Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

LASERASI MEATUS AKUSTIKUS


EKSTERNUS (MAE)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah II (PK.3)
RSUD DR. DORIS SYLVANUS
RUANG POLI THT

Disusun Oleh:

Zulfi Anan Winaldi


NIM: PO.62.20.1.16.169

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

D-IV KEPERAWATAN REGULER III

2018

1
KONSEP DASAR
LASERASI MEATUS AKUSTIKUS
EKSTERNUS (MAE)

A. Definisi
Meatus Akustikus Eksternus (MAE) adalah tabung berkelok yang
menghubungkan auricula dengan membrana tympani. Tabung ini berfungsi
menghantarkan gelombang suara dari auricula ke membrana
tympani. Meatus dilapisi oleh kulit dan sepertiga bagian luarnya mempunyai
rambut, kelenjar sebacea dan glandula ceruminosa.

Telinga luar terdiri atas Auricula dan Meatus Akustikus Eksternus (MAE).
Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran
udara, auricula terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi kulit.

Trauma pada telinga luar umum terjadi pada semua kelompok usia.
Aurikula yang tidak terlindungi berisiko untuk semua jenis trauma termasuk
cedera termal dingin atau panas dan cedera tumpul atau tajam yang
mengakibatkan Laserasi.

B. Etiologi

2
Laserasi aurikula dengan atau tanpa kehilangan bagian dari aurikula umum
diakibatkan oleh trauma tajam akibat faktor kecelakaan dan juga luka pendarahan
yang disebabkan oleh mengorek-ngorek telinga. Hasil yang sangat baik mungkin
dapat dicapai jika prinsip-prinsip bedah diterapkan. Sebuah usaha harus dilakukan
untuk memperbaiki, mempertahankan semua jaringan yang viabel yang tersisa.

C. Patofisiologi
Saluran pendengaran eksternal memiliki beberapa pertahanan khusus.
Cerumen menciptakan mantel asam yang mengandung lysozymes dan zat lainnya
yang mungkin menghambat pertumbuhan bakteri dan pertumbuhan jamur.
Serumen kaya lipid juga hidrofobik dan mencegah penetrasi air pada kulit yang
menyebabkan laserasi dan juga trauma tajam akibat faktor kecelakaan dan luka
pendarahan yang disebabkan oleh mengorek-ngorek telinga. Serumen kecil dapat
mempengaruhi telinga kanal untuk infeksi, tetapi cerumen yang berlebihan atau
terlalu kental dapat menyebabkan obstruksi, retensi air dan debris, dan infeksi.
Laserasi dinding kanalis dapat menyebabkan perdarahan sementara yang
membuat pasien cemas, sehingga menghubungi dokter.

Faktor Kecelakaan

Cedera termal dingin atau panas


& Cedera tumpul atau tajam

Menyebabkan Laserasi
Meatus Akustikus Eksternus (MAE)

Perdarahan

Pathway Laserasi
Meatus Akustikus Eksternus (MAE)

3
Nyeri Akut Ansietas (Kecemasan)

Resiko Infeksi Gangguan persepsi sensori

D. Manisfestasi Klinis

4
Seringkali akibat pasien mengorek-ngorek telinga dengan jari atau suatu
alat seperti jepit rambut atau klip kertas. Laserasi dinding kanalis dapat
menyebabkan perdarahan sementara yang membuat pasien cemas, sehingga
menghubungi dokter. Biasanya tidak memerlukan pengobatan selain
menghentikan perdarahan. Pasien diminta untuk datang kembali guna memastikan
tidak ada perforasi membrana timpani.

E. Pemeriksaan Diagnostik

Gangguan pendengaran yang terjadi akibat bising ini berupa tuli saraf
koklea dan biasanya mengenai kedua telinga. Pada anamnesis biasanya mula-mula
pekerja mengalami kesulitan berbicara di lingkungan yang bising, jika berbicara
biasanya mendekatkan telinga ke orang yang berbicara, berbicara dengan suara
menggumam, biasanya marah atau merasa keberatan jika orang berbicara tidak
jelas, dan sering timbul tinitus. Biasanya pada proses yang berlangsung perlahan-
lahan ini, kesulitan komunikasi kurang dirasakan oleh pekerja bersangkutan;
untuk itu informasi mengenai kendala komunikasi perlu juga ditanyakan pada
pekerja lain atau pada pihak keluarga.

Pada pemeriksaan fisik, tidak tampak kelainan anatomis telinga luar


sampai gendang telinga. Pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorokan perlu
dilakukan secara lengkap dan seksama untuk menyingkirkan penyebab kelainan
organik yang menimbulkan gangguan pendengaran seperti infeksi telinga, trauma
telinga karena agen fisik lainnya, gangguan telinga karena agen toksik dan alergi.
Selain itu pemeriksaan saraf pusat perlu dilakukan untuk menyingkirkan adanya
masalah di susunan saraf pusat yang (dapat) menggangggu pendengaran.

Pemeriksaan dengan garpu tala (Rinne, Weber, dan Schwabach) akan


menunjukkan suatu keadaan tuli saraf: Tes Rinne menunjukkan hasil positif,
pemeriksaan Weber menunjukkan adanya lateralisasi ke arah telinga dengan
pendengaran yang lebih baik, sedangkan pemeriksaan Schwabach memendek.

Untuk menilai ambang pendengaran, dilakukan pemeriksaan audiometri.


Pemeriksaan ini terdiri atas 2 grafik yaitu frekuensi (pada axis horizontal) dan
intensitas (pada axis vertikal). Pada skala frekuensi, untuk program pemeliharaan

5
pendengaran (hearing conservation program) pada umumnya diwajibkan
memeriksa nilai ambang pendengaran untuk frekuensi 500, 1000, 2000, 3000,
4000, dan 6000 Hz. Bila sudah terjadi kerusakan, untuk masalah kompensasi
maka dilakukan pengukuran pada frekuensi 8000 Hz karena ini merupakan
frekuensi kritis yang menunjukkan adanya kemungkinan hubungan gangguan
pendengaran dengan pekerjaan; tanpa memeriksa frekuensi 8000 Hz ini, sulit
sekali membedakan apakah gangguan pendengaran yang terjadi akibat kebisingan
atau karena sebab yang lain.

Pemeriksaan audiometri ini tidak secara akurat menentukan derajat


sebenarnya dari gangguan pendengaran yang terjadi. Banyak faktor yang
mempengaruhi seperti lingkungan tempat dilakukannya pemeriksaan, tingkat
pergeseran ambang pendengaran sementara setelah pajanan terhadap bising di luar
pekerjaan, serta dapat pula permasalahan kompensasi membuat pekerja seolah-
olah menderita gangguan pendengaran permanen.

Prosedur pemeriksaan lain untuk menilai gangguan pendengaran adalah


speech audiometry, pengukuran impedance, tes rekruitmen, bahkan perlu juga
dilakukan pemeriksaan gangguan pendengaran fungsional bila dicurigai adanya
faktor psikogenik.

F. Penatalaksaan

Laserasi hebat pada aurikula harus dieksplorasi untuk mengetahui apakah


ada kerusakan tulang rawan. Tulang rawan perlu diperiksa dengan cermat sebelum
dilakukan reparasi plastik pada kulit. Luka seperti ini perlu benar-benar diamati
akan kemungkinan infeksi pada perikondrium. Berikan antibiotik profilaktik bila
ada kontaminasi nyata pada luka atau bila tulang rawan terpapar.

Terapi dasar adalah pengeluaran segera darah yang terkumpul. Karena


bahaya perikondritis dengan akibatnya terbentuknya sikatriks yang hebat, makan
harus dilakukan teknik bedah aseptik. Harus digunakan antibiotik yang
spektrumnya mencakup Pseudomonas aeruginosa (B. Pyocyneus), sebelum dan
sesudah operasi, terutama pada kasus-kasus dengan laserasi kulit.

6
Insisi harus dilakukan pada skafa sejajar dengan heliks. Pembukaan harus
cukup luas untuk mengeluarkan seluruh hematoma. Bila organisasi telah terjadi
karena keterlambatan tindakan, dapat digunakan kuret tajam untuk mengeluarkan
bekuan darah. Salir karet (drain) yang kecil dapat dipasang untuk mencegah
terkumpulnya kembali darah atau serum. Salir initidak bolehdibiarkan terpasang
lebih dari 48 jam, karenaadanya resiko infeksi.

Balut tekan dengan ketat dipasang selama minimum 48 jam. Bila setelah
periode ini masih tersisa sedikit gelembung, maka dilakukan aspirasi dengan
jarum dan semprit suntikan, sekali lagi dengan menggunakan tekhnik aseptik.
Antibiotik harus dilanjutkan sampai 5 hari. Harus seringdiperiksa agar bila timbul
perikondritis segera dapat diketahui. Pengobatan untuk komplikasi ini dibahas
kemudian

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

7
1) Keluhan utama saat MRS
2) Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun,
nyeri, rasa tidak enak ditelinga. Riwayat kesehatan masa lalu riwayat
kesehatan masa lalu yang berhubungan degan gangguan pendengaran .
3) Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penggambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi,
otalgia, otorea, kehilangan pendengaran. Data dikumpulkan mengenai
durasi dan intensitas masalahnya, penyebabnya dan penanganan
sebelumnya.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Insfeksi daun telinga
Caranya:
1. Dewasa: ditarik keatas-kebelakang
2. Anak: Kebelakang
3. Bayi: kebawah
Diperhatikan:
1. Posisi
2. Warna
3. Ukuran
4. Bentuk
5. Kesimetrisan
6. Seluruh permukaan dan lateral
7. Palpasi
8. Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-
nodul.
9. Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkakan dan nodul.
10. Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.

B. Data Fokus
1) Data subyektif
a) Pasien mengatakan nyeri pada telinga

8
b) Pasien mengatakan telinganya berdenging
c) Pasien cemas akan penyakitnya
d) Pasien mengatakan susah tidur
e) Pasien mengatakan telinganya terasa penuh
2) Data obyektif
a) Terdapat luka robekan pada telinga
b) Telinga bengkak
c) Pasien tampak gelisah

C. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada telinga
2) Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
gangguan ambang pendengaran
3) Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
4) Hipertermi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder
terhadap inflamasi

D. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (laserasi)
Rencana Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 5 jam diharapkan
nyeri pasien berkurang, dengan kriteria hasil:
a) Skala nyeri 3
b) Pasien mengatakan nyeri berkurang

Intervensi Rasional
1.Kaji nyeri dengan metoda PQRST. Mengetahui penyebab, kualitas, lokasi, jenis
nyeri, dan waktu nyeri.
2.Bantu klien dalam mengidentifikasi factor Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan ,
pencetus. ketegangan , suhu
3.Ajarkan relaksasi: Relaksasi dapat melancarkan peredaran darah
Teknik-teknik mengurangi ketegangan otot sehingga kebutuhan O2 pada jaringan
rangka yang dapat mengurangi intensitas terpenuhi dan mengurangi nyeri .

9
nyeri dan meningkatkan relaksasi masase.
4.Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut. Mengalihkan perhatian terhadap nyeri ke hal-
hal yang menyenangkan .
5.Berikan kesempatan waktu istirahat bila Istirahat merelaksasi semua jaringan akan
terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman meningkat kan kenyamanan.
6.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga
analgesik nyeri akan berkurang.

2) Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan


gangguan ambang pendengaran
Rencana Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 5 jam diharapkan
pendengaran pasien membaik, dengan kriteria hasil:
1. pasien dapat mencapai pendengaran dalam batas maksimum
Intervensi Rasional
1.Observasi ketajaman pendengaran, catat Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran
apakah kedua telinga terlibat pasien dan untuk menentukan intervensi
selanjutnya
2.Berikan lingkungan yang tenang dan tidak Membantu untuk menghindari masukan
kacau , jika diperlukan seperti musik lembut sensori pendengaran yang berlebihan dengan
mengutamakan kualitas tenang
3.Anjurkan pasien dan keluarganya untuk Mematuhi program terapi akan mempercepat
mematuhi program terapi yang diberikan proses penyembuhan

3) Resiko infeksi berhubungan dengan laserasi kulit


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 5 jam pasien tidak
mengalami infeksi dengan kriteria hasil:

1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal

10
Intervensi Rasional
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan Untuk menciptakan suasana nyaman bagi
pasien
2. Jelaskan semua prosedur & apa yang Untuk menjelaskan proses tahap pelaksanaan
dirasakan selama prosedur tindakan keperawatan
3. Lakukan perawatan luka untuk mencegah Untuk mencegah infeksi pada luka
infeksi pada luka
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat Untuk menyembuhkan luka pada telinga
untuk mengurangi atau menyembuhkan luka pasien

4) Ansietas (Kecemasan) berhubungan dengan kurang terpapar


informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 5 jam pasien tidak
mengatakan cemas lagi dengan kriteria hasil:

1. Klien dapat mengurangi dan mengontrol kecemasannya.


2. Klien mengenal cara- cara untuk mengurangi kecemasannya.
Intervensi Rasional
1. Monitor intensitas kecemasan Dengan memonitor tingkat ansietas pasien
kita bisa menentukan seberapa tingkat
ansietas pasien dan seberapa bahaya ansietas
tersebut.
2. Tetap bersama klien ketika tingkat Keselamatan klien merupakan suatu prioritas.
ansietasnya tinggi (berat atau panik) Klien yang sangat cemas tidak boleh
ditinggal sendiri—rasa cemasnya akan
meningkat.
3. Gunakan pernyataan yang singkat, Kemampuan klien untuk menghadapi
sederhana, dan jelas. abstraksi atau kompleksitas terganggu.
4. Dorong partisipasi klien dalam latihan Latihan relaksasi merupakan cara yang
relaksasi. Latihan ini dapat mencakup efektif dan nonkimiawi untuk mengurangi
bernapas dalam, relaksasi otot ansietas.
progresif, medikasi, imajinasi

11
terbimbing, dan pergi ke tempat yang
tenang dan damai

E. Implementasi

Adalah mengelolah dan mewujudkan dari rencana perawatan meliputi

tindakan yang direncanakan oleh perawat.

F. Evaluasi

Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang menyediakan nilai


informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan
merupakan perbandingan

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Soepardi, Efiaty; Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi Resuti.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher;
Edisi ke-tujuh. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2013.

Sharma K, et al. Auricular Trauma and Its Management. Indian Journal of


Otolaryngology and Head and Neck Surgery, 2014; 58(3):232-233

http://www.jludwick.com/Notes/Miscellaneous/Insurance.html. (21 November


2018)

12
https://www.scribd.com/document/288208823/Referat-Trauma-Telinga (23
November 2018)

www.academia.edu/18478108/Anatomi_Telinga (23 November 2018)

13

Anda mungkin juga menyukai