Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

GANGGUAN PENDENGARAN

Pembimbing :
dr. Arroyan Wardhana, Sp.THT-KL
dr. Irma Suryati, Sp.THT-KL

Tiara Namora Tarigan


11.2019.171

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok
Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Jakarta
Pendahuluan

• Menurut World Health Organization, pada tahun 2019 diperkirakan terdapat sekitar 466 juta orang
di dunia mengalami gangguan pendengaran, dimana 34 juta diantaranya merupakan anak-anak.
Sebanyak 360 juta atau sekitar 5.3% penduduk dunia mengalami ketulian.
• Pada tahun 2013, menurut Riskesdas, di Indonesia terdapat 2.6% penduduk dengan gangguan
pendengaran dengan Provinsi NTT dan Lampung sebagai provinsi dengan prevalensi tertinggi.
• Gangguan pendengaran di Indonesia terdistribusi dalam beberapa kelompok umur, dimana
terbanyak pada kelompok umur 75 tahun keatas, disusul oleh umur 65-74 tahun.
• Menurut data Sistem Informasi Manajemen Penyandang Disabilitas dan Kementerian Sosial yang
diunduh pada 8 Oktober 2019, diantara penyandang disabilitas di Indonesia, sebanyak 7.03% nya
merupakan penyandang disabilitas rungu.

Sumber : www.kemkes.go.id
Klasifikasi Berdasarkan Letak:

Definisi gangguan
pendengaran adalah TULI
ketidakmampuan secara
parsial atau total untuk
mendengarkan suara pada
salah satu atau kedua
telinga. TULI TULI CAMPUR
TULI KONDUKTIF
SENSORINEURAL (MIXED DEAFNESS)

TULI TULI
KOKLEA RETROKOKLEA
Anatomi dan Fisiologi Pendengaran Telinga

• Telinga luar : aurikula, meatus


akustikus eksternus, dan
membran timpani.
• Telinga tengah : Cavum timpani,
tuba eustachius, antrum dan sel-
sel mastoid
• Telinga dalam : Koklea, labirin
vestibuler
Anatomi dan Fisiologi Pendengaran Telinga

Bunyi ditangkap oleh daun telinga 


membran timpani  tulang pendengaran
(maleus, inkus, stapes)  fenestra ovale 
menggerakkan perilimfe pada skala vestibuli
 melalui membran Reissner mendorong
endolimfe menimbulkan gerak relatif membran
basilaris dan membran tektoria  defleksi
stereosilia sel rambut  kanal ion terbuka 
terjadi pertukaran ion  depolarisasi sel
rambut  pelepasan neurotransmiter 
potensial aksi saraf auditorius  nukleus
auditorius  korteks pendengaran di lobus
temporalis.
Tuli Konduktif

Tuli konduktif : Gangguan pendengaran akibat adanya


gangguan terhadap hantaran suara akibat adanya kelainan yang
terjadi pada telinga luar dan tengah.
TELINGA
TENGAH
Etiologi TELINGA
LUAR Sumbatan Tuba
Eustachius

Atresia
Otitis Media
Liang Telinga

Sumbatan oleh Otosklerosis


Serumen

Timpanosklerosis
Otitis Eksterna
Sirkumskripta
Hemotimpanum
Osteoma
Liang Telinga Dislokasi Tulang
Pendengaran
Tuli Sensorineural

Tuli sensorineural : Gangguan pendengaran akibat adanya


Tuli sensoneural
gangguan terhadap hantaran suara akibat adanya kelainan yang Koklea
Tuli sensorineural
terjadi pada telinga dalam, nervus VIII, atau pusat pendengaran. Retrokoklea
• Tuli Sensorineural koklea
• Tuli Sensorineural retrokoklea Aplasia (Kongenital) Neuroma Akustik

Labirinitis (oleh Tumor sudut pons


Bakteri, Virus) Serebelum

Intoksikasi Obat
Streptomisin, Kanamisin, Mieloma Multipel
Garamisin, Neomisin,
Kina, Asetosal
dan Alkohol Cedera dan
perdarahan otak

Trauma Kapitis,
Trauma Akustik Akibat Penggunaan
Obat, Suara Keras
dan Usia Lanjut
Pajanan Bising
Tuli Campuran

Gangguan pendengaran akibat adanya gangguan terhadap


hantaran suara akibat adanya kelainan yang terjadi pada telinga
luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Etiologi :
Radang telinga tengah dengan komplikasi pada telinga dalam
Tumor nervus VIII dengan radang telinga tengah

Klasifikasi Tuli Lainnya Gangguan


Pendengaran
Lainnya

Gangguan
Gangguan Tuli Mendadak Gangguan
Pendengaran
Akibat Bising (Suddenly Akibat
Berdasarkan
(Noice Induce) Deafness) Obat Ototoksik
Usia

Pada Bayi dan Pada Usia


Anak Lanjut
Pemeriksaan Pendengaran

Tes Audiologi Dasar :


• Tes Penala/Garpu Tala :
Tes Rinne, Tes Weber, Tes Schwabach
• Tes Berbisik
Ruangan cuku tenang 6x6 meter.Nilai normal : 5/6-6/6
• Audiometri Nada Murni

Tes Penala /Garpu Tala


Audiogram Telinga

Indeks Fletcher

AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + AD 4000 Hz


--------------------------------------------------------------------
4

Derajat Ketulian ISO (International Standard


Organization):
• 0-25 dB > normal
• >25-40 dB > tuli ringan
• >40-55 dB > tuli sedang
• >55-70 dB > tuli sedang berat
• >70-90 dB > tuli berat
• >90 dB > tuli sangat berat
Audiometri Khusus

1. TES SISI
2. TES ABLB (ALTERNATE BINAURAL LOUDNESS BALANCE)
3. TES KELELAHAN (TONE DECAY)
4. AUDIOMETRI TUTUR(SPEECH AUDIOMETRY)
5. AUDIOMETRY BEKESSY
6. AUDIOMETRI IMPEDANS
7. ELEKTROKOKLEOGRAFI
8. EVOKED RESPONSE AUDIOMETRY (BERA)
9. OTOACOUSTIC EMISION
10. PEMERIKSAAN TULI ORGANIK
11. AUDIOLOGI ANAK
Gangguan Pendengaran pada Bayi dan Anak

01 02
• Biasanya disertai dengan • Tuli Sebagian. : Hearing impaired
keterbelakangan mental, gangguan • Tuli Total : Deaf
emosional dan afasia.
• Biasanya diawali dengan terlambat
bicara (delayed speech).
Etiologi :
• Masa Prenatal

03 04
Genetik Herediter
Non Genetik
Usia Kemampuan Kelainan struktur anatomik (atresia liang telinga dan
aplasia koklea),Kekurangan zat gizi (ex : yodium),Infeksi
TORCH,Obat ototoksik dan teratogenik.
12 Belum dapat mengoceh (babbling) atau • Masa Perinatal
bulan meniru bunyi Prematur
BBLR (< 2500 gram)
18 Tidak dapat menyebutkan 1 kata yang
Hiperbilirubinemia
bulan mempunyai arti
Asfiksia (bayinya tidak menangis)
24 • Masa Posnatal
Perbendaharaan kata kurang dari 10 kata
bulan Infeksi Virus dan bakteri (ex : rubella, campak, parotis)
Meningitis, ensefalitis
30 Perdarahan pada telinga tengah
Belum dapat merangkai 2 kata
bulan
Trauma temporal
Adams G.L., Boies L.R, Higler P.A.,
Buku Ajar Penyakit THT. EGC. Jakarta
Tuli Kongenital berasal dari Genetik
Adams G.L., Boies L.R, Higler P.A.,
Buku Ajar Penyakit THT. EGC. Jakarta
Tuli Kongenital berasal dari non Genetik

• Rubela
Merupakan salah satu penyebab tersering dari tuli kongenital
non-genetik.
• Eritroblastosis fetalis

• Kreatinisme
Penyakit tiroid dapat disertai dengan ketulian seperti sindrom ini
Gangguan Pendengaran pada Usia Lanjut

01 02
• Gangguan pendengaran akibat • Tuli Konduktif
perubahan patologik pada organ • Tuli Sensorineural
auditori akibat proses degenarasi. • Tuli Campuran

Telinga Perubahan Patofisiologi

03 04
Menjadi tipis dan
Jar. Kulit telinga
kering
Usia lanjut
Jar. Daun dan liang Elastisitasnya ↓
telinga berkurang
Degenarasi jaringan telinga
Rambut Liang telinga Bertambah banyak ↓

Serumen cenderung mengumpul,


Kel. sebasea dan Produksinya
mengeras dan menempel pada
seruminosa berkurang
jaringan kulit di liang telinga
Jar. lemak ↓
(Bantalan liang Menyusut
Telinga teersumbat dan mudah
telinga) mengalami trauma/perlukaan saat
Membran timpani, Berdegenerasi pengeluaran kotoran
tulang pendengaran, sehingga fungsinya ↓
otot di telinga berkurang
Gangguan pendengaran (TULI)
Gangguan Pendengaran Akibat Bising
Noice Induced Hearing Loss (NIHL) Trauma akustik sering dipakai untuk
merupakan gangguan pendengaran akibat menyatakan ketulian akibat pajanan bising,
terpapar bising di suatu lingkungan maupun tuli mendadak akibat ledakan
kerja dalam jangka waktu yang lama dan hebat, dentuman, tembakan pistol, serta
terus menerus.NIHL merupakan jenis tuli trauma langsung ke kepala dan telinga
sensorineuralndan umumnya terjadi pada akibat satu atau beberapa pajanan dalam
kedua telinga. bentuk energi akustik yang kuat.

Faktor-faktor : Suara ledakan bom, petasan, tembakan,


• Intensitas dan pemaparan bising konser, dan telepon telinga (earphone).
• Frekuensi Bising 3000 Hz- 8000 Hz
• Pria : Wanita = 9,5 :1.Usia 20-50 tahun
Tuli Mendadak
Tuli mendadak atau dikenal juga dengan sudden sensorineural hearing loss (SSHL) adalah penurunan
pendengaran sensorineural 30 dB lebih, paling sedikit tiga frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan
audiometri dan berlangsung dalam waktu kurang dari 3 hari. Kerusakan terutama di koklea dan biasanya
bersifat permanen, karena itu tuli mendadak dimasukkan ke dalam keadaan darurat neurotologi

Prognosis tuli mendadak tergantung pada beberapa faktor yaitu kecepatan pemberian pengobatan, respon 2
minggu pengobatan pertama, usia, derajat ketulian dan adanya faktor predisposisi.
Gangguan Pendengaran Akibat Obat Ototoksik

CTCAE dan Brock telah menentukan derajat ototoksisitas Ototoksisitas:


sebagai berikut: CTCAE ototoksisitas derajat 1-4 Kecenderungan agen terapeutik atau zat kimia tertentu untuk
• Derajat 1 - pergeseran ambang batas atau kehilangan menimbulkan gangguan fungsional dan degenerasi seluler pada
pendengaran pada frekuensi 15- 25 dB dibandingkan jaringan telinga dalam dan khususnya end-organs dan neuron
nilai dasar, pada pemeriksaan 2 frekuensi yang nervus kranialis delapan cabang koklear dan vestibular
berurutan, setidaknya pada satu telinga. (Hawkins, 1976).
• Derajat 2 - pergeseran ambang batas atau kehilangan
pendengaran pada frekuensi > 25-90 dB, pada
pemeriksaan 2 frekuensi yang berurutan, setidaknya Faktor :
pada satu telinga • Tingginya konsentrasi obat dan/atau paparan yg lama
• Derajat 3 kehilangan fungsi pendengaran yang • Dehidrasi, demam
memerlukan intervensi terapeutik, termasuk alat bantu • Paparan bising, adanya tuli sensorik
(misalnya, tuli frekuensi > 20 dB bilateral; tuli frekuensi • Bakteremia, herediter
> 30 dB unilateral) • Paparan sebelumnya terhadap agen ototoksik
• Derajat 4 - indikasi untuk implan koklea • Gagal ginjal, hipoksia
• Usia tua
Goodman & Gilman's The. Pharmacological
Basis of Therapeutics. 12th ed. New York:
McGraw-Hill. 
Gejala Klinis Gangguan Pendengaran

Menurut Centers for Disease Control Menurut Centers for Disease Control Menurut Centers for Disease Control
and Prevention pada gangguan and Prevention pada gangguan and Prevention pada gangguan
pendengaran konduktif didapatkan pendengaran sensorineural pendengaran campuran yang
gejala : umumnya bersifat irreversibel disebabkan oleh kombinasi tuli
• Ada riwayat keluarnya carian dari didapatkan gejala: konduktif dan tuli sensorineural.
telinga atau riwayat infeksi telinga • Bila gangguan pendengaran Gangguan jenis ini merupakan
sebelumnya. bilateral dan sudah diderita lama, kombinasi dari gangguan
• Seperti ada cairan yang mengikuti suara percakapan penderita pendengaran jenis konduktif dan
gerakan kepala biasanya lebih keras. gangguan pendengaran jenis
• Disertai tinitus • Penderita lebih sukar mengartikan sensorineural.
• Bila kedua telinga terkena, atau mendengar suara atau • Gejala yang timbul juga merupakan
biasanya penderita berbicara percakapan dalam suasana gaduh kombinasi dari kedua komponen
dengan suara lembut (soft voice) dibanding suasana sunyi. gejala gangguan pendengaran jenis
khususnya pada penderita • Terdapat riwayat trauma kepala, hantaran dan sensorineural
otosklerosis. trauma akustik, riwayat pemakaian
• Kadang-kadang penderita obat-obat ototoksik, ataupun
mendengar lebih jelas pada penyakit sistemik sebelumnya.
suasana ramai
Pemeriksaan Fisik

Konduktif : Sensorineural : Campuran :

• Otoskopi : sekret dalam kanal telinga • Otoskopi : kanal telinga luar • Otoskopi : tanda-tanda yang
luar, perforasi gendang telinga, maupun selaput gendang telinga dijumpai sama seperti pada
ataupun keluarnya cairan dari telinga tampak normal. gangguan pendengaran jenis
tengah. Kanal telinga luar atau • Tes bisik, dijumpai penderita sensorineural.
selaput gendang telinga tampak tidak dapat mendengar • tes bisik dijumpai penderita tidak
normal pada otosklerosis. percakapan bisik pada jarak lima dapat mendengar suara bisik
• Pada otosklerosis terdapat gangguan meter dan sukar mendengar pada jarak lima meter dan sukar
pada rantai tulang pendengaran. kata-kata yang mengundang mendengar kata-kata baik yang
• Tes bisik, dijumpai penderita tidak nada tinggi (huruf konsonan). mengandung nada rendah
dapat mendengar suara bisik pada • Pada tes garputala Rinne maupun nada tinggi.
jarak lima meter dan sukar positif, hantaran udara lebih baik • Tes garputala Rinne negatif.
mendengar kata-kata yang dari pada hantaran tulang. Tes Weber lateralisasi ke arah
mengandung nada rendah Weber lateralisasi ke arah yang sehat. Schwabach
• Tes Garpu Tala : Rinne (-), Weber telinga sehat. Tes Schwabach memendek.
didapati lateralisasi ke arah yang ada pemendekan.
sakit, dan Tes Schwabach
memanjang.
Tatalaksana

Konduktif : Sensorineural : Campuran :

Dalam beberapa kasus, gangguan Sesuaikan dengan penyebab • Tergantung pada tingkat dan
pendengaran konduktif bersifat ketulian : peningkatan gangguan
sementara. Pengobatan atau bedah • Tuli karena pemakaian obat- pendengaran campuran,
dapat membantu tergantung pada obatan yang bersifat ototoksik, gangguan ini dapat diobati
penyebab masalah pendengaran diatasi dengan penghentian obat dengan obat-obatan,
tersebut.  Gangguan pendengaran • Karena lingkungan bising, bisa pembedahan, alat bantu dengar,
konduktif juga dapat diatasi dengan alat dipindahkan dan menggunakan atau sistem pendengaran
bantu dengar atau implan telinga tengah. APD konduksi tulang yang dapat
• Rehabilitasi sebagai upaya ditanam (implant).
untuk mengembalikan fungsi
• Pembersihan kotoran telinga. pendengaran dilakukan dengan
• Pengobatan infeksi telinga. pemasangan alat bantu dengar
(hearing aid).
• Pemasangan alat bantu dengar. • Implant Koklea
• Pemasangan implan telinga tengah.
Edukasi
• Gunakanlah pelindung pendengaran, jika
berada di lingkungan yang memiliki tingkat
kebisingan tinggi.
• Waspadai kebisingan, kapan pun waktunya
usahakan untuk mengecikan volume radio,
televisi atau speaker
• Berhati-hatilah menggunakan earphone
• Berikan waktu bagi telinga untuk beristirahat,
semakin sering seseorang terpapar suara maka
bisa mempengaruhi gangguan pendengaran
• Periksalah telinga secara teratur, tes
pendengaran dan pemeriksaan telinga
sebaiknya menjadi kegiatan kesehatan yang
rutin.
Kesimpulan

Gangguan pendengaran adalah ketidak mampuan secara parsial atau total untuk
mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Faktor penyebab
terjadinya gangguan pendengaran yaitu faktor genetik dan faktor didapat.
Penilaian gangguan pendengaran dengan menggunakan pemeriksaan dan
diagnosis yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik atau otoskopi telinga, hidung dan
tenggorok, tes pendengarn, yaitu tes bisik, tes garputala dan tes audiometri dan
pemeriksaan penunjang. Jenis gangguan pendengaran yaitu gangguan
pendengaran konduktif, sensorineural, dan campuran.
Penatalaksanaan gangguan pendengaran dapat dilakukan dengan pengobatan
sesuai etiologi,alat bantu dengar dan implan koklea.
REFERENCES

1. Adam GL, Boies LR, Higler PA. 1997. Boies.


Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC,
1997.
2. Corwin EJ. 2008. Handbook of Pathophysiology
3rd Ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
3. Isselbacher B, Wilson M., Fauci K. 2010.
Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: EGC.
4. Joseph A. 2002. The Epidemiology of
Occupational Hearing Loss. Vol 5 no 3. Diakses
dari www.oem.msu.edu/news/Hv5n3.pdf
5. Soepardi EA, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher Edisi Keenam. Jakarta: FKUI.
 
THANKS

Does anyone have any questions?

tiaranamora21@gmail.com
081229795158
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Anda mungkin juga menyukai