Anda di halaman 1dari 20

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Kampus II Ukrida Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta 11510
Makalah PBL

: SPECIAL SENSES

Nama/ No NIM

: Jeyabaskaran Renganathen /102009332

Kelompok

: A6

Email

: j_ya7@hotmail.com

Tutor

: dr. Wani D Gunardi


I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
KASUS: Seorang ibu membawa anaknya laki laki berusia 2 tahun ke poliklinik anda dengan
keluhan demam sejak 3 hari yang lalu, ibunya mengatakan anaknya tidak mau makan, hidung
mengeluarkan ingus encer dan tadi malam anaknya tiba-tiba menangis dan memegang kuping
kanannya. Anak tampak sakit sedang dan suhu 39C. Pada pemeriksaan telinga kanan: membran
timpani menonjol, hiperemis, reflex cahaya negatif; telinga kiri utuh, seperti mutiara, reflex cahaya
+

OTITIS MEDIA AKUT (OMA) adalah infeksi telinga tengah dengan onset akut,
adanya efusi telinga tengah dan tanda peradangan telinga tengah. Otitis media akut sering berlaku
pada anak-anak dan adalah diagnosis spesifik yang tersering dikalangan anak-anak yang demam.
Definisi dan diagnosis yang tepat pada bayi dan anak-anak kecil selalunya sukar. Gejala mungkin
ada atau tidak jelas, terutama pada masa kanak-kanak dan dalam stadium kronik otitis media. Otitis
media terbagi kepada beberapa stadium: stadium oklusi tuba Eusthacius, stadium hiperemis,
stadium supurasi, stadium perforasi, dan stadium resolusi.

Dengan bahan kuliah sebagai garis panduan, aspek yang dibahas dalam PBL adalah:
JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 1

Anamnesis
Pemeriksaan fisik dan penunjang
Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi dan Manifestasi klinis
Penatalaksanaan (medika mentosa dan non medika mentosa)
Prognosis
Pencegahan

Objektif
Sasaran pembelajaran dalam pembikinan makalah adalah untuk:

Mengkaji anamnesis yang berhubungan dengan diagnosis Otitis Media Akut.


Mempelajari pemeriksaan fisik dan penunjang untuk suspek penderita Otitis Media Akut.
Mengenalpasti diagnosis kerja dan diagnosis banding kasus ini
Mengkaji epidemiologi dan etiologi Otitis Media Akut.
Mempelajari patofisiologi dan manifestasi klinis untuk Otitis Media Akut.
Mempelajari penatalaksanaan (medical mentosa dan non-medical mentosa).
Menyatakan prognosis dan pencegahan Otitis Media Akut.

Anamnesis1

Dalam menegakkan diagnosis otitis media akut disamping keluhan utama perlu ditanyakan data
seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, keterangan mengenai daerah tempat tinggal
sekarang, pekerjaan, riwayat obatan dan lain-lain. Pertanyaan lain yang dapat ditanyakan pada
pasien yang mempunyai keluhan seperti dalam kasus dan untuk menegakkan pemeriksaan fisik
otitis media akut adalah:

Apakah keluhan utama?

JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 2

Apakah sudah mengkonsumsi obat sebelum datang ke dokter?


Ada keluhan demam dan pilek?
Apakah keadaan semakin membaik atau memburuk?
Apakah ada cairan yang keluar dari telinga anak?
Apakah ada kebiasaan membersihkan telinga?
Apakah ada kemungkinan benda asing masuk? (dari bermain dengan teman-teman sebaya)
Apakah ada rasa sakit? Kapan onsetnya?
Apakah ada gejala-gejala dari infeksi saluran pernafasan atas?
Apakah pernah mengalami masalah ini sebelum ini?
Apakah ada masalah alergi terhadap habuk atau makanan tertentu?
Apakah ada anggota keluarga lain yang mengalami masalah yang sama?

Pemeriksaan fisik1
Pemeriksaan fisis harus selalu dimulai dengan penilaiaan keadaan umum pasien yang mencakup:1

kesan keadaan sakit, temasuk fasies dan posisi pasien:


o apakah pasien tidak tampak sakit, sakit ringan, sakit sedang, atau apakah sakit berat.

Kesadaran
o kompos mentis: pasien sadar sepenuhnya dan memberikan respons yang adekuat
terhadap semua stimulus yang diberikan
o apatik: pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh terhadap keadaan
sekitarnya, ia akan memberikan respons yang adekuat bila diberikan stimulus
o somnolen: yakni tingkat kesadaran yang lebih rendah daripada apatik, pasien tampak
mengantuk, selalu ingin tidur; ia tidak responsif terhadap stimulus ringan, tetapi
masih memberikan respons terhadap stimulus yang agak keras, kemudian tertidur
lagi
o sopor: pasien tidak memberikan respons ringan maupun sedang, tetapi masih
memberikan sedikit respons terhadap stimulus yang kuat, refleks pupil terhadap
cahaya masih positif

JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 3

o koma: pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun, refleks pupil terhadap
cahaya tidak ada, ini adalah tingkat kesadaran yang paling rendah

Status gizi
o Penilaian status gizi pasien secara klinis dilakukan terutama dengan inspeksi dan
palpasi. Pada inspeksi secara umum dapat dilihat bagaimana proporsi atau postur
tubuhnya, apakah baik, kurus, atau gemuk.

Tanda vital
Setelah keadaan umum, hal kedua yang dinilai adalah tanda vital, yang mencakup nadi, tekanan
darah, pernafasan dan suhu.

Nadi: frekuensi nadi per menit, frekuensi atau laju nadi, irama, isi atau kualitas, serta
ekualitas nadi diperiksa. Laju jantung/nadi normal per menit anak 2 tahun hingga 10 tahun:
o Istirahat (bangun): 70-110 denyut/menit
o Istirahat (tidur): 60-90 denyut/menit
o Aktif/demam: sampai 200

Tekanan darah: tekanan darah diukur pada keempat ekstremitas. Pemeriksaan pada satu
ekstremitas dapat dibenarkan, apabila pada palpasi teraba denyut nadi yang normal pada
keempat ekstremitas itu. Untuk anak usia antara 1-5 tahun, tekanan sistolik normal adalah
95mmHg dan tekanan diastolik normal adalah 65 mmHg.

Pernafasan: Mencakup pemeriksaan laju pernafasan; irama atau keteraturan; kedalaman; dan
tipe atau pola pernafasan. Laju pernafasan normal per menit anak 3 tahun adalah 20-30 kali
atau rata-rata waktu tidur 22 kali.

Suhu tubuh

Pemeriksaan telinga dan otoskopi


JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 4

Telinga diperiksa mulai dari daun telinga apakah bentuk, besar dan posisinya normal. Kemudian
dilakukan pemeriksaan liang telinga. Pemeriksaan liang telinga sebaiknya didahului dengan
pembersihan serumen. Pemeriksaan dilakukan dengan bantuan spekulum telinga atau otoskop.
Otitis eksterna dapat disebabkan oleh pelbagai bakteri dan jamur. Keluhan yang sering ialah
nyeri dan/ atau gatal, dapat disertai sekresi mukopurulen yang dapat berbau. Bila daun telinga
ditarik,

pasien

akan merasa sakit. Perhatikan pula

terdapatnya

kelainan seperti laserasi dan korpus

alienum

liang telinga.

pada

Setelah
diperiksa

pula

memeriksa
membran

menggunakan
keadaan

normal

membran

liang

telinga,

timpani

dengan

otoskop.

Dalam

timpani

sedikit

cekung dan mengkilat. Membran


timpani yang tampak rata atau cembung dan
kusam
Gambar 1: Ototskopi Video

berarti abnormal. Pada otitis media kataral


membran timpani tampak sangat

merah dengan refleks cahaya yang berkurang. Pada otitis media supurativa membran timpani
menonjol, kemerahan dan refleks cahaya hilang. Membran yang menonjol dan berwarna biru
mungkin menunjukkan perdarahan pada rongga telinga tengah akibat trauma, infeksi atau
fraktur basis kranii. Diperhatikan apakah pada membran timpani ada perforasi. Perforasi dengan
sekret yang purulen menunjukkan terdapatnya otitis media supurativa akut atau kronik.
Perforasi juga dapat terjadi akibat gigitan serangga atau trauma. Pada miringitis terdapat warna
kemerahan yang jelas tanpa penonjolan membran timpani. Kolesteatoma dapat dilihat di depan
atau dibelakang membran, biasanya disertai dengan nanah yang mengalir ke luar.

Pada otitis media perlu diperiksa apakah terdapat tanda-tanda pembengkakan dan nyeri pada
daerah belakang telinga. Bila terdapat mastoiditis, daun telinga tampak terdorong ke depan,
sedangkan meatus akustikus eksternus menyempit pada diameter antero_posterior dan mastoid

JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 5

terasa nyeri bila diraba. Pada fraktur kranii dapat terlihat perdarahan disekitar mastoid (tanda
Battle).
Ketajaman pendengaran dinilai secara kasar. Neonatus sudah bereaksi terhadap suara. Pada bayi
yang lebih besar, kesan ketajaman pendengaran dapat diambil dari reaksinya terhadap suara saat
pemeriksaan. Apabila terdapat kecurigaan terdapatnya gangguan pendengaran harus dilakukan
pemeriksaan ketajaman pendengaran khusus dimana digunakan alat FFT (free field test buat
bayi umur 6 bulan dan dengan garpu tala dan audiometer buat anak besar.

Pemeriksaan Penunjang2
Otoskop : pemeriksaan ini dengan cara memasukkan spekulun ke telinga, dan memancarkan cahaya
kedalamnya kemudian pemeriksa dapat melihat kondisi membran timpani melalu lensa pembesar
otoskop. Biasanya, gendang telinga terihat kemerahan dan terlihat bangunan seperti lubang pada
selaput gendang telinga.
Timpanogram : tes ini dilakukan untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membrane timpani.
Timpanosentesis dan Kultur : Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani untuk

Gambar 2: Timpanosentesis

menentukan mikrobiologi.
JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 6

Tes Rinne : Tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada
telinga yang diperiksa. Caranya : garputala digetarkan dan tangkainya diletakkan diprosesus
mastoid, setelah tidak terdengar garputala dipegang didepan telinga kira-kira 2 cm. normalnya
masih terdengar.
Tes Weber : Tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kanan dan telinga kiri.
Caranya : garputala digetarkan dan tangkai diletakkan di garis tengah kepala. Normalnya bunyi
garputala terdengar di kedua telinga dan tidak dapat dibedakan kearah mana bunyi terdengar lebih
keras.
Tes Schwabach : Membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang
pendengarannya normal. Caranya : garputala digetarkan dan tangkai nya diletakkan pada prosesus
mastoideus sampai tidak terdengar bunyi, kemudian diletakkan pada telinga pemeriksa yang
pendengarannya normal dan begitu sebaliknya. Normalnya pendengaran hasilnya sama dengan
pemeriksa.
Tes audiometrik : Merupakan pemeriksaan fungsi untuk mengetahui sensitivitas (mampu
mendengar suara) dan perbedaan kata-kata (kemampuan membedakan bunyi kata-kata),
dilaksanakan dengan bantuan audiometrik.
Tes-tes diagnostik seperti pemeriksaan darah lengkap (Complete Blood Count), CT-scan dan MRI
membantu untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding yang lain. Pada
kasus otitis media akut, leukosistosis dengan peningkatan polymorfonuklear (PMN) dapat
diperhatikan dari CBC. CT-scan dan MRI dapat digunakan untuk menilai keparahan kasus dan
untuk mengenal pasti apakah sudah terjadinya komplikasi dari otitis media seperti meningitis dan
abses otak.

Differential Diagnosis

Otitis Eksterna Infektif3

JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 7

Otitis eksterna infektif (Swimmers Ear) adalah inflamasi kulit pada saluran telinga luar and bagian
telinga yang jelas kelihatan di luar (aurikel, pinna). Infeksi sering terjadi disebabkan oleh bakteria
(Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus) dan
bisa juga disebabkan oleh jamur (Aspergillus, Candida
albicans). Keadaan ini dipicu oleh k ehilangan serumen di
liang telinga karena pendedahan pada air, air yang
terperangkap dalam liang telinga akibat penggunaan
penyumbat telinga. Otitis externa yang kronis boleh
disebabkan

oleh

oleh

penyakit

dermatitis

seperti

seborrhea, eczema atau psoriasis. Walaupun ia bukan


suatu penyakit yang serius bagi kebanyakan orang, ia bisa
menjadi parah bagi mereka yang mempunyai masalah
imum yang

rendah (immunocompromised). Karena

bakteri bisa mengakibatkan infeksi dan erosi tulang


Gambar 3: Manifestasi Otitis
Eksterna

sehingga terjadinya otitis eksterna nekrotik.

Pemeriksaan:
o
o
o
o

Otoskopi: Eritema dan edema pada liang telinga luar, otorrhea


Penggerakan telinga menyebabkan rasa sakit.
Membran timpani normal
Kultur, CT-scan

Sinusitis4

Sinusitis adalah inflamasi pada lapisan mukosa

di

satu

atau lebih dari satu sinus yang


berhubungan dengan nasal (sinus frontal,
maxillaris, sphenoid, ethmoid). Sinusitis

dapat

disebabkan oleh bakteri, jamur atau virus.

Ia juga

sering dipicu oleh alergi, abnormalitas


JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 8

Gambar 4: Gambaran SInusitis

struktur anatomi sinus, dan infeksi saluran pernafasan atas seperti pilek. Sinus menghasilkan mukus
yang memerangkap partikel-partikel dan disalurkan melalui hidung dan tenggorok sehingga ditelan
dan dikeluarkan melalui sistem intestinal. Namun, jika lapisan mukosa membengkak akibat
inflamasi, saluran-saluran kecil yang dilewati mucus akan terblokir. Sinus akan dipenuhi dengan
mukus, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan tekanan (sakit kepala) dan pembiakan
organisma pathogen. Patogen yang menyebabkan penyakit ini adalah Staphylococcus pneumonia,
H.influenza dan M. catarrhalis.
Pemeriksaan:
o
o
o
o
o

Perkusi pada sinus frontal dan maxillaris: lunak


Transiluminasi sinus
Sekret purulent pada saluran nasal
CBC: elevasi sel darah putih
CT kranial, MRI kranial, endoskopi nasal: penebalan membran sinus

Working diagnosis
Working diagnosis buat kasus ini adalah Otitis Media Akut(OMA). Berdasarkan keluhan anak yang
bangun tengah malam dengan tiba-tiba sambil menangis dan memegangi telinga kanannya
menunjukkan bahwa anak tersebut mengalami otalgia (sakit telinga) dan dengan riwayat demam,
batuk dan pilek sejak 3 minggu lalu menunjang bahwa karena infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA) yang dialami anak sejak 3 minggu lalu menyebabkan anak menderita OMA, yaitu infeksi
saluran telinga tengah akibat ISPA

Etiologi5,6

Otitis media akut dapat terjadi mendadak pada anak sehat tetapi paling sering menyertai ISPA virus
atau bakteri difus.

JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 9

Organisme yang paling sering menyebabkan otitis media akut pada seluruh kelompok umur adalah
Streptococcus pneumonia. Pada anak dibawah umur 5 tahun, Haemophilus influenza juga sering
dijumpai. Yang lebih jarang, agen penyebabnya adalah Streptococcus B-haemoliticus group A,
Staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis, dan orgnisme enterik gram-negatif. Organisem
enterik lebih sering terdapat pada pasien dengan tahap imun yang berubah seperti pada neonatus,
pasien anemia aplastik, atau pasien yang sedang menjalani kemoterapi. Tuberkulosis dan jamur
jarang meninfeksi telinga tengah.

Epidemiologi7
Insidens penyakit adalah tinggi pada 2 tahun pertama setelah kelahiran (6-12 bulan). Penyakit ini
sering terkena laki-laki dibanding perempuan. 50% dari kanak-kanak berusia 1 tahun akan
mengalami sekurang-kurangnya sekali episode otitis media akut. Hampir 33% kanak-kanak akan
mengalami infeksi sebanyak atau lebih dari 3 kali dan 90% sekurang-kurangnya sekali. Penyakit ini
cenderung mengenai penderita pada musim dingin.

FAKTOR RESIKO5,6

Umur: Bayi dan anak-anak kecil lebih sering menghidap OMA

Gender: Laki-laki lebih sering daripada perempuan

Genetik: penyakit telinga tengah dilihat lebih sering dibawa dalam keluarga.

Status sosioekonomi: kemisikinan telah lama dianggap sebagai faktor pembentukan dan
keberatan OMA.

Susu: Penggunaan susu formula daripada susu ibu. Penggunaan susu ibu memberi efek
protektif pada anak dibanding pada anak yang diberi susu formula.

Paparan asap rokok

JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 10

Musim: di daerah beriklim sedang, kejadian OM paling tinggi diperlihat pada musim dingin
dan paling sedikit di musim panas.

Anomali kongenital: sering pada anak dengan anomali kongenital yang mempunyai
abnormalitas craniofasial

Patofisiologi8
Otitis media akut selalunya timbul akibat komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).
Sekresi dan inflamasi yang timbul menyebabkan obstruksi tuba Eustachian yang relatif. Secara
normal, telinga tengah menyerap air dalam telinga tengah. Jika air ini tidak diganti karena obstruksi
tuba Eusthachius, tekanan negatif terbentuk yang menarik cairan intersisial kedalam tuba
Eustachius dan menghasilkan efusi serosa. Efusi ini di telinga tengah menyediakan media yang baik
untuk pertumbuhan microbial. Jika pertumbuhan ini secara rapid, maka terbentuklah infeksi telinga
tengah.
Otitis media akut pada bayi sering terjadi oleh karena tuba masih lurus dan belum terbentuk
isthmus/penyempitan serta tuba relatif masih pendek.

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Stadium oklusi tuba Eusthacius,


Stadium hiperemis
Stadium supurasi
Stadium perforasi
Stadium resolusi

Stadium oklusi tuba Eustachius


Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membrane timpani akibat
terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara. Kadang-kadang
membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin

JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 11

telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa
yang disebabkan oleh virus atau alergi.

Stadium Hiperemis (Stadium Pre-Supurasi)


Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau
seluruh membran tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat
eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta
terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol
(bulging) kea rah liang telinga luar.

Gambar 5: Perbedaan telinga tengah yang normal dan


otitis media akut

Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga
bertambah hebat.

JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 12

Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat
tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa
dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan
berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini , maka
kemungkinan besar membran timpani ini akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar.
Dengan melakukan miringitomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila
terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali.
Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman
yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga
tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun
dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.
Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, makan keadaan membran timpani perlahan-lahan akan
normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila
daya tubuh baik atau virulensi kuman rendah, makan resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
pengobatan. OMA menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan secret yang keluar terus menerus
atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila
sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadi perforasi.

Manifestasi Klinis9

JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 13

Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien, pada usia anak anak
umumnya keluhan berupa

Gambar 6: Perforasi membran timpani

rasa nyeri di telinga dan demam.

Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya.

Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan pendengaran dan
telinga terasa penih.

Pada bayi gejala khas Otitis Media akut adalah panas yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur,
diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga yang sakit.

Komplikasi5,6
Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi yaitu abses sub-periosteal sampai
komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak). Sekarang setelah ada antibiotika, semua jenis
komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK.
Selama fase otitis media akut bila ada efusi, terdapat kehilangan pendegaran konduktif yang
biasanya sembuh sempurna pada penderita yang diobati dengan memadai. Namus proses radang
JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 14

dapat merangsang fibrosis, hialinisasi, dan endapan kalsium pada membrane timpani dan pada
struktur telinga tengah. Plak timpanosklerotik dapat menghalangi mobilitas membran timpani dan
kadang-kadang dapat memfiksasi rantai osikula.
Membran timpani dapat mengalami perforasi akibat nekrosis jaringan selama infeksi. Perforasi ini
biasanya kecil, terjadi pada bagian sentral pars tensa, dan menyembuh secara spontan bila infeksi
sembuh. Perforasi yang lebih besar mungkin tidak dapat menutup. Otitis media tuberculosis
biasanya menyebabkan banyak perforasi kecil. Rantai osikula juga dapat terkena oleh nekrosis
mengakibatkan osikula tidak konsisten. Perforasi membran timpani menetap dan nekrosis osikula,
keduanya menyebabkan kehilangan pendengan konduktif yang memerlukan koreksi bedah dengan
timpanoplasti.
Pada proses penyembuhan perforasi, epitel skuamosa, dapat tumbuh ke dalam telinga tengah,
membentuk struktur seperti kantong yang mengumpulkan debris epitel yang lepas. Kista ini disebut
kolesteatoma.
Paralisis N. fasialis dapat terjadi pada otitis media supuratif akut. Sekitar sepertiga penderita
mempunyai tulang yang tidak sempurna yang menutupi N. fasialis dalam telinga tengah. Paralisis
dapat parsial atau total. Penyembuhan biasanya sempurna jika digunakan terapi antibiotic dan
dilakukan miringotomi. Pemasangan PET memberikan jalan secara langsung bagi antibiotik untuk
diteteskan pada daerah yang meradang.
Selama otitis media akut, respons radang yang disebut labirintitis serosa dapat terjadi. Biasanya
ada vertigo ringan tetapi bukan kehilangan pendengaran. Namun, jika bakteri menginvasi labirin
melalui fenestra ovalis atau rotundum, terjadi labirintis supuratif akut yang menyebabkan vertigo
berat, nistagmus, dan kehilangan pendengaran sensorineural berat. Mungkin perlu dilakukan
drainase bedah terhadap labirin untuk menghindari penyebaran infeksi intrakranium.
Keterlibatan mastoid dengan radang dan eksudat purulen selalu ada selama otitis media akut,
seperti ditunjukkan oleh keopakan sistem sel udara (mastoiditis) pada roentenografi.
Infeksi ini dapat mencapai sel udara medial os temporal melalui sel perilabirintin, menyebabkan
osteomielitis apeks petrosa. Bila ini terjadi, dapat mengakibatkan paralisis n. kranialis VI, nyeri
retro-orbital dalam akibatnya terlibatnya n.tregeminus, dan otitis media pada sisi yang sama
JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 15

(sindrom Gradenigo). Mastoiditis dan petrositis akut memerlukan drainase bedah pada area yang
terkena.
Komplikasi intrakranium OMA yang paling lazim adalah meningitis. Komplikasi ini paling
mungkin terjadi bila didiagnosis dan terapi terlambat.

Penatalaksanaan8,10
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pada stadiumoklusi pengobatan terutama
bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga tekanan negative di telinga tengah
hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCl efedrin 0.5% dalam larutan fisiologis (anak < 12
tahun) atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada
orang dewasa. Selain itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab
penyakit adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi.
Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Antibiotika
yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin
intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi
mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan.
Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin,
makan diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg.kg BB/hari,
dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/kg/hari di bagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40
mg/kg BB/hari.
Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila
membran masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat
dihindari.
Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat sekret keluar secara
bendenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cucitelinga H2O2 3% selama 3-5 hari
serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali

JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 16

dalam waktu 7-10 hari. Pada stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali,
sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup.
Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui
perforasi di membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa
telinga tengah. Pada keadaan demikan antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3
minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.
Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA rekuren, seperti miringotomi
dengan insersi tuba timpani sintesis, dan adenoidektomi.
Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani, supaya terjadi drainase sekret
dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya adalah harus dilakukan secara dapat dilihat
langsung, anak harus tenang sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi
miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. Bila terapi yang diberikan sudah adekuat,
miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga tengah. Indikasi
miringostomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti paresis
nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi merupakan
terapi third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada
satu episode OMA. Salah satu tindakan miringotomi atau timpanosintesis dijalankan terhadap anak
OMA yang respon kurang memuaskan terhadap terapi second-line, untuk menidentifikasi
mikroorganisme melalui kultur.
Timpanosintesis merupakan pungsi pada membran timpani, dengan analgesia lokal supaya
mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan. Indikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik
tidak memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien yang sistem imun
tubuh rendah. Menurut Buchman (2003), pipa timpanostomi dapat menurun morbiditas OMA
seperti otalgia, efusitelinga tengah, gangguan pendengaran secara signifikan disbanding dengan
plasebo dalam tiga penelitian prospertif, randomized trial yang telah dijalankan.
Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan efusi dan OMA
rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan insersi tuba timpanosintesis, tetapi
hasil masih tidak memuaskan. Pada anak kecil dengan OMA rekuren yang tidak pernah didahului
JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 17

dengan insersi tuba, tidak dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan
rinosinusitis rekuren.

Pencegahan5-7
Beberapa faktor yang berkaitan dengan infeksi telinga tidak boleh diubah (seperti sejarah keluarga
dengan infeksi telinga berulang), tapi beberapa cara hidup boleh mengurangkan faktor risiko buat
anak-anak.

Memberi air susu ibu (ASI) buat anak sekurang-kurangnya 6 bulan untuk membantu
mencegah daripada pembentukan awal infeksi telinga. Jika anak diberi susu dengan botol,
peganglah anak pada satu sudut daripada membiarkan anak minum sambil baring.

Elakkan paparan pada asap rook, yang dapat meningkatkan frekuensi dan beratnya infeksi
telinga.

Kurangkan paparan, jika boleh, kepada kelompok besar anak-anak lain, seperti di pusat
penjagaan anak. Karena infeksi saluran pernafasan atas multipel boleh juga membawa
kepada ikfeksi telinga, mengehadkan paparan dapat megurangkan frekuensi pilek awal dan
seterusnya infeksi telinga.

Kedua orang tua dan anak-anak harus praktek pencucian tangan yang benar. Ini adalah
antara cara terbaik untuk mengurangkan transmisi kuman individu-ke-individu yang dapat
meyebabkan pilek dan seterusnya infeksi telinga

Memastikan anak mendapatkan immunisasi yang terbaru

Prognosis5

JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 18

Prognosis OMA adalah baik. Gejala akan membaik antara 24-72 jam setelah pengobatan. Relaps
biasanya terjadi karena eradikasi yang kurang sempurna. Karena itu pasien dinasihatkan untuk
mengkonsumsi antibiotik secara tepat dan tetap melakukan kontrol meskipun gejala telah membaik.

Hipotesis:
Anak laki laki berusia 2 tahun dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu, tadi malamnya tibatiba menangis dan memegang kuping kanannya, tampak sakit sedang menunnjukkan gejala-gejala
infeksi saluran pernafasan akut sehingga terjadinya otitis media akut.

Daftar Pustaka

1. Latief A, Tumbelaka AR, Matondang CS, Chair I, Bisanto J, Abdoerrachman MH, et al.
Diagnosis fisis pada anak. Edisi 2. Jakarta: CV Agung Seto; 2003. H. 55-6

2. Donaldson J D et al. Physical Examination. Acute Otitis Media Clinical Presentation.


Medscape Reference. 2011. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/859316clinical#a0256. Diunduh pada 10 Maret 2012.
3. Hafil A F, Sosialisman, Helmi. Kelainan Telinga Luar: Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI;2007. h. 60

4. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis: Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi
6. Jakarta: FKUI;2007. h. 150

JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 19

5. Haddad J. The ear. Dalam: Berhman RE, Kliegma RM, Arvin AM, penyunting. Nelson
Textbook of Pediatri. Ed.18. Philadelphia: Sauders Elsevier; 2007. h. 2617-40

6. Cotton RT. Telinga, hidung, orofaring dan laring. Dalam: Abraham MR, Hoffman JIG,
Rudolph CD. Buku Ajar Pediatri Rudolph, penyunting. Edisi 20. Volume II. Jakarta: EGC;
2007. 1049-56

7. Jacob A. Overview of Otitis Media. Ear, Nose And Throat Disorders . The Merck Manual
for Healthcare Professionals. Merck & co USA: Jan 2007.

8. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam: Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI;2007. h. 65-9

9. Donaldson J D et al. Presentation: History. Acute Otitis Media Clinical Presentation.


Medscape Reference. 2011. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/859316clinical#a0216. Diunduh pada 12 Maret 2012.

10. Kelly PE, Friedman NR, Johnson CE, Yoon PJ. Ear, nose & throat. In: Current Diagnosis &
Treatment in Pediatrics. 18th Ed. US: McGraw-Hill; 2007. Pg.459-69

JEYABASKARAN RENGANATHEN

Page 20

Anda mungkin juga menyukai