Disusun Oleh:
2018
1
KONSEP DASAR
LASERASI MEATUS AKUSTIKUS
EKSTERNUS (MAE)
A. Definisi
Meatus Akustikus Eksternus (MAE) adalah tabung berkelok yang
menghubungkan auricula dengan membrana tympani. Tabung ini berfungsi
menghantarkan gelombang suara dari auricula ke membrana
tympani. Meatus dilapisi oleh kulit dan sepertiga bagian luarnya mempunyai
rambut, kelenjar sebacea dan glandula ceruminosa.
Telinga luar terdiri atas Auricula dan Meatus Akustikus Eksternus (MAE).
Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran
udara, auricula terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi kulit.
Trauma pada telinga luar umum terjadi pada semua kelompok usia.
Aurikula yang tidak terlindungi berisiko untuk semua jenis trauma termasuk
cedera termal dingin atau panas dan cedera tumpul atau tajam yang
mengakibatkan Laserasi.
B. Etiologi
2
Laserasi aurikula dengan atau tanpa kehilangan bagian dari aurikula umum
diakibatkan oleh trauma tajam akibat faktor kecelakaan dan juga luka pendarahan
yang disebabkan oleh mengorek-ngorek telinga. Hasil yang sangat baik mungkin
dapat dicapai jika prinsip-prinsip bedah diterapkan. Sebuah usaha harus dilakukan
untuk memperbaiki, mempertahankan semua jaringan yang viabel yang tersisa.
C. Patofisiologi
Saluran pendengaran eksternal memiliki beberapa pertahanan khusus.
Cerumen menciptakan mantel asam yang mengandung lysozymes dan zat lainnya
yang mungkin menghambat pertumbuhan bakteri dan pertumbuhan jamur.
Serumen kaya lipid juga hidrofobik dan mencegah penetrasi air pada kulit yang
menyebabkan laserasi dan juga trauma tajam akibat faktor kecelakaan dan luka
pendarahan yang disebabkan oleh mengorek-ngorek telinga. Serumen kecil dapat
mempengaruhi telinga kanal untuk infeksi, tetapi cerumen yang berlebihan atau
terlalu kental dapat menyebabkan obstruksi, retensi air dan debris, dan infeksi.
Laserasi dinding kanalis dapat menyebabkan perdarahan sementara yang
membuat pasien cemas, sehingga menghubungi dokter.
Faktor Kecelakaan
Menyebabkan Laserasi
Meatus Akustikus Eksternus (MAE)
Perdarahan
Pathway Laserasi
Meatus Akustikus Eksternus (MAE)
3
Nyeri Akut Ansietas (Kecemasan)
D. Manisfestasi Klinis
4
Seringkali akibat pasien mengorek-ngorek telinga dengan jari atau suatu
alat seperti jepit rambut atau klip kertas. Laserasi dinding kanalis dapat
menyebabkan perdarahan sementara yang membuat pasien cemas, sehingga
menghubungi dokter. Biasanya tidak memerlukan pengobatan selain
menghentikan perdarahan. Pasien diminta untuk datang kembali guna memastikan
tidak ada perforasi membrana timpani.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Gangguan pendengaran yang terjadi akibat bising ini berupa tuli saraf
koklea dan biasanya mengenai kedua telinga. Pada anamnesis biasanya mula-mula
pekerja mengalami kesulitan berbicara di lingkungan yang bising, jika berbicara
biasanya mendekatkan telinga ke orang yang berbicara, berbicara dengan suara
menggumam, biasanya marah atau merasa keberatan jika orang berbicara tidak
jelas, dan sering timbul tinitus. Biasanya pada proses yang berlangsung perlahan-
lahan ini, kesulitan komunikasi kurang dirasakan oleh pekerja bersangkutan;
untuk itu informasi mengenai kendala komunikasi perlu juga ditanyakan pada
pekerja lain atau pada pihak keluarga.
5
pendengaran (hearing conservation program) pada umumnya diwajibkan
memeriksa nilai ambang pendengaran untuk frekuensi 500, 1000, 2000, 3000,
4000, dan 6000 Hz. Bila sudah terjadi kerusakan, untuk masalah kompensasi
maka dilakukan pengukuran pada frekuensi 8000 Hz karena ini merupakan
frekuensi kritis yang menunjukkan adanya kemungkinan hubungan gangguan
pendengaran dengan pekerjaan; tanpa memeriksa frekuensi 8000 Hz ini, sulit
sekali membedakan apakah gangguan pendengaran yang terjadi akibat kebisingan
atau karena sebab yang lain.
F. Penatalaksaan
6
Insisi harus dilakukan pada skafa sejajar dengan heliks. Pembukaan harus
cukup luas untuk mengeluarkan seluruh hematoma. Bila organisasi telah terjadi
karena keterlambatan tindakan, dapat digunakan kuret tajam untuk mengeluarkan
bekuan darah. Salir karet (drain) yang kecil dapat dipasang untuk mencegah
terkumpulnya kembali darah atau serum. Salir initidak bolehdibiarkan terpasang
lebih dari 48 jam, karenaadanya resiko infeksi.
Balut tekan dengan ketat dipasang selama minimum 48 jam. Bila setelah
periode ini masih tersisa sedikit gelembung, maka dilakukan aspirasi dengan
jarum dan semprit suntikan, sekali lagi dengan menggunakan tekhnik aseptik.
Antibiotik harus dilanjutkan sampai 5 hari. Harus seringdiperiksa agar bila timbul
perikondritis segera dapat diketahui. Pengobatan untuk komplikasi ini dibahas
kemudian
A. Pengkajian
7
1) Keluhan utama saat MRS
2) Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun,
nyeri, rasa tidak enak ditelinga. Riwayat kesehatan masa lalu riwayat
kesehatan masa lalu yang berhubungan degan gangguan pendengaran .
3) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penggambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi,
otalgia, otorea, kehilangan pendengaran. Data dikumpulkan mengenai
durasi dan intensitas masalahnya, penyebabnya dan penanganan
sebelumnya.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Insfeksi daun telinga
Caranya:
1. Dewasa: ditarik keatas-kebelakang
2. Anak: Kebelakang
3. Bayi: kebawah
Diperhatikan:
1. Posisi
2. Warna
3. Ukuran
4. Bentuk
5. Kesimetrisan
6. Seluruh permukaan dan lateral
7. Palpasi
8. Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-
nodul.
9. Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkakan dan nodul.
10. Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.
B. Data Fokus
1) Data subyektif
a) Pasien mengatakan nyeri pada telinga
8
b) Pasien mengatakan telinganya berdenging
c) Pasien cemas akan penyakitnya
d) Pasien mengatakan susah tidur
e) Pasien mengatakan telinganya terasa penuh
2) Data obyektif
a) Terdapat luka robekan pada telinga
b) Telinga bengkak
c) Pasien tampak gelisah
C. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada telinga
2) Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
gangguan ambang pendengaran
3) Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
4) Hipertermi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder
terhadap inflamasi
D. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (laserasi)
Rencana Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 5 jam diharapkan
nyeri pasien berkurang, dengan kriteria hasil:
a) Skala nyeri 3
b) Pasien mengatakan nyeri berkurang
Intervensi Rasional
1.Kaji nyeri dengan metoda PQRST. Mengetahui penyebab, kualitas, lokasi, jenis
nyeri, dan waktu nyeri.
2.Bantu klien dalam mengidentifikasi factor Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan ,
pencetus. ketegangan , suhu
3.Ajarkan relaksasi: Relaksasi dapat melancarkan peredaran darah
Teknik-teknik mengurangi ketegangan otot sehingga kebutuhan O2 pada jaringan
rangka yang dapat mengurangi intensitas terpenuhi dan mengurangi nyeri .
9
nyeri dan meningkatkan relaksasi masase.
4.Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut. Mengalihkan perhatian terhadap nyeri ke hal-
hal yang menyenangkan .
5.Berikan kesempatan waktu istirahat bila Istirahat merelaksasi semua jaringan akan
terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman meningkat kan kenyamanan.
6.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga
analgesik nyeri akan berkurang.
10
Intervensi Rasional
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan Untuk menciptakan suasana nyaman bagi
pasien
2. Jelaskan semua prosedur & apa yang Untuk menjelaskan proses tahap pelaksanaan
dirasakan selama prosedur tindakan keperawatan
3. Lakukan perawatan luka untuk mencegah Untuk mencegah infeksi pada luka
infeksi pada luka
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat Untuk menyembuhkan luka pada telinga
untuk mengurangi atau menyembuhkan luka pasien
11
terbimbing, dan pergi ke tempat yang
tenang dan damai
E. Implementasi
F. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad Soepardi, Efiaty; Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi Resuti.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher;
Edisi ke-tujuh. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2013.
12
https://www.scribd.com/document/288208823/Referat-Trauma-Telinga (23
November 2018)
13