Oleh :
Maria Rosario Angelina Mella
112017246
Dokter Pembimbing :
dr. Retno Praptaningsih, Sp.THT
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT THT
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus:
Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMA
Alamat : Bintoro Kecil III Status Menikah : Sudah Menikah
ANAMNESIS
Diambil secara autoanamnesis, pada tanggal 4 Juni 2018 jam 08.30 di Poliklinik THT Rumah Sakit
Panti Wilasa Dr. Cipto
Keluhan Utama
Telinga kiri mengeluarkan cairan sejak 2 minggu SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri sejak 2 minggu SMRS. Pasien
mengatakan bahwa cairan yang keluar dari telinga kiri berwarna bening, tidak berbau, tidak kental
dan dirasakan setelah pasien bangun tidur. Telinga kiri pasien terasa berbunyi (pletuk-pletuk), ada
penurunan pendengaran dan terasa nyeri pada telinga kiri pasien. Pasien mengatakan bahwa
keluhan ini diperberat ketika tubuh sedang tidak fit, pasien juga merasakan pusing, demam, nyeri
pada bagian hidung saat bersin. Pasien mengatakan bahwa sebelumnya sudah diberi obat tetes
telinga oleh dokter keluarga tetapi pasien lupa nama obat tetes telinga. Pasien merasakan tidak ada
perbaikan setelah diberikan obat tersebut.
Pada telinga kanan pasien tidak ada keluhan. Keluhan mual, muntah, pusing berputar, nyeri
tenggorokan dan batuk disangkal oleh pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan : 4 Juni 2018
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 80x/menit
Frekuensi nafas : 17x/menit
Suhu : Tidak dilakukan
Telinga
Bagian Kanan Kiri
Aurikula Bentuk normal, benjolan (-), Bentuk normal, benjolan (-),
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
Preaurikula Abses (-), Fistula (-), Nyeri Abses (-), Fistula (-), Nyeri
Tragus (-) Tragus (-)
Retroaurikula Nyeri tekan (-), edema (-), Nyeri tekan (-), edema (-),
hiperemis (-) hiperemis (-)
Mastoid Nyeri tekan (-), edema (-), Nyeri tekan (-), edema (-),
hiperemis (-) hiperemis (-)
CAE Lapang , Sekret (-), sedikit Lapang , Sekret (-), sedikit
serumen, hiperemis (-), serumen, hiperemis (-),
corpus alienum (-) corpus alienum (-)
Membran Timpani
Perforasi - +
Refleks cahaya (+) arah jam 5 (-)
Warna Putih mengkilat seperti Suram
mutiara
TES PENALA
Kanan Kiri
Tes Rinne Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Tes Weber Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Tes Swabach Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Penala yang dipakai - -
Hidung
Kanan Kiri
Bentuk Normal Normal
Tanda peradangan - -
Daerah sinus maxillaris dan Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
eithmoidalis
Vestibulum Normal Normal
Cavum nasi Bentuk normal, mukosa pucat Bentuk normal, mukosa pucat
(-), hiperemis (-) (-), hiperemis (-)
Konka inferior Edema (-), hiperemis (-) Edema (-), hiperemis (-)
Meatus medius Mukosa normal, sekret (-) Mukosa normal, sekret (-)
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Rhinopharynx
Koana : Tidak diperiksa
Septum nasi posterior : Tidak diperiksa
Muara tuba eustachius : Tidak diperiksa
Tuba eustachius : Tidak diperiksa
Torus tubarius : Tidak diperiksa
Post nasal drip : Tidak diperiksa
Tenggorokan
Pharynx
Dinding pharynx : Tidak diperiksa
Arcus : Tidak diperiksa
Tonsil : Tidak diperiksa
Uvula : Tidak diperiksa
Gigi : Tidak diperiksa
Larynx
Epiglottis : Tidak diperiksa
Plica aryepiglottis : Tidak diperiksa
Arytenoids : Tidak diperiksa
Ventricular band : Tidak diperiksa
Pita suara : Tidak diperiksa
Rima glotidis : Tidak diperiksa
Cincin trachea : Tidak diperiksa
Sinus piriformis : Tidak diperiksa
Kelenjar limfe submandibular dan cervical : Tidak diperiksa
RESUME
Seorang Wanita berusia 50 tahun datang dengan keluhan keluar cairan dari telinga kiri
sejak 2 minggu SMRS. Pasien mengatakan bahwa cairan yang keluar dari telinga kiri berwarna
bening, tidak berbau, tidak kental dan dirasakan setelah pasien bangun tidur. Telinga kiri pasien
terasa berbunyi (pletuk-pletuk), ada penurunan pendengaran dan terasa nyeri pada telinga kiri
pasien. Pasien mengatakan bahwa keluhan ini diperberat ketika tubuh sedang tidak fit, pasien juga
merasakan pusing, demam, nyeri pada bagian hidung saat bersin. Pasien mengatakan bahwa
sebelumnya sudah diberi obat tetes telinga oleh dokter keluarga tetapi pasien lupa nama obat tetes
telinga. Pasien merasakan tidak ada perbaikan setelah diberikan obat tersebut. Pasien memiliki
riwayat alergi udara dingin. Ibu pasien juga memiliki riwayat alergi udara dingin.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi nafas
17x/menit. Pada pemeriksaan telinga didapatkan perforasi membran timpan telinga kiri. Pada
pemeriksaan hidung dan tenggorokan didapatkan dalam keadaan normal.
DIAGNOSIS KERJA
Otitis Media Akut Stadium Perforasi AS
DIAGNOSIS BANDING
Otitis Media Akut (OMA)
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Antibiotik : Amoksisilin + asam klavulanat 875 mg 7-10 hari, chloramphenicol tetes
telinga 1% 10 ml 2-3 tetes 3 kali sehari
Anti nyeri : Na Diklofenak 25 mg 2x1 (kalau perlu)
Paracetamol 500mg 3x1
H2O2 3%
Non medikamentosa
Operatif : Timpanoplasty
EDUKASI
Gunakan masker pada tempat kerja
Menghindari mengkonsumsi makanan dan minuman yang dingin
Menjaga telinga agar tidak kemasukan air
Datang kembali untuk kontrol setelah 1 minggu, untuk melihat perkembangan
penyembuhan pada perforasi membran timpani.
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga merupakan organ pendengaran dan organ keseimbangan. Telinga dibagi menjadi
3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (daun telinga) dan canalis auditorius eksternus (liang
telinga). Telinga tengah terdiri dari membran timpani, cavum timpani dan tuba eustachius. Telinga
dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang
terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.1
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut Pars flaksida (Membran
Shrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa (membrane propia). Pars flaksida hanya berlapis
dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel
kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah,
yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier
dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut umbo.
Membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan
timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan
menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah belakang,
untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.
Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar
kedalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling
berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada
inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan
dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria yang
tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot
kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara. maleus, inkus
dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik.
Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan
antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah
nasofaring dengan telinga tengah.1,2
Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius (tuba
auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane
timpani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan.
Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk
mencegah pecahnya membran timpani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan
udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang
sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran timpani.1,2
Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dihantarkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan memperkuat getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan foramen ovale. Energi getar yang teiah
diperkuat ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan foramen ovale sehingga cairan
perilimfe pada skala vestibuli bergerak.2,3
Getaran akibat getaran perilimfe diteruskan melalui membran Reissner yang akan
mendorong endolimfe, sehingga akan terjadi gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik
dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu
dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39 - 40) di lobus
temporalis.2,3
3. Stadium Supurasi
Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau bernanah di
telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu edema pada mukosa telinga tengah menjadi
makin hebat dan sel epitel superfisial hancur. Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum
timpani menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar. Pada
keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga
bertambah hebat. Pasien selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat disertai dengan
gangguan pendengaran konduktif. Pada bayi demam tinggi dapat disertai muntah dan kejang.
Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan iskemia
membran timpani, akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. Terjadi
penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena
kecil, sehingga tekanan kapiler membran timpani meningkat, lalu menimbulkan nekrosis. Daerah
nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan atau yellow spot.
Keadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini
kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari
telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan menutup
kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit menutup kembali.
Membran timpani mungkin tidak menutup kembali.
Gambar 4. Membran Timpani Supurasi
4. Stadium Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah
yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang
pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh
terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman. Setelah nanah keluar, anak
berubah menjadi lebih tenang, suhu tubuh menurun dan dapat tertidur nyenyak. Jika membran
timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap berlangsung melebihi tiga minggu,
maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua keadaan tersebut
tetap berlangsung selama lebih satu setengah sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut
otitis media supuratif kronik.
5. Stadium Resolusi
Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan berkurangnya dan berhentinya
otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi
membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya kering.
Pendengaran kembali normal. Stadium ini berlangsung walaupun tanpa pengobatan, jika membran
timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah. Apabila stadium resolusi
gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik. Kegagalan stadium ini
berupa perforasi membran timpani menetap, dengan sekret yang keluar secara terus-menerus atau
hilang timbul. Otitis media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media
serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasi
membran timpani.2,4
4. Stadium perforasi
- Diberikan obat cuci telinga perhidrol atau H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang
adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri
dalam 7-10 hari.
5. Stadium resolusi
- Antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu bila tidak ada perbaikan membran timpani,
sekret dan perforasi.
- Pengobatan pada anak-anak dengan kecenderungan mengalami otitis media akut dapat
bersifat medis atau pembedahan. Penatalaksanaan medis berupa pemberian antibiotik dosis
rendah dalam jangka waktu hingga 3 bulan. Alternatif lain adalah pemasangan tuba
ventilasi untuk mengeluarkan sekret terutama pada kasus-kasus yang membandel.
Keputusan untuk melakukan miringotomi umumnya berdasarkan kegagalan profilaksis
secara medis atau timbul reaksi alergi terhadap antimikroba yang lazim dipakai, baik
golongan sulfa atau penisilin.