Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN IMUNISASI DI


POLIKLINIK TUMBUH KEMBANG
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 25 November – 30 November 2019

Oleh:
Ainun Kamilah, S.Kep
NIM. 1930913320013

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Ainun Kamilah, S. Kep

NIM : 1930913320013

JUDUL LP : Laporan Pendahuluan Pasien dengan Imunisasi

Banjarmasin, 30 November 2019


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Windy Yuliana Budianto, S.Kep., Ns., M.Biomed Wiwik Winarsih, S.Kep, Ns


NIP. 19600228 198911 2 001
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Ainun Kamilah, S. Kep

NIM : 1930913320013

JUDUL : Resume pada Pasien di Poliklinik Tumbuh Kembang RSUD


Ulin Banjarmasin

Banjarmasin, 23 November 2019


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Windy Yuliana Budianto, S.Kep., Ns., M.Biomed Wiwik Winarsih, S.Kep, Ns


NIP. 19600228 198911 2 001
Imunisasi

Pengertian Tujuan Manfaat

Imunisasi adalah pemberian Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat 1. Menghindarkan bayi dari serangan penyakit:
kekebalan tubuh terhadap menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi diharapkan kesehatan anak akan tetap terjaga
suatu penyakit dengan kecacatan akibat penyakit tertentu. hingga anak tumbuh menjadi lebih aktif dan
memasukkan sesuatu ke juga dewasa.
dalam tubuh agar tubuh 2. Memperkecil kemungkinan terjadinya
Pemberian Imunisasi penyakit menular: menambah jumlah anak
tahan terhadap penyakit
yang memiliki kekebalan tubuh yang tinggi
yang sedang mewabah atau
1. Orang tua anak harus ditanyakan status kesehatan anak saat ini, apakah terhadap serangan penyakit.
berbahaya bagi seseorang. 3. Meningkatkan kesehatan nasional: anak-anak
dalam kondisi sehat atau sakit, pengalaman atau reaksi terhadap
imunisasi yang pernah didapat sebelumnya, dan penyakit yang dialami akan merasa aman karena terbebas dari
di masa lalu dan sekarang penyakit berbahaya yang bisa menular.
Sasaran
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu Jenis Imunisasi
1. Semua anak di bawah
sebelum menerima imunisasi (informed consent)
usia 1 tahun 3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi 1. Imunisasi Aktif
2. Anak-anak lain yang sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi Merupakan pemberian zat sebagai antigen
belum mendapatkan 4. Ada beberapa kontraindikasi pemberian imunisasi seperti flu berat atau yang diharapkan akan terjadi suatu proses
imunisasi lengkap panas tinggi, perubahan pada sistem imun, sedang dalam pemberian infeksi buatan sehingga tubuh mengalami
3. Anak usia sekolah obat-obatan yang menekan sistem imun, dan adanya riwayat alergi reaksi imonologi spesifik yang menghasilkan
(imunisasi booster atau terhadap pemberian imunisasi sebelumnya. respons seluler dan humoral serta sel memori,
ulangan) sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi
4. Calon pengantin dan ibu maka tubuh secara cepat dapat merespons.
Pemberian Imunisasi Wajib Pada Anak Usia Infant (0-1 Tahun) 2. Imunisasi Pasif
hamil untuk imunisasi
Merupakan pemberian zat (immunoglobulin)
TT 1. HEPATITIS B
yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu
2. BCG proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
3. DPT manusia atau binatang yang digunakan untuk
4. POLIO mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk
5. CAMPAK / MR di dalam tubuh yang terinfeksi seperti DPT,
6. Hib polio, hepatitis B, dan HiB.
Jenis Imunisasi Anak Usia 0-18 Jenis-Jenis Penyakit Yang Manfaat 5 Imunisasi Dasar
Tahun Menurut Rekomendasi Dapat Dicegah Dengan
Ikatan Dokter Anak Indonesia Imunisasi 1. Menetralkan bahannya sebelum bisa memasuki sel
(IDAI) Tahun 2017 1. TBC 2. Mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum
2. Difteri agen ini dapat berbiak
1. Hepatitis B 3. Pertusis 3. Pertahanan imun non spesifik
2. Polio 4. Campak
4. Menguatkan atau meningkatkan system imun alami yang
3. BCG 5. Polio
6. Hepatitis B dihasilkan tubuh
4. DPT
7. Hepatitis A 5. Mencegah penyakit infeksi
5. Hib
8. Meningitis
6. PCV 9. Meningokokus
7. Rotavirus 10. Influenza
8. Influenza 11. Haemophilis
9. Campak 12. Influenza tipe B
10. MMR 13. Kolera
14. Rables Japanese enchiphaliti Dasar Hukum Pelaksanaan Program Imunisasi
11. Tifoid
15. Tipus abdominalis
12. Hepatitis A 16. Pneumonia 1. Permenkes No. 42 tahun 2013 Tentang Pedoman
13. Varisela 17. Pneumokokus Penyelenggaraan Program Imunisasi
14. HPV 18. Varicella 2. Kepmenkes No. 1626/Menkes/SK/XII/2005 Tentang Pedoman
15. Japanese encephalitis 19. Parilitis
Pemantauan Dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca
16. Dengue 20. Epidemika
21. Rotavirus
Imunisasi
3. Kepmenkes RI, No. 428/MENKES/ SK/ IV/ 2010 tentang
Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI 2010 -2014
Imunisasi Dasar

PEMBERIAN IMUNISASI DAN KEMASAN VAKSIN

VAKSIN Penyimpanan Dosis Kemasan Masa Kadaluarsa Reaksi imunisasi Efek samping Kontra indikasi

BCG Lemari es, 0,05 ml Ampul 1 tahun setelah Tidak demam Jarang di jumpai Tidak ada larangan
o
suhu 2-8 C dengan tanggal
bahan pengeluaran
pelarut 4 ml

DPT Lemari es, 0,5 ml, 3x Vial 5 ml 2 tahun setelah Demam ringan, Gejala bersifat Anak yang sakit
o
suhu 2-8 C suntik, tanggal pembengkakan dan sementara: lemes, parah, kejang demam
interval pengeluaran nyeri di tempat demam, kemerahan kompleks, batuk rejan,
minimal 4 suntikan 1-2 hari pada tempat suntikan gangguan kekebalan
minggu

POLIO Freezer, suhu - 2 tetes Vial disertai 2 tahun Tidak ada Tidak ada Diare berat, sakit
o
20 C mulut pipt tetes parah, gangguan
kekebalan

HEPATITIS 0,5 ml HB PID Nyeri pada tempat Selama 10 tahun Anak yang sakit berat
suntikan, disertai belum dilaporkan
rasa panas dan ada efek samping
pembengkakan yang berarti

CAMPAK Freezer, suhu - Setelah Vial berisi 2 tahun setelah Tidak terjadi Sangat jarang terjadi Sakit parah, penderita
20oC dilarutkan 10 dosis tanggal reaksi, mungkin TBC tanpa
diberikan vaksin yang pengeluaran demam ringan dan pengobatan, kurang
0,5 ml dibeku sedikit bercak gizi dalam derajat
keringkan, merah berat, gangguan
beserta kekebalan, penyakit
pelarut 5 ml keganasan.
Cara Pemberian dan Waktu yang Tepat untuk Pemberian Imunisasi

Umur
Vaksin Pemberian Imunisasi Dosis Selang Cara Pemberian
Waktu Pemberian
Pemberian

BCG 1 kali 0,05 cc 0-11 bulan Intrakutan tepat di insersio muskulus


deltoideus kanan.

DPT 3 kali 0,5 cc 4 minggu 2-11 bulan Intramuskular.

Polio 4 kali 2tetes 4 minggu 0-11 bulan Di teteskan ke mulut.

Campak 1 kali 0,5 cc 4 minggu 9-11 bulan Subkutan, biasanya di lengan kiri
atas.

Hepatitis B 3 kali 0,5 cc 4 minggu 0-11 bulan Intramuskular pada paha bagian luar.

TT 3 kali 0,5 cc Intramuskulus


IMUNISASI/ VAKSIN PENTAVALEN

VAKSIN Pemberian Interval Usia Keterangan Vaksin Pentavalen


yaitu penggunakaan vaksin kombinasi, Vaksin ini merupakan
Hepatitis 3x 1 dan 6 bulan setelah 0-11 bulan gabungan vaksin DPT-HB ditambah Hib. Sebelumnya kombinasi ini
dari suntikan hanya terdiri dari DPT dan HB (kita kenal sebagai DPT Combo).
pertama Sesuai dengan kandungan vaksinnya, vaksin Pentavalen mencegah
BCG 1x 0-11 bulan Minimal berberapa jenis penyakit, antara lain Difteri, batuk rejan atau batuk
tidak ada 100 hari, tetanus, hepatitis B, serta radang otak (meningitis) dan
batasan radang paru (pneumonia) yang disebabkan oleh kuman Hib
(Haemophylus influenzae tipe b).
DPT 3x 2-11 bulan Lengkapi

POLIO 4x 4 minggu (minimal) 0-11 bulan Sebelum usia


Kenapa Haemophillus Influenzae type b
1 tahun
(Hib)? Hal ini antara lain disebabkan beberapa
Vaksin
CampakPentavalen 1x diberikan saat anak
4 minggu berusia 2, 9-11
(minimal) 3 danbulan
4 bulan. Kemudian dilanjutkan ketika anak kenyatan epidemiologi berikut:
berusia 1,5 tahun, yang kita kenal sebagai imunisasi booster (lanjutan). Sebagaimana imunisasi
 Haemophilus Influenzae tipe b (Hib)
lainnya, Imunisasi Pentavalen bisa didapatkan secara gratis di semua Posyandu, Puskesmas atau
merupakan suatu bakteri gram negatif dan
fasilitas kesehatan pemerintah lainnya.
hanya ditemukan pada manusia
 Penyebaran melalui percikan ludah
Beberapa pertimbangan penggunaan vaksin Pentavalen tersebut diantaranya:
(droplet)
1. Mengurangi “kesakitan” pada anak: Sebagaimana kita ketahui, vaksin DPT, HB, dan Hib jika  Kelompok usia paling rentan terhadap
diberikan secara sendiri-sendiri, berarti masing-masing diberikan 3 kali tiap anak O (keseluruhan infeksi Hib adalah usia 4 – 8 bulan
taip anak akan menerima 9 kali imunisasi). Sedangkan jika diberikan imunisasi pentavalen, hanya  Sebagian besar orang yg mengalami infeksi
akan membutuhkan 3 kali imunisasi (suntikan) tidak menjadi sakit, tetapi menjadi karier
2. Mengurangi kunjungan: Keuntungan pemberian vaksin kombinasi, selain memberikan  Prevalensi karier cukup tinggi (>3% ),
kekebalan beberapa penyakit sekaligus, juga mempersingkat jadwal imunisasi, yang semula 6 kali sehingga kemungkinan kejadian meningitis
(3 kali DPT dan 3 kali Hepatitis B), menjadi hanya butuh 3 kali kunjungan dan pneumonia akibat Hib, biasanya juga
3. Mengurangi risiko 6 penyakit sekaligus: Imunisasi pentavalen (DPT-HB-Hib) merupakan tinggi.
kombinasi dari vaksin DPT, HB, dan Hib. Vaksin DPT untuk mengurangi risiko penyakit difteri,
pertusis (batuk 100 hari), dan tetanus, vaksin HB untuk mengurangi risiko penyakit hepatitis B
dan vaksin Hib mengurangi risiko penyakit seperti meningitis dan arthritis
IMUNISASI/ VAKSIN PENTAVALEN

 Vaksin Hepatitis B.  Vaksin Polio.


Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan Pada saat bayi lahir atau saat dipulangkan harus diberikan
didahului pemberian injeksi vitamin K1. Hal tersebut vaksin polio oral (OPV-0). Selanjutnya, untuk polio-1,
penting untuk mencegah terjadinya perdarahan akibat polio-2, polio-3 dan polio booster dapat diberikan vaksin
defisiensi vitamin K. Bayi lahir dari ibu HbsAg positif, polio oral (OPV) atau inaktivasi (IPV), namun sebaiknya
paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.
diberikan vaksin hepatitis B dan HBIg pada ekstremitas
yang berbeda, untuk mencegah infeksi perinatal yang
beresiko tinggi untuk terjadinya hepatitis B kronik.
Vaksinasi hepatitis B selanjutnya dapat menggunakan
vaksin hepatitis B monovalen atau vaksin kombinasi.
 Vaksin BCG.  Vaksin DTP.
Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3
Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada umur 6 minggu.
bulan, optimal diberikan pada umur 2 bulan.
Dapat diberikan vaksin DTwP atau DtaP atau kombinasi dengan
Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu
vaksin lain. Untuk anak umur lebih dari 7 tahun DTP yang
dilakukan uji antibodi.
diberikan harus vaksin Td, di booster setiap 10 tahun.

 Vaksin Campak.
Imunisasi campak menurut Permenkes No.42 tahun
2013, diberikan 3 kali pada umur 9 bulan, 2 tahun,
dan pada SD kelas 1 (program BIAS). Untuk anak
yang telah mendapat imunisasi MMR umur 15
bulan, imunisasi campak umur 2 tahun tidak
diperlukan.
 Vaksin Pneumokokus (PCV).
Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 3 kali dengan interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1
kali. Keduanya perlu dosis booster 1 kali pada umur lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak
umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
 Vaksin Rotavirus.
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I
diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen
selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen: dosis ke-1
diberikan umur 6-14 minggu, interval dosis ke-2, dosis ke-3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4
minggu).
 Vaksin Varisela.
Diberikan setelah umur 12 bulan, namun terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur lebih dari 12
tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
 Vaksin Influenza.
Diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak umur
kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6 – <36 bulan, dosis 0,25 mL.
 Vaksin Human papiloma virus (HPV).
Diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV antibodi dengan
interval 0, 2, 6 bulan.
VAKSIN DPT – HB – Hib PENTABIO

Vaksin pentavalen merupakan gabungan dari 5 jenis vaksin Pemberian vaksin pentavalen sama dengan vaksin kombo yaitu pada
dalam satu sediaan. Kelima vaksin tersebut meliputi : umur bayi 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan untuk imunisasi dasar. Untuk
imunisasi lanjutan vaksin pentavalen diberikan pada umur anak paling
1. Difteri –> Kuman yang menyebabkan penyakit difteri, cepat 18 bulan sampai 3 tahun. Jadi total vaksin pentavalen diberikan
menyerang salura pernapasan, menimbulkan lapisan putih sebanyak 4 kali dimana pemberian 1-3 di vastus lateralis (sisi luar paha)
di tenggorokan dengan efek dapat menyumbat saluran kiri-kanan-kiri secara IM. Pemberian ke-4 diberikan di deltoid (lengan
nafas, dan toksinnya dapat mengganggu kerja jantung. kanan atas) secara IM.
2. Pertusis –> kuman penyebab penyakit batuk rejan atau Vaksin pentavalen disimpan di lemari es bersuhu 2-8 derajat C da proses
batuk 100 hari dengan ciri khas batuk beruntun transportasi menggunakan cooling pack (ingat cooling pack berisi air
3. Tetanus –> kuman penyebab penyakit tetanus, yaitu dingin, bukan berisi es). Vaksin tahan disimpan sampai tanggal
kekakuan seluruh tubuh termasuk otot pernapasan sehingga kadaluarsanya atau sepanjang indikator suhu pada vial (tanda kotak
menyebabka kematian akibat gagal nafas dikelilingi bulatan) warnanya masih aman (warna kotak tidak sama atau
4. Hepatitis B –> virus penyabab peradangan pada hati dimana lebih tua dari warna bulatan). Jika sudah dibuka sebaiknya digunakan
keadaan kronis dapat menyebabkan kerusakan hati (sirosis dalam waktu 2 minggu.
hepatis) dan kanker hati (hepatoma) Vaksin pentavalen hanya diberikan pada bayi yang belum pernah
5. Haemophilus influenza tipe B –> kuman penyebab radang mendapat vaksin kombo. Apabila sudah mendapatkan imunisasi kombo
paru-paru (pneumonia) dan radang otak (meningitis) dosis pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian vaksin
terbanyak pada anak-anak kombo sampai dosis ketiga. Bagi bayi dibawah 3 tahun yang belum
mendapat vaksin kombo 3 dosis, dapat diberikan vaksin pentavalen pada
usia 18 bulan dan imunisasi lanjutan diberikan minimal 12 bulan dari
vaksin pentavalen dosis ketiga.
Kontraindikasi pemberian vaksin pentavalen meliputi adanya alergi atau
hipersensitifitas terhadap komponen vaksin (termasuk pengawetnya
thimerosal), dan kejang atau kelainan saraf serius lainnya (kontraindikasi
terhadap komponen pertusis).
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang dapat terjadi meliputi reaksi
lokal seperti bengkak, nyeri, kemerahan, dan demam.
Buku Catatan Imunisasi Anak

UMUR (BULAN) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12+


Vaksin Tanggal Pemberian Imunisasi
HB-0 (0-24 jam)
BCG
Polio
DPT-HB-Hib 1
Polio 2
DPT-HB-Hib 2
Polio 3
DPT-HB-Hib 3
Polio 4
IPV
Campak/MR

UMUR (BULAN) 18 24
Vaksin Tanggal Pemberian Imunisasi
DPT-HB-Hib lanjutan
Campak lanjutan

Jadwal tepat pemberian imunisasi dasar lengkap


Waktu yang masih diperbolehkan untuk pemberian imunisasi dasar lengkap
Waktu pemberian imunisasi bagi anak di atas 1 tahun yang belum lengkap
Waktu yang tidak diperbolehkan untuk pemberian imunisasi dasar lengkap
Mekanisme Pengenalan Imun
Proses Imunisasi

Antigen (vaksin) masuk ke dalam tubuh



Mengadakan antigen pada limfosit dengan peranan makrofag terhadap pirogen eksogen

Interleukin 1, 6 dan TNF

PGe2

Thalamus anterior

Peningkatan set point panas

Efek samping Ansietas

Hipertermi Nyeri Akut Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN IMUNISASI

Pengkajian
a. Identitas
Nama, alamat, tempat dan tanggal lahir, ras, jenis kelamin, agama,
tanggal wawancara, informan Diagnosa Keperawatan
b. Keluhan Utama
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi a. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen
sehat jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam Cidera Fisik (Prosedur Imunisasi)
imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan b. Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan
kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan, c. Ansietas Berhubungan Dengan Krisis Situasi
tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia (Prosedur Invasif)
berada dalam kondisi sakit. d. Hipertermi Berhubungan Dengan Proses
c. Riwayat Penyakit Sekarang Imunisasi
Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang
mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam
kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk
mengetahui status kesehatan anak saat ini.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau
pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan
sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji
pajanan terhadap penyakit menular pada anggota.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi menyeluruh atau umum, integumen,
kepala, mata, telinga, hidung, mulut, tenggorokan, leher, dada,
respirasi, kardiovaskuler, gastrointestinal, genitourinaria,
ginekologik, muskuluskeletal, neurologik, dan endokrin.
NOC DAN NIC

Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cidera Fisik


(Prosedur Imunisasi)
NOC :

 Pain Level,
 Pain control,
 Comfort level
Kriteria Hasil :
 Bayi tidak menangis secara terus menerus
 Tanda vital dalam rentang normal

NIC NIC

Pain Management Analgesic Administration

 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor sebelum pemberian obat
presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
ketidaknyamanan frekuensi
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui  Cek riwayat alergi
pengalaman nyeri pasien  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri analgesik ketika pemberian lebih dari satu
 Bantu keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
 Kurangi faktor presipitasi nyeri optimal
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
farmakologi dan inter personal) nyeri secara teratur
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi analgesik pertama kali
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
 Tingkatkan istirahat  (efek samping)
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Ansietas Berhubungan Dengan Krisis
Situasi (Prosedur Invasif)
NOC :
 Knowledge : Disease Process NOC :
 Knowledge : Health Behavior  Anxiety level
Kriteria Hasil :  Sosial anxiety level
1. Orang tua menyatakan pemahaman tentang Indikator :
penyakit, kondisi, prognosis dan program 1. Klien mampu mengidentifikasi dan
pengobatan mengungkapkan gejala cemas
2. Orang tua mampu melaksanakan prosedur 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
yang dijelaskan secara benar menunjukan teknik untuk mengontrol
3. Orang tua mampu menjelaskan kembali apa cemas
yang dijelaskan perawat/tim kesehatan 3. Vital sign dalam batas normal
lainnya 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan
NIC : berkurangnya kecemasan.

Teaching : disease Process NIC :


 Berikan penilaian tentang tingkat Anxiety Reduction
pengetahuan orang tua pasien tentang
imunisasi yang spesifik.  Gunakan ketenangan, meyakinkan
 Jelaskan prosedur imunisasi dengan cara pendekatan
yang tepat.  Jelaskan semua prosedur
 Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
 Lihat untuk mengerti perspektif orang
muncul pada penyakit bagi yng tidak
melakukan imunisasi, dengan cara yang tepat tua pasien terhadap situasi stress
 Sediakan informasi pada orang tua pasien  Sediakan informasi tentang diagnosis,
tentang kondisi, dengan cara yang tepat pengobatan, dan prognosis
 Eksplorasi dengan orang tua pasien  Tetap bersama pasien untuk
kemungkinan sumber atau dukungan, dengan kenyamanan dan mengurangi takut
cara yang tepat  Tanggapi perilaku
 Instruksikan kepada orang tua pasien  Ciptakan suasana untuk menfasilitasi
mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan kepercayaan
pada pemberi perawatan kesehatan, dengan  Menyemangati secara verbal
cara yang tepat mengenai perasaan, persepsi, dan
ketakutan
 Identifikasi perubahan tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengidentifikasi situasi
yang menurunkan kecemasan
 Pegang dan nyamankan bayi atau
anak
 Bicara lembut atau bernyanyi pada
bayi atau anak
 Pertahankan kontak mata
 Duduk dan bicara dengan pasien
 Tawarkan minuman hangat atau susu
Hipertermi Berhubungan Dengan Proses Imunisasi

NOC :

 Thermoregulation

Indikator:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit

NIC :

Fever Treatment

 Monitor suhu sesering mungkin


 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor nadi dan RR
 Monitor tingkat kesadaran
 Monitor intake dan out put
 Berikan antipiretik
 Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
 Selimuti pasien
 Lakukan tapid sponge
 Kolaborasi pemberian cairan intravena
 Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil.
DAFTAR PUSTAKA

Bratawidjaya, K.G. 2012. Imunologi Dasar Edisi ke-10. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Bulechek, G., et al. 2018. Nursing Intervention Classification (NIC): Seventh


Edition. St. Louise, Misouri: Mosby, Inc.

Herdman. T.H. NANDA International Nursing Diagnosis: Definitions and


Classification 2018 – 2020. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk


Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

IDAI. 2017. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak


Indonesia.

Moorhead Sue , Jonson Marion , L.Mass dkk. 2008 Nursing Outcomes


Classification (NOC). United states of America: Mosby .

Schwartz, M.William. 2004. Clinical Handbook of Pediatrics. Jakarta: EGC.

Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.

Umar. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.

Wahab, Samik. 2000. Ilmu kesehatan anak vol. 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai