Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

FRAKTUR SMITH TERTUTUP DEXTRA

Oleh :

Cindy Ladia, S. Ked

NIM: 71 2021 016

Pembimbing

dr. H. Gunawan Tohir, Sp.B., MM.

DEPARTEMEN ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARIFAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Judul:
FRAKTUR SMITH TERTUTUP DEXTRA

Oleh:
Cindy Ladia, S.Ked.

Telah dilaksanakan pada bulan Maret 2023 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Maret 2023


Pembimbing

dr. H. Gunawan Tohir, Sp.B., MM.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Fraktur Smith Tertutup Dextra” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. H. Gunawan Tohir, Sp.B., MM, selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik di
SMF Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah memberikan
masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian laporan kasus ini.
2. Rekan-rekan dokter muda atas kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi semua dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran.

Palembang, M a r e t 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii


KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I. LAPORAN KASUS .................................................................................. 2
1.1 Identitas Pasien ......................................................................................... 2
1.2 Anamnesis ................................................................................................ 3
1.3 Pemeriksaan Fisik ..................................................................................... 4
1.4 Status Lokalis ........................................................................................... 8
1.5 Diagnosa Kerja ....................................................................................... 11
1.6 Diagnosa Banding .................................................................................. 11
1.7 Penatalaksanaan ...................................................................................... 11
1.8 Prognosis ................................................................................................ 12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 13
2.1 Anatomi .................................................................................................. 13
2.2 Definisi ................................................................................................... 16
2.3 Epidemiologi .......................................................................................... 16
2.4 Etiologi ................................................................................................... 17
2.5 Klasifikasi ............................................................................................... 17
2.6 Patofisiologi............................................................................................ 17
2.7 Gambaran Klinis ..................................................................................... 18
2.8 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 19
2.9 Diagnosis ................................................................................................ 20
2.10 Diagnosis Banding.................................................................................. 20
2.11 Tatalaksana ............................................................................................. 21
2.13 Komplikasi ............................................................................................. 24
2.14 Prognosis................................................................................................ 25
BAB III. KESIMPULAN .................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28

1
BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn Yanto Bin Alim

Tempat Tanggal lahir : Palembang, 20 Mei 1994

Umur : 28 tahun

Jenis kelamin : Laki laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Pendidikan Terakhir : Strata 1

Alamat : Jl. K.H Azhari RT 12, RW 07, No.234

Tanggal masuk RS : 27 Februari 2023

No. RM : 63.66.67

Pembiayaan : Umum

2
II. ANAMNESIS

(Autoanamnesis dan alloanamnesis tanggal 27 Februari 2023)

Keluhan utama

Nyeri pada pergelangan tangan kanan

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke IGD RSUD Palembang Bari dengan keluhan nyeri pada
pergelangan tangan kanan. Pasien sedang mengendarai motor dan ditabrak oleh
mobil dari sisi sebelah kiri. Pasien terjatuh ke arah kanan, punggung tangan kanan
sebagai tumpuan jatuh dan menopang badan pasien. Pergelangan tangan kanan
nyeri dan sulit digerakkan segera setelah terjatuh. Kepala terbentur (-). Benturan
pada anggota tubuh lainnya (-). Riwayat pemakaian helm (-). Pasien sadar,
penurunan kesadaran (-), muntah (-), nyeri kepala (-). Kejadian + 12 jam SMRS.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien tidak mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat operasi tidak
ada. Riwayat diabetes mellitus tidak ada.

Riwayat penyakit keluarga

Alergi obat, diabetes melitus, hipertensi dan asma tidak ada.

3
III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 94 x/menit

Frekuensi Napas : 22 x/ menit

Suhu : 37,8 °C

Berat badan : 60 kg

Tinggi badan : 165 cm

IMT : 22,2 (Normal)

Skala Nyeri :8

4
Pemeriksaan Spesifik

KEPALA

a. Mata : conjungtiva tidak pucat, sklera ikterik (-/-), refleks cahaya(+/+),


pupil isokor kanan kiri

b. Hidung : Deviasi septum (-), epistaksis (-), napas cuping hidung tidak ada

c. Telinga : tidak ada kelainan

d. Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)

e. Leher : vena jugularis datar (tidak distansi), trakea di tengah,pembesaran KGB (-


/-), massa (-)

THORAKS

Bentuk : Datar, barrel chest (-), simetris saat statis dandinamis

Kulit : Pucat (-), ikterik (-), dan spider nevi (-)

Pulmo

Pemeriksaan ANTERIOR POSTERIOR

Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan
dinamis, Retraksi iga: dinamis
Supra sternal (-/-),

Intercostae (-/-)

Kanan Simetris saat statis dan Simetris saat statis dan


dinamis, Gerakan dinding dinamis
dada cepat dan dalam,
Retraksi iga: Supra sternal

(-/-), Intercostae (-/-)

5
Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan

- Vocal fremitus simetris - Vocal fremitus simetris

Kanan - Tidak ada benjolan - Tidak ada benjolan

- Vocal fremitus simetris - Vocal fremitus simetris

Perkusi Kiri Sonor pada seluruh lapang Sonor pada seluruh lapang

paru paru

Kanan Sonor pada seluruh lapang Sonor pada seluruh lapang

paru paru

Auskultasi Kanan Suara Nafas vesikular Suara Nafas vesikular


normal normal

Ronkhi -/-, wheezing -/- Ronkhi -/-, wheezing -/-

Kiri Suara Nafas vesikular Suara Nafas vesikular


normal normal

Ronkhi -/-, wheezing -/- Ronkhi -/-, wheezing -/-

6
Cor

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.


Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, trill (-)
Perkusi

• Batas kanan : ICS IV, linea sternalis dextra

• Batas kiri : ICS V, midklavikularis sinistra

• Batas atas : ICS II, línea parasternalis sinistra

Auskultasi

• Suara dasar : S1-S2 murni, regular, irama teratur, frekuensi 94x/menit

• Suara tambahan : murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN

• Inspeksi

Datar, venektasi (-), scar (-), distensi abdomen (-), caput. medusae (-), jejas
(-)

• Palpasi

Perut lemas, nyeri tekan (-), hepar danlien tidak teraba, teraba massa (-),
ballotement (-)

• Perkusi

Timpani, nyeri ketok CVA (-)

• Auskultasi

Bising usus (+) normal

7
GENITALIA :

Tidak diperiksa

EKSTREMITAS

a. Ekstremitas atas

Akral hangat, deformitas (+), massa (-), nyeri (+), edema (+), tremor (-), CRT < 2
detik, eritema (-), gerakan terbatas akibat nyeri (+), atrofi (-), hiperpigmentasi (-).

b. Ekstremitas bawah :

Akral hangat, deformitas (-), massa (-), nyeri (-), edema (-), tremor(-), CRT < 2
detik, eritema (-), nyeri otot dan sendi (-), gerakan ke segala arah, atrofi (-), sianosis
(-), hiperpigmentasi (-), pitting edema pretibia (-).

STATUS LOKALIS:

Look :

Edema (+) wrist dextra, garden-spade deformity (+) angulasi ke arah dorsal, dinner fork
deformity (-), laserasi (-), ekskoriasi (-)

Feel :

Nyeri (+) wrist dextra, krepitasi (+), pulsasi arteri radialis dan ulnaris kuat, sensori
distal baik, CRT <2”.

Move :

Range of Movement (ROM) dorso-plantar flexi wrist dextra terbatas oleh nyeri

8
• Pemeriksaan Hematologi

Hematologi Lengkap Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 12,7 g/dL 12.0-14.0

Leukosit 7.000/mm3 5.000 – 10.000

Eritrosit 4.5 juta/uL 3.6-5.8

Trombosit 340 ribu/mm3 150-450

Hematokrit 42% 35-47

Hitung Jenis Leukosit

Basofil 1% 0.1-1

Eosinofil 5% 1-6

Batang 5% 3-5

Segmen 59% 40-70

Limfosit 37 % 30-45

Monosit 8% 2-10

9
• Pemeriksaan Radiologi

Frontal Lateral

- Tampak fraktur komplit ekstraarikular berbentuk transversal di 1/3 distal radius


dextra

- Tampak fraktur pada styloid ulna

- Sela dan permukaan sendi dalam batas normal

- Tak tampak dislokasi

- Tak tampak lesi titik sklerotik

- Tampak soft tissue swelling

10
IV. DIAGNOSIS BANDING

- Fraktur Smith Tertutup Dextra

- Fraktur Colles Tertutup Dextra

- Fraktur Montegia Tertutup Dextra

V. DIAGNOSIS KERJA

Fraktur Smith Tertutup Dextra

VI. RENCANA PEMERIKSAAN

- Pemeriksaan darah rutin, kimia darah

- Persiapan operasi : Ro thorak

VII. PENATALAKSANAAN

Non Farmakologi
• Dilakukan reduksi tertutup

• Edukasi kepada pasien beserta keluarganya tentang penyakit yang


diderita pasien serta perawatan pasca operasi.
Farmakologi
• IVFD RL XX gtt/menit
• Ceftriaxone 1gr/12 jam iv
• Ketorolac 30mg/12 jam iv
Operatif
• Konsultasi Sp.B untuk rencana tindakan bedah dan tatalaksana lebih
lanjut.

11
VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI1

Antebrachii terdiri dari dua tulang : radius dan ulna.

• Radius

Radius ialah tulang pada bagian lateral antebrachii. Ujung proksimalnya


berartikulasi dengan humerus pada sendi siku dan dengan ulna pada sendi
radioulnar proksimal. Ujung distalnya berartikulasi dengan tulang skafoid dan
lunatum tangan pada sendi pergelangan tangan dan dengan ulna pada sendi
radioulnar distal.

Pada ujung proksimal radius terdapat kaput sirkular kecil. Permukaan


atas kaput berbentuk konkaf dan berartikulasi dengan kaput konveks humerus.
Lingkar kaput berartikulasi dengan radial notch pada ulna. Di bawah kaput,
terdapat leher. Di bawah leher, terdapat tuberositas bisipital sebagai insersio
muskulus biseps.

Batang radius, berlawanan dengan ulna, melebar ke bawah. Batang radius


memiliki batas interosseus yang tajam di bagian medial yang melekatkan radius
dan ulna. Tuberkulumpronator, sebagai insersio dari muskulus pronator teres,
berada di bawahnya, di sisi lateral.

Pada ujung distal radius, terdapat prosesus stiloideus. Pada permukaan


medial terdapat ulnar notch, tempat berartikulasi dengan kaput ulnaris.
Permukaan artikular inferior berartikulasi dengan tulang skafoid dan lunatum.
Pada bagian posterior dari ujung distal, terdapat tuberkulum kecil, tuberkulum
dorsal, yang terdapat pada sisi medial dari tendon ekstensor pollicis longus.

13
• Ulna

Ulna ialah tulang yang terletak di sisi medial dari antebrachii. Ujung
proksimalnya berartikulasi dengan humerus pada sendi siku dan dengan kaput
radius pada sendi radioulnar proksimal. Ujung distalnya berartikulasi dengan
radius pada sendi radioulnar distal, namun dikeluarkan dari sendi pergelangan
tangan oleh diskus artikuler.

Ujung proksimal ulna ialah besar dan dikenal sebagai prosesus


olekranon; hal ini menyebabkan penonjolan pada siku. Ulna memiliki cekungan
pada permukaan anterior, trochlear notch, yang berartikulasi dengan trochlea
humerus. Di bawah trochlear notch terdapat segitiga prosesus koronoid, dimana
permukaan lateralnya terdapat radial notch sebagai artikulasio dengan kaput
radius.

Batang ulna semakin mengecil kebawah. Ulna memiliki batas interosseus


yang tajam sebelah lateral sebagai perlekatang membran interosseus. Batas
posterior berbentuk lingkaran dan subkutaneus dan dapat dengan mudah
dipalpasi keseluruhan panjangnya. Di bawah radial notch terdapat depresi, fossa
supinator, yang memberikan keleluasaan gerak dari tuberositas bisipital radius.
Batas posterior dari fossa ialah tajam dan dikenal sebagai supinator crest, sebagai
origin dari muskulus supinator.

Pada ujung distal ulna, terdapat kaput melingkar, yang berproyeksi dari
medial ialah prosesusstiloideus.

Gambar 1. Radius dan ulna.

14
Gambar 2. Muskulus dan ligamen penting yang menempel pada radius dan ulna.

Ruang Fascial Lengan Bawah

Isi Ruang Fascial Anterior Lengan Bawah

• Otot : kelompok superficial terdiri atas muskulus pronator teres, flexor carpi
radialis, palmaris longus, dan flexor carpi ulnaris. Kelompok intermedia terdiri atas
muskulus flexor digitorum superficialis. Kelompok profunda terdiri atas muskulus
flexor pollicis longus, flexor digitorum profundus, dan pronator quadratus.

• Suplai darah ke otot : arteria ulnaris dan arteria radialis

• Persarafan ke otot : semua otot dipersarafi oleh nervus medianus dan cabang-
cabangnya, kecuali muskulus flexor carpi ulnaris dan bagian medial muskulus
flexor digitorum profundus yang dipersarafi oleh nervus ulnaris.

15
2.2. Definisi Fraktur Smith

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya


disebabkan oleh rudapaksa, dapat terjadi pada tulang, epiphyseal plate,
permukaan sendi tulang rawan. Fraktur berarti deformasi atau diskontinuitas
tulang oleh tenaga yang melebihi kekuatan tulang yang dapat mencederai
jaringan lunak di sekitarnya. Sebagian besar fraktur terjadi akibat trauma yang
disebabkan oleh kegagalan tulang menahan tekanan membengkok, memutar dan
tarikan.2

Fraktur Smith atau biasa dikenal dengan nama reverse Colles’ fracture ialah
fraktur dari distal-end radius dengan fragmen distal bergeser ke arah volar. Hal
ini berlawanan dengan definisi fraktur Colles yaitu fraktur distal-end radius
dengan fragmen distal bergeser ke arah dorsal.3

Fragmen bagian distal radius dapat terjadi dislokasi ke arah dorsal maupun
volar, radial dan supinasi. Gerakan ke arah radial sering menyebabkan fraktur
avulsi dari prosesus styloideus ulna, sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal
dan gerakan ke arah radial menyebabkan subluksasi sendi radioulnar distal.
Komplikasi yang sering terjadi adalah kekakuan dan deformitas (perubahan
bentuk), jika pasien mendapat penanganan terlambat.3

2.3 Epidemiologi

Radius distal adalah lokasi fraktur yang paling umum pada ekstremitas atas.
Dengan lebih dari 600.000 kasus setiap tahunnya di Amerika Serikat saja,
fraktur radial distal merupakan lebih dari 16% dari semua fraktur dewasa dan
75% dari fraktur lengan bawah. Fraktur radial distal adalah fraktur paling umum
kedua pada orang tua. Namun, fraktur Smith membentuk sekitar 5% dari semua
gabungan fraktur radial dan ulnaris. Insiden tertinggi fraktur Smith terjadi pada
pria muda dan wanita tua. Hampir semua fraktur radius distal muncul pada anak-
anak yang mengalami jatuh berenergi tinggi dan lansia osteoporosis yang
menderita jatuh berenergi rendah.4

16
2.4 Etiologi Fraktur Smith

Fraktur os radius dan ulna biasanya terjadi karena cedera langsung pada
lengan bawah, kecelakaan lalu lintas, atau jatuh dengan lengan teregang yang
merupakan akibat cedera hebat. Cedera langsung biasanya menyebabkan fraktur
transversa pada tinggi yang sama, biasanya di sepertiga tengah tulang.4

2.5 Klasifikasi Fraktur Smith4

Tipe I -Ttipe yang paling umum, terhitung sekitar 85% kasus, adalah fraktur
ekstraartikular melalui radius distal

Tipe II - Kurang umum, terhitung sekitar 13%, adalah fraktur miring


intraartikular, juga disebut sebagai fraktur Barton terbalik

Tipe III - Jarang terjadi, kurang dari 2%, adalah fraktur miring juksta-artikular

2.6 Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.3

Pada kebanyakan aktifitas, sisi dorsal dari radius distal cenderung mengalami
tension, sisi volar dari radius distal cenderung mengalami kompresi, hal ini
disebabkan oleh bentuk integritas dari korteks pada sisi distal dari radius, dimana
sisi dorsal lebih tipis dan lemah sedangkan pada sisi volar lebih tebal dan kuat.
Beban yang berlebihan dan mekanisme trauma yang terjadi pada pergelangan
tangan akan menentukan bentuk garis fraktur yang akan terjadi. Lebih dari 68
persen dari fraktur pada radius distal dan ulna memiliki korelasi dengan cedera
jaringan lunak, seperti robekan parsial dan total dari TFCC, ligament
schapolunatum, dan ligament lunotriquetral.3

17
Mekanisme trauma fraktur distal radius pada dewasa muda yaitu jatuh dari
ketinggian, kecelakaan lalu lintas, maupun cedera pada olahraga. Pada dewasa tua,
fraktur distal radius dapat terjadi dari mekanisme dengan tenaga yang kecil seperti
terjatuh saat sedang berdiri atau berjalan (fragile fracture). Mekanisme yang paling
sering terjadi adalah jatuh dengan posisi dorsofleksi pada pergelangan tangan
dengan sudut bervariasi, seringkali antara 40-90 derajat. Trauma dengan energi
tinggi yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor dapat menyebabkan fraktur
kominutif atau displaced pada distal radius.3

Gambar 4. Fraktur Colles dan Fraktur Smith

2.7 Gambaran Klinis

Secara umum gambaran fraktur meliputi tanda pasti dan tidak pasti fraktur, berupa

Tanda tidak pasti fraktur5

1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat. Nyeri berkurang jika fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2. Hilangnya fungsi, diakibatkan oleh rasa nyeri atau tidak mampu melakukan
gerakan.

18
3. Deformitas dapat disebabkan oleh pergeseran fragmen pada eksremitas.
Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.

4. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam
atau beberapa hari setelah cedera.

Tanda pasti fraktur

1. Gerakan abnormal (“false movement”), gerakan yang pada keadaan normal


tidak terjadi.

2. Deformitas akibat fraktur, umumnya pemendekan tulang, karena kontraksi otot


yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.

3. Tulang ekspose karena robekan kulit dan otot akibat diskontinuitas kulit.

4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan
lainnya. Pada pemeriksaan harus diperhatikan keutuhan faal nervus radialis,
nervus ulnaris, nervus medianus, arteri brakhialis, arteri radialis dan arteri
ulnaris. Saat pemeriksaan apakah ia dapat melakukan dorsofleksi pergelangan
tangan atau ekstensi dan fleksi jari-jari tangan.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan fraktur adalah


Pemeriksaan rontgen dengan tujuan untuk menentukan lokasi / luasnya fraktur /
trauma. Scan tulang (fomogram, scan CT / MRI) untuk memperlihatkan fraktur
dan juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.
Arteriogram, dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai. Hitung darah lengkap
HT mungkin meningkat (hemo konsentrasi) atau menurun (pendarahan bermakna
pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple) Hb, leukosit, LED,
golongan darah dan lain-lain.

19
2.9 Diagnosis

Pasien seringkali datang dengan deformitas dan pergeseran sendi pada


pegelangan tangan yaitu pergeseran sendi (displacement) ke arah dorsal pada
fraktur Colles dan Barton dan volar pada fraktur Smith. Pemeriksaan fisik juga
menunjukkan adanya bengkak pada pergelangan tangan yang berwarna
kemerahan, nyeri tekan, nyeri saat digerakkan, dengan pergerakan pergelangan
tangan yang terbatas. Siku dan bahu pada sisi yang sama juga harus dievaluasi
untuk menyingkirkan adanya cedera penyerta. Pemeriksaan yang teliti dan
menyeluruh juga harus dikerjakan terutama untuk melihat fungsi dari N.
Medianus. Gejala kompresi pada carpal tunnel sering didapatkan yaitu sebesar 13-
23% yang disebabkan oleh traksi oleh energi saat hiperekstensi dari pergelangan
tangan, trauma langsung dari fragmen fraktur, hematoma, atau peningkatan
tekanan di dalam kompartemen.3

Posisi Anteroposterior dan Lateral dari wrist joint/pergelangan tangan harus


dilakukan. Bahu atau siku juga harus dievaluasi radiologi foto pergelangan tangan
kontralateral juga biasa dilakukan untuk dapat membantu menilai sudut ulnar
varians dan sudut scapholunate. Computed tomography scan dapat membantu
untuk menunjukkan tingkat keterlibatan intraartikular.3

2.10 Diagnosis Banding3-4

1. Fraktur Colles - fraktur radius distal ekstraartikular dengan perpindahan atau


angulasi dorsal. Fraktur ekstraartikular dan inraartikular pada distal radius
yang menunjukkan tanda angulasi ke arah dorsal (apex volar), pergeseran ke
arah dorsal, pemendekan tulang radius. Fraktur ini sering terjadi pada usia di
atas 50 tahun, wanita lebih sering dibandingkan laki-laki dengan karakteristik
garis fraktur transversal utama dengan jarak 2 cm dari distal radius, avulsi dari
prosesus styloid ulna, permukaan sendi mengalami angulasi 15 derajat ke arah
anterior pergelangan tangan. Deformitas yang terjadi disebut sebagai dinner
fork deformity yaitu pergeseran radius kea rah posterior dan kemiringan
fragmen fraktur ke arah posterior.

20
2. Fraktur Monteggia merupakan salah satu jenis fraktur yang
terjadi pada regio antebrachii. Fraktur Monteggia adalah fraktur pada os ulna
bagian proksimal disertai dislokasi dari caput radius pada proximalradioulnar
joint (PRUJ). Kejadian fraktur Monteggia biasanya disebabkan terjatuh
dengantangan menopang tubuh. Bila pada momen tersebut tubuh agak
terpuntirmaka hal tersebut akan menyebabkan pronasi paksa dari
regioantebrachium. Caput radii akan mengalami dislokasi paling sering ke
arahanterior dan sepertiga proksimal dari ulna mengalami fraktur
sertamelengkung ke arah anterior. Hiperekstensi adalah penyebab paling
seringdari fraktur Monteggia. Tipe yang jarang dari fraktur Monteggia
adalahyang disebakan oleh cedera fleksi (flexion type) yang ditandai
denganangulasi posterior dari os ulna yang mengalami fraktur disertai
dislokasike arah posterior dari proksimal radioulnar joint (PRUJ).2,8

2.11 Tatalaksana

Non Operatif :

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan yaitu faktor local


(kualitas tulang, cedera jaringan lunak. Fraktur kominutif, fraktur dislokasi, dan
energi yang menyebabkan trauma ), faktor pasien (usia, gaya hidup, pekerjaan,
tangan yang dominan, riwayat penyakit dahulu, cedera lain yang menyertai).

Pada dasarnya semua jenis fraktur harus dikerjakan reduksi tertutup kecuali
bila ada indikasi untuk dilakukan dengan reduksi terbuka. Reduksi fraktur sangat
membantu untuk mengurangi edema pasca trauma, mengurangi nyeri, dan
memperbaiki kompresi N. Medianus. Indikasi dilakukan reduksi tertutup adalah
fraktur non displaced atau fraktur dengan pergeseran minimal, fraktur displaced
dengan pola fraktur yang stabil yang dievaluasi dengan pemeriksaan penunjang,
pasien usia tua dengan resiko tinggi dilakukan operasi.

21
Imobilisasi cast/gyps, diindikasikan untuk :

• Nondisplaced atau patah tulang radius dengan pergeseran minimal.

• Displaced fraktur dengan pola fraktur yang stabil diharapkan dapat sembuh
dalam posisi radiologi yg acceptable/dapat diterima.

• Dapat juga digunakan blok hematom dengan menggunakan analgetik,


berupa lidocain, ataupun juga berupa sedasi.

Hematoma block dengan sedasi intravena dan bier block dapat digunakan sebagai
analgesia untuk reduksi tertutup. Teknik reduksi tertutup yaitu :

• Fragmen distal diposisikan hiperekstensi

• Dikerjakan traksi untuk mendekatkan jarak fragmen distal dan proksimal


dengan sedikit tekanan pada radius distal

• Pemasangan Long arm splint dengan posisi pergerangan netral atau sedikit
fleksi

• Hindari posisi yang berlebihan pada pergelangan tangan

Posisi lengan bawah yang ideal, waktu imobilisasi yang diperlukan dan
kebutuhan long arm cast masih merupakan kontroversi, di mana dari beberapa
penelitian menyebutkan tidak ada metode yang paling superior. Posisi fleksi yang
berlebihan harus dihindari karena hal ini akan menyebabkan peningkatan tekanan
kanal pada carpal yang selanjutnya dapat meyebabkan kompresi N Medianus.
Fraktur yang memerlukan posisi fleksi maksimal pada pergelangan tangan
merupakan suatu indikasi untuk operasi terbuka dan fiksasi internal. Cast harus
dipertahankan selama 6 minggu atau sampai pemeriksaan radiologis
menunjukkan suatu fraktur union. Pemeriksaan radiologi secara berkala
diperlukan untuk evaluasi dan menghindari terjadinya kesalahan maupun
komplikasi yang dapat terjadi.3

22
Operatif

Indikasi dilakukan tindakan operatif pada pasien fraktur distal radius di


antaranya adalah3 :

- Cedera dengan energi tinggi

- Reduksi dengan secondary loss

- Kominutif artikuler, step off, atau adanya gap

- Kominutif metafieal atau hilangnya fragmen tulang

- Fraktur terbuka

- Hilangnya volar buttress dengan pergeseran

- Disertai dengan neurovascular atau cedera pada tendon

- Fraktur distal radius bilateral

- Adanya kelainan atau kelemahan pada ekstremitas kontralateral

- Adanya kelainan pada DRUJ

Teknik operasi pada fraktur distal radius dapat dikerjakan baik pada sisi volar,
dorsal maupun radial. Pada teknik volar, operasi dikerjakan melalui dasar dari
tendon fleksor carpi radialis dengan elevasi dari M. Pronator Quadratus. Ligamen
transversus carpal dapat dibebaskan dengan melakukan insisi bila terdapat
kompresi pada N Medianus. Teknik dorsal digunakan untuk mengurangi dan
menstabilisasi fragmen dorsal. Teknik radial digunakan unruk menstabilkan
fragmen styloid.3

23
2.12 Komplikasi

Komplikasi awal merupakan komplikasi yang terjadi setelah cedera,


diantaranya:3

1. Cedera vaskuler

Jika ada tanda-tanda insufisiensi vaskuler pada ekstremitas,


kerusakan arteri brakhialis harus disingkirkan. Angiografi akan
memperlihatkan tingkat cedera. Hal ini merupakan kegawatdaruratan, yang
memerlukan eksplorasi dan perbaikan langsung ataupun cangkok (grafting)
vaskuler. Pada keadan ini internal fixation dianjurkan.

2. Cedera saraf

Cedera saraf yang paling sering terjadi adalah cedera N Medianus, di


mana tata laksana cedera ini masih kontroversial. Lesi N Medianus komplit
tanpa disertai perbaikan memerluka eksplorasi operatif. Lesi N Medianus
setelah melakukan reduksi, harus segera melepaskan splint dan pergelangan
tangan diposisikan pada posisi netral, jika tidak ada perbaikan harus
dipertimbangkan untuk melakukan eksplorasi dan membebaskan carpal
tunnel. Lesi inkomplet merupakan indikasi relatif untuk membebaskan
carpal tunnel.

3. Infeksi

Infeksi luka pasca trauma sering menyebabkan osteitis kronik. Osteitis


tidak mencegah fraktur mengalami union, namun union akan berjalan lambat
dan kejadian fraktur berulang meningkat. Jika ada tanda-tanda infeksi akut
dan pembentukan pus, jaringan lunak disekitar fraktur harus dibuka dan
didrainase. Pilihan antibiotik harus disesuaikan dengan hasil sensitivitas
bakteri. External fixation sangat berguna pada kasus ini, namun jika
intramedullary nail sudah terlanjur digunakan dan terfiksasi stabil, nail tidak
perlu dilepas.

24
Komplikasi Lanjut3

1. Malunion dan Non-Union

Fraktur transversa kadang membutuhkan waktu beberapa bulan untuk


menyambung kembali, terutama jika traksi digunakan berlebihan
(penggunaan hanging cast jangan terlalu berat). Penggunaan teknik yang
sederhana mungkin dapat menyelesaikan masalah, sejauh ada tanda-tanda
pembentukkan kalus (callus) cukup baik dengan penanganan tanpa operasi,
tetapi ingat untuk tetap membiarkan bahu tetap bergerak. Tingkat non-union
dengan pengobatan konservatif pada fraktur energi rendah kurang dari 3%.
Fraktur energi tinggi segmental dan fraktur terbuka lebih cenderung
mengalami baik delayed union dan non-union. Intermedullary nailing
menyebabkan delayed union, tetapi jika fiksasi rigid dapat dipertahankan
tingkat non-union dapat tetap dibawah 10%.

2. Osteoarthritis pasca trauma

Hal ini dapat terjadi akibat cedera pada persendian radiocarpal dan
radioulnar, pemasangan intraarticular screw pada saat durante operasi.

3. Stiffness pada jari, pergelangan tangan, dan siku

Komplikasi ini timbul akibat imobilisasi jangka panjang dengan


menggunakan cast maupun dengan fiksasi eksternal, sehingga hal ini
menunjukkan pentingnya mobilisasi agresif pada siku dan jari, meskipun
pergelangan tangan tetap dipertahankan stabil.

4. Komplikasi lainnya

Reflex sympathetic dystrophy, pin tract infection, wrist and finger


stiffmess, fracture a pim site, neuritis radial

5. Ruptur tendon terutama tendon ekstensor pollicis longus

Komplikasi ini dapat terjadi di awal maupun lanjut dari pasca


operasi. Degenerasi pada tendon, dapat menyebabkan disrupsi vascular pada
tendon sheath sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada tendon.

6. Midcarpal instability

25
2.13 Prognosis

Pasien dengan reduksi tertutup memiliki hasil yang baik, dengan


penyembuhan fungsional sekitar enam minggu. Ada bukti medis tingkat
rendah tentang hasil jangka panjang dari mobilisasi dini pasca operasi. Untuk
atlet, fiksasi yang stabil, manajemen edema, mobilisasi dini dengan
rehabilitasi, dan penyangga fungsional sangat penting untuk kembali
berolahraga lebih awal.4

26
KESIMPULAN

1. Fraktur berarti deformasi atau diskontinuitas tulang oleh tenaga yang melebihi
kekuatan tulang yang dapat mencederai jaringan lunak di sekitarnya.
2. Fraktur Smith atau biasa dikenal dengan nama reverse Colles’ fracture ialah
fraktur dari distal-end radius dengan fragmen distal bergeser ke arah volar.
3. Fraktur os radius dan ulna biasanya terjadi karena cedera langsung pada lengan
bawah, kecelakaan lalu lintas, atau jatuh dengan lengan teregang yang
merupakan akibat cedera hebat.
4. Tanda tidak pasti fraktur adalah nyeri terus menerus dan bertambah berat,
hilangnya fungsi, deformitas, pembengkakan dan perubahan warna lokal pada
kulit.
5. Tanda pasti fraktur adalah gerakan abnormal, deformitas akibat fraktur, tulang
ekspose karena robekan kulit dan otot akibat diskontinuitas kulit, dan krepitasi.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS. 2000. Anatomi klinik. Ed 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Salter, RB, 1999. Textbook of Disorders and Injuries of The Musculoskeletal
System. Williams and Wilkins : Philadelphia
3. Egol, KA, 2015. Handbook of Fractures 5th Edition. Wolters Kluwer Health : New
York.
4. Schroeder JD, Varacallo M. 2022. Smith's Fracture Review Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing;
5. Rasjad C.2007. Pengantar Bedah Ortopedi. PT. Yarsef Watampone : Jakarta. Hal
380-395.
6. Asrizal, Rinaldy Aditya. 2014. Close Fraktur 1/3 Middle Femur Dextra. Medula vol.
2 No. 3 Maret 2014
7. Wim de Jong & Sjamsuhidajat R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke 2 .EGC :
Jakarta
8. Solomon L, Warwick DJ, Nayagam S. 2014. Apley and Solomon’sconcise system
of orthopaedics and trauma.CRC Press

28

Anda mungkin juga menyukai