Anda di halaman 1dari 22

PENGERTIAN

Tindakan untuk mengangkat jaringan


tonsila palatina dari fossa tonsilaris dan
atau adenoid (tonsila faringealis) dari
dinding posterior nasofaring.

1
TONSIL PALATINA
• Meluas sampai palatum
Polusmolle
• Fossa supratonsilaris
superior
• Dilapisi kapsul
• Epitel skuamosa
fibrosa
bertingkat tidak
• Terdapat jaringan
berkeratin
ikat longgar diluar
Permukaa Permukaa
• 12-15 kripta untuk
kapsul
n lateral n medial
memaksimalkan
• Perlekatan m.
luas permukaan
palatoglosus dan
• Biasa terdapat
m. palatofaringeus
debris
pada kapsul
• Melekat pada lidah
Polus inferior
• Dipisahkan oleh
sulkus lingualis 2
3
INDIKASI TONSILEKTOMI
1. ABSOLUTE

• Infeksi saluran nafas berulang


• >7x / 1 tahun, >5x/2 tahun, >3x / 3 tahun, atau
• >2 minggu absen dari sekolah atau pekerjaan dalam 1
tahun)
• Abses peritonsil
• Tonsillitis yang menyebabkan kejang demam
• Hipertrofi tonsil yang menyebabkan obstruksi jalan nafas,
sleep apnoe, kesulitan menelan, dan mempengaruhi bicara
• Kecurigaan keganasan

4
2. Relative

• Karier streptococcus
• Karier difteri
• Tonsillitis kronis dg halitosis yang tidak berrespon
terhadap terapi
• Tonsillitis streptococcal rekuren pada penderita
kelainan katub jantung

5
Indikasi kriteria paradise :
Ada pula indikasi dengan menggunakan kriteria Paradise
:
• ≥ 7 episode tonsilitis per tahun dengan pengobatan adekuat
• ≥ 5 episode tonsilitis per tahun dalam 2 tahun terakhir
• ≥ 3 episode tonsilitis per tahun dalam 3 tahun berturut-turut

Tonsilitis dengan gejala nyeri tenggorok disertai paling


tidak 1 dari gejala berikut:
• Demam ≥ 38,3 °
• Cervical limfadenopati
• Tonsilar eksudat
• Positif kultur Streptokokus beta hemolitikus
INDIKASI
ADENOIDEKTOMI
• Hipertrofi adenoid yang menyebabkan tidur ngorok,
bernafas melalui mulut, sindroma sleep apnoe,
abnormalitas bicara
• Rinosinusitis rekuren
• Otitis media supuratif kronik
• Maloklusi gigi

7
KONTRA INDIKASI
1. Hemoglobin < 10 g%
2. Kelainan darah dan faal hemostasis: leukemia,
purpura, anemia aplastik, hemophilia,
3. Sedang infeksi saluran nafas atas (akut)
4. Anak usia < 3 tahun
5. Palatoskisis
6. Sedang epidemic polio (tonus otot lemah)
7. Kelainan sistemik yang tidak bisa dikontrol
(diabetes, penyakit jantung, hipertensi, asma)
8. Sebaiknya tonsilektomi dihindari saat
menstruasi

8
PROSEDUR OPERASI
Persiapan Operasi
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik dan penunjang: evaluasi indikasi dan kontra
indikasi operasi, laboratorium darah ,foto rontgen EKG, lain-
lain sesuai indikasi.
3. Konsultasi bagian terkait
4. Informed consent
5. Puasa minimal 6 jam sebelum operasi
6. Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan
operasi

9
1. Anestesi lokal:
- Premedikasi luminal 2 mg / kgBB im, dan sulfas atropine
0,01 mg / kgBB im diberikan 30 menit sebelum operasi
- Dilanjutkan dengan menyemprotkan xylocain 10% di
daerah operasi (fossa tonsilaris) dan infiltrasi bahan
anestesi local (lidokain 1% adrenalin 1:160000) di daerah
fossa tonsilaris

2. Anestesi umum:
- Pembiusan dengan endotrakeal oleh dokter anestesi, posisi
kepala penderita hiperekstensi dengan bantal dibawah
bahu penderita

10
11
II. John Jacob Ballenger
8. John Jacob Ballenger
Tehnik Diseksi Jerat
Snare Tonsil
Alat: 9. Needle holder
1. Davis-Meyer mouth gag 10. Jarum lengkung ½
dengan spatel Russell- lingkaran panjang 12-20
Davis mm
2. Forcep tonsil 11. Benang cat gut no 01-
02
3. Pisau tonsil, spatula
lidah 12. Deppers ukuran kecil
dan besar
4. Tampon tang
13. Raspatorium (arcus
5. Gunting retractor)
6. Klem lengkung 2 buah 14. Suction tube lurus
(nasogastric tube) dan
7. Klem bengkok 2 buah suction tube bengkok

12
13
14
15
• Penderita dengan anestesi lokal duduk membuka mulut
sendiri, sedang penderita dengan anestesi umum dalam
posisi supinasi dengan kepala ekstensi (posisi Rose)
dipasang Davis-Meyer mouth gag dengan spatel Russel-
Davis
• Tonsil dipegang dengan cunam vulselum (forcep tonsil),
satu bilah dipasang pada kutub superior dan yang lainnya
di kutub inferior
• Incisi plika triangularis dimulai dari kutub superior dan
diteruskan ke depan dan belakang diantara pilar tonsil.
Tujuannya untuk membentuk huruf ‘U’ terbalik di bagian
setengah superior tonsil, hal ini terutama untuk melindungi
pilar posterior tonsil
• Incisi dilakukan hanya pada mukosa. Jika jaringan tonsil
terkena, maka akan timbul kesulitan dalam menemukan
bidang diseksi.

16
• Luka incisi diperdalam dan dilebarkan dengan bantuan tampon
tang atau gunting bengkok Metzenbaum atau alat diseksi lainnya
sampai tampak kapsul tonsil untuk memisahkan kapsul tonsil dari
dasarnya.
• Biasanya pilar anterior dipisahkan terlebih dahulu baru kemudian
kutub superior
• Lepaskan kutub superior dengan bantuan deppers kecil dan atau
gunting. Pada waktu kutub superior ini telah terlihat, cunam
vulselum dipakai kembali untuk memegang kutub superior.
• Pegangan cunam dipindah agar pegangan lebih kuat. Pilar
posterior dapat terlihat dengan mengangkat kutub superior dan
bagian tersebut dibebaskan dari tonsil
• Jaringan tonsil dipreparer dengan deppers yang lebih besar
sampai terlepas dari fossa tonsilaris. Jari dapat juga dipakai
sebagai alat diseksi
• Jika diseksi telah dilakukan sampai hanya tinggal kutub inferior

17
yang tetap melekat, maka jerat dapat dengan mudah digunakan
• Cunam dimasukkan melewati gelang dan tonsil dipegang
kembali. Kemudian jerat melewati bagian tonsil yang
bebas, selanjutnya dikencangkan untuk memotong kutub
inferior rata dengan lidah. Jika masih ada sisa tonsil pada
plika triangularis harus dipegang dengan cunam dan
dikeluarkan dengan jerat atau gunting.
• Perdarahan dihentikan dengan tekanan deppers, klem
dan atau dijahit dengan benang catgut, diikat, atau
dengan elektrodesikasi. Seringkali lebih nyaman jika
menggunakan pengikatan dengan simpul hidup melewati
hemostat yang memegang titik perdarahan dan
mengikatnya tepat di ujung alat.

18
KOMPLIKASI
A. Durante operasi
1. Trauma pada gigi, bibir, lidah, dinding faring dan tuba eustachius
(pada adenoidektomi)
2. Dislokasi sendi rahang (temporomandibular joint), jika membuka
mulut terlalu lebar atau kesalahan pemasangan mouth gag
3. Trauma pada vertebra servikal karena hiperekstensi kepala
4. Perdarahan, mungkin terjadi karena:
- Jaringan tonsil yang tertinggal (rest tonsil)
- Baru saja infeksi, atau ada kelainan darah (gangguan factor
pembekuan)
- Riwayat abses peritonsil sebelumnya (scar / fibrotic)
- Terdapat pembuluh darah yang terbuka
5. Sumbatan jalan nafas karena darah terkumpul di daerah faring

19
sehingga menyebabkan sumbatan mekanik jalan nafas
B. Post operasi dini
1. Perdarahan 8 jam pertama, kemungkinan penyebabnya adalah:
a. Ikatan pembuluh darah terlepas
b. Tekanan darah meningkat
c. Hilangnya vasokostriktor adrenalin (local)
d. Bekuan darah terlepas
e. Peningkatan tekanan vena karena batuk (saat mulai sadar)
2. Sumbatan jalan nafas karena terkumpulnya darah di saluran nafas
atas (faring)
3. Spasme laring karena ekstubasi terlalu cepat atau terkumpulnya
darah pada jalan nafas
4. Shock hipovolemik

20
C. Post operasi lanjut
1. Perdarahan sekunder, biasanya terjadi hari ke 5-10 karena
peradangan, selaput fibrin yang menutup fosa tonsilaris terlalu
cepat lepas, ikatan pembuluh darah terlepas, iritasi karena
batuk dan trauma akibat makanan yang terlalu keras
2. Nyeri alih ke telinga / otalgia, karena terganggunya tuba
eustachius
3. Otitis media akut (infeksi sekunder melalui tuba eustachius)
4. Edema palatum molle dan uvula, akibat trauma
5. Sepsis local
6. Komplikasi paru, missal atelektasis, pneumonia, dan abses
paru, terjadi karena aspirasi darah / debris / fragmen tonsil,
atau perluasan infeksi dari saluran nafas atas
7. Komplikasi jantung

21
TERIMA
KASIH

22

Anda mungkin juga menyukai