Oleh:
Ainun Kamilah, S.Kep
NIM. 1930913320013
NIM : 1930913320013
NIM : 1930913320013
Imunisasi adalah pemberian Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat 1. Menghindarkan bayi dari serangan penyakit:
kekebalan tubuh terhadap menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi diharapkan kesehatan anak akan tetap terjaga
suatu penyakit dengan kecacatan akibat penyakit tertentu. hingga anak tumbuh menjadi lebih aktif dan
memasukkan sesuatu ke juga dewasa.
dalam tubuh agar tubuh 2. Memperkecil kemungkinan terjadinya
Pemberian Imunisasi penyakit menular: menambah jumlah anak
tahan terhadap penyakit
yang memiliki kekebalan tubuh yang tinggi
yang sedang mewabah atau
1. Orang tua anak harus ditanyakan status kesehatan anak saat ini, apakah terhadap serangan penyakit.
berbahaya bagi seseorang. 3. Meningkatkan kesehatan nasional: anak-anak
dalam kondisi sehat atau sakit, pengalaman atau reaksi terhadap
imunisasi yang pernah didapat sebelumnya, dan penyakit yang dialami akan merasa aman karena terbebas dari
di masa lalu dan sekarang penyakit berbahaya yang bisa menular.
Sasaran
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu Jenis Imunisasi
1. Semua anak di bawah
sebelum menerima imunisasi (informed consent)
usia 1 tahun 3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi 1. Imunisasi Aktif
2. Anak-anak lain yang sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi Merupakan pemberian zat sebagai antigen
belum mendapatkan 4. Ada beberapa kontraindikasi pemberian imunisasi seperti flu berat atau yang diharapkan akan terjadi suatu proses
imunisasi lengkap panas tinggi, perubahan pada sistem imun, sedang dalam pemberian infeksi buatan sehingga tubuh mengalami
3. Anak usia sekolah obat-obatan yang menekan sistem imun, dan adanya riwayat alergi reaksi imonologi spesifik yang menghasilkan
(imunisasi booster atau terhadap pemberian imunisasi sebelumnya. respons seluler dan humoral serta sel memori,
ulangan) sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi
4. Calon pengantin dan ibu maka tubuh secara cepat dapat merespons.
Pemberian Imunisasi Wajib Pada Anak Usia Infant (0-1 Tahun) 2. Imunisasi Pasif
hamil untuk imunisasi
Merupakan pemberian zat (immunoglobulin)
TT 1. HEPATITIS B
yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu
2. BCG proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
3. DPT manusia atau binatang yang digunakan untuk
4. POLIO mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk
5. CAMPAK / MR di dalam tubuh yang terinfeksi seperti DPT,
6. Hib polio, hepatitis B, dan HiB.
Jenis Imunisasi Anak Usia 0-18 Jenis-Jenis Penyakit Yang Manfaat 5 Imunisasi Dasar
Tahun Menurut Rekomendasi Dapat Dicegah Dengan
Ikatan Dokter Anak Indonesia Imunisasi 1. Menetralkan bahannya sebelum bisa memasuki sel
(IDAI) Tahun 2017 1. TBC 2. Mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum
2. Difteri agen ini dapat berbiak
1. Hepatitis B 3. Pertusis 3. Pertahanan imun non spesifik
2. Polio 4. Campak
4. Menguatkan atau meningkatkan system imun alami yang
3. BCG 5. Polio
6. Hepatitis B dihasilkan tubuh
4. DPT
7. Hepatitis A 5. Mencegah penyakit infeksi
5. Hib
8. Meningitis
6. PCV 9. Meningokokus
7. Rotavirus 10. Influenza
8. Influenza 11. Haemophilis
9. Campak 12. Influenza tipe B
10. MMR 13. Kolera
14. Rables Japanese enchiphaliti Dasar Hukum Pelaksanaan Program Imunisasi
11. Tifoid
15. Tipus abdominalis
12. Hepatitis A 16. Pneumonia 1. Permenkes No. 42 tahun 2013 Tentang Pedoman
13. Varisela 17. Pneumokokus Penyelenggaraan Program Imunisasi
14. HPV 18. Varicella 2. Kepmenkes No. 1626/Menkes/SK/XII/2005 Tentang Pedoman
15. Japanese encephalitis 19. Parilitis
Pemantauan Dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca
16. Dengue 20. Epidemika
21. Rotavirus
Imunisasi
3. Kepmenkes RI, No. 428/MENKES/ SK/ IV/ 2010 tentang
Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI 2010 -2014
Imunisasi Dasar
VAKSIN Penyimpanan Dosis Kemasan Masa Kadaluarsa Reaksi imunisasi Efek samping Kontra indikasi
BCG Lemari es, 0,05 ml Ampul 1 tahun setelah Tidak demam Jarang di jumpai Tidak ada larangan
o
suhu 2-8 C dengan tanggal
bahan pengeluaran
pelarut 4 ml
DPT Lemari es, 0,5 ml, 3x Vial 5 ml 2 tahun setelah Demam ringan, Gejala bersifat Anak yang sakit
o
suhu 2-8 C suntik, tanggal pembengkakan dan sementara: lemes, parah, kejang demam
interval pengeluaran nyeri di tempat demam, kemerahan kompleks, batuk rejan,
minimal 4 suntikan 1-2 hari pada tempat suntikan gangguan kekebalan
minggu
POLIO Freezer, suhu - 2 tetes Vial disertai 2 tahun Tidak ada Tidak ada Diare berat, sakit
o
20 C mulut pipt tetes parah, gangguan
kekebalan
HEPATITIS 0,5 ml HB PID Nyeri pada tempat Selama 10 tahun Anak yang sakit berat
suntikan, disertai belum dilaporkan
rasa panas dan ada efek samping
pembengkakan yang berarti
CAMPAK Freezer, suhu - Setelah Vial berisi 2 tahun setelah Tidak terjadi Sangat jarang terjadi Sakit parah, penderita
20oC dilarutkan 10 dosis tanggal reaksi, mungkin TBC tanpa
diberikan vaksin yang pengeluaran demam ringan dan pengobatan, kurang
0,5 ml dibeku sedikit bercak gizi dalam derajat
keringkan, merah berat, gangguan
beserta kekebalan, penyakit
pelarut 5 ml keganasan.
Cara Pemberian dan Waktu yang Tepat untuk Pemberian Imunisasi
Umur
Vaksin Pemberian Imunisasi Dosis Selang Cara Pemberian
Waktu Pemberian
Pemberian
Campak 1 kali 0,5 cc 4 minggu 9-11 bulan Subkutan, biasanya di lengan kiri
atas.
Hepatitis B 3 kali 0,5 cc 4 minggu 0-11 bulan Intramuskular pada paha bagian luar.
Vaksin Campak.
Imunisasi campak menurut Permenkes No.42 tahun
2013, diberikan 3 kali pada umur 9 bulan, 2 tahun,
dan pada SD kelas 1 (program BIAS). Untuk anak
yang telah mendapat imunisasi MMR umur 15
bulan, imunisasi campak umur 2 tahun tidak
diperlukan.
Vaksin Pneumokokus (PCV).
Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 3 kali dengan interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1
kali. Keduanya perlu dosis booster 1 kali pada umur lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak
umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Vaksin Rotavirus.
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I
diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen
selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen: dosis ke-1
diberikan umur 6-14 minggu, interval dosis ke-2, dosis ke-3 diberikan pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4
minggu).
Vaksin Varisela.
Diberikan setelah umur 12 bulan, namun terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur lebih dari 12
tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
Vaksin Influenza.
Diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak umur
kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6 – <36 bulan, dosis 0,25 mL.
Vaksin Human papiloma virus (HPV).
Diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV antibodi dengan
interval 0, 2, 6 bulan.
VAKSIN DPT – HB – Hib PENTABIO
Vaksin pentavalen merupakan gabungan dari 5 jenis vaksin Pemberian vaksin pentavalen sama dengan vaksin kombo yaitu pada
dalam satu sediaan. Kelima vaksin tersebut meliputi : umur bayi 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan untuk imunisasi dasar. Untuk
imunisasi lanjutan vaksin pentavalen diberikan pada umur anak paling
1. Difteri –> Kuman yang menyebabkan penyakit difteri, cepat 18 bulan sampai 3 tahun. Jadi total vaksin pentavalen diberikan
menyerang salura pernapasan, menimbulkan lapisan putih sebanyak 4 kali dimana pemberian 1-3 di vastus lateralis (sisi luar paha)
di tenggorokan dengan efek dapat menyumbat saluran kiri-kanan-kiri secara IM. Pemberian ke-4 diberikan di deltoid (lengan
nafas, dan toksinnya dapat mengganggu kerja jantung. kanan atas) secara IM.
2. Pertusis –> kuman penyebab penyakit batuk rejan atau Vaksin pentavalen disimpan di lemari es bersuhu 2-8 derajat C da proses
batuk 100 hari dengan ciri khas batuk beruntun transportasi menggunakan cooling pack (ingat cooling pack berisi air
3. Tetanus –> kuman penyebab penyakit tetanus, yaitu dingin, bukan berisi es). Vaksin tahan disimpan sampai tanggal
kekakuan seluruh tubuh termasuk otot pernapasan sehingga kadaluarsanya atau sepanjang indikator suhu pada vial (tanda kotak
menyebabka kematian akibat gagal nafas dikelilingi bulatan) warnanya masih aman (warna kotak tidak sama atau
4. Hepatitis B –> virus penyabab peradangan pada hati dimana lebih tua dari warna bulatan). Jika sudah dibuka sebaiknya digunakan
keadaan kronis dapat menyebabkan kerusakan hati (sirosis dalam waktu 2 minggu.
hepatis) dan kanker hati (hepatoma) Vaksin pentavalen hanya diberikan pada bayi yang belum pernah
5. Haemophilus influenza tipe B –> kuman penyebab radang mendapat vaksin kombo. Apabila sudah mendapatkan imunisasi kombo
paru-paru (pneumonia) dan radang otak (meningitis) dosis pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian vaksin
terbanyak pada anak-anak kombo sampai dosis ketiga. Bagi bayi dibawah 3 tahun yang belum
mendapat vaksin kombo 3 dosis, dapat diberikan vaksin pentavalen pada
usia 18 bulan dan imunisasi lanjutan diberikan minimal 12 bulan dari
vaksin pentavalen dosis ketiga.
Kontraindikasi pemberian vaksin pentavalen meliputi adanya alergi atau
hipersensitifitas terhadap komponen vaksin (termasuk pengawetnya
thimerosal), dan kejang atau kelainan saraf serius lainnya (kontraindikasi
terhadap komponen pertusis).
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang dapat terjadi meliputi reaksi
lokal seperti bengkak, nyeri, kemerahan, dan demam.
Buku Catatan Imunisasi Anak
UMUR (BULAN) 18 24
Vaksin Tanggal Pemberian Imunisasi
DPT-HB-Hib lanjutan
Campak lanjutan
Pengkajian
a. Identitas
Nama, alamat, tempat dan tanggal lahir, ras, jenis kelamin, agama,
tanggal wawancara, informan Diagnosa Keperawatan
b. Keluhan Utama
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi a. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen
sehat jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam Cidera Fisik (Prosedur Imunisasi)
imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan b. Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan
kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan, c. Ansietas Berhubungan Dengan Krisis Situasi
tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia (Prosedur Invasif)
berada dalam kondisi sakit. d. Hipertermi Berhubungan Dengan Proses
c. Riwayat Penyakit Sekarang Imunisasi
Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang
mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam
kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk
mengetahui status kesehatan anak saat ini.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau
pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan
sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji
pajanan terhadap penyakit menular pada anggota.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi menyeluruh atau umum, integumen,
kepala, mata, telinga, hidung, mulut, tenggorokan, leher, dada,
respirasi, kardiovaskuler, gastrointestinal, genitourinaria,
ginekologik, muskuluskeletal, neurologik, dan endokrin.
NOC DAN NIC
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
Bayi tidak menangis secara terus menerus
Tanda vital dalam rentang normal
NIC NIC
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor sebelum pemberian obat
presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
ketidaknyamanan frekuensi
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui Cek riwayat alergi
pengalaman nyeri pasien Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri analgesik ketika pemberian lebih dari satu
Bantu keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
Kurangi faktor presipitasi nyeri optimal
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
farmakologi dan inter personal) nyeri secara teratur
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
Ajarkan tentang teknik non farmakologi analgesik pertama kali
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
Tingkatkan istirahat (efek samping)
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Ansietas Berhubungan Dengan Krisis
Situasi (Prosedur Invasif)
NOC :
Knowledge : Disease Process NOC :
Knowledge : Health Behavior Anxiety level
Kriteria Hasil : Sosial anxiety level
1. Orang tua menyatakan pemahaman tentang Indikator :
penyakit, kondisi, prognosis dan program 1. Klien mampu mengidentifikasi dan
pengobatan mengungkapkan gejala cemas
2. Orang tua mampu melaksanakan prosedur 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
yang dijelaskan secara benar menunjukan teknik untuk mengontrol
3. Orang tua mampu menjelaskan kembali apa cemas
yang dijelaskan perawat/tim kesehatan 3. Vital sign dalam batas normal
lainnya 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan
NIC : berkurangnya kecemasan.
NOC :
Thermoregulation
Indikator:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit
NIC :
Fever Treatment
Bratawidjaya, K.G. 2012. Imunologi Dasar Edisi ke-10. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.
Umar. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.