Oleh:
Ainun Kamilah, S.Kep
NIM. 1930913320013
NIM : 1930913320013
Mengetahui,
Noor Diani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB Hj. Intan Permatasari, S.Kep, Ns.
NIP. 19780317 200812 2 001 NIP. 19710316 199503 2 003
Sensorineural Hearing Loss (SNHL)
Sensorineural Hearing Loss (SNHL) 1. Degeneratif seperti presbikusis (penurunan 1. Tes pendengaran
adalah gangguan kurang pendengaran pendengaran karena usia lanjut). a. Tes bisik
yang diakibatkan oleh kerusakan pada 2. Kongenital seperti aplasia. b. Tes garputala (Rinne, weber,
koklea, saraf vestibulokoklearis (N.VIII) 3. Trauma seperti fraktur pars petrosa os temporalis, schwabach)
atau jalur persarafan yang trauma kapitis, pajanan bising. c. Tes audiometri (Nada murni dan
menghubungkan telinga dan otak. 4. Radang bisa karena syndrom rubella kongenital, tutur)
sifilis kongenital. d. Tes timpanometri
5. Ototoksik disebabkan karena aspirin, streptomicin, 2. MRI atau CT Scan
Manifestasi Klinik alkohol. Dilakukan untuk melihat apakah
6. Tumor, contoh pada neuroma akustik, multiple terjadi malformasi pada telinga bagian
1. Rasa penuh pada telinga myeloma. dalam juga untuk melihat integritas
2. Pembengkakan pada telinga bagian 7. Penyakit Susunan saraf pusat seperti perdarahan otak nervus koklearis
tengah dan luar, biasanya
dikarenakan proses peradangan
3. Tinnitus Komplikasi
Penatalaksanaan
4. Apabila bercakap dengan lawan
bicara kadang tidak sesuai dengan
1. Menggunakan alat bantu dengar Komplikasi utama dari Sensorineural
apa yang dibicarakan oleh lawan
a. Alat bantu dengar hantaran udara Hearing Loss adalah penurunan
bicaranya
b. Alat bantu dengar yang dipasang di badan pendengaran berlangsung lama, yang
5. Sering meminta lawan bicaranya
c. Alat bantu dengan yang dipasang di belakang kemudian dapat menyebabkan depresi
untuk mengulang apa yang
telinga dan kecemasan.
disampaikan
d. CROS (Contralateral Routing Of Signals)
6. Mengalami gangguan tumbuh
e. BICROS (bilateral Contralateral Routing Of
kembang terutama pada proses
Signals)
bicara
f. Alat bantu dengan hantaran tulang
7. Cenderung berusaha melihat muka
2. Pencangkokan koklea
lawan bicara dengan tujuan mencari
Dilakukan pada penderita tuli berat yang tidak dapat
petunjuk dari gerak bibir dan
mendengar meskipun telah menggunakan alat bantu
ekspresi muka
dengar.
1.
Pathway Sensorineural Hearing Loss (SNHL)
Perubahan struktur
koklea dan nervus Tinitus / vertigo Kurang pendengaran,
tinnitus, sukar
mendengar
Atrofi dan generasi Nyeri Hambatan
sel-sel rambut getar Akut Mobilitas Fisik
koklea, perubahan
vaskularis, jumlah dan
ukuran sel ganglion
berkurang
Pendengaran
berkurang secara Risiko
perlahan, progresif, Cedera
dan simetris
Pendengaran
berkurang secara
perlahan, progresif,
dan simetris
Hambatan
Komunikasi verbal
Asuhan Keperawatan Pasien
Gangguan Pendengaran
Pengkajian Sensorineural Hearing Loss
Diagnosis Keperawatan
1. Identitas (SNHL)
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera biologis
2. Keluhan Utama 2. Hambatan Komunikasi Verbal berhubungan dengan gangguan
3. Riwayat Penyakit sistem saraf pusat
4. Pemeriksaan laboratorium 3. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri
5. Pemeriksaan Fisik 4. Risiko Cedera dengan faktor risiko gangguan integrasi sensori
6. Pemeriksaan Radiologi
NOC: NOC:
Kontrol Nyeri Komunikasi: Mengekspresikan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x6 jam diharapkan tindakan pribadi Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1x24 jam komunikasi klien
untuk mengontrol nyeri dapat dikenali dengan kriteria hasil: dapat meningkat dengan kriteria hasil:
1. Mampu mengenali nyeri (faktor predisposisi, intensitas, lokasi, skala, waktu) 1. Komunikasi klien meningkat
2. Mampu engontrol nyeri 2. Hambatan berkomunikasi dapat diatasi
Pemberian Analgesik
1. Lakukan pengecekan tentang instruksi yang diberikan dokter mengenai jenis obat,
dosis dan frekuensi
2. Pantau tanda-tanda vital klien, baik sebelum dan sesudah diberikan analgesik
3. Evaluasi keefektifan pemberian analgesik
NOC DAN NIC
NOC: NOC:
Ambulasi Kontrol Risiko
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x824 jam diharapkan
aktivitas fisik klien meningkat dengan kriteria hasil: cedera tidak terjadi pada klien dengan kriteria hasil:
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik 1. Klien terbebas dari cedera
2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas 2. Klien mampu menjelaskan cara atau metode untuk mencegah
3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan injury atau cedera
kemampuan berpindah 3. Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan atau
4. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker) perilaku personal
4. Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
NIC: 5. Mampu mengenali perubahan status kesehatan
Terapi Latihan: Ambulasi
1. Bangun hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga NIC:
2. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi Manajemen Lingkungan
3. Monitoring tanda-tanda vital sebelum atau sesudah latihan dan lihat 1. Identifikasi kebutuhan keamanan klien, sesuai dengan kondisi fisik
respon klien saat latihan dan fungsi kognitif klien dan riwayat penyakit terdahulu klien
4. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah 2. Menganjurkan keluarga untuk menemani klien.
terhadap cedera. 3. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
4. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
Terapi Latihan: Mobilitas Sendi 5. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga atau pengunjung
1. Perawat melakukan pengkajian terkait fungsi motorik klien dengan cara adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
meminta klien untuk melakukan suatu gerakan
2. Perawat mendampingi dan membantu klien saat mobilisasi Pencegahan Jatuh
3. Perawat menganjurkan keluarga untuk membantu klien dalan 1. Kaji penyebab defisit fisik klien
melakukan aktivitas sehari-hari 2. Kaji karakteristik lingkungan yang menyebabkan jatuh
3. Monitor gaya jalan klien, keseimbangan, tingkat kelelahan
4. Berikan penerangan yang cukup
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G., et al. 2018. Nursing Intervention Classification (NIC): Seventh Edition. St.
Louise, Misouri: Mosby, Inc.
Irawati N, Kasakeyan E, Rusmono, N. 2012. Alergi Hidung dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI.
Lucente, Frank E. 2011. Ilmu THT Esensial. Edisi ke-5. Dialih bahasakan oleh Hartanto,
Huriawati. Jakarta: EGC.
Moorhead Sue , Jonson Marion , L.Mass dkk. 2008 Nursing Outcomes Classification (NOC).
United states of America: Mosby .
Nagel Patrick dan Gurkov Robert. 2012. Dasar-dasar Ilmu THT. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.
Soepardi EA, Iskandar N. 2011. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Kepala Leher. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.