Anda di halaman 1dari 28

Kelompok 5 B

Anggota :
1. Farosi Reyhan Nasifa 030001600053
2. Khairul Faiz Syaprita 030001600083
3. Rizky Fuji Pratama 030001600135
4. Daffa Wahesa Suhendra 030001900033
5. Deandra Wiryanti 030001900034
6. Delia Ainnaya 030001900036
7. Ganjar Pratama Hidayah030001900051
8. Harsheena Gobind 030001900054
9. Huwaynan Nysa Djiby 030001900058
Skenario kasus
Klarifikasi Istilah
1. Tinitus : adalah suara gangguan pendengaran berupa keluhan berupa telinga yang berdenging,
menderuh, atau berbagai variasi bunyi yang lain, tanpa ada rangsangan suara, biasanya disebabkan
oleh kerusakan pada rambut-rambut kecil ditelinga bagian dalam.

2. Bising : Bunyi yang memiliki banyak frekuensi terdiri dari narrow band ( spectrum terbatas) dan white
noise (spectrum luas), suara yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi
pendengarnya. Bising dengan intensitas berlebih dapat merusak organ pendengaran.

3. Alat pelindung telinga : APD yang dirancang untuk menutupi telinga seseorang, bertujuan untuk
pelindung pendengaran dan juga kehangatan.
Identifikasi Masalah
● P, 35th mengalami keluhan sulit mendengar percakapan yang dirasakan sejak 1 bln.
● Awalnya pasien tidak menyadari adanya ggguan pendengaran tapi belakangan pasien sering
mengalami miss-commuunication dengan rekan kerja.
● Pasien harus memperhatikan bibir lawan bicara untuk memahami percakapan.
● Keluhan disertai telinga berdenging
● Pasien kerja di pabrik tekstil di bagian tenun sejak 10 tahun yang lalu, mendengar bisin dari
mesin dan tidak memakai alat pelindung telinga.
● Pasien bekerja 8 jam/hari dengan 1 jam istirahat dan bekerja 6 hari/minggu.
● Ada riwayat keluar cairan dari telinga, benturan pada telinga, dan minum obat rutin disangkal.
● Pasien tidak memiliki hobi mendengarkan musik yang kencang atau memakai earphone.
● Ditempat kerja tidak disediakan alat pelindung telinga.
Brainstroming Perempuan 35 tahun
Benturan pada
telinga
Kerja di pabrik tekstil selama 10
tahun, 6 hari/minggu, 8 jam/hari Minum obat rutin
Sulit mendengar disangkal
percakapan sejak 1 bulan
Tempat kerja tidak Riwayat keluar
sediakan APD cairan dari telinga
Mengalami miss
Fisiologi
komunikasi dengan rekan Telinga berdenging
pendengaran
kerja

Tidak suka mendengarkan Anatomi dan


NIHL (Noise- Induced Hearing Loss) histologi telinga
musik kencang dan
menggunakan earphone
-Definisi
-etiologi -diagnosis
-epidemiologi -tatalaksana
-klasifikasi -diagnosis banding
-faktor risiko -komplikasi
-patofisiologi -pencegahan
Learning Objective
1. Anatomi dan Histologi telinga
2. Fisiologi pendengaran
3. NIHL :
H.diagnosis
A.definisi
I.diagnosis banding
B.etiologi
J.tatalaksana
C.epidemiologi
K.komplikasi
D.klasifikasi
L.pencegahan
E.faktor risiko
M.prognosis
F.patofisiologi

G.manifestasi klinis
Anatomi Telinga
FISIOLOGI PENDENGARAN
DEFINIS NIHL

Merupakan gangguan pendengaran akibat terpapar bising di suatu lingkungan


kerja dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus. NIHL merupakan jenis
tuli sensorineural dan umumnya terjadi kepada kedua telinga.
ETIOLOGI NIHL
Paparan bising yang dianggap dapat menimbulkan NIHL adalah paparan suara di atas 85 desibel
dengan durasi di atas 8 jam sehari. Berikut adalah intensitas suara dari masing-masing tindakan atau
alat sehari-hari
Epidemiologi

NIHL merupakan diagnosis kehilangan pendengaran kedua tersering setelah


presbikusis, di AS sekitar 10% / 22jt individu dewasa berusia 20-69th mengalami
kehilangan pendengaran permanen akibat paparan suara bising di tempat kerja
atau secara personal.
● Di indonesia 60% dari penderita NIHL mengalami gangguan ringan, 10%
mengalami gguan berat contoh kasus pada orang yang bekerja di pabrik.
Klasifikasi

NITTS

Ketulian akibat bising/tuli mendadak yang disebabkan beberapa faktor seperti


ledakan, dentuman, tembakan pistol, atau trauma langsung ketelinga. Trauma
menyebabkan kerusakan langsung pada saraf di telinga bagian dalam akibat
pajanan suara yang tiba2 dan kuat

NIPTS

Ketulian akibat pemaparan bising yang lebih lama atau intensitas lebih besar jenis
tuli ini bersifat permanen. NITTS dapat menjadi NIPTS biasanya disebabkan
karena masa kerja yang lama di lingkungan yang bising.
Faktor Resiko
Internal : usia (>50th), kelamin (laki2), atherosklerosis, hipertensi, gguan telinga tengah.

Eksternal : suhu abnormal, obat, zat ototoksik, lamanya paparan bising, frekuensi bising, usia dan
jenis kelamin (20 - 50th) laki& perempuan 9:1

Genetic : mutasi multi pada gen yang berperan pada heat shot protein

Riwayat merokok : 75 subject studi menunjuukan bahwa merokok dapat meningkatkan resiko.

Hiperkolestrolemia

Hipertensi

Pengunaan analgesik

Usia tua
Patofisiologi
Paparan bising mengakibatkan perubahan sel-sel rambut silia dari organ Corti. Stimulasi dengan intensitas bunyi sedang mengakibatkan
perubahan ringan pada sillia dan hensen’s body, sedangkan stimulasi dengan intensitas tinggi pada waktu pajanan yang lama akan
mengakibatkan kerusakan pada struktur sel rambut lain seperti mitokondria, granula lisosom, lisis sel dan robek membran Reissner.
Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas
dan lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap stimulasi. Dengan
bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali
terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas
paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat
timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak.1,2,11 Gangguan pendengaran akibat
paparan bising terus-menerus harus dibedakan dari trauma akustik. Gangguan pendengaran trauma akustik terjadi akibat paparan singkat
(satu kali) langsung diikuti dengan gangguan pendengaran permanen. Intensitas rangsangan suara umumnya melebihi 140 dB dan sering
bertahan selama < 0,2 detik. Trauma akustik menyebabkan terjadinya robekan membran timpani dan gangguan pada dinding sel sehingga
tercampur perilimfe dan endolimfe. Trauma akustik juga dapat menyebabkan cedera tulang pendengaran
Manifestasi Klinis

1. Denging di telinga/tinitus
2. Kesulitan mendengar suara dan sedikit
samar
3. Percakapan dengan orang sekitar
mengalami kesulitan karena teredam atau
tidak jelas.
Ada berbagai tes untuk mendiagnosis jenis dan tingkat keparahan hearing loss,

yaitu :

1. Konduksi suara.
2. Audiometri konvensional atau standar.
3. Bone Conduction.
4. Emisi otoacoustic.
5. Auditory brainstem response.

Namun yang paling sering digunakan adalah pemeriksaan bone conduction

dan audiometri.
Diagnosis banding

1. Presbiakusis : pada lansia dikaitkan dengan proses degeneratif.

2. Meniere disease : gangguan bersifat progresif, diikuti dengan tinitus dan


vertigo.

3. Gangguan pendengaran kongenital : kelainan genetik, infeksi prenatal,


trauma saat lahir.
Edukasi NIHL
Edukasi kepada pasien merupakan kunci utama dalam pencegahan noise-induced
hearing loss (NIHL). Walaupun NIHL dapat bersifat reversibel, kondisi ini dapat dicegah
dengan melakukan konservasi pendengaran yang baik di lingkungan dan di tempat kerja.

Sebelum memulai edukasi mengenai konservasi pendengaran, pasien dapat diberikan


penjelasan mengenai struktur telinga secara sederhana dan apa dampak yang
ditimbulkan dari suara bising terhadap telinga. Pasien perlu mendapat penekanan bahwa
dampak yang ditimbulkan oleh suara bising dapat bersifat permanen jika tidak dicegah
dan tidak ditatalaksana dengan baik.
TATALAKSANA NIHL

1. Simptomatis :
a. Dekongestan : Oral (psudefeniril) topikal (oksimetazolin)
b. Kortikosteorid : Intranasal(mometason furuoat), oral jangka pendek (metilprednisolon)
c. Antihistamin
d. Analgetik : Non narkotik (parasetamol , ibuprofen)
e. Antibiotik : Akut dewasa (amoxcicilin/amox clafulanat, claritomicin, azithromisin), akut anak
(amoxcicilin, sseftriakson diberikan secara i.m / i.v), kronis (amox clafuralat)
f. Antifungal : Akut (ampotensin B), kronis (ampotensin B, itrakonazol/ketokonazol)
2. Fungsional endoscopy sinus surgery
3. Terapi suportif : Humidifikasi, kommpres hangan pada area sinus, minum air putih yg cukup
4. Nasal wash NaCl 0,9%
Komplikasi NIHL

NIHL yang bersifat permanen akan menghasilkan tuli sensorineural yang persisten
dan ireversibel. Akan tetapi, selain NIHL, suara bising juga dapat menimbulkan
efek lain pada tubuh. Pasien yang mengalami NIHL dapat mengalami gangguan
pada sistem vestibular dan menyebabkan gejala berupa vertigo dan diiequilibrium
PENCEGAHAN NIHL

1. Hindari penyebab alergi

2. Berhenti merokok

3. Jaga kebersihan

4. Lakukan vaksinasi flu

5. Konsumsi makanan sehat

6. Gunakan pelembab udara

7. Kurangi kontak lansgung dengan penderita sinusitis


Pengendalian NIHL

1. Dapat mengurangi kebisingan dari sumber (memasang alat peredam suara)


2. Gunakan ear plug (hal wajib jika orang bekerja diatas desibel tertentu)
Prognosis NIHL

- Ad vitam: bonam
- Ad fungsionam: malam
- Ad sanationam: malam

Apabila pekerja mengalami tuli sensorineural yang sifatnya menetap dan tidak
dapat diubah lagi, maka prognosis nya kurang baik.
Prinsip Rujukan

Kegiatan yang tercakup dalam sistem rujukan :

1. Pengiriman pasien
2. Pengiriman spesimen
3. Pengendalian pengetahuan dan keterampilan
4. Pengiriman bantuan tenaga medis
Daftar Pustaka

1.Salawati L. Noise-induced hearing loss. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2013

2.Eryani YM, Wibowo CA, Saftarina F. Faktor Risiko Terjadinya Gangguan


Pendengaran Akibat Bising. Jurnal Medula. 2017

3.Mayasari D, Khairunnisa R. Pencegahan Noise Induced Hearing Loss pada


Pekerja Akibat Kebisingan. Jurnal Agromedicine. 2017117

4.Jumali J. Prevalensi dan Faktor Resiko Tuli Akibat Bising.2013

Anda mungkin juga menyukai