Skenario 5:
Telinga berair…
Amri, seorang anak berusia 11 tahun, dibawa oleh ibunya ke poli THT dengan keluhan telinga
kiri berair, berbau dan kurang pendengaran. Keluhan ini dialami sejak berusia 4 tahun dan sering
berulang terutama bila sedang mengalami batuk, pilek dan demam, dimana Amri sering
mengkonsumsi minuman es dan sering berenang di sungai. Ibu Amri merasa cemas karena anaknya
akhir-akhir ini sering merasa pusing dan kadang-kadang disertai kejang.
Hasil pemeriksaan dokter didapatkan cairan kental berwarna kehijauan dan berbau pada telinga
kiri. Pemeriksaan gendang telinga dijumpai perforasi sentral subtotal. Pada leher kiri juga terdapat
pembengkakan dan terasa nyeri bila ditekan. Dokter spesialis THT-KL, menganjurkan pemeriksaan
foto rontgen region mastoid dekstra.
Ibu Amri merasa khawatir dan bertanya kepada dokter apakah yang dialami oleh Amri sama
dengan kasus adiknya yang pernah mengalami penyakit telinga akibat kemasukan serangga di
telinga kiri yang menimbulkan nyeri serta sedikit mengeluarkan cairan seperti nanah.
Bagaimana Anda menjelaskan kasus Amri?
Jump 2&3
1. Mengapa Amri mengalami keluhan telinga kiri berair, berbau dan kurang pendengaran?
Jawab :
Dx sementara pada kasus Amri : Otitis Media Supuratif Kronis.
Keluhan telinga kiri berair : OMSK : sering didahului dengan infeksi saluran pernapasan atas → jika
terjadi dalam waktu yang lama dan berulang → patogen infeksius akan menyebar menuju ke tuba
eustachius → infeksi → sel-sel penghasil mukus terus mengeluarkan sekret → menutup membran timpani,
sehingga menghalangi drainase → sekret keluar melalui gendang telinga.
Berbau : terjadi akibat proses infeksi
Kurang pendengaran : menutup membran timpani → menghambat hantaran gelombang suara untuk
2. Apakah terdapat hubungan antara keluhan tsb dengan usia dan jenis kelamin?
Jawab :
Jenis kelamin : tidak mempengaruhi, namun pada studi lama : lk > pr → dihubungkan dengan tingkat
lebih sempit.
3. Mengapa keluhan ini berusia terus berulang sejak usia 4 tahun dan terutama bila sedang mengalami
batuk, pilek dan demam, dimana Amri sering mengkonsumsi minuman es dan sering berenang di
sungai?
Jawab :
batuk, pilek : OMSK : sering didahului dengan infeksi saluran pernapasan atas → jika terjadi dalam
waktu yang lama dan berulang → patogen infeksius akan menyebar menuju ke tuba eustachius →
infeksi
Berenang di sungai : meningkatkan resiko untuk terjadi infeksi sekunder
Minum es : vasokonstriksi pembuluh darah → memudahkan untuk terjadi infeksi pada membran
timpani
4. Mengapa Amri akhir-akhir ini sering merasa pusing dan kadang-kadang disertai kejang?
Jawab :
Pusing : proses infeksi yang berulang dan terus menerus → menghasilan mediator inflamasi dan
6. Mengapa dokter tsb menganjurkan pemeriksaan foto rontgen region mastoid dekstra? Apa pemriksaan penunjang
lain yang dapat dilakukan?
Jawab :
Untuk mengetahui lebih lanjut kelainan yg terjadi pada Amri, seperti : menilai apakah terdapat kolesteatoma,
mastoiditis, dan komplikasi lain.
Pemeriksaan lain yang dpt dilakukan: Bakteriologi, Otoskopi, Audiometri
12. Apa tatalaksana yang dapat dilakukan pada kasus adik Amri?
Jawab :
1. Non-medikamentosa: Ekstraksi benda asing
Dilakukan penetesan alkohol, obat anestesi lokal (Lidokain spray atau tetes), atau minyak mineral selama ± 10 menit
untuk membuat serangga tidak bergerak dan melubrikasi dinding MAE. Setelah serangga mati, serangga dipegang
dan dikeluarkan dengan forceps aligator atau irigasi menggunakan air sesuai suhu tubuh.
2. Medikamentosa
Tetes telinga antibiotik hanya diberikan bila telah dipastikan tidak ada ruptur membran timpani.
Analgetik untuk mengurangi rasa nyeri
13. Bagaimana prognosis dan komplikasi pada kasus adik Amri?
Jawab :
Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
Komplikasi :
Ruptur membran timpani, perdarahan liang telinga, otitis eksterna, tuli konduktif
Jump 4
Gangguan Pendengaran Dan Keseimbangan
Kongenital Didapat
Epidemiologi, etiologi
dan faktor risiko
Patogenesis
Tatalaksana
Rujukan
Prognosis dan
Komplikasi
Jump 5
1. Gangguan Pendengaran akibat kelainan kongenital
2. Gangguan Pendengaran yang didapat
a. Trauma
b. Inflamasi dan Infeksi
3. Gangguan Keseimbangan
4. Benda Asing di Telinga
Trauma Akustik
Trauma Akustik
Trauma akustik sering dipakai untuk menyatakan ketulian
akibat pajanan bising, maupun tuli mendadak akibat
ledakan hebat, dentuman, tembakan pistol, serta trauma
langsung ke kepala dan telinga akibat satu atau beberapa
pajanan dalam bentuk energi akustik yang kuat dan tiba-
tiba (Komang, 2008).
Penyebab
Paparan suara yang berlebihan apalagi berupa suara
ledakan dapat menyebabkan kerusakan organ korti. Salah
satu efek bising pada pendengaran adalah trauma akustik
akut yaitu kerusakan organ pendengaran yang bersifat
segera setelah terjadi paparan energi suara yang
berlebihan, seperti bising mesin, suara jet, konser rock,
gergaji mesin dan letusan senjata.
Tanda gejala
Gejala ketulian akibat trauma akustik adalah tinnitus (suara
mendenging), ringing (suara berisik di telinga), gejala
sensasi penuh (fullness), nyeri telinga, kesulitan melokalisir
suara, dan kesulitan mendengar di lingkungan bising (Larry,
2007).
Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang spesifik dapat diberikan pada penderita
dengan trauma akustik. Oleh karena tuli karena trauma akustik adalah
tuli saraf koklea yang bersifat menetap (irreversible). Apabila
penderita sudah sampai pada tahap gangguan pendengaran yang
dapat menimbulkan kesulitan berkomunikasi maka dapat
dipertimbangkan menggunakan ABD (alat bantu dengar) atau hearing
aid.
OTITIS MEDIA AKUT
PENGERTIAN
adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum
telinga tengah. Peradangan pada mukosa cavum tymphani
dengan pembentukan mukopus di dalam cavum tymphani
Etiologi :
Kelompok Coccus (Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Diplococcus) Pada kanak-kanak > oleh
Hemofilus Influenza
An Aerobik : Bacteriodes Fragillis, Bronhammella
Cattarhalis.
PATOFISIOLOGI
Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam
telinga tengah yang normalnya steril. Paling sering terjadi bila terjadi disfungsi tuba
eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan atas,
inflamasi jaringan disekitarnya (misal: sinusitis, hipertropi adenoid), atau reaksi
alergi (misal: rintis alergika).
Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba
eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi
limfoid pada submukosa.
Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan
transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan
terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring.
Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan
progresivitas penyakit.
FAKTOR RESIKO
Angkat benda asing dengan menggunakan lidi kapas atau jarum suntik ukuran 23G.
Oleskan lidi kapas yang dibubuhkan Povidon Iodin pada tempat bekas benda asing.
Ofloxacin, 2 kali sehari, 5 – 10 tetes di telinga yang sakit, selama maksimal 2 minggu
Ad functionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
Komplikasi
1. Komplikasi intra-temporal: Labirinitis, Paresis nervus fasialis,
Petrositis, Hidrosefalus otik
2. Komplikasi ekstra-temporal / intrakranial: Abses subperiosteal,
Abses epidura, Abses perisinus, Abses subdura, Abses otak,
Meningitis, Trombosis sinus lateral, Sereberitis
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
PENGERTIAN
b. Antibiotik oral:
• Dewasa:
Lini pertama : Amoxicillin 3 x 500 mg per hariselama 7 hari, atauAmoxicillin-Asam
clavulanat 3 x500 mg per hari selama 7 hari, atauCiprofloxacin 2 x 500 mg selama
7 hari.
Lini kedua : Levofloxacin 1 x 500 mg per hari selama 7 hari, atau Cefadroxil 2 x 500
– 100 mg per hari selama 7 hari.
• Anak:
Amoxicillin – Asam clavulanat 25 – 50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis per
hari, atau
Cefadroxil 25 – 50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 2 dosis per hari.
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
Prognosis
1. Ad Vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3. Ad sanationam : Bonam
Komplikasi
4. Komplikasi intratemporal: Labirinitis, Paresis nervus fasialis,
Hidrosefalus otik, Petrositis
5. Komplikasi intrakranial Abses (subperiosteal, epidural, perisinus,
subdura, otak), Trombosis sinus lateralis, Sereberitis
Dizziness bukanlah suatu istilah yang khusus, tetapi selalu
dikacaukan pemakaiannya dengan istilah istilah lain seperti vertigo,
giddiness dan disequilibrium.
38
Beberapa kategori dari dizziness
39
Vertigo is one of the four types of dizziness
Dizziness
Clinical A wide range of - Reduction of total Neurological This term now used inter
significance possible causes cerebral blood flow, disorder, changeably with pre
requiring further usually cardiovascular musculoskeletal syncope
assesment origin weakness or visual
- Presence of syncope impairment
exclude peripheral 40
VERTIGO
Vertigo is a syndrome caused by miscellaneous diseases
involving EO dysfunction.
Vertigo by definition is :
◦ Truly or illusory movements
◦ Can be linear as well as circular.
◦ Of the body or surrounding.
◦ Followed by vegetative and other signs and symptoms.
◦ Caused by equilibrial dysfunction.
41
Vertigo is a common complaint in the general population
In population-based studies:
• Vertigo occurs in 4–7% of people
• Vertigo accounts for 25–30% of dizziness presentations
42
Insidence
43
Etiology of Vertigo
Tusa, RJ : Vertigo and Dizziness. In Aminoff, MJ, Daroff, RB (eds) : Encyclopedia of the Neurological Sciences. Vol. IV, 2004,
p. 651-655.
44
Penyebab gangguan fungsi keseimbangan
Infeksi (virus, bakteri),
Trauma
Tumor mengenai sistema vestibuler, visual dan
Gangguan peredaran darah, proprioseptik
Obat -obatan tertentu,
Proses ketuaan,
Benign Paroxysmal Positional Vertigo(BPPV),
Acute Vestibular Neuronitis (AVN) dan Meniere’s disease 93% kausa vertigo
7% sisanya dapat disebabkan oleh obat-obatan ( alcohol, aminoglycosides,
anticonvulsan, antidepressan, antihipertensi, barbiturat, cocaine, diuretik, nitrogliserin,
salisilat, sedatif/hipnotik), Cerebro Vascular Disease, migraine, labirintitis akut, multiple
sclerosis, neoplasma intracranial.
45
Vertigo can be of central or peripheral origin
Central
Involving structures in the central
nervous system (e.g., cerebrum,
cerebellum, brainstem)
Peripheral
Involving structures not part of
the central nervous system,
most frequently the inner ear
46
VERTIGO
PERIPHERAL vs CENTRAL
Likely aetiology
Symptom
Peripheral Central
47
Vertigo of Peripheral origin: causes
Condition Details
Benign paroxysmal positional Brief, position-provoked vertigo episodes caused by
vertigo (BPPV) abnormal presence of particles in semicircular canal
Meniere’sdisease An excess of endolymph, causing distension of
endolymphatic system
Decreasing frequency
Condition Details
Decreasing frequency
49
PATHOPHYSIOLOGY
50
Maintaining Balance is dependent on input from
Visual, Vestibular and Somatosensory systems
BALANCE
51
Physiology of EO
Vestibular system
Visus
Propriocepsis
Sensory information
COORDINATED
Oculomotor centre
52
Balance dysfunction
BALANCE
dysfunction
Imbalance / dizziness
53
Pathogenesis of Vertigo
Vestibular system
Visus
Propriocepsis
Sensory information
Abnormal stimuli.
Excessive stimuli.
Discordant information
CENTRA
= Unknown pattern
Alarm warning
Oculomotor centre :
NYSTAGMUS Neuroveg centra
Muscles : DEVIATION
Become conscious
cortex VERTIGO
Affective component
54
Anatomy of Vestibular Organ
Hain, TC, Helminski, JO : Vestibular Reflexs. In Aminoff, MJ, Daroff, RB (eds) : Encyclopedia of the Neurological Sciences.
Vol. IV, 2004, p. 657-660.
55
Hair Cells
Halmagyi, M : Vestibulocochlear nerve (cranial nerve VIII). In Aminoff, MJ, Daroff, RB (eds) : Encyclopedia of the
Neurological Sciences. Vol. IV, 2004, p. 671-673.
56
The vestibular systemis the dominant sensory input
guiding balance
Vestibular nerve
Ampullae Cochlea
Sensory hair cells within the inner ear provide information on the position and movement
of the head
57
58
59
Neurophysiology of Hair Cells
Baloh, RW : Vestibular System. In Aminoff, MJ, Daroff, RB (eds) : Encyclopedia of the Neurological Sciences. Vol. IV, 2004, p.
661-671.
60
Mechanism of Transduction
Bear, MF, Connors, BW, Paradiso, MA : Neuroscience Exploring The Brain Williams & Wilkins, Baltimore, 1996, p. 272-288.
61
Impuls Transmission
62
Sign and Symptoms of EO Disfunction
Guedry, FE : Motion Sickness and its relation to some forms of spatial orientation : Mechanisms and theory. AGARD
Lecture series. 175. 1991, p.2.1-2.30.
63
DIAGNOSIS
64
Diagnosis of Vertigo
1.History
• Sensation, onset, duration, course, head/body position
• Past history, medication.
2.Physical examination
• General and neurologic examinations
• Bed-side Neuro-otologic testing:
• Postural tests: Romberg, Fukuda/Unterberger, past-pointing test.
• Eye movement tests: Dix-Hallpike, head thrust, head shaking
65
A. PENDEKATAN KLINIS
66
PENDEKATAN KLINIS
67
b) Onset :
• mendadak, banyak terjadi pada vertigo perifer
• bertahap pada vertigo sentral
c) Intensitas
• Ringan / sedang, banyak dijumpai pada vertigo sentral
• Berat, ada gangguan fungsi otonom, banyak dijumpai pada vertigo
perifer
68
e) Karakteristik sensasi gerakan
• Arahnya sensasi, jika menetap / posisi tertentu banyak ditemukan pada
vertigo perifer
• Arah sensasi sama – sama dan tak menentu banyak ditemukan pada
vertigo sentral
f) Keluhan lain yang terjadi seperti, kesulitan menelan, perasaan baal di muka,
melihat double, perasaan di telinga tidak enak ( mendengung ), kelemahan
anggota gerak badan.
g) Vertigo perifer disertai keluhan telinga sedang pada vertigo sentral banyak
dikeluhkan gangguan menelan
69
B. Pemeriksaan Fisik
70
Perbedaan nystagmus sentral dan perifer
No Nystagmus Vertigo Sentral Vertigo Perifer
Arah Berubah – ubah Horizontal / horizontal
1.
Rotatoar
2. Sifat Unilateral / bilateral Bilateral
Test Posisional
- Latensi Singkat Lebih lama
3. - Durasi Lama Singkat
- Intensitas Sedang Larut / sedang
- Sifat Susah ditimbulkan Mudah ditimbulkan
Test dengan rangsang Dominasi arah Sering ditemukan
4. ( kursi putar,irigasi Jarang ditemukan
telinga)
5. Fiksasi mata Tidak terpengaruh Terhambat
71
2. Pemeriksaan reflex vestibulo spinal Pemeriksaan ini berperanan
pada fungsi serebellum termasuk di sini adalah :
a)Fungsi extremitas superior ( Standing / Quicks test, Post
Pointing test, writing vertical test )
b)Fungsi extremitas inferior ( walking test, stepping test )
c) Fungsi kombinasi gerakan termasuk di sini :
• Finger to finger test
• Finger to nose test
• Diadokinesia
72
3. Provokasi test :
Untuk penyebab tertentu seperti :
73
4. Pemeriksaan neurologi rutin Termasuk di sini :
• Nn Kranialis , bila ada gangguan sangat mungkin ada lesi di
batang otak atau serebellopontin area
• Reflex kornea terganggu pada tanda awal tumor serebellopontin
• Vertigo dengan penurunan pendengaran lesi pada Nn VIII seperti
Acoustic Neurona
• Parese N.VII sesisi dan vertigo dan migren sering herpes zoster
otikum
• Motorik
• Sensorik
74
5. Pemeriksaan radiologi
• CT-Scan kepala : perdarahan atau infark serebellum .
• MRI Kepala : perdarahan / infark serebellum, acoustik
neurinoma, multiple sclerosis.
• Angiografi : insuffisiensi sistem vertebro basiler
75
6. Pemeriksaan BERA / Audiometri : Membantu menentukan letak
lesi
7. Pemeriksaan lainnya :
• Pemeriksaan glukosa darah untuk Hiperglikemia
• EKG
Ekstra sistole
Gangguan Irama
Bradikardi
76
Differential Diagnosis
77
Differential Diagnosis Penderita Vertigo
Etiologi Gejala Gejala yang Tanda Klinis
berhubungan
PERIFER
1 Benigna Serangan Vertigo yang singkat, Saat serangan, Posisi kepala tertentu
Paroxysmal pada posisi tertentu dan mudah mual, muntah merangsang vertigo
Posisional diulangi
Vertigo
2 Labyrinthitis
A. Serous Sedang / berat pada posisi Tuli ringan / Vertigo Horizontal,
tertentu . Didahului infeksi sedang, suhu tanda tidak berat
telinga, hidung, tenggorokan badan normal
B. Acut Vertigo dengan adanya infeksi Tuli berat cepat gejala berat dan
Superaktif superaktif di telinga terjadi mual serius pada media
3 Penyakit Vertigo Rotatoar mendadak Mual, muntah Nystagmus spontan
muntah acut disertai panas
Meniere’s berat, berakhir dalam beberapa tinitus, gangguan
jam dan terjadi berulang - ulang pendengaran
78
Differential Diagnosis Penderita Vertigo
5 Acoustic Vertigo kronis dengan intensitas Tuli, tinitus ataksia ( - tuli sesisi
Neurona meningkat, gangguan tahap lanjut ) - reflex kornea
keseimbangan tahap lanjut terganggu
- Hipesthesi wajah,
tiba – tiba memburuk
hidrocephalus
79
Differential Diagnosis Penderita Vertigo
Etiologi Gejala Gejala yang Tanda Klinis
berhubungan
Central
1 Gangguan - Vertigo mendadak dtk / mnt - Ataksia pemeriksaan
vaskularis - Riwayat Artherosklerosis ( - tebal dimuka neurolgis
A. Insuffisilusi Tua, DM ) ( Baal diwajah )
Vertebrobasiler - disertai nyeri kepala - melihat double
B. Perdarahan vertigo rotatoar yg mendadak, nyeri kepala, KK ( + ) ,
serebellum berat mual, muntah, ataksia,
- intensitas bertambah kaku kuduk nystagmus ,
- ggn keseimbangan yg berat bidireksional
C. Perdarahan Nyeri kepala dan vertigo diikuti Mual muntah, Koma dlm, rflx
pons / batang kesadaran menurun koma batang otak (-)
otak tetraparesis
D. Oklusi Nystagmus
a).A.serebelli Vertigo rotatoar berat, mendadak Mual, muntah, bidireksional
anterior inferior dan tidak bisa duduk gangguan -gaze
keseimbangan nystagmus
paretik 80
Differential Diagnosis Penderita Vertigo
81
Differential Diagnosis Penderita Vertigo
82
TREATMENT
83
PENATALAKSANAAN
2.Vertigo perifer disertai dengan panas tinggi dianggap serius karena kemungkinan
adanya labrinthritis suppurativa .
3.Vertigo rotatoar berat disertai reflex vestibulo spinal yang berat, sangat mungkin
ada perdarahan serebellum . Untuk itu perlu perawatan dengan pengawasan ketat ,
CT-Scan/MRI dan konsultasikan ke bedah saraf untuk tindakan bila memungkinkan
84
PENATALAKSANAAN
5.Penderita Vertigo usia muda, sangat mungkin vertigo perifer perlu perawatan apabila ada
dehidrasi akibat muntah / mual
6.Penderita vertigo dengan tuli mendadak, dipertimbangkan oklusi a.auditva interna dan
secepatnya dicari penyebabnya
7.Vertigo disertai tinitus dan erupton di telinga sangat mungkin Herper zoster otikus perlu
secepatnya diterapi spesifik
85
TREATMENT OF VERTIGO
CURRENT TREATMENT OPTIONS
86
TREATMENT OF THE CAUSE OF VERTIGO
CAUSE TREATMENT
PERIPHERAL CAUSE
BPPV Canalith repositioning manoeuvre (Brandt- Daroff)
CENTRAL CAUSE
Vestibular Neuritis Brief course of highdose steroids, vestibular rehabilitation
Migraine Betablockers, calcium channel blockers, tricyclic amines
Vascular disease Control of vascular risk fact ors, e. g., antiplatelet agents
87
CPA tumours Surgery
SYMPTOMATIC TREATMENT
1. ANTIVERTIGO
Vestibular Suppressant
1. Ca antagonist : Flunarizin
2. Vasodilator : Betahistine
3. Tranquilizer : diazepam, haloperidol, sulpiride
4. Antihistamin: Difenhidramine, meclizine.
5. CNS stimulant: ephedrin, amphetamine
2. Neurovegetative
Antiemetic
1. Anticholinergic: atropine, scopolamine
2. Phenotiazine: Prochlorperazine, metoclopramide.
3. Psychoaffective
Clonazepam for anxiety and panic attack
88
Antivertigo Drugs
• Betahistine:
• For peripheral and central vertigo
• promotion and facilitation of central vestibular compensation
• Ginkgo biloba:
• For peripheral and central vertigo
• Accelerates postural and locomotorbalance and occulomotor function and recovery
89
VESTIBULAR REHABILITATION EXERCISE
90
VESTIBULAR REHABILITATION THERAPY
• Visual-vestibular interaction
• Conditioning activities
91
Otitis eksterna
DEFINISI
Otitis eksterna, adalah peradangan pada telinga luar.
EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun,otitis eksterna terjadi pada 4 dari setiap 1000
orang di Amerikat Serikat
Secara umum di dunia frekuensi otitis eksterna tidak
1. Otomikosis
2. Herpes Zoster Otikus
3. Otitis Eksterna Maligna
4. Keratosis Obturans dan Kolesteatoma Eksterna
ETIOLOGI
Berdasarkan bentuk lesi:
Otitis eksterna sirkumskripta
Otitis eksterna difusa
Berdasarkan penyebab:
Bakteri, virus, jamur
Otitis Eksterna Sirkumskripta
(Furunkulosis) [DEFINISI]
Gejala:
◦ Nyeri telinga yang terlokalisir
◦ Pruritus
◦ Penurunan pendengaran (bila lesi menutup kanal)
Tanda
◦ Furunkel di liang telinga
◦ Hiperemis, edema
◦ Nyeri tarik bagian telinga luar
◦ Nyeri tekan pada tragus
Otitis Eksterna Sirkumskripta
(Furunkulosis) [TERAPI]
1. Liang telinga dibersihkan dengan hati-hati
2. Pemasangan tampon kassa yang dioleskan krem
steroid dan antibiotika ke liang telinga
3. Antibiotik dan analgetik oral
Bila tidak pecah 24-48 jam dilakukan insisi furunkel
dengan anestesi lokal
Otitis Eksterna Difusa
(Swimmer’s Ear) [DEFINISI]
infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi bakteri.
Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas.
Otitis Eksterna Difusa
(Swimmer’s Ear)[ETIOLOGI]
Kuman tersering: Pseudomonas aeruginosa
1 Stadium preinflamasi
2 Stadium inflamasi akut : derajat ringan
3 Stadium inflamasi akut : derajat sedang
4 Stadium inflamasi akut : derajat berat
5 Stadium inflamasi kronik
Stadium Penyakit
Stadium preinflamasi:
Telinga terpapar faktor predisposisi (panas, kelembapan,
maserasi, tidak adanya serumen, pH alkali) edema
stratum corneum dan oklusi apopilosebasea
Gejala: pruritus dan rasa penuh pada telinga
Tanda: edema ringan
Stadium Penyakit
Stadium inflamasi akut: derajat ringan
Obliterasi lumen
Sekret purulen
Infeksi meluas ke
jaringan lunak sekitar
dan limfonodi servikal
Stadium Penyakit
Stadium inflamasi kronis
bila inflamasi menetap lebih dari 3 bulan
Tanda:
Nyeri tekan pinna dan kanal
Eritema kanal
Edema kanal
Debris purulen
Pembesaran limfonodi periaurikular dan servikal
anterior
Otitis Eksterna Difusa
(Swimmer’s Ear)[TATALAKSANA]
Liang telinga dibersihkan dengan hati-hati dengan
H2O2 3%
Pasang tampon telinga yang telah diolesi dengan
pergerakannya
Faktor resiko
◦ Anak anak
◦ Retardasi mental
Keluhan
Riwayat jelas benda asingmasuk dalam telinga
Telinga terasa tersumbat atau penuh
Telinga berdengung
Nyeri pada telinga
Keluar cairan telinga yg dpt berbau
Gangguan pendengaran
Pemeriksaan fisik
Peemriksaaan MAE dgn senter/lampu kepala/otoskop
menunjukkan adanya benda asing, edem dan hiperemis liang
telinga luar, serta dpt disertai sekret
Tatalaksana
Non medikamentosa: ekstraksi benda asing
◦ Pada kasus benda asing yang baru, ekstraksi dilakukan dlm anastesi
lokal
◦ Pada kasus benda asing reaktif, pemberian cairan di hindari krn dpt
mengakibatkan korosi
◦ Pada kasus serangga
Dilakukan penetesan alkohol, oat anastesi lokal (lidokain) atau minya
mineral selama ± 10 mnt untuk membuat serangga tdk bergerak dan
melubrikasi dinding MAE
Setelah serangga mati, serangga di pegang dan di keluarkan dgn foceps
alligator atau di irigasi
Medikamentosa
◦ Tetes telinga antibiotik hanya diberikna bila telah dipastikan tdk ada
ruptur membran typhani
◦ analgetik
Edukasi
◦ Untuk orang tua agar menjaga lingkungan bermain anak
◦ Hindari benda kecil di sekeliling anak
Prognosis: baik