Disusun oleh :
Lili Novita Manen Sampel
112019014
1
Identitas Pasien
Nama : An. KS
Usia : 9 Tahun 11 Bulan
Tanggal Lahir : 4 Desember 2010
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jakarta Barat
2
Anamnesis
Keluhan Utama
Pendengaran pada telinga kanan berkurang sejak 2 minggu yang lalu
3
Anamnesis
4
Anamnesis
Riwayat Pengobatan : -
Riwayat Alergi : -
Riwayat Kebiasaan : Pasien sering mengorek telinga dengan cotton bud
5
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
TTV : dalam batas normal
6
Pemeriksaan Telinga
Kanan Kiri
Bentuk daun telinga Normotia Normotia
Kelainan kongenital Tidak tampak Tidak tampak
Radang, tumor Tidak tampak Tidak tampak
Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Penarikan daun telinga Nyeri (-) Nyeri (-)
Kelainan pre-, infra-,
retroaurikuler Fistel (-),lesi (-), abses (-), tanda randang (-), Fistel (-),lesi (-), abses (-) tanda randang (-),
Region mastoid Nyeri (-), radang (-) Nyeri (-), radang (-)
Liang telinga
Lapang, mukosa tenang, serumen minimal, Lapang, mukosa tenang, serumen minimal,
sekret (-), benjolan (-), udem (-) sekret (-), benjolan (-), udem (-)
Membran timpani
Intak, warna abu, refleks cahaya redup arah Intak, warna abu mengkilat, refleks cahaya (+)
jam 7, hiperemis (-), bulging (-), perforasi arah jam 5, hiperemis (-), bulging (-), perforasi
(-) (-)
7
Tes Penala
Kanan Kiri
- +
Rinne
Lateralisasi ke telinga yang Tidak ada lateralisasi
Weber sakit
8
Pemeriksaan Hidung
- Bentuk : simetris, bengkak(-), massa(-),
tumor(-), luka (-)
- Tanda peradangan : tidak tampak
- Daerah sinus frontalis dan maksilaris : radang (-), edem (-), nyeri tekan(-)
- Vestibulum : lapang, mukosa tenang, lesi(-),
massa(-), nyeri ( -)
- Cavum nasi : lapang, mukosa tenang, sekret(+)
bening, lesi( -), massa (-),
benda asing( -), passase udara (+)
- Konka inferior kanan/kiri : eutrofi, mukosa tenang, lesi (-)
- Meatus nasi inferior kanan/kiri : lapang, sekret(+), obstruksi (-)
- Konka medius kanan/kiri : tidak tampak
- Meatus nasi medius kanan/kiri : tidak tampak
- Septum nasi : deviasi(-), edem(-)
9
Rinofaring
Koana : tidak dilakukan
Septum nasi posterior : tidak dilakukan
Muara tuba eustachius : tidak dilakukan
Tuba eustachius : tidak dilakukan
Torus tubarius : tidak dilakukan
Post nasal drip : tidak dilakukan
Pemeriksaan Transluminasi
Sinus frontalis kanan, grade : tidak dilakukan
Sinus frontalis kiri, grade : tidak dilakukan
Sinus maksilaris kanan, grade : tidak dilakukan
Sinus maksilaris kiri, grade : tidak dilakukan
10
Pemeriksaan Tenggorokan
Faring
Dinding faring : hiperemis(-), eksudat(-) ,edema (-), massa (-), granul (-)
Arcus : simetris
Tonsil : T1 – T1, hiperemis, detritus (-), kripta melebar(-)
Uvula : di tengah,tidak memanjang (-), edema (-), deviasi (-)
Gigi : lengkap, karies (-)
Oral hygene : baik, terawat, tidak berbau
Lain-lain :-
Laring
- Epiglottis : tidak dilakukan
- Plica vocalis : tidak dilakukan
- Arytenoid : tidak dilakukan
- Ventricular band: tidak dilakukan
- Pita suara : tidak dilakukan
- Rima glottis : tidak dilakukan
- Cincin trakea : tidak dilakukan
- Sinus piriformis : tidak dilakukan
- Pembesaran KGB Leher : massa (-), benjolan (-), hematom (-), edem (-)
11
Resume
Seorang anak perempuan berusia 9 tahun 11 bulan dibawa oleh orang
tuanya datang ke poliklinik THT dengan keluhan pendengaran pada telinga kanan
semakin berkurang sejak 2 bulan yang lalu, gangguan pendengaran ini semakin
bertambah berat semenjak 2 minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan adanya
rasa penuh ditelinga kanan dan merasakan ada cairan didalam telinga kanan
tetapi tidak bisa keluar.
Pasien sudah pernah mengalami ini sekitar 1 tahun yang lalu, namun tidak
seberat sekarang. Dan sejak 3 bulan yang lalu, pasien dibawah ke dokter THT
dengan keluhan batuk, pilek dan telinga terasa basah. Pasien memiliki kebiasaan
sering mengorek telinga dengan cotton bud. Pada pemeriksaan fisik status
generalis : pasien tampak sakit ringan dan kesadarannya compos mentis. Pada
pemeriksaan fisik status THT, pada telinga didapatkan membran timpani telinga
kanan : Intak, warna abu, refleks cahaya redup arah jam 7, hiperemis(-) , bulging
(-), perforasi (-), pada tes pelana : Rinne (-) , Weber Lateralisasi ke telinga yang
sakit, Schwabach memanjang. Pada pemeriksaan hidung dan tenggorok tidak
ditemukan adanya kelainan.
12
Working Diagnosis
Otitis Media Efusi Auricula Dextra
Differential Diagnosis
Otitis Media Akut Auricula Dextra
13
Pemeriksaan Penunjang yang dianjurkan
Audiometri
Timpanometri
Pemeriksaan dengan otoscope atau endoskopi
14
Penatalaksanaan
15
Prognosis
16
Edukasi
17
ANATOMI DAN FISIOLOGI
18
19
DEFINISI
20
ETIOLOGI
21
GEJALA KLINIS
22
PATOFISIOLOGI
Sembuh/normal
OME
Sembuh OMSK
23
Pemeriksaan Fisik Otoskopi
24
Pemeriksaan Penunjang
26
KOMPLIKASI
27
KESIMPULAN
• OME sering terjadi pada bayi dan anak-anak sehingga cukup sulit dalam
melakukan diagnosis penyakitnya. Orang terdekat dan banyak berinteraksi
dengan anak tersebut akan menjadi sumber informasi yang baik. Perhatian
orang tua dan guru sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.
• Anamnesis dan pemeriksaan fisik diperlukan dalam penegakan diagnosis OME.
Penggunaan alat otoskopi, timpanometri, audiometri untuk pemeriksaan fisik
sangat membantu dalam menegakan diagnosis.
• Pengobatan konservatif meliputi pemberian antibiotika, antihistamin,
dekogestan, dengan atau tanpa kortikosteroid. Penatalaksanaan secara operatif
meliputi mirigotomi dengan atau tanpa pemasangan pipa ventilasi.
• Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan adekuat sangat berperan dalam
menghambat terjadinya proses gangguan pendengaran dan komplikasi lainnya.
28
29