Kelompok A6
ANGGOTA ●AZZELLIA DANIVALEISZHKA SOPHIAN 03001900025
●BERGAS YOGOKUSUMO 03001900026
KELOMPOK ●BIMA ORIESTO MULYAWAN 03001900027
●BRENDA KUMAMBOW 03001900028
●CEYVIRA ARSITA WIDARYATI
03001900029
●CHIKITA NUR MUSTIKA RAHMADITYA 03001900030
●DENI FERIANDA 03001900037
●DEVITHA SRI WARDANI
03001900039
●DIMAS JORDHI 03001900040
●ENI ENDANG SARI 03001900041
Skenario 2 kasus Modul Penginderaan
Judul: I can’t hear you!
Riwayat
Pekerjaan
Perempua
n 35 tahun
Produk Diagnosis
6 tekstil banding
Hari/minggu 8
jam/hari
10 tahun Mendengar
lalu bising dari
mesin
Etiologi NIHL
n znzjzx
Berdasarkan sifatnya bising dapat dibedakan menjadi beberapa tipe bising
● Lebih tinggi dinegara industri dimana alat berat dan suara bising lebih banyak digunakan.
● Di amerika serikat sekitar 10% per 2 juta individu dewasa berusia 20-69 tahun mengalami
kehilangan pendengaran permanen akibat paparan suara bising ditempat kerja atau secara
personal.
● Di indoneisia prevalensi mencapai 4,6% di 2007, dan mengalami penurunan di 2013 secara
nasional menjadi 2,8%
● Berdasarkan data komite nasional penanggulangan gangguan pendengaran dan ketulian 2014
menunjukkan GPAB di indonesia yg tertinggi se asia tenggara karna mencapai 16,8%atau
berkisar 36 juta orang dari total populasi.
KLASIFIKASI
● intensitas kebisingan
● frekuensi kebisingan
● lamanya waktu pemaparan bising
● kerentanan individu
● jenis kelamin,
● usia
● penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
PATOFISIOLOGI
Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara
(speech discrimination) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi
tinggi dapat menyebabkan kesulitan dalam menerima dan
membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi, seperti
MANIFESTASI suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar
sama sekali. Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinnitus
KLINIS merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya dapat
mengganggu ketajaman pendengaran dan konsentrasi.
Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising (noise
induced hearing loss) adalah:
A. Bersifat sensorineural
B. Hampir selalu bilateral
C. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound
hearing loss ). Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.
D. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi
penurunan pendengaran yang signifikan.
E. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi
3000, 4000 dan 6000 Hz, dimana kerusakan yang paling
berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz.
F. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada
frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz akan mencapai tingkat
yang maksimal dalam 10 – 15 tahun.Selain pengaruh
terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan
juga mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh
terhadap komunikasi wicara, gangguan konsentrasi,
gangguan tidur sampai memicu stress akibat gangguan
pendengaran yang terjadi.
DIAGNOSIS
Secara Anamnesis data yang harus diketahui:
(1) the nature of the hearing impairment, apakah
gangguan dalam > (conductive vs. sensorineural vs.
mixed)
Belum didapat
Management
1. Eliminasi: dihilangkan potensi bahaya bising
2. Substitusi : diganti ( mesin dulu berisik sekarang diganti
yang tidak berisik)
3. Perancangan : rekayasa teknik atau perancangan
teknik , dibuat untuk meminimalisir bunyi , seperti diberi
karet
4. Admisnistrasi : dibuat SOP ditempat kerja , dibikin
tempat istirahat jauh dari tempat terpajan
5. APD : ear plug, helmet
PROGNOSIS
● Apabila pekerja mengalami tuli
sensorineural koklea yang sifatnya menetap
dan tidak dapat diobati dengan obat
maupun pembedahan, maka prognosisnya
kurang baik. Oleh karena itu pencegahan
sangat penting.
○ Ad Vitam (Hidup) : Ad bonam
○ Ad Sanationam (sembuh) : Dubia
○ Ad Functionam (fungsi) : Dubia ad
malam
KOMPLIKASI
● Peningkatan kehilangan pendengaraan
● tuli total
● permaalahan telinga kronis
● tinitus kronis
- Bising lingkungan yang harus diusahakan
PENCEGAHAN dibawah 85 dB