Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

OTOMIKOSIS
Pembimbing :
dr. Dumasari Siregar,Sp.THT-KL

Disusun oleh :
Salim
030.11.266
KEPANITERAAN KLINIK ILMU TELINGA, HIDUNG, DAN
TENGGOROKAN (THT)
RUMAH SAKIT UMUM BUDHI ASIH
PERIODE 18 FEBRUARI – 23 MARET 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
 Nama :Ny.SS
 Jenis Kelamin :Perempuan
 Umur :53 tahun
 Alamat :condet
IDENTITAS
 Suku Bangsa :Betawi
PASIEN
 Agama :Islam
 Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
 Pendidikan :SMA
Keluhan Utama

• Telinga kanan nyeri dan berdengung sejak 3


minggu yang lalu.
ANAMNESIS

Keluhan Tambahan

• Sakit kepala, Gatal dan Terasa penuh pada


telinga kanan.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Ps juga mengatakan keluar cairan pada telinga kanan


sejak 1 bulan yll, menurut pasien cairan yang keluar
Pasien perempuan datang ke Poli berwarna putih tidak berbau, dan tidak disertai
dengan keluhan nyeri dan darah. Jumlah cairan yang keluar sedikit, hilang timbul Keluhan penurunan
berdengung pada telinga kanan dan disertai rasa gatal dan penuh pada telinga kanan. pendengaran, demam, batuk
Rasa gatal pada telinga kanan dirasakan hilang timbul, dan pilek disangkal oleh
sejak 3 minggu yang lalu, nyeri pasien.
dirasakan hilang timbul. bila keluhan gatal muncul pasien mengatakan sulit untuk
tidur. Pasien mengaku jika dirinya telah mengorek
telinganya menggunakan cotton bud sebagai usaha
untuk mengurangi rasa gatal dan penuh tersebut, namun
keluhannya tidak berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien baru pertamakali mengalami hal seperti ini. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit hipertensi, diabetes mellitus dan gangguan immunocompromised.

Riwayat Penyakit Keluarga


Dikeluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang serupa dengan ps.

Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan sering mengorek telinganya dengan cotton bud dan tidak
pernah mengeringkan telinganya setelah mandi. Kebiasaan berenang dan menyelam
disangkal oleh pasien.
Pasien setiap harinya lebih sering menggunakan penutup kepala/jilbab sejak 21 tahun
yll, baik di rumah atau berpergian.

Riwayat Pengobatan
Pasien pernah melakukan pengobatan di puskesmas, pasien diberi obat tetes telinga dan
oral, namun ps lupa nama obat yang diberikan.
Penggunaan obat tetes telinga dalam waktu lama disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
•Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Tanda Vital •Kesadaran : compos mentis
 TD : 110/80 mmHg •Kepala : normosefali, rambut hitam,
distribusi merata.
PEMERIKSAA
 Nadi : 90x / menit
•Mata : konjungtiva anemis (-) sklera
N FISIK
Respirasi : 18x / menit ikterik (-)
 Suhu : 36,6o C •Leher : KGB dan Tiroid dalam batas
normal
•Thorax : SNV +/+ Wheezing -/-BJ 1 dan 2
reg,
•Abdomen : sedikit buncit.
•Ekstremitas : akral hangat di keempat
ekstremitas, oedema (-), CRT < 2 detik.
PEMERIKSAAN TELINGA

Kanan kiri
Normotia Bentuk telinga luar Normotia
Nyeri tekan (-) nyeri tarik (-) Daun telinga Nyeri tekan (-) nyeri tarik (-)

Pemeriksaan
Hiperemis (-) Massa (-) fistel (-) Retroaurikuler Hiperemis (-) Massa (-) fistel (-)

Telinga Kanan Liang telinga Kiri


Lapang Lapang/ sempit lapang
Hiperemis (-) Warna epidermis Hiperemis (-)
(+) sekret atau debris berwarna putih yang Sekret (-)
menempel pada dinding liang telinga, sedikit
(+) minimal , + jamur Serumen (+) minimal
(+) granulasi (warna merah) Kelainan lain (-)
MT AD: Intak, jernih, bulging (-), MT AS: Intak, jernih, bulging (-),
hiperemis(-), edema (-), hiperemis(-), edema (-),
refleks cahaya (+) arah jam 5 refleks cahaya (+) arah jam 7
PEMERIKSAAN
TELINGA Pemeriksaan fungsi Tes penala
pendengaran
Telinga Kanan rinne Telinga kiri
Tidak dilakukan 256 Tidak dilakukan
Positif 512 Positif
Tidak dilakukan 1024 Tidak dilakukan
Lateralisasi (-) Weber Lateralisasi (-)
Sama dengan pemeriksa Scwabach Sama dengan pemeriksa

Audiogram : tidak dilakukan Fungsi keseimbangan: tidak dilakukan


Hidung kanan Hidung kiri
Simetris Bentuk hidung luar Simetris
(-) Deformitas (-)
(-) Nyeri tekan dahi (-)
(-) Nyeri tekan pipi (-)
(-) Krepitasi (-)

Pemeriksaan
Kanan Rinoskopi Anterior kiri
Vibrisae (+) massa (-) Vestibulum Vibrisae (+) massa (-)
Hidung
Eutrofi Konka inferior Eutrofi
Eutrofi Konka media Eutrofi
Tidak terlihat Konka superior Tidak terlihat
Terbuka Meatus nasi Terbuka
lapang Kavum nasi lapang
hiperemis (-) Mukosa hiperemis (-)
(-) Sekret (-)
Deviasi (-) Septum Deviasi (-)
Tidak ada kelainan Dasar hidung Tidak ada kelainan
Rinoskopi postrerior : tidak dilakukan
Transiluminasi : tidak dilakukan
Foto sinus paranasal : tidak direncanakan

 Arkus faring : simetris


 Pilar anterior: dalam batas normal
 Palatum molle : dalam batas normal
 Mukosa faring: tidak hiperemis
 Dinding faring : dalam batas normal
 Uvula : letak di tengah
 Tonsil palatina : besar : T1/T1
warna tidak hiperemis
kripta tidak melebar
dentritus (-)
perlekatan (-)
Gigi geligi
Kelenjar getah bening regional : tidak ditemukan pembesaran
Hipofaring : tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan lidah: tidak dilakukan


Seorang pasien perempuan 53 tahun datang dengan keluhan nyeri dan berdengung
pada telinga kanan sejak 3 minggu yang lalu, nyeri dirasakan hilang timbul. Ps
mengatakan keluar cairan pada telinga kanan sejak 1 bulan yll, cairan yang keluar
berwarna putih tidak berbau, dan tidak disertai darah. Jumlah cairan yang keluar sedikit,
hilang timbul dan disertai rasa gatal dan penuh pada telinga kanan. Rasa gatal pada telinga
kanan dirasakan hilang timbul, bila keluhan gatal muncul PS mengatakan sulit untuk
tidur. Pasien mengaku jika dirinya telah mengorek telinganya menggunakan cotton
bud sebagai usaha untuk mengurangi rasa gatal dan penuh tersebut, namun keluhannya
tidak berkurang.
Pasien baru pertama mengalami keluhan seperti ini, riw. Ht(-) DM(-) Pasien
RESUME memiliki kebiasaan sering mengorek telinganya dengan cotton bud dan tidak pernah
mengeringkan telinganya setelah mandi. Pasien setiap harinya lebih sering menggunakan
penutup kepala/jilbab baik di rumah atau berpergian. Kebiasaan berenang dan menyelam
disangkal oleh pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, tampak sakit sedang,
tekanan darah 110/80 Nadi 90x/menit pernafasan 18x/menit suhu 36,6. setatus generalis
DBN.
Pada pemeriksaan telinga kanan didapatkan sekret atau debris berwarna putih dan
serumen dengan jamur diatasnya, dan ditemukan granulasi berwarna merah. Telinga kiri
dbn.
Pemeriksaan
fisik
Anamnesis -Konsul dengan spesialis THT untuk dilakukan
tindakan lebih lanjut

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Pemeriksaan KOH
Kultur

OTOMIKOSIS AD
GRANULASI AD

DD: OTITIS EKTERNA EC BAKTERI


pembersihan debris pada liang telinga
kanan ear toilet

itraconazole 1x1 PROGNOSIS


Asam asetat 2% Ad vitam: ad bonam
Ad fungtionam: ad bonam
Ad sanationam: ad bonam
Setirizin tab 10 mg 1x1 (malam hari, bila
gatal) Non medikamentosa

- Menjaga kebersihan telinga dengan menjaga telinga tetap


kering
-Tidak boleh berenang
-Pasien dianjurkan untuk tidak mengorek-ngorek liang
telinga.
-sebaiknya kedua telinga tidak terkena air dulu.
-Bila mandi, kedua telinga ditutup menggunakan kapas.
-Jika pasien merasa ada cairan yang keluar dari telinga, atau
telinga kemasukan air, gunakan tisu yang telah dipotong dan
dibentuk
-Menjaga daya tahan tubuh
-Kontrol rutin ke poli THT
-Minum obat sesuai anjuran dokter
Pasien perempuan 53 tahun datang dengan keluhan nyeri dan
berdengung pada telinga kanan sejak 3 minggu yang lalu, nyeri dirasakan
hilang timbul. Ps juga mengeluh sakit kepala bila nyeri itu muncul. Ps
mengatakan keluar cairan pada telinga kanan sejak 1 bulan yll, cairan
yang keluar berwarna putih tidak berbau, dan tidak disertai darah.
Jumlah cairan yang keluar sedikit, hilang timbul dan disertai rasa gatal
dan penuh pada telinga kanan.

 Pada kasus otomikosis pasien sering mengeluh rasa gatal (ditemukan 23%
ANALISA kasus), otalgia dan otorrhea adalah 48% (pada 63 pasien). sebagian besar kasus
KASUS memiliki gejala seperti gatal, otalgia, gangguan pendengaran, telinga terasa
penuh dan tinnitus.
 Otomikosis ditemukan pada semua kelompok umur, namun lebih banyak terjadi
pada dewasa/usia produktif dibandingkan anak-anak. Hal ini diakibatkan oleh
tingginya paparan terhadap spora dan miselium jamur pada lingkungan kerja,
sekolah/tempat pendidikan, perjalanan, dan tempat aktivitas lain pada usia aktif.
 Menurut penelitian banyak terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki (75,8%
pasien wanita dan 24,2% pasien pria) dikaitkan dengan faktor
predisposisi yang berhubungan dengan penggunaan penutup kepala , hal
ini berkaitan dengan sifat dari jamur yang tumbuh lebih subur pada
kelembaban yang tinggi mencapai 80%, dan temperatur yang lebih tinggi
berkisar 37°C
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit mati dari gendang
telinga melalui saluran telinga, membersihkan saluran telinga dengan cotton buds dapat mengganggu
mekanisme pembersihan ini dan dapat mendorong sel-sel kulit mati beserta serumen ke arah gendang
telinga sehingga kotoran menumpuk. Penimbunan sel-sel kulit mati dan serumen menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang, kulit yang basah dan lembab
pada saluran telinga akan lebih mudah terinfeksi oleh bakteri dan JAMUR.
Pada pasien ini memiliki kebiasaan membersihkan telinganya dengan menggunakan cotton buds tidak
pernah mengeringkan telinganya setelah mandi. hal ini akan menyebabkan sel-sel kulit mati dan
serumen akan menyumbat saluran, dan ketika air masuk tidak dapat keluar dan menyebabkan kulit pada
saluran telinga lembab, serta setelah mandi pasien tidak mengeringkan telinganya. Hal ini akan
mempermudah jamur untuk tumbuh dan bereplikasi.

Dalam penggunaan penutup kepala yang perlu diperhatikan adalah bagimana cara menjaga kebersihan.
Penggunaan penutup kepala berkepanjangan menutupi telingaSaluran telinga dapat mudah atau menjadi
faktor predisposisi terinfeksi baik bakteri atau jamur karena kelembaban yang tinggi, dan hal ini lebih sering
terjadi pada mereka yang menggunakan penutup kepala. Salah satu faktor predisposisi otomikosis adalah
kelembaban pada telinga. di Turki, sebanyak 65 pasien otomikosis (74,7%) memakai penutup kepala
tradisional, 29,26% memakai turban,

Pasien setiap harinya lebih sering menggunakan penutup kepala dan jilbab baik di rumah atau berpergian.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan otoskopi tampak
menunjukkan adanya edema, hiperemis kulit kanalis akustikus
eksterna, sekret telinga, dan adanya koloni jamur/miselium. Maka hal ini sesuai dengan
Pada tahap awal infeksi, pertumbuhan jamur terlihat sebagai Hasil PF yang
spora berwarna putih atau hitam pada infeksi yang disebabkan ditemukan pada pasien.
Aspergillus spp atau adanya deposit “creamy” atau kental pada
infeksi yang disebabkan oleh Candida spp.

Pada pemeriksaan telinga kanan didapatkan sekret atau


debris berwarna putih dan serumen dengan jamur
diatasnya, dan ditemukan granulasi berwarna merah.
Dalam melakukan diagnosis otomikosis, selain gejala klinis dan
temuan dari gambaran otoskopi,diperlukan pemeriksaan
penunjang.

Anamnesis+Pemeriksaan fisik OTOMIKOSIS AD dengan


GRANULASI

Pada pasien disarankan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang KOH


10% untuk melihat elemen jamur dan kultur jamur.
Pada pemeriksaan KOH  akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum, dan
kadang-kadang dapat ditemukan spora-spora kecil dengan diameter
2-3 u.

Granulasi proses inflamasi


Prinsip pengobatan otomikosis dengan ear toilet, menjaga telinga
tetap kering, meminimalisir faktor predisposisi, identifikasi
organisme penyebab, dan mengeliminasi otomikosis dengan
menggunakan anti jamur yang efektif, baik anti jamur spesifik
Pada pasien dilakukan ataupun non spesifik.
penatalaksanaan pembersihan
debris pada liang telinga kana ear
toilet itraconazole termasuk golongan azol berspektrum luas, yang
efektif dalam pengobatan untuk otomikosis yang disebabkan
oleskan kenacomb dengan tampon jamur Aspergillus sp dan Candida sp, serta tidak bersifat ototoksik.
asam asetat 2%
itraconazole 1x1

Setirizin tab 10 mg 1x1 (malam hari,


bila gatal) keluhan telinga gatal

PROGNOSIS PS AD BONAM Umumnya baik bila diobati


dengan pengobatan yang adekuat.
DEFINISI

Otomikosis atau otitis eksterna fungal adalah


infeksi jamur pada kanalis auditorius eksterna
TINJAUAN (KAE).
PUSTAKA

Tabangi H, Katawera V, Nyaitera V, Iramiot JS, Nakaye M, Mwambi B. Otomycosis among Patients Presenting with
Ear Discharges at a Tertiary Hospital in South Western Uganda . International Journal of TROPICAL DISEASE &
Health . 2018; 32(2): 1-9.
Dalam 80% kasus, lebih jarangPhycomycetes,
disebabkanAspergillus, Rhizopus, Actinomyces, dan
Candida adalah jamur Penicillium.
berikutnya yang paling sering Aspergillus niger biasanya
diisolasi. merupakan agen dominan.

ETIOLOGI
Aspergillus niger (52,43%),
Aspergillus fumigates
(34,14%), C.albicans (11%),
C.pseudotropicalis (1,21%)
dan Mucor sp (1,21%)

Edward Y, Irfandy D. Otomycosis. Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(2):102-6.


9% sampai 25% - Wanita>pria,
dari pasien yang - Lebih banyak
datang dengan terjadi pada
gejala dan tanda dewasa
klinis otitis dibandingkan
eksterna anak-anak.

EPIDEMIOLOGI Distribusi penyakit


dipengaruhi oleh
geografis >> daerah
tropis

Angka kunjungan penderita otomikosis di poliklinik Otologi THT-KL Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung selama periode bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2012
tercatat 7,45% dari seluruh total pasien dengan perbandingan 75,8% pasien wanita
dan 24,2% pasien pria.

Sudrajad H, Hendradewi S, SinagaY. Efektivitas Asam Asetat 2% dalam Alkohol 70% dibanding Ketokonazol 2% Topikal pada Terapi Otomikosis. ORLI. 2018;(48) 1:27-33.
Sulaiman E, Purwanto B, Lasminingrum L, Dewi YA, Mahdiani S. Potency of Vinegar Therapy in Otomycosis Patients . Journal of Medicine and Health. 2015;1(2):143-54.
FAKTOR PREDISPOSISI

Kelembaban
• kelembaban yang tinggi + cuaca yang panas  memudahkan terjadinya pertumbuhan dan proliferasi
bakteri dan jamur dalam saluran telinga.
• Terutama terjadi di daerah tropis dan subtropis.

Pasien imunokompromis
• infeksi jamur menjadi lebih mudah terjadi karena sistem imun pasien tidak mampu melindungi
tubuhnya.

Terlalu sering membersihkan telinga


• Terlalu sering membersihkan telinga menggunakan cotton bud dapat mengakibat trauma lokal pada
saluran telinga sehingga memudahkan terjadinya infeksi, pertumbuhan dan proliferasi bakteri dan
jamur.

Perenang
• air yang mengandung klorin atau membersihkan telinga dengan air pada saat mandimeningkatkan kelembaban, meningkatkan pH
dan membersihkan serumen yang melengket pada mukosa saluran telinga yang pada keadaan normal sebenarnya berfungsi
melindungi dan mempertahankan mukosa saluran telinga.memudahkan jamur bertumbuh dan berproliferasi

Penggunaan jangka panjang tetes telinga antibiotik


• Keadaan normal telinga dan sel epitel mukosa saluran telinga dapat mengalami perubahan akibat
penggunaan jangka panjang tetes telinga antibotik
lapisan Pertamba mengurangi
tanduk han isi pengeluaran zat
cairan menyebab lipoid ke hilangnya
epitel
keratin di kan permukaan kulit proteksi
kelembaban dapat
dalam dan pembengk yang kulit meatus
yang relatif di mengabso mengakibatkan
sekitar akan dan terhadap
atas 80%, rpsi air hilangnya atau
unit obstruksi kuman dan
dalam berkurangnya
orilisium jamur
jumlah pilosebase pembentukan
banyak serumen
us .
pembentu Tidak
kan hilangnya
serumen adanya proteksi
produksi yang serumen kulit
suhu yang yang
keringat memerluk meatus Otomikosis
meninggi bersifat
berlebihan an pH terhadap
antara 4,7 bakterisid
kuman dan
sampai 7,5 dan
jamur
terganggu. fungisid

Jamur tidak mendapatkan asupan makanan yang banyak di


luar KAE, hal inilah yang membuat kecenderungan otomikosis
terjadi pada sepertiga dalam KAE
Jika
Aspergillus kulit dan adneksanya
adalah jamur rusak seperti pada
Keratin dan
patogen kondisi yang
dapat epidermis kulit disebabkan
merupakan kebiasaan mengorek
menyebabkan Otomikosis
mekanisme
infeksi saat telinga dan masuknya
pertahanan
mekanisme air yang mengubah
terhadap spesies
pertahanan struktur kulit dan
Aspergillus.
tubuh inang kondisi kelembaban
menurun. liang
telinga
DIAGNOSIS

ANAMNESIS otorrhea

GEJALA KLINIS
OTOMIKOSIS

Tabangi H, Katawera V, Nyaitera V, Iramiot JS, Nakaye M, Mwambi B. Otomycosis among Patients Presenting with Ear Discharges at a Tertiary Hospital in South
Western Uganda . International Journal of Tropical Disease & Health . 2018; 32(2): 1-9.
Pada pemeriksaan liang telinga, tampak massa putih keabu-
abuan, menyempit, lapisan seperti kertas basah berbintik-bintik
mengisi liang telinga
Konidiofor dari infeksi aspergilus niger akan tampak sebagai
bintik-bintik hitam pada debris atau sebagai filamen-filamen yang
menonjol di dinding liang teling
PEMERIKSAAN
FISIK

Marlinda L, Aprilia E. Otomikosis Auris Dekstra pada Perenang. Laporan Kasus. J


Medula Unila. 2016;6(1)|:67-71.
KOH 10%-30%. Selanjutnya dilihat melalui
mikroskop dan akan tampak hifa lebar,
berseptum, kadang dapat ditemukan
spora kecil jamur dengan diameter 2-3 U.
Kultur debris dari liang telinga dengan
menggunakan media Saboraud’s
dextrose.
PEMERIKSAAN Koloni akan tumbuh dalam satu minggu
berupa koloni filamen berwarna
PENUNJANG putih.Dengan mikroskoptampak hifa-
hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa
dapat ditemukan sterigma dan spora
berjejer melekat pada permukaannya.

Marlinda L, Aprilia E. Otomikosis Auris Dekstra pada Perenang. Laporan Kasus. J


Medula Unila. 2016;6(1)|:67-71.
Otitis eksterna yang disebabkan oleh bakteri

Tanda-tanda otitis eksterna adalah ditemukannya nyeri tekan tragus


atau edema dan hiperemis pada meatus akustikus dengan atau tanpa
DIAGNOSIS eritema membrane timpani atau limfadenitis local atau keluarnya
cairan dari telinga.
BANDING Gambaran klinis dari penyakit otitis eksterna yaitu onset penyakit
cepat biasanya 48 jam sampai 3 minggu, terdapat gejala berupa
inflamasi kanal telinga termasuk otalgia, gatal, dan rasa penuh
dengan atau tanpa penurunan pendengaran atau sakit ketika
mengunyah, dan tanda-tanda inflamasi kanal telinga yaitu sakit pada
tragus atau pinna atau keduanya, atau edema, eritema kanal telinga
dengan atau tanpa ottorhea, regional limfadenitis, eritema
membrane timpani, atau selulitis pada pina.

Kennedy FPC. Otitis Externa in 23 Years Old Women. J Agromed Unila 2015; 2(1):43-46
Sekarang ini ada empat golongan obat-obatan anti jamur yang utama
yaitu Poliene (Nistatin, ampoterisin B), Azol-imidazol (Klotrimazol 1%,
elonazol, mikonazol 2%, ketokonazol 2%, sulkonazol, aksikonazol,
terkonazol, senakonazol), Alilnamin (Naftilin, terbinafin, butenafin) dan
echinicandin.

Prinsip penatalaksanaan pada pasien otomikosis adalah :


TATALAKSANA - pengangkatan jamur dari liang telinga
- menjaga agar liang telinga tetap kering serta bersuasana asam
- pemberian obat anti jamur
- serta menghilangkan faktor risiko.

Tindakan pembersihan liang telinga bisa dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain
dengan lidi kapas/kapas yang dililitkan pada aplikator, pengait serumen, atau suction

Sulaiman E, Purwanto B, Lasminingrum L, Dewi YA, Mahdiani S. Potency of Vinegar Therapy in Otomycosis Patients . Journal of Medicine and Health. 2015;1(2):143-54.
Perforasi dari membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal
tersebut sangat jarang terjadi, dan cenderung sembuh dengan
pengobatan.

KOMPLIKASI Patofisiologi dari perforasi membran timpani mungkin berhubungan


dengan nekrosis avaskular dari membran timpani sebagai akibat dari
trombosis pada pembuluh darah. Angka insiden terjadinya perforasi
membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisar antara 12-16
% dari seluruh kasus otomikosis.

Marlinda L, Aprilia E. Otomikosis Auris Dekstra pada Perenang. Laporan Kasus. J


Medula Unila. 2016;6(1)|:67-71.
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada
saat terapi dengan anti jamur dimulai, maka akan dimulai suatu
proses resolusi ( penyembuhan ) yang baik secara imunologi.
PROGNOIS Bagaimanapun juga, resiko kekambuhan sangat tinggi, jika faktor
yang menyebabkan infeksi sebenarnya tidak dikoreksi, dan fisiologi
lingkungan normal dari kanalis auditorius eksternus masih
terganggu.

Marlinda L, Aprilia E. Otomikosis Auris Dekstra pada Perenang. Laporan Kasus. J


Medula Unila. 2016;6(1)|:67-71.
 1. Tabangi H, Katawera V, Nyaitera V, Iramiot JS, Nakaye M, Mwambi B.
Otomycosis among Patients Presenting with Ear Discharges at a Tertiary Hospital
in South Western Uganda . International Journal of TROPICAL DISEASE & Health .
2018; 32(2): 1-9.
 2. Marlinda L, Aprilia E. Otomikosis Auris Dekstra pada Perenang. Laporan Kasus. J
Medula Unila. 2016;6(1)|:67-71.
 3. Sulaiman E, Purwanto B, Lasminingrum L, Dewi YA, Mahdiani S. Potency of
Vinegar Therapy in Otomycosis Patients . Journal of Medicine and Health.
2015;1(2):143-54
DAFTAR  4. Kennedy FPC. Otitis Externa in 23 Years Old Women. J Agromed Unila 2015;
2(1):43-46
PUSTAKA  5. Edward Y, Irfandy D. Otomycosis. Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(2):102-6.
 6. Sudrajad H, Hendradewi S, Sinaga Y. Efektivitas Asam Asetat 2% dalam Alkohol
70% dibanding Ketokonazol 2% Topikal pada Terapi Otomikosis. ORLI. 2018;(48)
1:27-33.

Anda mungkin juga menyukai