Anda di halaman 1dari 31

Referat tonsilitis

Pembimbing:
dr. Susilaningrum, Sp.THT-KL

Disusun Oleh:
Angghiya Difadya Putra 1610221127
Adinda Hana Satrio 1610221112
Eka Sulistyowati 1610221143
Johanes Hansen 112015378
Pendahuluan
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus didalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil
faringeal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya
membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer.
Jaringan limfoid yang mengelilingi faring, pertama kali digambarkan anatominya
oleh Heinrich von Waldeyer, seorang ahli anatomi Jerman. Jaringan limfoid lainnya
yaitu tonsil lingual, pita lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid. Kelenjar ini
tersebar dalam fossa Rossenmuler, dibawah mukosa dinding faring posterior faring
dan dekat orifisium tuba eustachius (tonsil Gerlachs).
Nasofaring
(Epifaring)

Orofaring
Faring
(Mesofaring)

Laringofaring
(Hipofaring)

Tonsila Palatina
Anatomi
(faucial)

Tonsila
Faringeal
(adenoid)

Tonsila
Jaringan limfoid
Lingualis

Lateral
Faringeal Band

Nodul-nodul
soliter di
belakang faring
Anatomi Faring
Anatomi Tonsil
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid
yang dilapisi oleh epitel
respiratori. Cincin Waldeyer
merupakan jaringan limfoid yang
membentuk lingkaran di faring
yang terdiri dari tonsil palatina,
tonsil faringeal (adenoid), tonsil
lingual, dan tonsil tubal.
Tonsila palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid
yang terletak di dalam fosa tonsil pada kedua
sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior
(otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot
palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan
panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam
jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh
fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya
dikenal sebagai fosa supratonsilar. Permukaan
tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng
yang juga melapisi invaginasi atau kripti tonsila.
Tonsil faringeal (adenoid)
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang sama dengan yang
terdapat pada tonsil.
Adenoid tidak mempunyai kriptus.
Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring.
Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan
pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat
meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius.
Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak.
Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami
regresi
Tonsil lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat
foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla
sirkumvalata
Fosa tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring,
yaitu batas anterior adalah otot palatoglosus,
batas posterior adalah otot palatofaringeus dan
batas lateral atau dinding luarnya adalah otot
konstriktor faring superior (Shnayder, Y, 2008).
Berlawanan dengan dinding otot yang tipis ini,
pada bagian luar dinding faring terdapat
nervus ke IX yaitu nervus glosofaringeal
Vaskularisasi tonsil
Aliran kelenjar getah bening tonsil
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening
servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus
sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju
duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan
sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada
Inervasi tonsil
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi
dari cabang serabut saraf ke IX (nervus
glosofaringeal) dan juga dari cabang
desenden lesser palatine nerves.
Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsila
yang biasanya disertai dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati, dan
bakteri pathogen dalam kripta.
Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplets), tangan dan ciuman. Dapat
terjadi pada semua umur, terutama pada anak.
Klasifikasi

Tonsilitis Tonsilitis
akut kronik

Tonsilitis Tonsilitis
viral bacterial

Tonsilitis
folikularis

Tonsilitis
lakunaris
Tonsilitis Akut
Definisi Etiologi

Tonsilitis akut merupakan suatu inflamasi Bakteri: Grup A Streptococcus beta hemolitikus,
akut yang terjadi pada tonsilla palatina, pneumokokus, stafilokokus
yang terdapat pada daerah orofaring Virus: Haemophilus influenzae juga virus
disebabkan oleh adanya infeksi bakteri patogen dapat dilibatkan.
maupun virus. Kadang-kadang streptokokus non
hemolitikus atau streptokokus viridans,
ditemukan pada biakan kasus-kasus berat.
Gejala dan tanda
Masa inkubasi 2-4 hari
Nyeri tenggorokan
Nyeri waktu menelan dan pada kasus berat penderita
menolak makan dan minum melalui mulut
Demam dengan suhu tubuh yang tinggi
Rasa nyeri pada sendi-sendi
Tidak nafsu makan
Nyeri pada telinga (rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih
melalui n Glosofaringeus)
Seringkali disertai adenopati servikalis disertai nyeri tekan
Tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus
berbentuk folikel, lakuna, atau tertutup oleh membrane semu
Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan
Penatalaksanaan
Tirah baring
Pemberian cairan adekuat serta diet ringan
Analgetik oral efektif untuk mengurangi nyeri
Terapi antibiotik dikaitkan dengan biakan dan sensitivitas yang tepat
(Penisilin atau eritromisin) pengobatan sebaiknya diberikan selama 5-10 hari
Tonsilitis kronik
Tonsilitis Kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada tonsila
palatina yang menetap.
Tonsilitis Kronis disebabkan oleh serangan ulangan dari Tonsilitis Akut yang
mengakibatkan kerusakan yang permanen pada tonsil. Organisme patogen dapat
menetap untuk sementara waktu ataupun untuk waktu yang lama dan
mengakibatkan gejala-gejala akut kembali ketika daya tahan tubuh penderita
mengalami penurunan.
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis
makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan
pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
Gejala dan tanda
Gambaran klinis pada tonsilitis kronis bervariasi, dan diagnosis pada umunya bergantung
pada inspeksi. Pada umumnya terdapat dua gambaran yang termasuk dalam kategori
tonsilitis kronis, yaitu:
Tonsilitis kronis hipertrofikans
Yaitu ditandai pembesaran tonsil dengan hipertrofi dan pembentukan jaringan parut. Kripta mengalami
stenosis, dapat disertai dengan eksudat, seringnya purulen keluar dari kripta tersebut.
Tonsilitis kronis atrofikans
Yaitu ditandai dengan tonsil yang kecil (atrofi), di sekelilingnya hiperemis dan pada kriptanya dapat
keluar sejumlah kecil sekret purulen yang tipis.
Dari hasil biakan tonsil, pada tonsilitis kronis didapatkan bakteri dengan virulensi rendah dan jarang
ditemukan Streptococcus beta hemolitikus.
Penatalaksanaan
Antibotika spektrum luas, antipiretik dan obat kumur yang mengandung
desinfektan. Pada keadaan dimana tonsilitis sangat sering timbul dan pasien
merasa sangat terganggu, maka terapi pilihan adalah pengangkatan tonsil
(tonsilektomi).
Komplikasi
Radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya
berupa Rhinitis kronis, Sinusitis atau Otitis media secara perkontinuitatum.
Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul
endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, irdosiklitis, dermatitis,
pruritus, urtikaria dan furunkulosis.
Tonsilektomi
Tonsilektomi adalah tindakan mengangkat tonsil palatina seutuhnya bersama
jaringan patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris bersih tanpa
meninggalkan trauma yang berarti pada jaringan sekitarnya seperti uvula dan
pilar.
Indikasi tonsilektomi
Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan nafas yang kronis
Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apneu waktu tidur
Hipertofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat badan penyerta
Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma)
Abses perotinsiler yang berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya
Tonsilitis kronis walaupun tanpa eksaserbasi akut tapi merupakan fokal infeksi
Karier difteri
Tonsilitis yang menyebabkan kejang demam.
Indikasi relatif
Serangan tonsilitis akut berulang (yang terjadi walau telah diberi penatalaksanaan medis yang adekuat).
Tonsilitis yang berhubungan dengan biakan streptokokus yang menetap dan patogenik (karier).
Hiperplasia tonsil dengan obstruksi fungsional.
Hiperplasia dan obstruksi yang menetap enam bulan setelah infeksi mononukleosis.
Riwayat demam rematik dengan kerusakan jantung yang berhubungan dengan tonsilitis rekurens kronis dan
pengendalian antibiotika yang buruk.
Radang tonsil kronis menetap yang tidak memberikan respon terhadap penatalaksanaan medis.
Hipertrofi tonsil dan adenoid yang berhubungan dengan abnormalitas orofasial dan gigi geligi yang
menyempitkan jalan nafas bagian atas.
Tonsilitis berulang atau kronis yang berhubungan dengan adenopati servikal persisten.
Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut:
Penyakit darah: leukemia, anemia aplastik, hemofilia dan purpura
Penyakit sistemik yang tidak terkontrol: diabetes melitus, penyakit jantung dan sebagainya.
Kontraindikasi relative:
Palatoschizis
Anemia (Hb <10 gr% atau HCT <30%)
Infeksi akut saluran nafas atau tonsil (tidak termasuk abses peritonsiler)
Poliomielitis epidemik
Usia di bawah 3 tahun (sebaiknya ditunggu sampai 5 tahun)
Jenis Tonsilektomi

Tonsilektomi metode Dissection - Snare


Tonsilektomi metode Sluder Ballenger
Tonsilektomi metode Kriogenik
Tonsilektomi metode elektrokoagulasi
Tonsilektomi menggunakan sinar laser
Tonsillectomy & Adenoidectomy - Nucleus Health.mp4
Komplikasi tonsilektomi
1. Perdarahan
2. Infeksi
3. Nyeri pasca bedah
4. Trauma jaringan sekitar tonsil
5. Perubahan suara
6. Komplikasi lain
Daftar Pustaka
Alasil, Saad., dkk. 2011. Bacterial identification and antibiotic susceptibilitypatterns of Staphyloccocus aureus isolates
frompatients undergoing tonsillectomy in Malaysian University Hospital. Diunduh dari :
http://www.academicjournals.org/article/article1380532457_Alasil%20%20et%20al.pdf [Diakses 13
November 2014]
Dhingra, P.L., dan Shruti Dhingra. 2005.Diseases of Ear, Nose and Throat,FifthEdition.New Delhi : Elseiver.
Flint, Paul W. dkk. 2010. Cummings Otolaryngology Head & Neck Surgery 5th edition. Philadelphia : Mosby
Elsevier.
Liston, S.L. 1997. Adams, Boeis dan Higler.Eds. Buku Ajar Penyakit THT Boeis Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Ludman, H., dan Patrick J.B. 2007. ABC of Ear, Nose and Throat, Fifth Edition. Massachusetts : Blackwell
Publishing Inc.
31

Anda mungkin juga menyukai