Anda di halaman 1dari 76

REFERAT

GANGGUAN PENDENGARAN
ZEGOVINE EL ZUNUSIYAH 1102014292
dr. Jon Prijadi, Sp.THT-KL
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

Anatomi dan Fisiologi Pendengaran

Gangguan Pendengaran

Kelainan Telinga Luar

Kelainan Liang Telinga

Pemeriksaan Telinga

KESIMPULAN
PENDAHULUAN

Prevalensi kasus gangguan pendengaran 1 : 10.000 jiwa pertahun, tidak


di pengaruhi jenis kelamin dan usia. Namun kebanyakan kasus
ditemukan pada usia 30-60 tahun. Biasanya unilateral, hanya 1.7% - 2%
yang bilateral
ANATOMI
DAN
FISIOLOGI PENDENGARAN
ANATOMI
TELINGA LUAR AURICULA
MEATUS ACUSTICUS EXTERNA
(AURIS EKSTERNA) MEMBRAN TYMPANI

CAVUM TYMPANI
OSSICULA AUDITIVA
TELINGA TELINGA TENGAH OTOT –OTOT
(AURIS MEDIA) CHORDA TYMPANI
(AURIS) TUBA EUSTACHII

LABYRINTHUS OSSEUS
TELINGA DALAM
LABYRINTHUS MEMBRANOSA
(AURIS INTERNA)
SISTEM PERILIMFATIK
AURIS EXTERNA
AURICULA
Cartilago elastik, bentuk tidak teratur
didalam kulit terdapat
• Rambut halus
• Kelenjar sebacea
• Kelenjar keringat sedikit
• Lobus auricula tedapat jaringan lemak
MEATUS ACUSTICUS saluran ± 25 mm
EXTERNUS Cartilago elastic
Kelenjar keringat tidak
ditemukan
kulit bagian sepertiga
luar terdapat
• Rambut pendek
• Kelenjar sebacea
• Kel ceruminosa
Cerumen (kel sebacea +
kel ceruminoa)
FUNGSI :
Proteksi dan
memperbesar tekanan
gelombang suara
MEMBRAN TYMPANI
Bentuk oval, semitransparan
Terdiri dari 2 lapisan jar
penyambung:
• Lap luar -> serat kolagen
tersusun radial
• Lap dalam -> serat kolagen
tersusun circular
Serat elastin di bagian sentral dan
perifer
Bagian superior tidak
mengandung serat kolagen,
lunak dan tipis
Permukaan luar:
• Kulit
• Tanpa rambut
• Kel sebacea
• Kel keringat
Permukaan dalam:
• Mukosa dg epitel selapis cuboid
• Lamina propria
AURIS MEDIA
CAVUM TYMPANI Berisi udara
Didalam cavum tympani terdapat
• Tulang pendengaran

Rangkaian ketiga tulang ini menghubungkan


membrana tympani dg fenestra ovalis

• Nervus dan musculi


FUNGSI:
Menghantarkan getaran dari membrana
tympani
OTOT-OTOT

M. Tensor Tympani
Tuba auditiva →
manubrium mallei

M. Stapedius
Dinding posterior cavum
tympani → collum
stapedis
CHORDA TYMPANI

Masuk melalui antara


manubrium mallei dengan crus
longum icudis

Meninggalkan cavum tympani


melalui fissura petrotympani
TUBA EUSTACHII

Tuba auditiva / tuba


pharyngotympanica
Bermuara ke nasopharynx
Terdiri dari :
• Pars osseae
• Pars cartilagenia
AURIS INTERNA
LABYRINTHUS OSSEUS

Labyrnth ossea t.d. ruangan-


ruangan & saluran saluran yang
terdapat di dalam os petrosum
LABYRINTHUS
MEMBRANOSA Labyrinth membranosa
t.d. ruangan-ruangan &
saluran-saluran yg
bentuknya = labyrinth
ossea, dindingnya dilapisi
epithel & tdp di dlm
labyrinth ossea

Berisi cairan endolymph


Labyrinth Membranosa di dalam Labyrinth Ossea

Antara labyrinth ossea & labyrinth


membranosa terdapat system
perilymphatic
System Perilymphatic

a. Jaringan perilymphatic
b. Cairan perilymph
FISIOLOGI PENDENGARAN
DEFINISI
GANGGUAN PENDENGARAN
GANGGUAN PENDENGARAN
Ketidakmampuan secara parsial atau total medengarkan suara pada
salah satu atau kedua telinga

Klasifikasi Gangguan Pendengaran


Gangguan Pendengaran Tuli Konduktif (Conductive
kondisi patologis kanal
telinga eksterna, membran
Hearing Loss)
timpani, atau telinga tengah

Tuli Sensorineural malfungsi koklea, saraf


(Sensorineural Hearing pendengaran, dan batang
Loss) otak

Tuli Campuran (Mixed gangguan sistem


Hearing Loss) pendengaran di batang otak
FAKTOR PENYEBAB

• Infeksi
FAKTOR • Kongenital
• Obat Ototoksik
GENETIK • Trauma
• Neoplasma

• Berhubungan dengan
kromosom X FAKTOR
• Kelainan mitokondria
• Malformasi pada satu DIDAPAT
atau beberapa organ
telinga
ETIOLOGI
Tuli Tuli
Tuli konduktif Sensorineural Pendengararan
(Perseptif) Campur

Telinga bagian
Sensorineural luar/tengah dan
Telinga luar
koklea telinga bagian
dalam sekaligus

Telinga tengah Retrokoklea


DERAJAT GANGGUAN PENDENGARAN

Klasifikasi derajat gangguan pendengaran menurut International Standard Organization (ISO) dan American
Standard Association (ASA)
Gejala Gangguan Pendengaran

• Ada riwayat keluarnya carian dari


telinga atau riwayat infeksi telinga
sebelumnya.
• Perasaan seperti ada cairan dalam
telinga dan seolah-olah bergerak

Tipe •
dengan perubahan posisi kepala.
Dapat disertai tinitus (biasanya suara
nada rendah atau mendengung).

konduktif • Bila kedua telinga terkena, biasanya


penderita berbicara dengan suara
lembut (soft voice) khususnya pada
penderita otosklerosis.
• Kadang-kadang penderita mendengar
lebih jelas pada suasana ramai.
•Kombinasi dari
kedua komponen
Tipe gejala gangguan
Campur pendengaran jenis
hantaran dan
sensorineural.
• Bila gangguan pendengaran
bilateral dan sudah diderita
lama
• Penderita lebih sukar
mengartikan atau mendengar
Tipe suara atau percakapan dalam
suasana gaduh dibanding

konduktif •
suasana sunyi.
Terdapat riwayat trauma
kepala, trauma akustik, riwayat
pemakaian obat-obat
ototoksik, ataupun penyakit
sistemik sebelumnya
DEFINISI JENIS ETIOLOGI GEJALA KLINIIS DIAGNOSIS

auditori akibat proses 1. Tuli konduktif pada Anamnesis

degenerasi pada usia geriatri • faktor herediter, • berkurangnya pemeriksaan otoskopik


2. Tuli saraf pada geriatri pola makan, pendengaran secara Pemeriksaan
lanjut dapat audiometrik
(Presbikusis) metabolism, perlahan-lahan dan
menyebabkan aterosklerosis, progresif, simetris pada
gangguan infeksi, bising, gaya kedua telinga
pendengaran. hidup atau bersifat • telinga berdenging
multifactor.
Tatalaksana

• Pemasangan alat bantu dengar (hearing


aid).
• Dikombinasikan dengan latihan membaca
ujaran (speech reading) dan latihan
mendengar (audiotory training).
DEFINISI JENIS ETIOLOGI DIAGNOSIS GEJALA KLINIIS

gangguan pergeseran ambang Tuli akibat terpapar


pendengaran yang sementara (TTS), • faktor herediter, dari anamnesis, bising adalah tuli
pergeseran ambang batas pola makan, pemeriksaan fisik,. sensorineural koklea
disebabkan akibat
permanen (PTS metabolism, temuan audiometric yang sifatnya menetap,
terpajan oleh bising aterosklerosis,
atau trauma akustik yang dan tidak dapat diobati
yang cukup keras dihasilkan dari satu atau infeksi, bising, gaya dengan obat maupun
dalam waktu yang beberapa paparan yang hidup atau bersifat pembedahan
cukup lama dan relatif ke tingkat suara multifactor.
biasanya diakibatkan yang sangat tinggi
oleh bising lingkungan
kerja.
Tatalaksana

• sumbat telinga (ear plug)


• tutup telinga (ear muff)
• pelindung kepala (helmet)
DEFINISI JENIS ETIOLOGI DIAGNOSIS

tuli sebagian (hearing Behavioral observation


adang-kadang disertai
impaired) atau tuli total masa prenatal, audiometry (BOA)
keterbelakangan Timpanometri
(deaf) perinatal dan postnatal.
mental, gangguan Audiometri bermain (Play
emosional maupun Audiometry)
afasia perkembangan. Oto Acoustic Emission
(OAE)
Brainstem evoked
response audiometry
(BERA)
GANGGUAN
PENDENGARAN AKIBAT
OBAT OTOTOKSIK
KELAINAN TELINGA LUAR
KELAINAN KONGENITAL
01 FISTULA
PREAURIKULAR
02 ATRESIA LIANG TELINGA
MIKROTIA

daun telinga bentuknya kecil dan tak


sempurna, kelainan bentuk ini sering
kali disertai dengan tidak
terbentuknya (atresia) liang telinga
dan kelainan tulang pendengaran
03 Telinga Caplang / jebang / Prominent Ear/
Proturding Ear/ Bats Ear

Daun telinga tampak lebih


lebar dan menonjol.
Fungsi pendengaran tidak
terganggu.
KELAINAN YANG DIDAPAT
01 AURICULA disebabkan oleh trauma, sehingga terdapat
HEMATOMA penumpukan bekuan darah diantara
perikondrium dan tulang rawan
02 PERIKONDRITIS

Komplikasi, yaitu tulang rawan hancur dan


mengecil serta keriput, sehingga terjadi telinga
kisut (cauli flower ear).
03 Pseudokista

cairan kekuningan diantara tulang


rawan daun telinga dan perikondrium.
Pasien tidak merasakan nyeri, datang ke
dokter karena ada benjolan di daun
telinga yang tidak diketahui
penyebabnya.
KELAINAN LIANG TELINGA
01 SERUMEN

Serumen yang menyumbat canalis auricula


disebut impacted cerumen prop yang dapat
mengganggu mengganggu pendengaran
02 BENDA ASING
DITELINGA
Bila benda masih hidup, binatang yang
di liang telinga harus dimatikan lebih
dahulu dengan memasukan tampon
basah keliang telinga lalu meneteskan
cairan (misalnya larutan rivanol atau
obat anastesi local) lebih kurang 10
menit, setelah binatang mati dikeluarkan
dengan pinset atau diirigasi dengan air
bersih yang hangat
03 OTITIS EKSTERNA SIRKUMKRIPTA
04 OTIITS EKSTERNA DIFUSA
05 OTOMIKOSIS
Rasa gatal dan tersumbat di liang
telinga. Pada pemeriksaan tampak
liang telinga terisi oleh filamen jamur
berwarna keputihan. Seringkali juga
terjadi infeksi oleh bakteri akibat
trauma mengorek liang telinga.
PEMERIKSAAN TELINGA
Test bisik

Test dengan garputala

Test Audiometri

Tympanometri
TEST BISIK Syarat :
• Ruang sunyi, tidak ada
echo
• Mata pasien ditutup agar
tidak membaca gerak
bibir pemeriksa.
• Telinga yang diperiksa
diharapkan kearah
pemeriksa dan telinga
yang tidak diperiksa
ditutup atau dimasking
dengan menekan tragus.
• Pasien mengulangi
dengan keras kata-kata
yang dibisikin
TEST GARPUTALA

Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach


TEST AUDIOMETRI

• Audiometri nada murni


• Audometri nada tutur

Audiometri
Simbol Audiogram
JENIS DAN DERAJAT KETULIAN SERTA GAP

• Tuli konduktif
• Tuli sensoneural
• Tuli Campuran
TYMPANOMETRI
Terdapat 5 jenis timpanogram:
1. Tipe A (normal)
2. Tipe AD (diskontinuitas
tulang-tulang pendengaran)
3. Tipe AS (kekakuan rangkaian
tulang pendengaran)
4. Tipe B (cairan didalam telinga
tengah)
5. Tipe C (gangguan fungsi tuba
eustachia)
PEMERIKSAAN FUNGSI
KESEIMBANGAN
Test Romberg

Tes Kalori Sederhana

Tes Posisi

Tes Hallpike
TEST ROMBERG

Indikasi:
jika pasien menutup mata
kemudian jatuh, hal ini
mengindikasikan adanya
kelemahan pada proprioseptif
atau vestibular.
TEST KALORI SEDERHANA
Sebelum dilakukan tes, sebaiknya
penderita tidak mengkonsumsikan
obat-obatan minimal 4 hari.
• Alat yang dibutuhkan:
• Air masak
• Es batu
• Termometer
• Spuit 50 cc
• Stopwatch
TES POSISI

Kepala diputar ke kanan, dengan


cepat direndahkan 30° horisontal
kebawah sambil pandangan
dipertahankan pada sisi kanan.
Proses ini diulangi dengan kepala
dan mata dibelokkan ke kiri dan
kemudian diluruskan kedepan.
TEST HALLPIKE

Dari posisi duduk di atas tempat


tidur, penderita dibaringkan ke
belakang dengan cepat, sehingga
kepalanya menggantung 45º di
bawah garis horizontal, kemudian
kepalanya dimiringkan 45º ke
kanan lalu ke kiri.
KESIMPULAN
Gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan secara
parsial atau total medengarkan suara pada salah satu atau
kedua telinga. Gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan
sebagai tuli konduktif (kelainan pada telinga luar dan tengah),
tuli sensorineural (kelainan pada telinga dalam), dan tuli
campur (gangguan pada telinga luar atau telinga tengah dan
telinga dalam). Faktor penyebabnya bisa dari faktor genetik
dan faktor didapat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, dkk. 2018. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: FKUI.
2. Moore, KL., Dalley AF., Agur AMR. 2014. Clinically Oriented Anatomy. Seventh edition. Philadelphia : Williams & Wilkins;
973
3. Agur AMR., Dalley AF. 2013. Grant’s Atlas of Anatomy. Thirteenth Editioin. Philadelphia : Williams & Wilkins; 712
4. Tortora GJ, Derrickson B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology. 13th Edition. USA. John Wiley & Sons; 658-660
5. Sherwood L. 2016. Human Physiology From Cells to Systems. Ninth Edition. 215
6. Beatrice D (2013). Priority medicines for europe and the world “A public health approach
toinnovation”:HearingLoss.http://www.who.int/medicines/areas/priority_medicines/BP 6_21 Hearing. pdf–Diakses 14
oktober 2019 .
7. WHO (2015b). Deafness and hearing loss. http://www.who.int /mediacentre/ factsheets/fs300/en/-Diakses Oktober 2019
8. Dhingra PL, Dhingra S (2014). Disease of ear, nose, and throat& head andneck surgery. India: Elsevier.
9. Eibling, D.E., 2012. The audiology,electrical respons audiometry, the vestibular system. In: Lee, K.J., Essential
Otolaryngology Head & Neck Surgery. 10th Edit ion. McGraw Hill Medical Publishing Division; 24-76
10. Soetirto, I., Hendarmin, H., Bashiruddin, J., 2007. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi VI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
11. Bailey BJ. 2014. Head & Neck Surgery-Otorhinolaryngology. 5th ed. Philadelphia : Williams & Wilkins ; 2235-2250.
12. T. Ho, J.T. Vrabec, D. Yoo, N.J. Coker, Otomycosis: Clinical Features and Treatment Implications, Otolaryngol Head Neck Surg
135 (2006) 787—791.
ALHAMDULILLAH

Anda mungkin juga menyukai