Anda di halaman 1dari 11

Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2019 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session

Tonsilitis Kronis

Oleh:

Arjuna Fiqrillah 1740312254


Mona Indah Putriani 1840312272

Preseptor :

dr. Dolly Irfandy, Sp.THT-KL (K), FICS

BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK


BEDAH KEPALA DAN LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2019 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session

Tonsilitis Kronis
Arjuna Fiqrillah, Mona Indah P

PENDAHULUAN Tonsil adalah massa jaringan limfoid yang terletak


1.1 Latar Belakang di fossa tonsil pada kedua sudut orofaring. Tonsil dibatasi
Tonsilitis adalah peradangan pada amandel di dari anterior oleh pilar anterior yang dibentuk otot
rongga faring, dapat disebabkan oleh salah satu bakteri palatoglossus, posterior oleh pilar posterior dibentuk otot
(streptokokus) atau virus (adenovirus). Kondisi ini sering palatofaringeus, bagian medial oleh ruang orofaring, bagian
dikaitkan dengan faringitis.1 Berdasarkan lamanya keluhan, lateral dibatasi oleh otot konstriktor faring superior, bagian
tonsilitis dapat diklasifikasikan sebagai akut dan kronis. superior oleh palatum mole, bagian inferior oleh tonsil
Tonsilitis kronis tanpa diragukan merupakan penyakit yang lingual. Permukaan lateral tonsil ditutupi oleh jaringan
paling sering dari semua penyakit tenggorok yang berulang. alveolar yang tipis dari fasia faringeal dan permukaan bebas
Gambaran klinis bervariasi, dan diagnosis sebagian besar tonsil ditutupi oleh epitel yang meluas ke dalam tonsil
tergantung pada inspeksi.2 membentuk kantong yang dikenal dengan kripta.7
Menurut WHO (World Health Organization), pola Jaringan limfoid pada Cincin Waldeyer berperan
penyakit THT diberbagai negara berbeda-beda. Di penting pada awal kehidupan, yaitu sebagai daya pertahanan
Islamabad, Pakistan selama 10 tahun (Januari 1998- lokal yang setiap saat berhubungan dengan agen dari luar
Desember 2007) dari 68.488 kunjungan pasien didapati (makan, minum, bernafas), dan sebagai surveilen imun.
penyakit Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang paling Fungsi ini didukung secara anatomis dimana di daerah
banyak dijumpai yakni sebanyak 15.067 (22%) penderita.3 faring terjadi tikungan jalannya material yang melewatinya
Tonsilitis Kronis menjadi lesi yang paling sering disamping itu bentuknya tidak datar, sehingga terjadi
terjadi diantara semua peradangan pada faring dengan turbulensi khususnya udara pernafasan. Dengan demikian
banyak kompikasi regional maupun lokal misalnya otitis kesempatan kontak berbagai agen yang ikut dalam proses
media akut, sinusitis, glomerulonefritis, dan endokarditis.4 fisiologis tersebut pada permukaan penyusun cincin
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, Waldeyer itu semakin besar.8
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis
banding dari penyakit ini begitu luas dan dapat terjadi
bersamaan. Tatalaksana yang diberikan juga sering
disamaratakan dengan pemberian antibiotik. Oleh karena
itu, tonsilitis akan dibahas dalam tulisan case report session
ini.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan case report session ini adalah
untuk mengetahui anatomi dan fisiologi tonsil, serta definisi,
epidemiologi, etiologi, patogenesis, diagnosis, tatalaksana,
komplikasi dan prognosis tonsillitis.

1.3 Metode Penulisan


Metode penulisan case report session ini adalah
dengan studi kepustakaan dengan merujuk pada berbagai
literatur.
Gambar 1. Gambaran Tonsil dalam Cincin Waldeyer
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan case report session ini adalah Tonsil palatina merupakan suatu massa jaringan
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai tonsillitis. limfoid yang terletak di dalam fossa tonsil pada kedua sudut
orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus)
TINJAUAN PUSTAKA dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk
2.1 Anatomi oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan
oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyer merupakan jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fossa tonsilaris,
limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fossa
dari tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil facial), supratonsil.8
tonsil lingual (tonsil pangkal lidah) dan tonsil tuba
eustachius (lateral band dinding faring/gerlach’s tonsil).5,6
Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2019 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

pada tonsil akan menyebabkan terjadinya antibodi lokal,


perubahan rasio sel B dan sel T. Efek dari
adenotonsilektomi terhadap integritas imunitas seseorang
masih diperdebatkan. Pernah dilaporkan adanya penurunan
produksi Imunoglobulin A nasofaring terhadap vaksin polio
setelah adenoidektomi atau adanya peningkatan kasus
Hodgkin’s limfoma. Namun bagaimanapun peran tonsil
masih tetap kontroversial dan sekarang ini belum terbukti
adanya efek imunologis dari tonsilektomi.10

2.2 Definisi
Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina
yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Tonsilitis
adalah infeksi dan inflamasi pada tonsil. Penyebaran infeksi
dapat melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman.
Gambar 2. Anatomi oral cavity Berdasarkan waktu berlangsung penyakit, tonsilitis terbagi
menjadi 2, yakni tonsilitis akut jika penyakit (keluhan)
Tonsil mendapat perdarahan dari cabang-cabang arteri berlangsung kurang dari 3 minggu dan tonsilitis kronis jika
karotis eksterna, yaitu:9 inflamasi atau peradangan pada tonsil palatina berlangsung
1. A. Maksilaris eksterna (a. Fasialis) dengan lebih dari 3 bulan atau menetap.11
cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina
asenden 2.3 Etiologi
2. A. Maksilaris interna dengan cabangnya a. Bakteri menyebabkan 15-30 persen kasus
Palatina desenden faringotonsilitis; Streptococcus beta hemolyticus grup A
3. A. Lingualis dengan cabangnya a . ingualis dorsal adalah penyebab tonsilitis bakteri yang paling banyak. Virus
4. A. Faringeal asenden herpes simplex, Epstein-Barr virus (EBV), sitomegalovirus,
adenovirus, dan virus campak merupakan penyebab
tonsilofaringitis akut.12
Tonsilitis kronis disebabkan oleh bakteri yang
sama yang terdapat pada tonsilitis akut, dan yang paling
sering adalah bakteri gram positif namun terkadang bakteri
berubah menjadi bakteri golongan gram negatif. Dari suatu
penelitian, menemukan 9 jenis bakteri penyebab
tonsilofaringitis kronis yaitu Streptokokus alpha,
Staphylococcus aureus, Streptokokus β hemolitikus grup A,
Enterobakter, Streptokokus pneumonie, Pseudomonas
aeroginosa, Klebsiela sp., Escherichea coli, Staphylococcus
epidermidis.12

2.4 Epidemiologi
Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling
sering terjadi dari seluruh penyakit THT. Data epidemiologi
Gambar 3. Pendarahan tonsil penyakit THT di tujuh provinsi di Indonesia, prevalensi
tonsilitis kronis sebesar 3,8% tertinggi setelah nasofaringitis
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan akut 4,6%. Hasil pemeriksaan pada anak-anak dan dewasa
menuju rangkaian getah bening servikal profunda (deep menunjukkan total penyakit pada telinga hidung dan
jugular node) bagian superior di bawah muskulus tenggorokan berjumlah 190-230 per 1.000 penduduk dan
sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan didapati 38,4% diantaranya merupakan penderita penyakit
akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai tonsilitis kronis.13
pembuluh getah bening eferen sedangkan pembuluh getah Berdasarkan data medical record tahun 2010 di
bening aferen tidak ada.10 RSUP dr M. Djamil Padang bagian THT-KL subbagian
Innervasi terutama dilayani oleh n. IX laring faring, ditemukan tonsilitis sebanyak 465 dari 1.110
(glossopharyngeus) dan juga oleh n. Palatina minor (cabang kunjungan di Poliklinik subbagian laring faring dan yang
ganglion sphenopalatina). Pemotongan pada n. IX menjalani tonsilektomi sebanyak 163 kasus. Sedangkan
menyebabkan anestesia pada semua bagian tonsil.10 insiden tonsilitis kronis di RSUP dr Kariadi Semarang
Tonsil merupakan organ yang unik karena 23,36% sebagian besar diantaranya pada usia 6-15 tahun.14
keterlibatannya dalam pembentukan imunitas lokal dan Tonsilitis baik akut maupun kronik dapat terjadi
pertahanan imunitas tubuh. Limfosit B berproliferasi di pada semua umur, namun lebih sering terjadi pada anak.
“germinal center”. Imunoglobulin (Ig G, A, M, D), Faktor yang menjadi penyebab utama hal tersebut adalah
komponen komplemen, interferon, lisosim dan sitokin ISPA dan tonsillitis akut yang tidak mendapat terapi yang
berakumulasi di jaringan tonsillar. Infeksi bakterial kronis adekuat.15
Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2019 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

2.5 Faktor Predisposisi16 adalah kripte melebar, pembesaran kelenjar angulus


1. Rangsangan kronis (rokok, makanan) mandibula dan tonsil tertanam atau membesar. 19
2. Higiene mulut yang buruk
3. Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu 2.8 Penegakan Diagnosis
yang berubah-ubah) Adapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis
4. Alergi (iritasi kronis dari alergen) adalah sebagai berikut:
5. Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik) 1. Anamnesa
6. Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting
karena hampir 50% diagnosa dapat ditegakkan dari
2.6 Patogenesis anamnesa saja. Penderita sering datang dengan keluhan
Adanya infeksi berulang pada tonsil maka pada rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit
suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman waktu menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit pada
sehingga kuman kemudian bersarang di tonsil. Pada keadaan sendi, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher.
inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi 2. Pemeriksaan fisik pasien dengan tonsilitis dapat
sarang infeksi (fokal infeksi) dan satu saat kuman dan toksin menemukan:
dapat menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada saat a. Tonsil dapat membesar bervariasi. Kadang-kadang
keadaan umum tubuh menurun.17 tonsil dapat bertemu di tengah. Standar untuk
Karena proses radang berulang yang timbul maka pemeriksaan tonsil berdasarkan pemeriksaan fisik
selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga diagnostik diklasifikasikan berdasarkan ratio tonsil
pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh terhadap orofaring (dari medial ke lateral) yang
jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga diukur antara pilar anterior kanan dan kiri. Ukuran
kripta melebar. Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh tonsil dibagi menjadi:
detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul
tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan
jaringan disekitar fossa tonsilaris. Pada anak, proses ini
disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula.18
Tonsilitis Kronis terjadi akibat pengobatan yang
tidak tepat sehingga penyakit pasien menjadi Kronis.
Faktor-faktor yang menyebabkan kronisitas antara lain:
terapi antibiotika yang tidak tepat dan adekuat, gizi atau
daya tahan tubuh yang rendah sehingga terapi
medikamentosa kurang optimal, dan jenis kuman yang tidak
sama antara permukaan tonsil dan jaringan tonsil.18

2.7 Gejala dan Tanda


Gejala klinis Tonsilitis Kronis, yaitu: 16
1. Sangkut menelan. Dalam penelitian mengenai aspek Gambar 4. Ukuran tonsil
epidemiologi faringitis mendapatkan dari 63
penderita Tonsilitis Kronis, sebanyak 41,3%  T0: Post tonsilektomi
diantaranya mengeluhkan sangkut menelan sebagai  T1: Tonsil masih terbatas dalam fossa
keluhan utama. tonsilaris
2. Bau mulut (halitosis) yang disebabkan adanya pus
 T2: Sudah melewati pilar anterior, tapi
pada kripta tonsil. Pada penelitian tahun 2007 di Sao
belum melewati garis paramedian (pilar
Paulo Brazil, mendapatkan keluhan utama halitosis
posterior)
atau bau mulut pada penderita Tonsilitis Kronis
 T3: Sudah melewati garis paramedian,
didapati terdapat pada 27% penderita.
belum melewai garis median
3. Sulit menelan dan sengau pada malam hari (bila
 T4: Sudah melewati garis median
tonsil membesar dan menyumbat jalan nafas).
b. Dapat terlihat butiran pus kekuningan pada
4. Pembesaran kelenjar limfe pada leher.
permukaan medial tonsil20
5. Butiran putih pada tonsil
c. Bila dilakukan penekanan pada plika anterior dapat
Tanda klinik pada tonsilitis kronis adalah: 19
keluar pus atau material menyerupai keju.20
 Pilar/plika anterior hiperemis
d. Warna kemerahan pada plika anterior bila dibanding
 Kripte tonsil melebar
dengan mukosa faring, merupakan tanda penting
 Pembesaran kelenjar sub angulus mandibular untuk menegakkan infeksi kronis pada tonsil.20
 Muara kripte terisi pus Tanda klinis pada Tonsilitis Kronis yang sering
 Tonsil tertanam atau membesar muncul adalah kripta yang melebar, pembesaran kelenjar
Tanda klinik tidak harus ada seluruhnya, minimal limfe submandibula dan tonsil yang mengalami
ada kripte melebar dan pembesaran kelenjar sub angulus perlengketan. Tanda klinis tidak harus ada seluruhnya,
mandibula. Gabungan tanda klinik yang sering muncul minimal ada kripta yang melebar dan pembesaran kelenjar
limfe submandibula. Disebutkan dalam penelitian lain
Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2019 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

bahwa adanya keluhan rasa tidak nyaman di tenggorokan, gumma bisa mengakibatkan perforasi palatum mole
kurangnya nafsu makan, berat badan yang menurun, dan pilar tonsil.
palpitasi mungkin dapat muncul. Bila keluhan-keluhan ini c. Lepra
disertai dengan adanya hiperemi pada plika anterior, Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi
pelebaran kripta tonsil dengan atau tanpa debris dan pada faring kemudian menyembuh dan disertai
pembesaran kelenjar limfe jugulodigastrik maka diagnosa dengan kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya
Tonsilitis Kronis dapat ditegakkan. Untuk menegakkan jaringan ikat.
diagnosa penyakit Tonsilitis Kronis terutama didapatkan d. Aktinomikosis faring
berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak
diagnostik yang didapatkan dari penderita.21 luas, tidak nyeri, bisa mengalami ulseasi dan proses
supuratif. Blastomikosis dapat mengakibatkan
2.9 Diagnosis Banding ulserasi faring yang ireguler, superfisial, dengan
Diagnosa banding dari tonsilitis kronis adalah :18 dasar jaringan granulasi yang lunak.
1. Penyakit-penyakit yang disertai dengan pembentukan 3. Tumor tonsil
pseudomembran yang menutupi tonsil (tonsilitis Gejala tersering ditemukan rasa seperti benda
membranosa) asing di tenggorok karena pembesaran kelenjar tonsil yang
a. Tonsilitis difteri biasanya unilateral, rasa nyeri tenggorok bila tumor sudah
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium menginfiltrasi daerah sekitarnya atau sudah terdapat
diphteriae. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh ulserasi. Jika tumor sudah stadium lanjut dapat terjadi
kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada perdarahan, disfagi, trismus, pembengkakan leher, dan
titer antitoksin dalam darah. Titer antitoksin sebesar gangguan fungsi bernafas dan menelan.
0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukup memberikan Penyakit-penyakit diatas, keluhan umumnya
dasar imunitas. Gejala khas tonsilitis difteri yaitu berhubungan dengan nyeri tenggorok dan kesulitan
tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak menelan. Diagnosa pasti berdasarkan pada pemeriksaan
putih kotor yang makin lama makin meluas dan serologi, hapusan jaringan/kultur, X-ray dan biopsi.
membentuk pseudomembran yang melekat erat pada
dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah 2.10 Penatalaksanaan
berdarah. Tonsilitis Kronik tindakan yang dapat dilakukan adalah:
b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis 1. Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan
Ulseromembranosa) berkumur atau obat hisap
Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39C), 2. Tonsilektomi pada infeksi yang berulang atau
nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit tenggorok, kronik, gejala sumbatan, serta kecurigaan neoplasma
badan lemah, gusi mudah berdarah dan Indikasi tonsilektomi berdasarkan The American
hipersalivasi. Pada pemeriksaan tampak membran Academy of Othoryngology – Head and Neck Surgery
putih keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan:1
dan prosesus alveolaris. Mukosa mulut dan faring 1. Indikasi absolut
hiperemis. Mulut berbau (foetor ex ore) dan kelenjar  Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan
submandibula membesar. jalan nafas atas, disfagia berat, gangguan tidur,
c. Mononukleosis Infeksiosa atau komplikasi kardiopulmoner
Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral.  Abses peritonsil yang tidak respon dengan
Membran semu yang menutup ulkus mudah pengobatan medik dan drainase
diangkat tanpa timbul perdarahan, terdapat  Tonsilitis yang menyebabkan kejang demam
pembesaran kelenjar limfe leher, ketiak dan regio  Biopsi yang dicurigai tumor (keganasan)
inguinal. Gambaran darah khas, yaitu terdapat 2. Indikasi relaitif
leukosit mononukleosis dalam jumlah besar. Tanda  Infeksi tonsil terjadi 3 kali/lebih pertahun,
khas yang lain adalah kesanggupan serum pasien meskipun tidak diberikan pengobatan medik
untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba yang adekuat
(Reaksi Paul Bunnel).  Tonsilitis kronis/berulang yang disebabkan oleh
2. Penyakit kronik faring granulomatus streptococcus yang tidak membaik dengan
a. Faringitis tuberkulosa antibiotik (resisten beta laktamase)
Merupakan proses sekunder dari TBC paru.  Bau mulut yang menetap yang menandakan
Keadaan umum pasien buruk karena anoreksi dan tidak respons terhadap terapi
odinofagi. Pasien mengeluh nyeri hebat di Sementara itu berdasarkan Kriteria Paradise seseorang
tenggorok, nyeri di telinga (otalgia) dan pembesaran dapat dilakukan tonsilektomi jika:2
kelenjar limfa leher. 1. Frekuensi minimal pada episode nyeri tenggorokan
b. Faringitis luetika 7 kali dalam 1 tahun, 5 kali setiap tahun selama 2
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit tahun, atau 3 kali setiap tahun selama 3 tahun.
primer, sekunder atau tersier. Pada penyakit ini 2. Gejala klinis nyeri tenggorokan disertai dengan
dapat terjadi ulserasi superfisial yang sembuh adanya satu atau lebih criteria berikut: demam
disertai pembentukan jaringan ikat. Sekuele dari >38,30C, limfadenopati servikal, nyeri nodus
Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2019 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

limfatikus atau ukuran >2cm atau eksudat tonsil atau - Nyeri pada wajah tidak ada.
kultur positif dari Streptococcus beta haemoliticus - Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.
Grup A). - Riwayat gigi dan gusi mudah berdarah tidak ada
- Riwayat sulit membuka mulut tidak ada
3. Telah mendapatkan terapi antibiotik untuk
- Riwayat cairan/dahak mengalir ditenggorok tidak ada
Streptococcus beta haemoliticus Grup A dosis biasa. - Riwayat hidung tersumbat tidak ada
Tiap episode penyakit dan gejalanya harus tercatat - Riwayat penurunan pendengaran, keluar cairan dari
dalam medical record atau jika tidak terdokumentasi dengan telinga tidak ada
baik, berikutnya dilakukan observasi oleh klinisi selama 2 - Riwayat suara serak tidak ada
episode nyeri tenggorokan dengan poladan frekuensi gejala - Riwayat penurunan berat badan yang drastis tidak ada
yang konsisten dengan riwayat sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Pasien belum pernah mengeluhkan hal yang sama
2.11 Komplikasi sebelumnya.
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan
komplikasi ke daerah sekitarnya berupa rinitis kronik, Riwayat Penyakit Keluarga:
sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum. - Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang
Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan sama dengan pasien.
dapat timbul endokarditis, artritis, miositis, nefritis, uveitis,
Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan
iridoksiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan
- Pasien seorang pedagang di pasar yang sering tidur larut
furunkulosis. malam dan tidak teratur
- Pasien mengaku sering stress akibat beban pekerjaan.
LAPORAN KASUS - Pasien seorang perokok aktif sejak 15 tahun yang lalu,
Anamnesis yang menghabiskan satu bungkus rokok per hari.
Identitas Pasien
Nama : Tn. TY Pemeriksaan Fisik
Umur : 29 Tahun Tanda Vital
Alamat : Payakumbuh
- Keadaan Umum : Sakit ringan
Suku : Minang
Agama : Islam - Kesadaran : Composmentis Cooperatif
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Keluhan Utama: - Nadi : 88 x/ Menit
Nyeri menelan yang bertambah berat sejak 1 minggu - Pernafasan : 18 x/ Menit
terakhir - Suhu : 36,50C
- TB : 170 cm
Riwayat Penyakit sekarang:
- Nyeri menelan yang bertambah berat sejak 1 minggu - BB : 58 Kg
terakhir. Nyeri menelan sudah dirasakan pasien sejak ±
3 bulan yang lalu, hilang timbul. Nyeri menelan disertai Status Generalis
sulit menelan dirasakan terutama bila pasien sedang - Kepala : Normocepal
demam, batuk, dan pilek. - Kulit : Tidak ada kelainan
- Riwayat hidung berair sejak 1 minggu terakhir. - Rambut : Tidak ada kelainan
- Riwayat demam tidak ada.
- Mata : Anemis (-), Sianosis (-)
- Riwayat batuk tidak ada.
- Rasa mengganjal ditenggorok ada. - Thorax : Simetris, SN bronkovesikuler
- Riwayat tidur mendengkur tidak ada. - Jantung : Bunyi jantung reguler, bising (-)
- Nafas berbau tidak ada. - Abdomen : Supel, Bising Usus normal
- Riwayat sesak napas tidak ada.

Status Lokalis THT


1. Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Kelainan Kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Daun Telinga
Kelainan Metabolik Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tarik Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tragus Tidak ada Tidak ada
Cukup Lapang Cukup Lapang Cukup Lapang
Sempit Tidak ada Tidak ada
Liang dan Dinding Telinga Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Bau Tidak ada Tidak ada
Sekret/ Serumen
Warna Tidak ada Tidak ada
Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2019 7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Jumlah Tidak ada Tidak ada


Jenis Tidak ada Tidak ada

Membran Timpani
Warna Putih Mutiara Putih mutiara
Refleks Cahaya Positif Positif
Utuh Bulging Tidak ada Tidak ada
Retraksi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Jumlah Perforasi Tidak ada Tidak ada
Jenis Tidak ada Tidak ada
Perforasi
Kuadran Tidak ada Tidak ada
Pinggir Tidak ada Tidak ada

Gambar Membran Timpani

Tanda Radang Tidak ada Tidak ada


Fistel Tidak ada Tidak ada
Mastoid
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Pinggir Tidak ada Tidak ada
Rhinne Positif Positif
Weber Tidak ada lateralisasi
Tes Garpu Tala
Schwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Kesimpulan Normal
Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Timpanometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2. Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Kelainan congenital Tidak ada Tidak ada
Hidung luar Trauma Tidak Ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada

3. Sinus paranasal
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra

Deformitas Tidak ada Tidak ada


Sinus Paranasal Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

4. Rinoskopi Anterior
Pemerikssaan Dextra Sinistra

Vibrise Ada Ada


Vestibulum Radang Tidak ada Tidak ada

Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang


Kavum nasi Sempit
Lapang
Lokasi Tidak Ada Tidak Ada
Jenis Tidak Ada Tidak Ada
Sekret Jumlah Tidak Ada Tidak Ada
Bau Tidak Ada Tidak Ada
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Konka inferior
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2019 8
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Ukuran Eutrofi Eutrofi


Warna Merah muda Merah muda
Konka media
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Cukup lurus/deviasi Tidak ada deviasi

Permukaan Licin Licin


Warna Merah muda Merah muda
Spina Tidak ada Tidak ada
Septum Krista Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Massa
Warna Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Tidak ada Tidak ada
Mudah digoyang Tidak ada Tidak ada
Pengaruh vasokonstriktor Tidak ada Tidak ada

5. Rinoskopi Posterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Cukup lapang (N)
Koana Sempit Sulit dinilai Sulit dinilai
Lapang
Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Mukosa Edem Sulit dinilai Sulit dinilai
Jaringan granulasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilai
Konka inferior Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Permukaan Sulit dinilai Sulit dinilai
Edem Sulit dinilai Sulit dinilai
Adenoid Ada/tidak Sulit dinilai Sulit dinilai
Muara tuba eustachius Tertutup secret Sulit dinilai Sulit dinilai
Edem mukosa Sulit dinilai Sulit dinilai
Lokasi
Ukuran
Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Bentuk
Permukaan
Post Nasal Drip Ada/tidak Sulit dinilai Sulit dinilai
Jenis Sulit dinilai Sulit dinilai

6. Orofaring dan Mulut


Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Trismus Ada/tidak ada Tidak ada Tidak ada

Ditengah/bergeser Ditengah

Uvula Edema Tidak ada


Bifida Tidak ada
Palatum mole + Arkus faring Simetris/tidak Simetris Simetris
Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Bercak/eksudat Tidak ada Tidak ada
Dinding Faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Tonsil Ukuran T2 T2
Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2019 9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Warna Merah muda Merah muda


Permukaan Tidak rata Tidak rata
Kripti Melebar Melebar
Detritus Tidak ada Tidak ada
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Perlengketan dengan pilar Tidak ada Tidak ada
Peritonsil Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Tumor Lokasi
Bentuk
Ukuran Tidak ada
Permukaan
Konsistensi
Karies/radiks Tidak ada Tidak ada
Gigi
Kesan Hygiene mulut cukup baik
Warna Merah muda
Bentuk Normal
Lidah
Deviasi Tidak ada
Massa Tidak ada

7. Laringoskopi Indirek
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Bentuk Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Epiglotis Edema Sulit dinilai Sulit dinilai
Pinggir rata/tidak Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Ariteniod Edema Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Gerakan Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Ventrikular band Edema Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Plica vokalis Gerakan Sulit dinilai Sulit dinilai
Pingir medial Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Subglotis/trakea Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Sekret Sulit dinilai Sulit dinilai
Sinus piriformis Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Sekret Sulit dinilai Sulit dinilai
Valekula Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Sekret ( jenisnya ) Sulit dinilai Sulit dinilai
Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2019 10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher merupakan kelanjutan dari infeksi akut berulang atau infeksi
- Dextra subklinis dari tonsil.2
Inspeksi : tidak terlihat pembesaran KGB Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik ialah
leher , tanda radang tidak ada rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis
Palpasi : tidak teraba pembesaran KGB makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca
leher, nyeri tekan tidak ada (alergi), kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang
- Sinistra tidak adekuat.2 Pada pasien ini ditemukan faktor resiko
Inspeksi : tidak terlihat pembesaran KGB tonsilitis kronik yaitu adanya kebiasaan merokok dan stress
leher, tanda radang tidak ada akibat beban pekerjaan. Tonsilitis dapat disebabkan oleh
Palpasi : tidak teraba pembesaran KGB bakteri dan virus. Tonsilitis bakterial supurativa akut paling
leher, nyeri tekan tidak ada sering dihubungkan dengan Grup A Streptococcus beta
hemolitikus. Lebih kurang 30-40% tonsilitis akut disebabkan
Resume oleh Streptococcus beta hemolitikus. Kuman penyebab
Anamnesis tonsilitis kronik hampir sama dengan tonsilitis akut.
Nyeri menelan yang bertambah berat sejak 1 minggu Pasien datang dengan keluhan nyeri menelan yang
terakhir. Nyeri menelan sudah dirasakan pasien sejak ± 3 semakin memberat sejak 1 minggu terakhir dan sudah
bulan yang lalu, dirasakan hilang timbul. Nyeri menelan dirasakan ± 3 bulan yang lalu yang hilang timbul. Menurut
disertai sulit menelan dirasakan terutama bila pasien sedang penelitian yang dilakukan oleh Arsyad, gejala klinis yang
demam, batuk, dan pilek. sering ditemukan pada penyakit tonsilitis kronis adalah rasa
Pasien merasakan ada yang mengganjal pada tidak enak di tenggorokkan, sakit tenggorokkan, sulit
tenggoroknya sejak 3 bulan yang lalu. Sedangkan riwayat menelan sampai sakit saat menelan. Biasanya nyeri
hidung berair, hidung tersumbat, demam, batuk, tidur tenggorok dan nyeri menelan dirasakan lebih dari 4 minggu
mendengkur, nafas berbau, sesak napas, nyeri pada wajah, dan kadang menetap.9
keluar cairan dari telinga, gigi dan gusi mudah berdarah, Dari pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran tonsil
sulit membuka mulut, suara serak, dan penurunan fungsi dengan ukuran T2-T2 yang menurut kriteria Thane dan
pendengaran tidak ada. Cody yakni tonsil kanan dan kiri sudah melewati pilar
anterior, tapi belum melewati garis paramedian (pilar
Pemeriksaan Fisik posterior).4 Ukuran tonsil membesar akibat hiperplasia
Orofaring dan Mulut : ukuran tonsil T2-T2 dengan warna parenkim atau degenerasi fibroid.3 Pada tonsil ditemukan
merah muda, permukaan licin, dan kripti yang melebar. adanya muara kripti melebar. Dari teori didapatkan bahwa
tonsilitis kronik pada dasarnya terjadi karena proses radang
Diagnosis Kerja berulang yang timbul, akibatnya epitel mukosa dan jaringan
Tonsilitis kronis bilateral limfoid terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan
limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami
Diagnosis Banding pengerutan sehingga kripti melebar.2 Pada pemeriksaan fisik
Tidak ada tonsilitis kronik umumnya didapatkan tonsil yang membesar
dengan berbagai ukuran, dengan pembuluh darah yang
dilatasi pada permukaan tonsil. Arsitektur kripta yang rusak
Pemeriksaan Penunjang seperti sikatrik, eksudat pada kripta tonsil dan sikatrik pada
Tidak dilakukan pilar.3
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat
Pemeriksaan Anjuran disimpulkan diagnosa pada pasien ini adalah tonsilitis
- Kultur dan sensitivitas test kronis dan dilakukan pemeriksaan anjuran berupa kultur dan
- Biopsi sensitivity test untuk mencari tahu penyebab serta biopsy
untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan.
Tatalaksana Penatalaksanaaan tonsilitis kronis dapat dilakukan dengan
- Tonsilektomi bilateral pemberian obat kumur untuk menjaga higienitas mulut serta
tindakan operasi. Pada pasien ini tatalaksana yang diberikan
Edukasi adalah tonsilektomi bilateral.2
- Manajemen stres dan menghindari kebiasaan merokok Indikasi dilakukan tonsilektomi menurut The
American Academy of Otolaryngology, Head and Neck
Prognosis Surgery tahun 2011 yaitu terdiri indikasi absolut dan
- Quo ad Vitam : bonam indikasi relatif. Indikasi absolut terdiri dari tonsilitis kronis
- Quu ad Functionam : bonam yaitu penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali
- Quo ad sanationam : bonam atau lebih dalam setahun selama 3 tahun berturut-turut dan
belum mendapat terapi yang adekuat, pembesaran tonsil
DISKUSI yang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas, disfagia
Telah dilaporkan sebuah kasus tonsilitis kronis pada menetap, gangguan tidur atau komplikasi kardiopulmunar,
seorang laki-laki berusia 29 tahun yang ditegakkan abses peritonsil yang tidak respon terhadap pengobatan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan medis, karier Streptococcus yang tidak respon terhadap
lama perjalanan penyakit dan penyebabnya, tonsilitis terbagi antibiotik beta laktam, dan pembesaran tonsil unilateral
atas tonsilitis akut dan tonsilitis kronis. Tonsilitis akut yang diperkirakan neoplasma. Sedangkan indikasi relatif
adalah radang pada tonsil yang timbulnya cepat, atau antara lain hipertrofi yang menyebabkan maloklusi gigi dan
berlangsung dalam waktu pendek (tidak lama), dalam kurun bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan
waktu jam, hari hingga minggu. Tonsilitis kronis adalah tonsilitis kronik tidak responsif terhadap terapi
tonsilitis yang berlangsung lama (bulan atau tahun) atau medikamentosa.6 Pada pasien ini ditemukan adanya indikasi
dikenal sebagai penyakit menahun. Tonsilitis kronik untuk dilakukan tonsilektomi yaitu sulit menelan (disfagia)
merupakan peradangan kronik pada tonsil yang biasanya sehingga pada pasien ini ditatalaksana dengan tonsilektomi
bilateral.
Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2019 11
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

14. Pulungan MR, Novialdi N. Mikrobiologi tonsilitis


DAFTAR PUSTAKA kronis.Padang: Fakultas Kedokteran Universitas
1. Lippincolt, 2012. Tonsillitis In: Lippincolt Guide Andalas Padang; 2010.
to Infectious Disease. p:316. 15. Epocrates. Tonsillitis epidemiology.
2. Adams, G.L., 2001, Penyakit-penyakit Nasofaring AnAthenahealth Service[internet]. 2015 [disitasi
dan Orofaring,dalam Harjanto, E. dkk (ed)Boies tanggal 1 mei 2016]. Tersedia
Buku Ajar Penyakit THT, edisi ke 6, Penerbit dari:http://onlie.epocrates.com/disea
Buku Kedokteran EGC, Jakarta. ses/59823/Tonsillitis/Epidemiology
3. Arsyad, F., 2013.Hubungan Antara Pengetahuan 16. Brodsy L. Poje C. Tonsilitis, Tonsilectomy and
dan Pola Makan dengan Kejadian Tonsilitis pada Adeneidectomy. In: Bailey BJ. Johnson JT. Head
Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja and Neck Surgery. Otolaryngology. 4rd Edition.
Puskesmas Minasatene Kab.Pangkep, 2(1). p:2 Philadelphia: Lippinscott Williams Wilkins
4. Mogoanta CA, et al, 2008. Chronic Tonsilitis : Publishers. 2006. p1183-1208
Histological and Immunohistochemical Aspects. 17. Farokah, Suprihati, Suyitno S, 2003. Hubungan
Romanian Journal of Morphology and Tonsilitis Kronik dengan Prestasi Belajar pada
Embryology, 49(3): p.381-6. Siswa Kelas II Sekolah Dasar di Kota Semarang.
5. Rusmarjono, Soepardi EA. Tonsilitis dan Cermin Dunia Kedokteran, 155, hal.16-22.
Hipertrofi. In Soepardi EA, Iskandar N, 18. Rusmarjono, Soepardi EA. Tonsilitis dan
Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Hipertrofi. In Soepardi EA, Iskandar N,
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu
Leher. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Kedokteran Universitas Indonesia. 2012: 199-202. Leher. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
6. Kenna MA, Amin M. Anatomy and Physiology of Kedokteran Universitas Indonesia. 2012: 199-202.
the Oral Cavity. In: Snow JB, Wackym PA, editor. 19. Siswantoro, Boedi. 2003. Pengaruh Tonsilektomi
Ballanger’s Otorhinolaryngology Head and Neck terhadap Kejadian Bakteremia Pasca Operasi.
Surgery 16th Edition. Chicago: Williams & Diambil dari : http://
Wilkin. 2009: 669-774 www.eprints.undip.ac.id14796/1/2003FK5961
7. Novialdi N, PuluTngan MR. Mikrobiologi 20. Dhingra PL, 2007. Acute and Chronic Tonsilitis,
Tonsilitis Kronis. Padang: Fakultas Kedokteran in Disease of Ear, Nose and Throat 4rd ed.
Universitas Andalas, Padang. 2010:1-10 Elsevier. New Delhi. pp.239-43.
8. Brodsy L. Poje C. Tonsilitis, Tonsilectomy and 21. Kurien M, Stanis A, Job A, Brahmadathan,
Adeneidectomy. In: Bailey BJ. Johnson JT. Head Thomas K, 2000. Throat Swab in the Chronic
and Neck Surgery. Otolaryngology. 4rd Edition. Tonsilitis: How Reliable and valid is it. Singapore
Philadelphia: Lippinscott Williams Wilkins Med J, Vol a41(7), p. 324-6.
Publishers. 2006. p1183-1208 22. Archer SM, Meetchll RB, Rosenfeld RM, Amin
9. Anonim (2003) The Oral Cavity, Pharynx & R, Burn JJ, et al., Clinical Practice
Esophagus dalam Lee, K.J. (eds) Essential GuidlineTonsilectomy in Children. 2010:58
Otolaryngology Head & Neck Surgery, McGraw
Hill Medical Publishing Division, USA.
10. Snell, R.S. (1991) Anatomi Klinik untuk
Mahasiswa Kedokteran, bagian 3, edisi 3, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
11. Sembiring RO, John P, Olivia W. Identifikasi
bakteri dan uji kepekaan terhadap antibiotik pada
penderita tonsilitis di Poliklinik THT-KL BLU
RSU. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode
November 2012-Januari 2013. Jurnal E-biomedik.
2013; 1(2):1053-7.
12. American Academy of Otolaryngology— Head
and Neck Surgery 2011 Clinical Practice
Guideline: Tonsillectomy in Children. Available
from: http://www.
entnet.org/content/tonsillectomy-children
13. Vivit S.Karakteristik penderita tonsilitis kronis
yang diindikasikan tonsilektomi di bagian THT
Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi pada
Bulan Mei-Juli 2013. Universitas Jambi [internet].
2013. [disitasi tanggal 16 april 2016]. Tersedia
dari: http://www.e-jurnal.com/ 2014/10/
karakteristik-penderita-tonsilitis.html.

Anda mungkin juga menyukai