Tonsilitis Kronis
Oleh:
Preseptor :
Tonsilitis Kronis
Arjuna Fiqrillah, Mona Indah P
2.2 Definisi
Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina
yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Tonsilitis
adalah infeksi dan inflamasi pada tonsil. Penyebaran infeksi
dapat melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman.
Gambar 2. Anatomi oral cavity Berdasarkan waktu berlangsung penyakit, tonsilitis terbagi
menjadi 2, yakni tonsilitis akut jika penyakit (keluhan)
Tonsil mendapat perdarahan dari cabang-cabang arteri berlangsung kurang dari 3 minggu dan tonsilitis kronis jika
karotis eksterna, yaitu:9 inflamasi atau peradangan pada tonsil palatina berlangsung
1. A. Maksilaris eksterna (a. Fasialis) dengan lebih dari 3 bulan atau menetap.11
cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina
asenden 2.3 Etiologi
2. A. Maksilaris interna dengan cabangnya a. Bakteri menyebabkan 15-30 persen kasus
Palatina desenden faringotonsilitis; Streptococcus beta hemolyticus grup A
3. A. Lingualis dengan cabangnya a . ingualis dorsal adalah penyebab tonsilitis bakteri yang paling banyak. Virus
4. A. Faringeal asenden herpes simplex, Epstein-Barr virus (EBV), sitomegalovirus,
adenovirus, dan virus campak merupakan penyebab
tonsilofaringitis akut.12
Tonsilitis kronis disebabkan oleh bakteri yang
sama yang terdapat pada tonsilitis akut, dan yang paling
sering adalah bakteri gram positif namun terkadang bakteri
berubah menjadi bakteri golongan gram negatif. Dari suatu
penelitian, menemukan 9 jenis bakteri penyebab
tonsilofaringitis kronis yaitu Streptokokus alpha,
Staphylococcus aureus, Streptokokus β hemolitikus grup A,
Enterobakter, Streptokokus pneumonie, Pseudomonas
aeroginosa, Klebsiela sp., Escherichea coli, Staphylococcus
epidermidis.12
2.4 Epidemiologi
Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling
sering terjadi dari seluruh penyakit THT. Data epidemiologi
Gambar 3. Pendarahan tonsil penyakit THT di tujuh provinsi di Indonesia, prevalensi
tonsilitis kronis sebesar 3,8% tertinggi setelah nasofaringitis
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan akut 4,6%. Hasil pemeriksaan pada anak-anak dan dewasa
menuju rangkaian getah bening servikal profunda (deep menunjukkan total penyakit pada telinga hidung dan
jugular node) bagian superior di bawah muskulus tenggorokan berjumlah 190-230 per 1.000 penduduk dan
sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan didapati 38,4% diantaranya merupakan penderita penyakit
akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai tonsilitis kronis.13
pembuluh getah bening eferen sedangkan pembuluh getah Berdasarkan data medical record tahun 2010 di
bening aferen tidak ada.10 RSUP dr M. Djamil Padang bagian THT-KL subbagian
Innervasi terutama dilayani oleh n. IX laring faring, ditemukan tonsilitis sebanyak 465 dari 1.110
(glossopharyngeus) dan juga oleh n. Palatina minor (cabang kunjungan di Poliklinik subbagian laring faring dan yang
ganglion sphenopalatina). Pemotongan pada n. IX menjalani tonsilektomi sebanyak 163 kasus. Sedangkan
menyebabkan anestesia pada semua bagian tonsil.10 insiden tonsilitis kronis di RSUP dr Kariadi Semarang
Tonsil merupakan organ yang unik karena 23,36% sebagian besar diantaranya pada usia 6-15 tahun.14
keterlibatannya dalam pembentukan imunitas lokal dan Tonsilitis baik akut maupun kronik dapat terjadi
pertahanan imunitas tubuh. Limfosit B berproliferasi di pada semua umur, namun lebih sering terjadi pada anak.
“germinal center”. Imunoglobulin (Ig G, A, M, D), Faktor yang menjadi penyebab utama hal tersebut adalah
komponen komplemen, interferon, lisosim dan sitokin ISPA dan tonsillitis akut yang tidak mendapat terapi yang
berakumulasi di jaringan tonsillar. Infeksi bakterial kronis adekuat.15
Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2019 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
bahwa adanya keluhan rasa tidak nyaman di tenggorokan, gumma bisa mengakibatkan perforasi palatum mole
kurangnya nafsu makan, berat badan yang menurun, dan pilar tonsil.
palpitasi mungkin dapat muncul. Bila keluhan-keluhan ini c. Lepra
disertai dengan adanya hiperemi pada plika anterior, Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi
pelebaran kripta tonsil dengan atau tanpa debris dan pada faring kemudian menyembuh dan disertai
pembesaran kelenjar limfe jugulodigastrik maka diagnosa dengan kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya
Tonsilitis Kronis dapat ditegakkan. Untuk menegakkan jaringan ikat.
diagnosa penyakit Tonsilitis Kronis terutama didapatkan d. Aktinomikosis faring
berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak
diagnostik yang didapatkan dari penderita.21 luas, tidak nyeri, bisa mengalami ulseasi dan proses
supuratif. Blastomikosis dapat mengakibatkan
2.9 Diagnosis Banding ulserasi faring yang ireguler, superfisial, dengan
Diagnosa banding dari tonsilitis kronis adalah :18 dasar jaringan granulasi yang lunak.
1. Penyakit-penyakit yang disertai dengan pembentukan 3. Tumor tonsil
pseudomembran yang menutupi tonsil (tonsilitis Gejala tersering ditemukan rasa seperti benda
membranosa) asing di tenggorok karena pembesaran kelenjar tonsil yang
a. Tonsilitis difteri biasanya unilateral, rasa nyeri tenggorok bila tumor sudah
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium menginfiltrasi daerah sekitarnya atau sudah terdapat
diphteriae. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh ulserasi. Jika tumor sudah stadium lanjut dapat terjadi
kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada perdarahan, disfagi, trismus, pembengkakan leher, dan
titer antitoksin dalam darah. Titer antitoksin sebesar gangguan fungsi bernafas dan menelan.
0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukup memberikan Penyakit-penyakit diatas, keluhan umumnya
dasar imunitas. Gejala khas tonsilitis difteri yaitu berhubungan dengan nyeri tenggorok dan kesulitan
tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak menelan. Diagnosa pasti berdasarkan pada pemeriksaan
putih kotor yang makin lama makin meluas dan serologi, hapusan jaringan/kultur, X-ray dan biopsi.
membentuk pseudomembran yang melekat erat pada
dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah 2.10 Penatalaksanaan
berdarah. Tonsilitis Kronik tindakan yang dapat dilakukan adalah:
b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis 1. Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan
Ulseromembranosa) berkumur atau obat hisap
Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39C), 2. Tonsilektomi pada infeksi yang berulang atau
nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit tenggorok, kronik, gejala sumbatan, serta kecurigaan neoplasma
badan lemah, gusi mudah berdarah dan Indikasi tonsilektomi berdasarkan The American
hipersalivasi. Pada pemeriksaan tampak membran Academy of Othoryngology – Head and Neck Surgery
putih keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan:1
dan prosesus alveolaris. Mukosa mulut dan faring 1. Indikasi absolut
hiperemis. Mulut berbau (foetor ex ore) dan kelenjar Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan
submandibula membesar. jalan nafas atas, disfagia berat, gangguan tidur,
c. Mononukleosis Infeksiosa atau komplikasi kardiopulmoner
Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral. Abses peritonsil yang tidak respon dengan
Membran semu yang menutup ulkus mudah pengobatan medik dan drainase
diangkat tanpa timbul perdarahan, terdapat Tonsilitis yang menyebabkan kejang demam
pembesaran kelenjar limfe leher, ketiak dan regio Biopsi yang dicurigai tumor (keganasan)
inguinal. Gambaran darah khas, yaitu terdapat 2. Indikasi relaitif
leukosit mononukleosis dalam jumlah besar. Tanda Infeksi tonsil terjadi 3 kali/lebih pertahun,
khas yang lain adalah kesanggupan serum pasien meskipun tidak diberikan pengobatan medik
untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba yang adekuat
(Reaksi Paul Bunnel). Tonsilitis kronis/berulang yang disebabkan oleh
2. Penyakit kronik faring granulomatus streptococcus yang tidak membaik dengan
a. Faringitis tuberkulosa antibiotik (resisten beta laktamase)
Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Bau mulut yang menetap yang menandakan
Keadaan umum pasien buruk karena anoreksi dan tidak respons terhadap terapi
odinofagi. Pasien mengeluh nyeri hebat di Sementara itu berdasarkan Kriteria Paradise seseorang
tenggorok, nyeri di telinga (otalgia) dan pembesaran dapat dilakukan tonsilektomi jika:2
kelenjar limfa leher. 1. Frekuensi minimal pada episode nyeri tenggorokan
b. Faringitis luetika 7 kali dalam 1 tahun, 5 kali setiap tahun selama 2
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit tahun, atau 3 kali setiap tahun selama 3 tahun.
primer, sekunder atau tersier. Pada penyakit ini 2. Gejala klinis nyeri tenggorokan disertai dengan
dapat terjadi ulserasi superfisial yang sembuh adanya satu atau lebih criteria berikut: demam
disertai pembentukan jaringan ikat. Sekuele dari >38,30C, limfadenopati servikal, nyeri nodus
Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2019 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
limfatikus atau ukuran >2cm atau eksudat tonsil atau - Nyeri pada wajah tidak ada.
kultur positif dari Streptococcus beta haemoliticus - Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.
Grup A). - Riwayat gigi dan gusi mudah berdarah tidak ada
- Riwayat sulit membuka mulut tidak ada
3. Telah mendapatkan terapi antibiotik untuk
- Riwayat cairan/dahak mengalir ditenggorok tidak ada
Streptococcus beta haemoliticus Grup A dosis biasa. - Riwayat hidung tersumbat tidak ada
Tiap episode penyakit dan gejalanya harus tercatat - Riwayat penurunan pendengaran, keluar cairan dari
dalam medical record atau jika tidak terdokumentasi dengan telinga tidak ada
baik, berikutnya dilakukan observasi oleh klinisi selama 2 - Riwayat suara serak tidak ada
episode nyeri tenggorokan dengan poladan frekuensi gejala - Riwayat penurunan berat badan yang drastis tidak ada
yang konsisten dengan riwayat sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Pasien belum pernah mengeluhkan hal yang sama
2.11 Komplikasi sebelumnya.
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan
komplikasi ke daerah sekitarnya berupa rinitis kronik, Riwayat Penyakit Keluarga:
sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum. - Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang
Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan sama dengan pasien.
dapat timbul endokarditis, artritis, miositis, nefritis, uveitis,
Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan
iridoksiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan
- Pasien seorang pedagang di pasar yang sering tidur larut
furunkulosis. malam dan tidak teratur
- Pasien mengaku sering stress akibat beban pekerjaan.
LAPORAN KASUS - Pasien seorang perokok aktif sejak 15 tahun yang lalu,
Anamnesis yang menghabiskan satu bungkus rokok per hari.
Identitas Pasien
Nama : Tn. TY Pemeriksaan Fisik
Umur : 29 Tahun Tanda Vital
Alamat : Payakumbuh
- Keadaan Umum : Sakit ringan
Suku : Minang
Agama : Islam - Kesadaran : Composmentis Cooperatif
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Keluhan Utama: - Nadi : 88 x/ Menit
Nyeri menelan yang bertambah berat sejak 1 minggu - Pernafasan : 18 x/ Menit
terakhir - Suhu : 36,50C
- TB : 170 cm
Riwayat Penyakit sekarang:
- Nyeri menelan yang bertambah berat sejak 1 minggu - BB : 58 Kg
terakhir. Nyeri menelan sudah dirasakan pasien sejak ±
3 bulan yang lalu, hilang timbul. Nyeri menelan disertai Status Generalis
sulit menelan dirasakan terutama bila pasien sedang - Kepala : Normocepal
demam, batuk, dan pilek. - Kulit : Tidak ada kelainan
- Riwayat hidung berair sejak 1 minggu terakhir. - Rambut : Tidak ada kelainan
- Riwayat demam tidak ada.
- Mata : Anemis (-), Sianosis (-)
- Riwayat batuk tidak ada.
- Rasa mengganjal ditenggorok ada. - Thorax : Simetris, SN bronkovesikuler
- Riwayat tidur mendengkur tidak ada. - Jantung : Bunyi jantung reguler, bising (-)
- Nafas berbau tidak ada. - Abdomen : Supel, Bising Usus normal
- Riwayat sesak napas tidak ada.
Membran Timpani
Warna Putih Mutiara Putih mutiara
Refleks Cahaya Positif Positif
Utuh Bulging Tidak ada Tidak ada
Retraksi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Jumlah Perforasi Tidak ada Tidak ada
Jenis Tidak ada Tidak ada
Perforasi
Kuadran Tidak ada Tidak ada
Pinggir Tidak ada Tidak ada
2. Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Kelainan congenital Tidak ada Tidak ada
Hidung luar Trauma Tidak Ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
3. Sinus paranasal
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
4. Rinoskopi Anterior
Pemerikssaan Dextra Sinistra
5. Rinoskopi Posterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Cukup lapang (N)
Koana Sempit Sulit dinilai Sulit dinilai
Lapang
Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Mukosa Edem Sulit dinilai Sulit dinilai
Jaringan granulasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilai
Konka inferior Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Permukaan Sulit dinilai Sulit dinilai
Edem Sulit dinilai Sulit dinilai
Adenoid Ada/tidak Sulit dinilai Sulit dinilai
Muara tuba eustachius Tertutup secret Sulit dinilai Sulit dinilai
Edem mukosa Sulit dinilai Sulit dinilai
Lokasi
Ukuran
Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Bentuk
Permukaan
Post Nasal Drip Ada/tidak Sulit dinilai Sulit dinilai
Jenis Sulit dinilai Sulit dinilai
Ditengah/bergeser Ditengah
7. Laringoskopi Indirek
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Bentuk Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Epiglotis Edema Sulit dinilai Sulit dinilai
Pinggir rata/tidak Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Ariteniod Edema Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Gerakan Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Ventrikular band Edema Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Plica vokalis Gerakan Sulit dinilai Sulit dinilai
Pingir medial Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Subglotis/trakea Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Sekret Sulit dinilai Sulit dinilai
Sinus piriformis Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Sekret Sulit dinilai Sulit dinilai
Valekula Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Sekret ( jenisnya ) Sulit dinilai Sulit dinilai
Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2019 10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher merupakan kelanjutan dari infeksi akut berulang atau infeksi
- Dextra subklinis dari tonsil.2
Inspeksi : tidak terlihat pembesaran KGB Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik ialah
leher , tanda radang tidak ada rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis
Palpasi : tidak teraba pembesaran KGB makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca
leher, nyeri tekan tidak ada (alergi), kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang
- Sinistra tidak adekuat.2 Pada pasien ini ditemukan faktor resiko
Inspeksi : tidak terlihat pembesaran KGB tonsilitis kronik yaitu adanya kebiasaan merokok dan stress
leher, tanda radang tidak ada akibat beban pekerjaan. Tonsilitis dapat disebabkan oleh
Palpasi : tidak teraba pembesaran KGB bakteri dan virus. Tonsilitis bakterial supurativa akut paling
leher, nyeri tekan tidak ada sering dihubungkan dengan Grup A Streptococcus beta
hemolitikus. Lebih kurang 30-40% tonsilitis akut disebabkan
Resume oleh Streptococcus beta hemolitikus. Kuman penyebab
Anamnesis tonsilitis kronik hampir sama dengan tonsilitis akut.
Nyeri menelan yang bertambah berat sejak 1 minggu Pasien datang dengan keluhan nyeri menelan yang
terakhir. Nyeri menelan sudah dirasakan pasien sejak ± 3 semakin memberat sejak 1 minggu terakhir dan sudah
bulan yang lalu, dirasakan hilang timbul. Nyeri menelan dirasakan ± 3 bulan yang lalu yang hilang timbul. Menurut
disertai sulit menelan dirasakan terutama bila pasien sedang penelitian yang dilakukan oleh Arsyad, gejala klinis yang
demam, batuk, dan pilek. sering ditemukan pada penyakit tonsilitis kronis adalah rasa
Pasien merasakan ada yang mengganjal pada tidak enak di tenggorokkan, sakit tenggorokkan, sulit
tenggoroknya sejak 3 bulan yang lalu. Sedangkan riwayat menelan sampai sakit saat menelan. Biasanya nyeri
hidung berair, hidung tersumbat, demam, batuk, tidur tenggorok dan nyeri menelan dirasakan lebih dari 4 minggu
mendengkur, nafas berbau, sesak napas, nyeri pada wajah, dan kadang menetap.9
keluar cairan dari telinga, gigi dan gusi mudah berdarah, Dari pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran tonsil
sulit membuka mulut, suara serak, dan penurunan fungsi dengan ukuran T2-T2 yang menurut kriteria Thane dan
pendengaran tidak ada. Cody yakni tonsil kanan dan kiri sudah melewati pilar
anterior, tapi belum melewati garis paramedian (pilar
Pemeriksaan Fisik posterior).4 Ukuran tonsil membesar akibat hiperplasia
Orofaring dan Mulut : ukuran tonsil T2-T2 dengan warna parenkim atau degenerasi fibroid.3 Pada tonsil ditemukan
merah muda, permukaan licin, dan kripti yang melebar. adanya muara kripti melebar. Dari teori didapatkan bahwa
tonsilitis kronik pada dasarnya terjadi karena proses radang
Diagnosis Kerja berulang yang timbul, akibatnya epitel mukosa dan jaringan
Tonsilitis kronis bilateral limfoid terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan
limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami
Diagnosis Banding pengerutan sehingga kripti melebar.2 Pada pemeriksaan fisik
Tidak ada tonsilitis kronik umumnya didapatkan tonsil yang membesar
dengan berbagai ukuran, dengan pembuluh darah yang
dilatasi pada permukaan tonsil. Arsitektur kripta yang rusak
Pemeriksaan Penunjang seperti sikatrik, eksudat pada kripta tonsil dan sikatrik pada
Tidak dilakukan pilar.3
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat
Pemeriksaan Anjuran disimpulkan diagnosa pada pasien ini adalah tonsilitis
- Kultur dan sensitivitas test kronis dan dilakukan pemeriksaan anjuran berupa kultur dan
- Biopsi sensitivity test untuk mencari tahu penyebab serta biopsy
untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan.
Tatalaksana Penatalaksanaaan tonsilitis kronis dapat dilakukan dengan
- Tonsilektomi bilateral pemberian obat kumur untuk menjaga higienitas mulut serta
tindakan operasi. Pada pasien ini tatalaksana yang diberikan
Edukasi adalah tonsilektomi bilateral.2
- Manajemen stres dan menghindari kebiasaan merokok Indikasi dilakukan tonsilektomi menurut The
American Academy of Otolaryngology, Head and Neck
Prognosis Surgery tahun 2011 yaitu terdiri indikasi absolut dan
- Quo ad Vitam : bonam indikasi relatif. Indikasi absolut terdiri dari tonsilitis kronis
- Quu ad Functionam : bonam yaitu penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali
- Quo ad sanationam : bonam atau lebih dalam setahun selama 3 tahun berturut-turut dan
belum mendapat terapi yang adekuat, pembesaran tonsil
DISKUSI yang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas, disfagia
Telah dilaporkan sebuah kasus tonsilitis kronis pada menetap, gangguan tidur atau komplikasi kardiopulmunar,
seorang laki-laki berusia 29 tahun yang ditegakkan abses peritonsil yang tidak respon terhadap pengobatan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan medis, karier Streptococcus yang tidak respon terhadap
lama perjalanan penyakit dan penyebabnya, tonsilitis terbagi antibiotik beta laktam, dan pembesaran tonsil unilateral
atas tonsilitis akut dan tonsilitis kronis. Tonsilitis akut yang diperkirakan neoplasma. Sedangkan indikasi relatif
adalah radang pada tonsil yang timbulnya cepat, atau antara lain hipertrofi yang menyebabkan maloklusi gigi dan
berlangsung dalam waktu pendek (tidak lama), dalam kurun bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan
waktu jam, hari hingga minggu. Tonsilitis kronis adalah tonsilitis kronik tidak responsif terhadap terapi
tonsilitis yang berlangsung lama (bulan atau tahun) atau medikamentosa.6 Pada pasien ini ditemukan adanya indikasi
dikenal sebagai penyakit menahun. Tonsilitis kronik untuk dilakukan tonsilektomi yaitu sulit menelan (disfagia)
merupakan peradangan kronik pada tonsil yang biasanya sehingga pada pasien ini ditatalaksana dengan tonsilektomi
bilateral.
Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2019 11
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas