bidang Informasi
Kepegawaian.

d. Badan Kepegawaian Negara (BKN)


Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian, merupakan momentum kelahiran kembali BKN. Dengan
perubahan nomenklatur Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN)
menjadi Badan Kepegawaian Negara (BKN), terjadi pula perubahan paradigma
administrasi atau tata usaha kepegawaian yang selama ini melekat pada diri
BKN berubah menjadi paradigma atau manajemen atau "pengelolaan"
kepegawaian.
Dengan kata lain undang-undang ini berisi kebijakan dasar tentang
manajemen kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan,
pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan dan
pemberhentian.
Pokok-pokok kebijakan yang dituangkan dalam Undang-Undang ini
terutama ditujukan untuk menciptakan aparatur negara yang profesional,
netral, dari kegiatan dan pengaruh politik, berwawasan global, mendukung
persatuan dan kesatuan bangsa, serta memiliki tingkat kesejahteraan material
dan spiritual. Undang-undang ini juga mengatur bahwa sistem kepegawaian
yang dianut di Indonesia merupakan sistem karier dan prestasi kerja.
11

Terkait kedudukan BKN, undang-undang ini menyatakan secara tegas


bahwa untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan kebijaksanaan
manajemen Pegawai Negeri Sipil, dibentuk Badan Kepegawaian Negara.
BKN dibentuk untuk menyelenggarakan manajemen Pegawai Negeri
Sipil yang mencakup perencanaan, pengembangan kualitas sumber daya
Pegawai Negeri Sipil dan administrasi kepegawaian, pengawasan dan
pengendalian, penyelenggaraan dan pemeliharaan informasi kepegawaian,
mendukung perumusan kebijaksanaan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil,
serta memberikan bimbingan teknis kepada unit organisasi yang menangani
kepegawaian pada instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Seiring perubahan paradigma dari administrasi menjadi manajemen
kepegawaian, maka BKN tidak hanya mengurusi persoalan administrasi semata,
tetapi juga penyusunan kebijakan teknis, pengembangan kepegawaian negara,
sampai dengan penyelenggaraan administrasi kepegawaian. Selain itu Kepala
BKN juga secara ex officio menjabat sebagai Ketua Komisi Kepegawaian Negara.
Gagasan lahirnya komisi ini muncul dikarenakan beratnya beban dan
tanggung jawab BKN, sehingga diharapkan komisi tersebut dapat memperingan
tugas BKN untuk fokus pada tugas-tugas pokoknya secara lebih terarah dan
strategis.
Pada saat yang hampir bersamaan juga lahir undang-undang yang
mengatur tentang pemerintahan daerah sebagai awal dari berlangsungnya
otonomi daerah. Urusan kepegawaian yang awalnya tersentralisasi, sebagian
berubah menjadi desentralisasi. Daerah memang berhak mengatur sendiri
manajemen kepegawaian di daearh melalui adanya BKD, namun BKN hadir
untuk membina dan membimbing secara teknis pelaksanaan manajemen
kepegawaian di daerah, khususnya dengan adanya Kantor-Kantor Regional
BKN.
Selain itu karena sistem kepegawaian Indonesia menganut unified
system, maka kewenangan pengelolaan kepegawaian terpusat di tangan
Presiden dan manajemen kepegawaian daerah pun menjadi bagian dari
kewenangan pusat. Secara teori, sistem ini menunjukkan adanya dua
penggolongan yang berbeda antara pegawai pusat dan pegawai daerah,
dimana urusan kepegawaian diadministrasikan oleh lembaga pusat. Lembaga
yang dimaksud dalam hal ini adalah BKN.
Di era Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 terdapat beberapa
Keputusan Presiden yang terkait dengan BKN antara lain, Keppres Nomor 95
Tahun 1999 tentang Badan Kepegawaian Negara dan Keppres Nomor 103
Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, namun tidak
diuraikan dalam bagian ini.
12

Dari uraian di atas, menurut penulis terlihat jelas bahwa berdasarkan


Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, BKN memiliki peran yang sangat
strategis dalam manajemen kepegawaian negara. Selain melaksanakan tugas
dan fungsi pokoknya sebagai pembina manajemen kepegawaian negara, secara
ex-officio menjadi Ketua Komisi Kepegawaian Negara, dan menjadi "wakil"
Presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kepegawaian di era otonomi daerah.
Kemudian, Undang-Undang Kepegawaian yang berlaku hingga saat ini,
tepatnya pada 15 Januari 2014, Presiden menetapkan berlakunya Undang-
Undang tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) yaitu Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2004 tentang Aparatur Sipil Negara, untuk menggantikan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. Undang-Undang
Kepegawaian yang lama dianggap tidak lagi dapat mengakomodasi
perkembangan zaman, sehingga kemudian UU ASN dianggap sebagai milestone
(tonggak) dari reformasi birokrasi.
Lahirnya UU ASN dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, antara lain:
mewujudkan aparatur yang memiliki integritas, profesional, netral, dan bebas
dari intervensi dari politik, bersih dari praktik KKN, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan
peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. UU ASN ini juga terbit dilatarbelakangi kondisi bahwa
pelaksanaan manajemen ASN belum berdasarkan pada perbandingan antara
kompetensi dan kualifikasi yang diperlukan oleh jabatan dengan kompetensi
dan kualifikasi yang dimiliki calon dalam rekrutmen, pengangkatan,
penempatan dan promosi pada jabatan sejalan dengan tata kelola
pemerintahan yang baik.
Beberapa aspek subtansial diatur dalam UU ASN antara lain
ditetapkannya aparatur sipil negara (ASN) sebagai suatu profesi, sehingga
mutlak diperlukan asas, prinsip, nilai dasar, kode etik dan perilaku, serta
pengembangan kompetensi yang jelas. Selain itu ASN kini terdiri atas PNS dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Melalui UU ASN ini pula
dibangun sistem karir terbuka berbasis manajemen SDM, dengan
mengedepankan sistem merit. Terkait kelembagaan, UU ASN mengatur bahwa
kewenangan dalam manajemen ASN berada di tangan Kementerian PAN dan
RB, BKN, LAN, dan komisi baru bernama Komisi Aparatur Sipil Negara. Komisi
ini kelak difungsikan untuk menjamin perwujudan sistem merit dan
pengawasan penerapan asas, kode etik, dan kode perilaku ASN.
Perbedaan signifikan antara UU ASN dan Undang-Undang Kepegawaian,
tentunya memiliki konsekuensi logis bagi BKN. Dengan ditetapkannya UU ASN,
13

BKN berperan penting dan strategis dalam menyelenggarakan dan membina


manajemen kepegawaian (manajemen ASN). Secara normatif BKN memiliki
fungsi, tugas, dan kewenangan sebagai berikut:

1) BKN memiliki fungsi:


a) Pembinaan penyelenggaraan Manajemen ASN;
b) Penyelenggaraan Manajemen ASN dalam bidang pertimbangan teknis
formasi, pengadaan, perpindahan antarinstansi, persetujuan kenaikan
pangkat, pensiun; dan
c) Penyimpanan informasi Pegawai ASN yang telah dimutakhirkan oleh
Instansi Pemerintah serta bertanggung jawab atas pengelolaan dan
pengembangan Sistem Informasi ASN.

2) BKN bertugas:
a) Mengendalikan seleksi calon Pegawai ASN;
b) membina dan menyelenggarakan penilaian kompetensi serta
mengevaluasi pelaksanaan penilaian kinerja Pegawai ASN oleh Instansi
Pemerintah;
c) Membina Jabatan Fungsional di bidang kepegawaian;
d) Mengelola dan mengembangkan sistem informasi kepegawaian ASN
berbasis kompetensi didukung oleh sistem informasi kearsipan yang
komprehensif;
e) Menyusun norma, standar, dan prosedur teknis pelaksanaan kebijakan
Manajemen ASN; dan
f) Menyelenggarakan administrasi kepegawaian ASN;

3) Kewenangan BKN:
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 berwenang mengawasi dan
mengendalikan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria
Manajemen ASN.

Di era UU ASN, BKN memiliki peran yang cukup strategis sebagai instansi
pemerintah yang melakukan pembinaan dan penyelenggaraan manajemen
ASN secara nasional, terutama dalam pembinaan kinerja,
pengadaan/rekrutmen, pengembangan dan pengelolaan sistem informasi ASN,
serta dalam pengawasan dan pengendalian pelaksanaan norma, standar, dan
prosedur manajemen ASN. BKN telah memulainya dengan menjadi pengendali
rekrutmen CPNS selama beberapa tahun terakhir dengan menggunakan
Computer Assisted Test (CAT) dan melaksanakan penilaian kompetensi PNS
dengan Assessment Center.
14

Selama hampir 6 (enam) tahun sejak diberlakukannya, UU ASN menjadi


tantangan bagi setiap instansi pemerintah untuk menerapkan berbagai
ketentuan yang diatur didalamnya. Selain itu undang-undang ini juga
memberikan pekerjaan rumah yang berat bagi beberapa lembaga/institusi,
untuk merumuskan berbagai peraturan pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam undang-undang ini, agar dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya.

Secara lengkap, sistematika UU ASN, meliputi:


a) BAB I Ketentuan Umum
b) BAB II Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Serta Kode Etik dan Kode Perilaku
c) BAB III Jenis, Status, Dan Kedudukan
d) BAB IV Fungsi, Tugas, dan Peran
e) BAB V Jabatan ASN
f) BAB VI Hak dan Kewajiban
g) BAB VII Kelembagaan
h) BAB VIII Manajemen ASN
i) BAB IX Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
j) BAB X Pegawai ASN Yang Menjadi Pejabat Negara
k) BAB XI Organisasi
l) BAB XII Sistem Informasi ASN
m) BAB XIII Penyelesaian Sengketa

2. PERKEMBANGAN KEBIJAKAN MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL


a. Pola Baru Dalam Pembinaan PNS
Berselang 3 (tiga) tahun setelah Undang-Undang ASN diterbitkan,
pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PP Manajemen PNS). Peraturan ini
merupakan salah satu ketentuan pelaksanaan yang mengatur ketentuan yang
lebih operasional dari berbagai ketentuan di dalam UU ASN yang bersifat
umum. PP Manajemen PNS menggunakan pola baru dalam pengaturan
pembinaan PNS atau pembinaan kepegawaian.
Dalam peraturan kepegawaian yang lama pola pengaturannya bersifat
terpisah, satu substansi atau satu aspek diatur dengan satu peraturan
tersendiri. Misal tentang pengadaan diatur dalam satu peraturan yakni PP
Nomor 99 Tahun 2000, terkait kenaikan pangkat diatur dalam PP Nomor 99
Tahun 2000, tentang pengangkatan dalam jabatan diatur dalam PP Nomor 100
Tahun 2000 dan sebagainya. Sedangkan dalam PP Manajemen PNS
pengaturannya bersifat kodifikasi, dimana seluruh aspek pembinaan PNS mulai
15

dari perencanaan formasi sampai dengan pemberhentian dan pensiun diatur


dalam PP tersebut. Sehingga dalam sejarah pembentukan peraturan
perundang-undangan PP Nomor 11 Tahun 2017 termasuk regulasi yang
memiliki jumlah pasal yang banyak, hampir seperti Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP).
Adapun latar belakang diterbitkannya PP Manajemen PNS yaitu untuk
melaksanakan amanat dari UU ASN. Selain itu PP ini diterbikan dalam rangka
mendorong penyelenggaraan Manajemen ASN yang berdasarkan Sistem Merit,
serta bertujuan untuk menghasilkan memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam
rangka pelaksanaan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas
pembangunan tertentu.
Manajemen PNS adalah pengelolaan pegawai negeri sipil untuk
menghasilkan pegawai negeri sipil yang profesional, memiliki nilai dasar, etika
profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Penyelenggaraan Manajemen PNS dilaksanakan oleh Presiden
selaku pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan ASN. Dengan kekuasaan
tersebut, Presiden mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan,
pemindahan dan pemberhentian PNS. Mengingat banyaknya tugas, tanggung
jawab maka Presiden dapat mendelegasikan sebagian kekuasaannya kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian.

Secara lengkap sistematika PP Manajemen PNS meliputi:


a) Penyusunan dan penetapan kebutuhan;
b) Pengadaan;
c) Pangkat dan Jabatan;
d) Pengembangan karier;
e) Pola karier;
f) Promosi;
g) Mutasi;
h) Penilaian kinerja;
i) Penggajian dan tunjangan;
j) Penghargaan;
k) Disiplin;
l) Pemberhentian;
m) Jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan
n) Perlindungan.
16

b. Perubahan PP Manajemen PNS


Perkembangan pembinaan PNS selalu dinamis mengikuti
perkembangan zaman, ideologi, politik, dan kebutuhan-kebutuhan praktis
lainnya. Berbagai perubahan tersebut menjadikan pengaturan Manajemen PNS
harus disesuaikan. Oleh karena itu, pada awal tahun 2020 pemerintah
menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil. Yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam
mengubah PP Manajemen PNS adalah dalam rangka meningkatkan
pengembangan karier, pemenuhan kebutuhan organisasi dan pengembangan
kompetensi Pegawai Negeri Sipil.
Melalui PP Perubahan ini diatur kembali mengenai kewenangan yang
dimiliki oleh Presiden. Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi
pembinaan ASN memiliki kewenangan untuk menetapkan pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian PNS serta pembinaan Manajemen PNS di
Instansi Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya, kewenangan tersebut dapat didelegasikan kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian (PPK) dalam pelaksanaan proses pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian PNS sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Namun demikian, apabila terjadi pelanggaran prinsip
sistem merit yang dilakukan oleh PPK atau untuk meningkatkan efektifitas
penyelenggaraan pemerintahan, Presiden dapat menarik kembali
pendelegasian kewenangan.
Untuk pemenuhan kebutuhan organisasi dan pengembangan karier
PNS, PP Perubahan ini mengatur bahwa pengisian JPT melalui mutasi dari satu
JPT ke JPT yang lain dapat dilakukan dalam satu instansi dan antar instansi
melalui uji kompetensi sesuai dengan persyaratan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Selain bagi JPT, sebagai jaminan karier PNS yang
ditugaskan, perlu diatur kembali terkait dengan ketentuan batas usia pensiun
pejabat fungsional yang diberhentikan sementara. Lebih lanjut, selain mutasi
dan atau promosi, pengembangan karier juga dapat dilakukan melalui
penugasan PNS pada lingkungan instansi pemerintah atau di luar instansi
pemerintah yang dilaksanakan dalam rangka optimalisasi pelaksanaan tugas
dan pencapaian kinerja organisasi.
Dalam hal pengembangan karier PNS dalam JF, Pejabat Fungsional
berkedudukan dibawah dan bertanggung langsung kepada pejabat pimpinan
tinggi madya, pejabat pimpinan tinggi pratama, pejabat administrator, atau
pejabat pengawas yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan tugas JF, dan
pengangkatan PNS dalam JF dilakukan melalui pengangkatan pertama,
pengangkatan perpindahan, pengangkatan penyesuaian/inpassing, dan
17

promosi. Selain itu, dengan adanya penetapan kedudukan JF tersebut, maka


Instansi Pembina memiliki tugas pula alam menyusun informasi faktor jabatan
untuk evaluasi jabatan.
PP Perubahan ini juga mengatur mengenai hak bagi PNS yaitu
pengembangan kompetensi dan cuti. Pada dasarnya pengembangan
kompetensi adalah merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan
kompetensi PNS dengan standar kompetensi Jabatan dan rencana
pengembangan karier. Saat ini, metode yang tepat dalam pengembangan
kompetensi yaitu pendekatan sistem pembelajaran terintegrasi (corporate
university). Sedangkan cuti dilaksanakan untuk menjamin pemenuhan hak atas
kesegaran jasmani dan rohani PNS.
Terakhir, PP Perubahan ini mengatur mengenai penataan birokrasi.
Penataan birokrasi merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan
salah satunya adalah untuk penyederhanaan birokrasi. Kebijakan ini dapat
berdampak terhadap perubahan pengaturan manajemen aparatur sipil negara
pada instansi pemerintah maka Presiden dapat menerbitkan Peraturan
Presiden. Adalah tugas pemerintah untuk tetap dapat menjamin karier dan juga
hak PNS yang terkena dampak penataan birokrasi.

c. Peraturan Pelaksanaan Manajemen ASN


Untuk pengaturan yang bersifat teknis dan rinci, PP Manajemen ASN
dan Perubahannya juga mengamanatkan beberapa ketentuan untuk diatur
lebih lanjut dengan regulasi yang lebih teknis kepada beberapa instansi
pemerintah, sebagai berikut:

1) Peraturan pelaksanaan yang diamanatkan untuk diatur dengan


Peraturan/Keputusan Presiden:
a) Jabatan yang bisa diisi non PNS
b) Sekolah Kader
c) Pengisian JPT Utama & Madya
d) Mutasi JPT Secara Nasional
e) Tugas Belajar
f) Pemberian Penghargaan

2) Peraturan Pelaksanaan yang diamanatkan kepada Kementerian PAN RB,


dinataranya:
a) Analisis jabatan dan analisis beban kerja
b) Tata cara penyusunan kebutuhan secara elektronik
c) Susunan & mekanisme Panselnas
d) Pedoman penyusunan kompetensi
18

e) Tata cara pemberian kuasa pengangkatan Jabatan Administrator


f) Tata cara pemberian kuasa pemberhentian Jabatan Administrator
g) Klasifikasi jabatan
h) Tata cara pengusulan dan penetapan Jabatan Fungsional
i) Tata cara pemberian kuasa pengangkatan Jabatan Fungsional
j) Tata cara pemberhentian Jabatan Fungsional
k) Penyelenggaraan uji kompetensi Jabatan Fungsional
l) Syarat dan tata cara pembentukan organisasi profesi Jabatan Fungsional
m) Pedoman penyusunan kompetensi Teknis, Manajerial dan Sosial Kutural
n) Seleksi pengisian JPT
o) Tata cara pemberhentian JPT
p) Pembentukan dan mekanisme kerja Tim Penilai Kinerja
q) Kelompok Rencana Suksesi
r) PNS dengan penugasan khusus
s) Kriteria dan penetapan kelebihan PNS

3) Peraturan Pelaksanaan yang diamanatkan kepada BKN, dinataranya:


a) Tata cara pelaksanaan penyusunan kebutuhan PNS
b) Petunjuk teknis pengadaan PNS
c) Tata cara pelantikan dan pengambilan sumpah/janji jabatan
administrator dan jabatan pengawas
d) Tata cara pelantikan dan pengambilan sumpah/janji jabatan fungsional
e) Tata cara pelantikan dan pengambilan sumpah/janji jabatan pejabat
pimpinan tinggi
f) Tata cara pelaksanaan mutasi
g) Sistem informasi manajemen pemberhentian dan pensiun
h) Tata cara pemberian cuti
i) Tata cara masa persiapan pensiun
j) Tata cara pemberhentian PNS
k) Pengangkatan dalam jabatan administrasi
l) Sistem informasi ASN

4) Peraturan Pelaksanaan yang diamanatkan kepada LAN, dinataranya:


a) Diklat Prajabatan
b) Perencanaan dan pelaksanaan evaluasi pengembangan kompetensi
19

Berikut adalah daftar regulasi yang merupakan dasar dari manajemen ASN
yang masih dijadikan pedoman dalam pengelolaan keegawaian saat ini:

No Klasifikasi Manajemen ASN Dasar Hukum


1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (PNS Pasal
56-57, PPPK Pasal 94).
2. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
(Pasal 4-14).
3. PP No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
PPPK (Pasal 4-5).
4. PERMENPANRB No. 1 Tahun 2020 tentang
Penyusunan dan Penetapan
1 Pedoman Analisis Jabatan Dan Analisis Beban
Kebutuhan
Kerja.
5..PERMENPANRB No. 41 Tahun 2018 tentang
Nomenklatur Jabatan Pelaksana Bagi Pegawai
Negeri Sipil di Lingkungan Instansi Pemerintah.
6. PERKA BKN No 10. Tahun 2021 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Penyusunan Kebutuhan
Aparatur Sipil Negara.
1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (PNS Pasal
58-67, PPPK Pasal 95 - 99).
2. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
(Pasal 15-45).
3. PP No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
PPPK (Pasal 6-34).
4. PERPRES No. 38 Tahun 2020 tentang Jenis
Jabatan Yang Dapat Diisi Oleh PPPK.
5..PERMENPANRB No. 27 Tahun 2021 tentang
Pengadaan PNS.
2 Pengadaan
6..PERMENPANRB No. 29 Tahun 2021 tentang
Pengadaan PPPK untuk Jabatan Fungsional.
7. Peraturan BKN No. 14 Tahun 2018 tentang
Petunjuk Teknis Pengadaan PNS.
8. Peraturan BKN No. 1 Tahun 2019 tentang
Petunjuk Teknis Pengadaan PPPK.
9. Peraturan BKN No. 18 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan BKN No. 1 Tahun
2019 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan
PPPK.
1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (Pasal 68)
2. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
(Pasal 46-161)
3 Pangkat dan Jabatan 3. PP No. 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat PNS
4. PP No. 12 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas
PP No. 99 Tahun 2000
20

5..PERMENPANRB No. 17 Tahun 2021 tentang


Penyetaraan Jabatan Administrasi Ke Dalam
Jabatan Fungsional
6..PERMENPANRB No. 13 Tahun 2019 tentang
Pengusulan, Penetapan, Dan Pembinaan
Jabatan Fungsional PNS
7. Keputusan Kepala BKN No. 12 Tahun 2002
tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 99
Tahun 2000
1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (Pasal 69-
70)
2. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
(Pasal 162-227)
3. PP No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
Pengembangan Karier &
4 PPPK (Pasal 39-44)
Kompetensi
4. PERMENPAN No. 38 Tahun 2017 tentang
Standar Kompetensi Jabatan ASN
5. PERKA BKN No. 28 Tahun 2020 tentang
Penyusunan Rencana Pengembangan Karier
PNS
1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (Pasal 71)
2. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
5 Pola Kaier (Pasal 188-189)
3. PERKA BKN No. 35 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penyusunan Pola Karier PNS
1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (Pasal 72)
2. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
(Pasal 198-200)
3. PP No. 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan
PNS Dalam Jabatan Struktural
6 Promosi
4. PP No. 13 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas
PP No. 100 Tahun 2000
5. Keputusan Kepala BKN No. 13 Tahun 2002
tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 100
Tahun 2000
1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (Pasal 73-
74)
2. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
7 Mutasi
(Pasal 190-197)
3. Peraturan BKN No. 5 Tahun 2019 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Mutasi
1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (PNS Pasal
8 Penilaian Kinerja
75-78, PPPK Pasal 100)
21

2. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS


(Pasal 201, 228, 230)
3. PP No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
PPPK (Pasal 35-37)
4. PP No. 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja
PNS
5. PERMENPANRB No.53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah Dengan Rahmat
Tuhan Yang Maha Esa
6. SE Kepala BKN No. 1/SE/I/2022 tentang Tata
Cara Penilaian Kinerja PNS Tahun 2021
7. PERKA BKN No. 3 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Teknis
Kegiatan Sasaran Kerja Pegawai
1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (PNS Pasal
79-81, PPPK Pasal 101)
2. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
(Pasal 303)
3. PP No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
PPPK (Pasal 38)
4. PP No. 7 Tahun 1977 tentang Gaji PNS
5. PP No. 51 Tahun 1992 tentang Perubahan PP
Nomor 7 Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji
PNS Sebagaimana Telah Diubah, Terakhir
Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15
9 Penggajian dan Tunjangan Tahun 1985 (Tunjangan Istri dan Anak)
6. PP No 15 Tahun 2019 Perubahan ke 18 PP atas
PP No 7 Tahun 1977 Peraturan Gaji PNS
7. KEPPRES No. 9 Tahun 1982 tentang Tunjangan
Pangan Bagi Pegawai Negeri Dan Penerima
Pensiun, Penyediaan Pangan Bagi Pegawai
Perusahaan Dan Untuk Keperluan Khusus
Serta Operasi Pasar
8. PERPRES No. 26 Tahun 2007 tentang
Tunjangan Jabatan Struktural
9. PERPRES No. 12 Tahun 2006 tentang
Tunjangan Umum Bagi PNS
1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (PNS Pasal
82-85, PPPK Pasal 103)
10 Penghargaan
2. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
(Pasal 231-237)
22

3. PP No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen


PPPK (Pasal 45-50)
4. PP No. 25 Tahun 1994 tentang Tanda
Kehormatan Tanda Satya Lencana Karya Satya
1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (PNS Pasal
86, PPPK Pasal 104)
2. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
(Pasal 229-230)
3. PP No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
PPPK (51-52)
4. PP No. 94 Tahun 2021 tentang Disiplin PNS
5. PP No. 79 Tahun 2021 tentang Upaya
Administratif Dan Badan Pertimbangan
Aparatur Sipil Negara
11 Disiplin 6. PP No. 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan
Dan Perceraian Bagi PNS
7. PP No. 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas
PP No. 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan
Dan Perceraian Bagi PNS
8. Peraturan BKN No. 6 Tahun 2022 tentang
Peraturan Pelaksanaan PP No 94 Tahun 2021
Tentang Disiplin PNS
9. [Siaran Pers] BKN No. 031/Rilis/BKN/IX/2021
tentang Perubahan Ketentuan Disiplin PNS
Dalam PP 94 Tahun 2021
1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (PNS Pasal
87-90, PPPK Pasal 105)
2. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
(Pasal 238-302)
12 Pemberhentian
3. PP No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
PPPK (Pasal 53-74)
4. Peraturan BKN No. 3 Tahun 2020 tentang
Petunjuk Teknis Pemberhentian PNS
1. UU No. 11 Tahun 1969 tentang Pensiun
Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai
2. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (Pasal
91)
Jaminan Pensiun Dan
13 3. PP No.11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Jaminan Hari Tua
PNS (Pasal 304-307)
4. PP No. 18 Tahun 2019 tentang Penetapan
Pensiun Pokok Pensiunan PNS Dan
Janda/Dudanya
23

5. Peraturan BKN No. 2 Tahun 2019 tentang


Tata Cara Masa Persiapan Pensiun
1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (PNS Pasal
92, PPPK Pasal 106)
2. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
(Pasal 308)
3. PP No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
PPPK (Pasal 75)
4. PP No. 70 Tahun 2015 tentang JKK JKM bagi
14 Perlindungan
Pegawai ASN
5. PP No. 66 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
PP Nomor 70 Tahun 2015
6. Peraturan BKN No. 4 Tahun 2020 tentang
Pedoman Kriteria Penetapan Kecelakaan
Kerja, Cacat, Dan Penyakit Akibat Kerja, Serta
Kriteria Penetapan Tewas Bagi Pegawai ASN
1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (Pasal 21
huruf b)
2. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
(Pasal 309-341)
3. PP No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
15 Cuti PPPK (Pasal 76-93)
4. Peraturan BKN No. 24 Tahun 2017 tentang Tata
Cara Pemberian Cuti PNS
5. Peraturan BKN No.7 Tahun 2021 tentang
Perubahan atas Peraturan BKN No. 24 Tahun
2017
1. UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN (Pasal 47
huruf c, Pasal 48 huruf d, Pasal 127- 128 dan
Pasal 133)
2. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
(Pasal 167-170, Pasal 171 ayat (1), Pasal 172-
175, Pasal 179 ayat (2), (3), Pasal 181 ayat (7),
Pasal 182 ayat (6) & (7), Pasal 184 ayat (1),
Sistem Informasi Pasal 186 ayat (3), Pasal 187 ayat (3), Pasal 199
16
Kepegawaian ayat (1), Pasal 209 ayat (2), Pasal 220, Pasal
224, Pasal 226- 227, Pasal 260, Pasal 275 ayat
(2)
3. PERKA BKN No. 18 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengelolaan Tata Naskah
Kepegawaian PNS
4. Keputusan Kepala BKN No. 87 Tahun 2021
tentang Pemutakhirab Data Mandiri ASN
24

1. PP No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS


(Pasal 211)
2. PERPRES No. 12 Tahun 1961 tentang
17 Tugas Belajar Pemberian Tugas Belajar
3. SE MENPANRB No. 28 Tahun 2021 tentang
Pengembangan Kompetensi Bagi PNS Melalui
Jalur Pendidikan

Tabel 1. Daftar Dasar Hukum Manajemen ASN


BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Regulasi merupakan komponen utama dalam menjalankan roda pemerintahan
pada suatu negara. Dalam urusan pengelolaan pegawai, regulasi terkait kepegawaian
dijadikan sebagai pedoman bagi pegawai dalam menjalankan tugas dan fungsinya, agar
pegawai dapat bekerja dan bertindak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku.
Dengan adanya regulasi kepegawaian, keseimbangan hak dan kewajiban setiap
pegawai dapat tercapai. Regulasi dapat diartikan sebagai segala peraturan yang
sifatnya mengatur berbagai pihak yang terlibat. Akan tetapi, regulasi tidak melulu
tentang hak dan kewajiban, bisa juga berupa pekerjaan yang harus dilakukan pegawai
dan yang tidak boleh dilakukan pegawai.
Di samping itu, perangkat regulasi juga merupakan wujud dari kebijakan negara
atau kebijakan pemerintah yang dituangkan secara tertulis. Kebijakan pemerintah
mencakup seluruh urusan dan tugas-tugas pemerintahan, termasuk urusan
pemerintahan di bidang manajemen sumber daya aparatur atau yang juga lazim
disebut manajemen kepegawaian. Dalam perkebangannya, berbagai macam regulasi
diterbitkan sebagai perangkat pelaksanaan kebijakan pemerintah khususnya di bidang
kepegawaian, agar tetap relevan seiring dengan perkembangan dalam segala aspek
kehidupan yang kian pesat dari masa ke masa.

B. SARAN
Berdasarkan dari kesimpulan yang diperoleh pada tulisan di atas, terdapat
beberapa saran dari penulis terkait perkembangan regulasi kepegawaian, diantaranya:
1. Setiap pegawai pemerintahan diharapakan senantiasa mematuhi seluruh regulasi
yang berlaku, karena sejatinya seluruh aturan dan regulasi yang terus mengalami
perubahan dan diterapkan hingga saat ini, sejatinya dengan berlandasakan kepada
Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila sebagai Dasar Negara.
2. Setiap regulasi yang disusun diharapkan senantiasa memperhatikan
perkembangan zaman, sehingga dalam penerapannya mendapatkan hasil yang
optimal.
3. Regulasi kepegawaian yang dibuat diharapkan senantiasa memperhatikan
lingkungan dan juga pekerja itu sendiri, sehingga tidak ada pihak-pihak yang
merasa dirugikan atau diberatkan atas regulasi tersebut.

25
26

DAFTAR PUSTAKA

Collins Dictionary. (n.d.). collinsdictionary.com. Diambil 16 Oktober 2022, dari


https://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/regulation
regulasi-kepegawaian. (n.d.). appsensi.com. Diambil 16 Oktober 2022, dari https://appsensi.com/regulasi-
kepegawaian/
Republik Indonesia. (1948). PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 11 TAHUN 1948 (Vol. 69, Nomor 49).
Republik Indonesia. (1950). Peraturan Pemerintah 32 Tahun 1950 (Vol. 80, Nomor 113).
Staatsblade Tahun 1938 No. 106.pdf. (n.d.).
STEWART, J., & WALSH, K. (1992). CHANGE IN THE MANAGEMENT OF PUBLIC SERVICES. Public
Administration, 70(4), 499–518. https://doi.org/https://doi.org/10.1111/j.1467-9299.1992.tb00952.x
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1961 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kepegawaian (Lembaran
Negara Tahun 1961 Nomor 63)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974
Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041)
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3890)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor
6 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5494)
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1948 tentang Pembentukan Kantor Urusan Pegawai. Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penghapusan Kantor Urusan Pegawai Yogjakarta dan
Jawatan Urusan Umum Pegawai Jakarta serta Pembentukan Kantor Urusan Pegawai yang Baru.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1972 tentang Badan Administrasi Kepegawaian Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Repubtik Indonesia Tahun 20l7 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6037)
Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2020 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20l8 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6264)
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6477)
Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2013 tentang Badan Kepegawaian Negara (Lembaran Negara Tahun
2013 Nomor 128). Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1984 Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan
Organisasi tentang Badan Administrasi Kepegawaian Negara.
Keputusan Presiden Nomor 143 Tahun 1998 tentang Badan Administrasi Kepegawaian Negara.
Keputusan Presiden Nomor 95 Tahun 1999 tentang Badan Kepegawaian Negara.
Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1988 tentang Badan Administrasi Kepegawaian Negara.
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah enam kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor Per/04/M.PAN/4/2007
tentang Pedoman Umum Formulasi, Implementasi, Evaluasi Kinerja, dan Revisi Kebijakan Publik di
Lingkungan Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah.

Anda mungkin juga menyukai