Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1 BLOK 4.2

TUTOR : dr. Erny Kusdiyah, M.Kes

KELOMPOK 5A

1. MUTIARA DWIZA (G1A119031)


2. RAHMATIKA SUBHAN (G1A119032)
3. IHSANA TAUFIQO MUFLIHAH (G1A119033)
4. ERLISA AYU PUSPITA HATI (G1A119034)
5. PANDELA GIBRAN SATTARI (G1A119035)
6. TIAS CAHYANI (G1A119036)
7. SRI SYAIDA ARISKA (G1A119037)
8. DEDEK YULIANDIKA (G1A119038)
9. REISHA ADITHA NADILLA (G1A119039)
10. NAFSIA ZAHIDAH (G1A119040)
11. SILFANI SRI ELVANDI (G1A119041)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Skenario 2
Klarifikasi Istilah 3
Identifikasi Masalah 3
Curah Pendapat 4
Analisis Masalah 6
Daftar Pustaka 28

1
A. Skenario

Tn. Andi usia 27 tahun, datang ke puskemas dengan keluhan utama telinga kiri
mengeluarkan cairan kuning, kental dan berbau busuk sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluh telinga berdenging sehingga pendengaran terganggu. Pada 2 bulan yang lalu
pasien mengaku sakit telinga dan demam tinggi disertai batuk pilek. Sejak remaja pasien
sering pilek, disertai hidung tersumbat bergantian kanan dan kiri terutama jika terpapar
debu. Hal ini sudah berulang 3 kali dalam 2 bulan ini. Tn. Andi belum pernah
mengkonsumsi obat sebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan telinga dengan
menggunakan otoskop dan pemeriksaan garpu tala, dokter memberikan edukasi, resep obat
dan saran untuk rujuk

Dari pemeriksaan otoskop dijumpai gambaran berikut :

Pemeriksaan penala :
- Rinne test : telinga kanan (+), telinga kiri (-)
- Weber test : lateralisasi ke telinga kiri
- Swabach test : telinga kanan sama dengan pemeriksa, telinga kiri : memanjang

2
B. Klarifikasi Istilah

1. Berdenging : suatu gang pendengaran tanpa ada suara dari luar


2. Demam : peningkatan temperature tubuh diatas 37 derajat C
3. Pilek : Radang pada hidung yang membuat produksi lendir menuuingkat. Infeksi
saluran pernapasan atas yang menghasilkan secret berlebih
4. Otoskop : alat ang digunakan untuk melihat di dalam telinga. Alat yang memiliki
lensa yang di gunakan untuk inspeksi di dalam telinga
5. Garpu tala : alat berbentuk bergigi 2 untuk
6. Rinne test : test untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran telinga.
Test pendengan untuk eval pendengaran pada satu telinga
7. Weber test : Test pendengaran dengan hataran dari tulang yang sakit dengan tulang
yang sehat; mengingat suara yang tidak asing dengan telinga yang di tutup
8. Schwabach test : test untuk membandingkan hantaran telinga dengan telinga orang
yang normal

C. Identifikasi Masalah

1. bagaimana anatomi dan fisiologi telinga?


2. Mengapa telinga kiri mengeluarkan cairan kuning,kental dan bau sejak 3 hari yang
lalu?
3. mengapa telinga berdenging hingga mengganggu pendengaran?
4. Bagaimana hubungan demam tinggi disertai batuk pilek dengan sakit telinga?
5. Bagaimana hubungan penyakit tn Andi saat remaja, yakni sering pilek,disertai hidung
tersumbat bergantian kanan dan kiri terutama jika tepapar debu, dan mengapa keluhan
berulang?
6. bagaimana makna klinis tn Andi belum pernah mengkonsumsi obat sebelumnya?
7. Apa saja jenis-jenis cairan sekret?
8. Apa makna klinis hasil pemeriksaan fisik tn.andi & apa saja pemeriksaan penunjang
yang harus dilakukan kepada tn.Andi?
9. Apa diagnosa kerja & diagnosa banding penyakit tn.andi?

3
10. Apa etiologi dari penyakit tn Andi?
11. bagaimana Patofisiologis dari penyakit tn Andi?
12. bagaimana Gejala klinis dari penyakit tn andi?
13. bagaimana tatalaksana farmakologi & non farmakologi yang harus diberikan kepada
tn.andi ?
14. apa saja Komplikasi yang bisa terjadi dari penyakit tn andi?
15. bagaimana prognosis dari penyakit tn Andi?

D. Brainstorming

1. bagaimana anatomi dan fisiologi telinga?


Telinga bagian dalam : terdapat 2 labirin klokea dan berfungsi untuk indra pendengar
dalam tubuh

2. Mengapa telinga kiri mengeluarkan cairan kuning,kental dan bau sejak 3 hari yang
lalu?
Cairan kental berbau busuk karena ada infeksi yang diakibatkan dari peradangan dan
menghasilkan secret

3. mengapa telinga berdenging hingga mengganggu pendengaran?


tinnitus, bising atau bunyi. Gangguan pendengaran berupa keluhan ketidak nyamanan
saat mendengarkan . tinitus di bagi 2 ada yang subyek dan obyek. tinnitus terjadi
karena gangguan koklea, atau ganguan telinga atau karena obat

4. Bagaimana hubungan demam tinggi disertai batuk pilek dengan sakit telinga?
Kemungkinan adanya infeksi saluran pernapasan atas, sehingga tn andi sakit telinga;
tn andi infeksi saluran nafas- demam – penumpukan yang terdapat ditenggorokan-
membuat telinga sakit

4
5. Bagaimana hubungan penyakit tn Andi saat remaja, yakni sering pilek,disertai hidung
tersumbat bergantian kanan dan kiri terutama jika tepapar debu, dan mengapa keluhan
berulang?
Hal ini terjadi karena pasien tepapar debu, yang menandakan pasien mengalami
hipersensitifitas terhadap debu; bentuk atau sesunan dari kelenjar. Karna terdapat
perbedaan struktur saluran eustacius pada anak-anak dan orang dewasa di mana
anak2 lebih rentan.

6. bagaimana makna klinis tn Andi belum pernah mengkonsumsi obat sebelumnya?


Rendah nya tingkat pendididkan hal ini dapat menjadi pengaruh kenapa tn andi tidak
meminum obat

7. Apa saja jenis-jenis cairan sekret?


Serosa, mukus, dan mukopurulen

8. Apa makna klinis hasil pemeriksaan fisik tn.andi & apa saja pemeriksaan penunjang
yang harus dilakukan kepada tn.Andi?
p. fis : tenala : positif = tendengar, di teliga kiri : tidak terdengar , dan austokopi
test weber terdengar lebih keras di telinga kiri
garpu tala : tuli konduktif, autoskop

9. Apa diagnosa kerja & diagnosa banding penyakit tn.andi?


Otitis media kronis, dd nya : otitis media akut

10. Apa etiologi dari penyakit tn Andi?


Bentuk dari oma menjadi osk- penyebab spesifik bakteri staptotocus, dan juga
influenza tapi biasanya hnaya pd anak 5thn ; dissb olehh alergi, juga tumor

11. bagaimana Patofisiologis dari penyakit tn Andi?


Awalnya tejadi pilek yang terus menerus menuju tuba- dan akan mengelurrkan secret
sengga terjadi ggn tuba. Krosni—karena terjadi sudah 2 bulan;

5
12. bagaimana Gejala klinis dari penyakit tn andi?
Omsk : otorea: telinga berair, nyeri telinga, vertigo, telinga berdengiing;

13. bagaimana tatalaksana farmakologi & non farmakologi yang harus diberikan kepada
tn.andi ?
Terapi : berikan obat pencuci telinga ho2 dgn 3 hari. Berikan obat tetes tenga yang
mengandung kortikostroid, kalo bahaya : di lanjutkan dgn pembedahan; non
farmakologis : edukasi ,
Antibiotic; kortiko sterois, eritomisin ; bila secret telah kering tetapi masi terdapt
maka bisa di lakukan miringiplasto

14. apa saja Komplikasi yang bisa terjadi dari penyakit tn andi?
Intra temporal, pectrotis, intravaneal, ; ekstra temporal yg ttd dari intra carnial dan

15. bagaimana prognosis dari penyakit tn Andi?


Prognosis baik jikalau kontrol baik, jikalau parah prognosis buruk

E. Analisis Masalah

1. bagaimana anatomi dan fisiologi telinga?

Anatomi Telinga

Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari struktur organ pendengaran yang
berada di luar otak dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga dalam
dan saraf kokhlearis sedangkan organ pendengaran sentral adalah struktur yang
berada di dalam batang otak dan otak yaitu nukleus koklearis, nukleus olivatorius
superior, lemnikus lateralis, kolikulus inferior dan kortek serebri lobus temporalis
area wernicke. [1]

6
a. Anatomi Telinga Luar [1]
Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral dari
membran timpani, terdiri dari aurikulum, meatus akustikus eksternus (MAE) dan
membran timpani (MT).

Gambar 1. Pembagian telinga

Aurikulum merupakan tulang rawan fibro elastis yang dilapisi kulit,


berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata. Melekat pada tulang temporal
melalui otot-otot dan ligamen. Bagiannya terdiri heliks, antiheliks, tragus,
antitragus dan konka. Daun telinga yang tidak mengandung tulang rawan ialah
lobules.

Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis


superfisialis. Aliran vena menuju ke gabungan vena temporalis superfisialis, vena
aurikularis posterior dan vena emissary mastoid. Inervasi oleh cabang nervus
cranial V, VII, IX dan X.

Gambar 2. Anatomi aurikulum

MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka aurikula


sampai pada membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter

7
lebih kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage yang
berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang berada di dua pertiganya. Pars
cartilage berjalan ke arah posterior superior, merupakan perluasan dari tulang
rawan daun telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi oleh
kulit yang merupakan perluasan kulit dari daun telinga , kulit tersebut
mengandung folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea. Kelenjar
serumen memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat merupakan
pengelupasan lapisan epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut serumen atau
kotoran telinga. Pars osseus berjalan ke arah antero inferior dan menyempit di
bagian tengah membentuk ismus. Kulit pada bagian ini sangat tipis dan melekat
erat bersama dengan lapisan subkutan pada tulang. Didapatkan glandula sebasea
dan glandula seruminosa, tidak didapatkan folikel rambut.

MAE dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri aurikularis posterior


serta arteri aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke vena maksilaris,
jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. aurikularis anterior, posterior
dan inferior. Inervasi oleh cabang aurikularis dari n. vagus dan cabang
aurikulotemporalis dari n. mandibularis.

Gambar 3. Kelenjar pada liang telinga

MT berbentuk kerucut dengan puncaknya disebut umbo , dasar MT


tampak sebagai bentukan oval. MT dibagi dua bagian yaitu pars tensa memiliki
tiga lapisan yaitu lapisan skuamosa, lapisan mukosa dan lapisan fibrosa. Lapisan
ini terdiri dari serat melingkar dan radial yang membentuk dan mempengaruhi
konsistensi MT. Pars flasida hanya memiliki dua lapis saja yaitu lapisan

8
skuamosa dan lapisan mukosa. Sifat arsitektur MT ini dapat menyebarkan energi
vibrasi yang ideal.

MT bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis posterior, lateral oleh


ramus timpanikus cabang arteri aurikularis profundus. Aliran vena menuju ke
vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Inervasi oleh
nervus aurikularis cabang nervus vagus, cabang timpanikus nervus glosofaringeus
of Jacobson dan nervus aurikulotemporalis cabang nervus mandibularis.

Gambar 4. Membran timpani

b. Anatomi Telinga Tengah [1]


Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani (KT) atau tympanic
cavity. Dilapisi oleh membran mukosa, topografinya di bagian medial dibatasi
oleh promontorium, lateral oleh MT, anterior oleh muara tuba Eustachius,
posterior oleh aditus ad antrum dari mastoid, superior oleh tegmen timpani fossa
kranii, inferior oleh bulbus vena jugularis. Batas superior dan inferior MT
membagi KT menjadi epitimpanium atau atik, mesotimpanum dan hipotimpanum.
Telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar ke
dalam yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan berhubungan
membentuk artikulasi.. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani,
maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak tingkap
lonjong atau foramen ovale yang berhubungan dengan koklea.

9
Gambar 5. Telinga tengah
Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu m. tensor timpani dan m.
stapedius. M tensor timpani berorigo di dinding semikanal tensor timpani dan
berinsersio di bagian atas tulang maleus, inervasi oleh cabang saraf trigeminus.
Otot ini menyebabkan membran timpani tertarik ke arah dalam sehingga menjadi
lebih tegang.dan meningkatkan frekuensi resonansi sistem penghantar suara dan
melemahkan suara dengan frekuensi rendah. M. stapedius berorigo di dalam
eminensia pyramid dan berinsersio di ujung posterior kolumna stapes, hal ini
menyebabkan stapes kaku, memperlemah transmini suara dan meningkatkan
resonansi tulang-tulang pendengaran. Kedua otot ini berfungsi mempertahankan ,
memperkuat rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu keras sehingga dapat
mencegah kerusakan organ koklea. Telinga tengah berhubungan dengan
nasopharing melalui tuba Eustahcius.
Suplai darah untuk kavum timpani oleh arteri timpani anterior, arteri
stylomastoid, arteri petrosal superficial, arteri timpani inferior. Aliran darah vena
bersama dengan aliran arteri dan berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan
pleksus pterygoideus.

c. Anatomi Telinga Dalam [1]


Telinga dalam (TD) terletak di dalam tulang temporal bagian petrosa, di
dalamnya dijumpai labirin periotik yang mengelilingi struktur TD yaitu labirin,
merupakan suatu rangkaian berkesinambungan antara tuba dan rongga TD yang
dilapisi epitel. Labirin terdiri dari labirin membran berisi endolim yang
merupakan satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh yang tinggi kalium dan
rendah natrium. Labirin membran ini di kelilingi oleh labirin tulang ,di antara
labirin tulang dan membran terisi cairan perilim dengan komposisi elektrolit
tinggi natrium rendah kalium. Labirin terdiri dari tiga bagian yaitu pars superior,
pars inferior dan pars intermedia. Pars superior terdiri dari utrikulus dan saluran
semisirkularis, pars inferior terdiri dari sakulus dan koklea. Sedangkan pars
intermedia terdiri dari duktus dan sakus endolimpaticus.
Fungsi TD ada dua yaitu koklea yang berperan sebagai organ auditus atau
indera pendengaran dan kanalis semisirkularis sebagai alat keseimbangan. Kedua
organ tersebut saling berhubungan sehingga apabila salah satu organ tersebut

10
mengalami gangguan maka yang lain akan terganggu. TD disuplai oleh arteri
auditorius interna cabang dari arteri cerebelaris inferior. Aliran darah vena
bersama dengan aliran arteri.

Fisiologi pendengaran

Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan
mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini
diteruskan ke tulang- tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.
Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang juga
menggerakkan perilimf dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran
Reissener yang mendorong endolimf dan membran basal kearah bawah, perilimf dala
m skala timpani akan bergerak sehingga tingkap (forame rotundum) terdorong ke
arah luar. [2]
Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan mendorong
membran basal, sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan perilimf
pada skala timpani. Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok, dan dengan
berubahnya membran basal ujung sel rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi
diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan ion Natrium menjadi aliran listrik
yang diteruskan ke cabang- cabang n.VII, yang kemudian meneruskan
rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran diotak ( area 39- 40) melalui saraf
pusat yang ada dilobus temporalis. [2]

2. Mengapa telinga kiri mengeluarkan cairan kuning,kental dan bau sejak 3 hari
yang lalu?

Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke


dalam telinga oleh silia mukosa tuba Esutachius, enzim dan antibodi. Diawali dari
infeksi saluran napas seperti pilek dan kemudian menyebar ke telinga tengah melalui
tuba eustachius dan saat pertahanan tubuh terganggu akan berakibat mikroba di
nasofaring dan faring dapat masuk ke telinga tengah dan menimbulkan peradangan.
Tuba eustachius menjadi bengkak dan tersumbat. Radang akibat infeksi inilah yang
menyebabkan terbentuknya cairan/secret yang berbau,yang kemudian jiak perforasi

11
akan menyebabkan cairan tersebut keluar. Sekret yang berbau busuk juga
menandakan adanya kolesteatoma. [2]

Keluarnya cairan juga bisa terjadi setelah mengalami trauma. Trauma bisa
membuat cairan serebrospinal bocor dari telinga. Kecelakaan yang mungkin
menyebabkan keluarnya cairan dari telinga seperti patah tulang di bagian kepala
sehabis jatuh, kecelakaan di jalan, dipukul benda berat di kepala, atau cedera berulang
di dalam telinga yang pernah di operasi sebelumnya. [3]

3. mengapa telinga berdenging hingga mengganggu pendengaran?

Tinnitus adalah sensasi telinga berdenging yang bisa berlangsung dalam


waktu yang lama atau dalam waktu singkat. Telinga berdenging dapat terjadi hanya di
telinga kanan, telinga kiri, atau pada kedua telinga. Tinnitus bukanlah suatu penyakit,
melainkan gejala dari kondisi lain, misalnya gangguan di organ dalam telinga,
gangguan di dalam pembuluh darah, atau karena efek samping obat-obatan. Tinnitus
ditandai dengan sensasi mendengar bunyi, padahal tidak ada suara di sekitarnya.
Penderita tinnitus bisa mengalami sensasi bunyi hanya pada salah satu telinga, atau
pada kedua telinga. Sensasi bunyi itu dapat berupa: Dengung, Desis, Detak,
Gemuruh, Raung Sensasi suara di atas bisa terdengar lembut atau keras. Pada
beberapa kondisi, sensasi suara seakan terdengar sangat keras, sampai mengganggu
konsentrasi dan menutupi suara nyata di sekitarnya. Telinga berdenging bisa terjadi
dalam jangka panjang atau hilang timbul. Penyebab TinnitusTelinga berdengung
terjadi ketika sel-sel rambut halus di dalam telinga rusak. Rambut-rambut halus
tersebut berfungsi menerima gelombang suara dan mengubahnya menjadi sinyal
listrik. Selanjutnya, saraf pendengaran di dalam telinga akan menghantarkan sinyal
listrik tersebut ke otak.[4]

Tinitus ada 2 macam yang terbagi atas tinitus obyektif dan tinitus subjektif.
Tinitus obyektif terjadi apabila bunyi tersebut dapat juga didengar oleh pemeriksa
atau dapat juga dengan auskultasi di sekitar telinga. Sifatnya adalah vibritorik yang
berasal dari vibrasi atau getaran sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar
telinga. Sedangkan tinitus subjektif terjadi apabila suara hanya terdengar oleh pasien

12
sendiri, dan jenis tinitus ini yang paling sering terjadi. Sifat dari tinitus subjektif
adalah nonvibratorik karena adanya proses iritatif ataupun perubahan degenaratif
pada traktus auditorius yang dimulai dari sel-sel rambut getar koklea sampai pada
pusat saraf dari pendengar. [5]

Penyebab Tinitus Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya tinitus.


Beberapa diantaranya adalah: 1. Kelainan vaskular baik pada arteri atau vena. 2.
Kelainan muskular: klonus otot palatum atau tensor timpani. 3. Lesi pada saluran
telinga dalam: Tumor saraf kedelapan. 4. Gangguan kokhlea: trauma akibat bising,
trauma tulang temporal, penyakit Meniere’s, presbikusis, tuli saraf mendadak, emisi
otoakustik. 5. Ototoksisitas: aspirin, kuinin, dan antibiotika tertentu (aminoglikosida).
6. Kelainan telinga tengah: infeksi, sklerosis, gangguan tuba eustachi. 7. Lain-lain:
serumen, benda asing pada saluran telinga luar dan penyakit sistemik seperti anemia.
[5]

4. Bagaimana hubungan demam tinggi disertai batuk pilek dengan sakit telinga?
Dari skenario diketahui bahwa pasien mengalami Diketahui pula pada 2 bulan
yang lalu, tn. Andi mengalami sakit telinga dan demam tinggi yang disertai dengan
batuk pilek.. Hal ini menandakan bahwa terdapat infeksi pada telinga kiri tn. andi
yang didahului oleh infeksi saluran nafas atas (ISPA) Dan juga dari scenario
diketahui bahwa tn.andi Sejak remaja pasien pilek, disertai hidung tersumbat
bergantian kanan dan kiri terutama jika terpapar debu. Dimana kemungkinan terjadi
rhinitis alergi. [6]

Rinitis alergi adalah suatu gangguan hidung yang disebabkan oleh reaksi
peradangan mukosa hidung diperantarai oleh imunoglobulin E (Ig E), setelah terjadi
paparan alergen (reaksi hipersensitivitas tipe I Gell dan Comb). Gejala klinik rinitis
alergi disebabkan oleh mediator kimia yang dilepaskan oleh sel mast, basofi l dan
eosinofi l akibat reaksi alergen dengan Ig E spesifi k yang melekat di permukaannya.
Mediator yang paling banyak diketahui peranannya adalah histamin. Histamin akan
menyebabkan hidung gatal, bersin-bersin, rinore cair dan hidung tersumbat. [6]

13
Rinitis alergi bersifat kronik dan persisten sehingga dapat menyebabkan
perubahan berupa hipertrofi dan hiperplasi epitel mukosa dan dapat menimbulkan
komplikasi otitis media, sinusitis dan polip nasi. Beberapa pendapat menyatakan
bahwa pada rinitis alergi, edema mukosa selain terjadi di kavum nasi juga meluas ke
nasofaring dan tuba auditoria sehingga dapat mengganggu pembukaan sinus dan tuba
auditoria. [6]

Pilek atau ISPA merupakan faktor predisposisi dari sakit pada telinga. Sakit
telinga yang terjadi akibat dari ISPA disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyerang
saluran pernapasan, ikut menyerang telinga. Hal ini dapat terjadi karena saluran
pernapasan (nasofaring) berhubungan langsung dengan tuba Eustachius yang
berhubungan langsung dengan telinga bagian tengah. Telinga tengah adalah organ
yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Bila terdapat infeksi
bakteri pada nasofaring dan faring, secara alamiah terdapat mekanisme pencegahan
penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu
halus yang dimiliki oleh tuba eustachii. Nyeri pada telinga terjadi akibat tidak
berfungsi nya sistem pelindung tadi. Sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii
merupakan faktor utama terjadi nya sakit pada telinga. Pada anak-anak, semakin
sering terserang ISPA, kemungkinan terjadinya sakit telinga makin besar. Terjadinya
demam pada anak tersebut pada kasus karena merupakan proses infeksi yang terjadi
akibat dari ISPA tadi. [2]

5. Bagaimana hubungan penyakit tn Andi saat remaja, yakni sering pilek,disertai


hidung tersumbat bergantian kanan dan kiri terutama jika tepapar debu, dan
mengapa keluhan berulang?

Sering pilek disertai hidung tersumbat bergantian kanan dan kiri terutama jika
terpapar debu memiliki makna bahwa pasien memiliki hidung yang sensitive terhadap
alergen dalam hal ini adalah debu. Sehingga pasien akan merespon dengan
mengeluarkan lender, bersin-bersin, dan akhirnya tersumbat. Jadi pasien mengalami
hipersensitivitas terhadap debu. Keluhan tersebut berulang karena pasien menyatakan

14
belum pernah berobat sehingga tidak ada penurunan gejala dari pasien jika terkena
alergen. [7]

Infeksi saluran nafas berulang dalam hal ini pilek berulang terhadap tn.andi
terjadi karena tn.andi alergi terhadap debu. Jika dibiarkan terus-menerus dan tidak
diobati bisa beresiko terjadinya otitis media sampai otitis media supuratif akut. [7]

6. bagaimana makna klinis tn Andi belum pernah mengkonsumsi obat


sebelumnya?

Diakibatkan oleh karena rendah nya tingkat Pendidikan dan pendapatan


kelluarga pasien. kondisi ekonomi keluarga tidak berniat untuk pergi ke dokter atau
mengkonsumsi obat. Karena tidak diobati dan timbul berkali- kali hal ini berlanjut
sebagai pencetus keparahan penyakit atau gejala pasien. OMA bisa terjadi karena
pada rhinitis alergika dapat terjadi karna penyumbatan tuba Eustachius. tekanan
negatif pada telinga tengah hingga membran timpani retraksi dan menyebabkan
pasien merasa nyeri, tahap ini disebut stadium oklusi. Berlanjut pada tahap hiperemis
dimana membran timpani tampak pembuluh darahnya melebar serta edema. Sekret
telah terbentuk namun masih sukar dilihat. Apabila tidak ditangani dan tekanan di
telinga tengah tidak berkurang terjadilah iskemia, tromboflebitis dan nekrosis mukosa
serta submukosa. Di tempat ini akan terjadi ruptur dan cairan yang tertumpuk pada
kavum timpani akan mengalir ke telinga luar. Tidak menutupnya membran timpani
pada stadium resolusi berlanjut pada penyakit otitis media supuratif kronis (OMSK)
bila sudah lebih dari 2 bulan atau 8 minggu. [8]

7. Apa saja jenis-jenis cairan sekret?


a. Serosa [9]
Serosa adalah cairan encer, jernih yang berisi terutama air dan beberapa protein
seperti enzi amilase
b. Mukus [9]
Mukus adalah cairan homogen kental, lengket yang berisi matriks berair,
glikoprotein, protein, dan lipid
c. Mukopurulen [9]

15
Mukopurulen adalah nanah eksudat terbentuk dilokasi selama infeksi bakteri dan
jamur di tandai oleh lendir dan nanah

8. Apa makna klinis hasil pemeriksaan fisik tn.andi & apa saja pemeriksaan
penunjang yang harus dilakukan kepada tn.Andi?
Makna klinis hasil pemeriksaan fisik
a. Rinne test [2]
Rinne test ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran
melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Uji rinne dilakukan dengan menggetarkan
garputala 512 Hz dengan jari atau mengetukkannya pada siku atau lutut pemeriksa.
Kaki garputala tersebut diletakkan pada tulang mastoid telinga yang diperiksa selama
2-3 detik. Kemudian dipindahkan ke depan liang telinga 2,5 cm jaraknya selama 2-3
detik. Pasien menentukan ditempat mana yang terdengar lebih keras.
- Jika bunyi terdengar lebih keras bila garputala diletakkan di depan liang telinga,
berarti telinga yang diperiksa normal atau menderita tuli sensorineural. Keadaan
seperti ini disebut Rinne positif.
- Bila bunyi yang terdengar lebih keras di tulang mastoid, maka telinga yang
diperiksa menderita tuli konduktif dan biasanya lebih dari 20 dB. Hal ini disebut
Rinne negatif.
Hasil pemeriksaan : kiri (-) / kanan (+)

b. Weber test [2]


Weber test ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga
yang sakit dengan telinga yang sehat.Uji weber dilakukan dengan meletakkan kaki
penala yang telah digetarkan pada garis tengah wajah atau kepala. Ditanyakan pada
telinga mana yang terdengar lebih keras. Pada keadaan normal pasien mendengar
suara di tengah atau tidak dapat membedakan telinga mana yang mendengar lebih
keras.
- Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat (lateralisasi ke telinga
yang sehat) berarti telinga yang sakit menderita tuli sensorineural.
- Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit (lateralisasi ke telinga
yang sakit) berarti telinga yang sakit menderita tuli konduktif.

16
Hasil pemeriksaan : Lateralisasi kiri (lateralisasi ke telinga yang sakit)

c. Schwabach test [2]


Schwabach test ialah tes untuk membandingkan hantaran tulang orang yang
diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Penala digetarkan, tangkai
penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian
tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang
pendengarannya normal.
Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut schwabach memendek,bila
pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu
penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa terlebih dahulu.
Bila pasien masih dapat mendengarkan bunyi disebut schwabach memanjang dan bila
pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut dengan schwabach
sama dengan pemeriksa.
Hasil pemeriksaan : kiri memanjang, kanan sama dengan pemeriksa
Kesimpulan dari uji penala : tuli konduktif pada telinga kiri.

d. Otoskopi [2]

Hasil pemeriksaan :

- Perforasi atik membrane timpani


Perforasi terletak di pars flaksida.
- Terdapat kolesteatoma atik

17
Kolesteatoma atik dari defek pars flaksida → erosi dinding luar epitimpanum dan
tulang-tulang pendengaran hingga antrum mastoid.

Pemeriksaan penunjang [2]

a. Pemeriksaan audiologi : audiometri, diskriminasi wicara


b. Foto polos mastoid
c. Kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga
d. Computed tomography (CT) jika dicurigai invasif ke intrakranial

9. Apa diagnosa kerja & diagnosa banding penyakit tn.andi?


Diagnosis kerja :
Otitis Media Supuratif Kronik Tipe Maligna dengan Tuli Konduktif [2]
Diagnosis banding :
Otitis Media Akut [2]
Otitis media supuratif kronik biasanya ditandai dengan keluarnya sekret dari
telinga (othorea) yang terus menerus atau hilang timbul lebih dari 2 bulan dan bisa
juga diikuti dengan gangguan pendengaran. Berdasarkan anamnesis , pada pasien
mengeluhkan telinga kiri sakit dan keluar cairan kental dan berbau . hal ini sesuai
dengan teori yang menyebutkan bahwa pada penyakit telinga kronik terjadi perlahan-
lahan dan penderita seringkali datang dengan gejala yang paling sering dijumpai
adalah telinga berair. Keluhan yang sudah lebih dari 2 bulan mengarahkan bahwa
diagnosis pasien adalah OMSK. Pada OMSK tipe maligna sekret dihasilkan berbau
busuk dan kental, ditemukan adanya kolesteatom, dan mengenai pars flasida dan khas
nya terbentuk kantong retraksi yangmana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan
kolesteatom. Pemeriksaan dengan garputala menunjukkan bahwa pasien mengalami
tuli konduktif pada telinga bagian kiri dimana hal ini memperkuat gejala pasien yang
menunjukkan bahwa pasien mengidap OMSK. Dengan demikian didapatkan diagnosa
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan otoskop dan garputala bahwa pasien tersebut
mengidap Otitis Media Supuratif Kronik, yakni tipe maligna dengan tulu konduktif.

10. Apa etiologi dari penyakit tn Andi?

18
Bakteri [9]

Streptococcus pneumoniae (hingga 40%), Haemophilus influenza (25-30 %)


terutama anak di bawah 5 tahun,Streptococcus haemolyticus,Staphylococcus
aureus,Streptococcus anhemolyticus,Moraxella cararrhalis (10-20 %),Eschericia
coli,Proteus vulgaris,Pseudomonas aeruginosd

Virus [9]

Respiratory syncytial virus (RSV),Mononucleosis,Campak

Keadaan lain [9] :

Alergi, perubahan tekanan udara tiba tiba, Sumbatan (sekret,tampon,tumor)

11. bagaimana Patofisiologis dari penyakit tn Andi?

Karena OMSK didahului oleh OMA, maka aka dijelaskan mengenai patofisiologi
dari Otitis Media Akut.OMA biasanya disebabkan oleh infeksi di Saluran Nafas Atas
(ISPA), umumnya terjadi pada anak karena keadaan dari tuba eustachius yang sangat
berperan penting dalam patofisiologi OMA. Tuba eustachius pada anak lebih pendek,
lebih horizontal dan relatif lebih lebar daripada dewasa. Infeksi pada saluran nafas
atas dapat menyebabkan edema pada mukosa saluran nafas termasuk mukosa tuba
eustachius dan nasofaring tempat muara dari tuba eustachius. Edema ini akan
menyebabkan oklusi tuba yang berakibat gangguan dari fungsi tuba eustachius yaitu
fungsi ventilasi, drainase dan proteksi terhadap telinga tengah. [10]

Gangguan fungsi Ventilasi [10]

Normalnya tuba akan berusaha menjaga tekanan di telinga tengah dan udara
luarstabil, ketika terdapat oklusi tuba, maka udara tidak akan dapat masuk ke telinga
tengah, sedangkan secara fisiologis udara (Oksigen dan Nitrogen) akan diabsorbsi di
telinga tengah 1 ml tiap hari pada orang dewasa. Keadaan ini kan menyebabkan
tekanan negatif pada telinga tengah, keadaan vacum di telinga tengah menyebabkan
transudasi cairan di telinga tengah.

19
Gangguan Fungsi Drainase [10]

Dalam keadaan normal mukosa telinga tengah akan menghasilkan sekret yang
akan di dorong oleh gerakan silia ke arah nasofaring, ketika terjadi oklusi tuba fungsi
ini akan terganggu, sehingga terjadi penumpukan sekret di telinga tengah. Akumulasi
cairan di telinga tengah akan lebih banyak dengan adanya transudasi akibat tekanan
negatif. Sekret ini merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman.

Gangguan Fungsi Proteksi [10]

Tuba berperan dalam proteksi kuman dan sekret dari nasofaring masuk ke telinga
tengah, diantaranya melalui kerja silia. Ketika terjadi oklusi tuba, fungsi silia tidak
efektif untuk mencegah kuman dan sekret dari nasofaring ke kavum timpani dengan
akumulasi sekret yang baik untuk pertumbuhan kuman. Sehingga terjadi proses
supurasi di telinga tengah. Proses supurasi akan berlanjut dengan peningkatan jumlah
sekret purulen, penekanan pada membran timpani oleh akumulasi sekret ini kan
menyebabkan membran timpani (bagian sentral) mengalami iskemi dan akhirnya
nekrosis, dengan adnya tekanan akan menyebabkan perforasi dan sekret mukopurulen
akan keluar dari telinga tengah ke liang telinga. Jika proses peradangan ini tidak
mengalami resolusi dan penutupan membran timpani setelah 6 minggu maka OMA
beralih menjadi OMSK.

Perubahan dari mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi menjadi
5 Stadium OMA berdasarkan pada gambaran membran timpani yang diamati melalui
liang telinga luar:

a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius [10]

Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara.
Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna

20
keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini
sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.

b. Stadium Hiperemis (Stadium Pre-Supurasi) [10]

Pada stadium hiperemis tampak pembuluh darah yang melebar di membran


timpsni atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang
telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat

c. Stadium Supurasi [10]

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum timpani, menyebabkan
membran timpani menonjol ke arah liang telinga luar.

Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa
nyeri di telinga bertambah hebat.Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak
berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul
tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa.

Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan
berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur. Bila tidak dilakukan insisi
membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar
membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar.Dengan
melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi
ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali.

d. stadium Perforasi [10]


Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau virulensi
kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar
mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang

21
menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini
disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.

e. Stadium Resolusi [10]

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan
akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan
akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka
resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila
perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA
dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila sekret menetap di
cavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

12. bagaimana Gejala klinis dari penyakit tn andi?

Keluar cairan dari telinga (otorea) [11]

biasanya ini merupakan keluhan utama. Otorea terjadi kronis lebih dari 9 minggu.
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Sekret yang
mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada
OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopurulen yang tidak berbau busuk yang
sering kali sebagai reaksi inflamasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran
timpani. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat
disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah
mandi atau berenang.

OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat
bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk
degenerasi kolesteatoma yang terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,
mengkilap. Pada OMSK tipe maligna unsur mukoid dan sekret telinga tengah
berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang
bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga
dan merupakan tanda adanya kolesteatoma. Sekret yang encer berair tanpa nyeri
mengarah kemungkinan tuberkulosis.

22
Gangguan pendengaran [11]

Gangguan pendengaran tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang


pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun ada juga bersifat tuli
campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat
hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatoma dapat menghambat bunyi
dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatoma, tuli konduktif
kurang dari 20 dB ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan
dan fiksasi dari rantai tulang-tulang pendengaran menghasilkan penurunan
pendengaran lebih dari 30 dB. Berat ringan ketulian tergantung dari besar dan letak
perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke
telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena
putusnya rantai tulang pendengaran.

Otalgia [11]
Pada OMSK, keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase sekret. Nyeri
dapat menandakan adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses
otak. Nyeri telinga dapat juga berupa manifestasi dari otitis eksterna sekunder. Nyeri
merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti petrositis, subperiosteal
abses atau trombosis sinus lateralis.

Vertigo [11]
pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius. Keluhan vertigo merupakan
tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatoma.
Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau
pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi
besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh
perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan
vertigo. Fistula merupakan temuan yang serius pada OMSK, karena infeksi kemudian
dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul
labirinitis dan bisa berlanjut menjadi meningitis.
23
Tinnitus [11]

Tinnitus ditandai dengan sensasi mendengar bunyi, padahal tidak ada suara di
sekitarnya. Penderita tinnitus bisa mengalami sensasi bunyi hanya pada salah satu
telinga, atau pada kedua telinga. Sensasi bunyi itu dapat berupa: Dengung, Desis,
Detak, Gemuruh, Raung Sensasi suara di atas bisa terdengar lembut atau keras

13. bagaimana tatalaksana farmakologi & non farmakologi yang harus diberikan
kepada tn.andi ?

Farmakologi

a. Antibiotik amoksiklav 3 x 625 mg selama lima hari. Terapi antibiotik sistemik


diperlukan pada pasien OMSK untuk mencapai jaringan yang terinfeksi.
Amoksisilin/klavulanat merupakan obat pilihan pertama pada pasien OMSK
sedangkan obat golongan kuinolon merupakan obat pilihan kedua. Pada kasus ini
dipilih menggunakan amoksiklav dibandingkan obat golongan kuinolon
dikarenakan amoksiklav merupakan obat golongan β-laktam dan β-laktamase
inhibitor yang sensitif terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus
aureus yang merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada pasien
OMSK. Pada usia <18 tahun, kuinolon dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan pada tulang, sendi dan tendon. [7]

b. Pada pasien juga diberikan antibiotik topikal berupa ciprofloxacin tetes telinga
sehari dua kali sebanyak dua tetes. Diketahui bahwa, tetes antibiotik topikal
kombinasi dengan aural toilet merupakan terapi utama untuk OMSK dan
menunjukkan lebih efektif dalam uji coba terkontrol secara acak. [7]

Non Farmakologi

a. Pada kasus ini, pasien dilakukan irigasi aural dengan larutan NaCl 0,9%. Irigasi
aural adalah suatu proses pembersihan telinga dari kotoran telinga, benda asing,

24
cairan telinga dengan menggunakan cairan irigasi berupa NaCl 0,9%, H2O2, asam
asetat. Sejumlah larutan dialiri melalui kanalis auditori eksterna menggunakan
jarum suntik irigasi dan dibiarkan mengalir keluar selama 5-10 menit sebelum
pemberian antibiotik topikal. Akhir-akhir ini, larutan campuran asam asetat 50%
dan air steril 50% digunakan sebagai larutan irigasi dikarenakan lebih tidak
menimbulkan nyeri dan lebih efektif membersihkan telinga. [7]

b. Pada pasien ini juga dilakukan aural toilet dengan menggunakan suction dan
cotton bud. Aural toilet merupakan proses penting dalam pengobatan OMSK.
Kanalis auditoris eksterna dan jaringan lateral telinga tengah yang terinfeksi
sering ditutupi dengan eksudat berlendir atau jaringan epitel. Tujuan dilakukan
aural toilet adalah untuk membersihkan telinga tengah sehingga obat topikal
dapat menembus jaringan. [7]

14. apa saja Komplikasi yang bisa terjadi dari penyakit tn andi?

Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena


komplikasinya yang sangat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian.
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang
menyebabkan otore. pemberian antibiotika telah menurunkan insiden komplikasi.
Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan,
akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK
tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau sua tu eksaserbasi akut oleh kuman
yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari
OMSK berhubungan dengan kolesteatom. [12]

Paparella dan Shumrick (1980) membagi dalam :

Komplikasi otologik [12]


a. Mastoiditis koalesen
b. Petrositis
c. Paresis fasialis
d. Labirinitis

25
Komplikasi Intrakranial [12]

a. Abses ekstradural
b. Trombosis sinus lateralis
c. Abses subdural
d. Meningitis
e. Abses otak
f. Hidrosefalus otitis

Shambough (1980) membagi atas komplikasi meninggal dan non meninggal :

Komplikasi meninggal [12]

a. Abses ekstradural dan abses perisinus


b. Meningitis.
c. Trombofle bitis sinus lateral
d. Hidrosefalus otitis
e. Otore likuor serebrospinal

Komplikasi non meninggal. [12]

a. Abses otak.
b. Labirinitis.
c. Petrositis.
d. Paresis fasial.

Cara penyebaran infeksi [12] :

a. Penyebaran Hemotogen
b. Penyebaran melalui erosi tulang
c. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada.

Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3


macam lintasan, yaitu [12] :

a. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak


b. Menembus selaput otak.

26
c. Masuk kejaringan otak.

15. bagaimana prognosis dari penyakit tn Andi?


Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan kontrol
yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran bervariasi
dan tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi pendengaran oleh gangguan
konduksi dapat dipulihkan melalui prosedur pembedahan, walaupun hasilnya tidak
sempurna. [2]
Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat
menimbulkan kematian yang merupakan komplikasi lanjut OMSK yang tidak
ditangani dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien karena
telah mengalami komplikasi intrakranial yaitu meningitis. [2]

27
Daftar Pustaka

1. Nugrogo, P. S. Wiyadi, H. 2009. I Anatomi dan Fisiologi Pendengaran Perifer. Surabaya


: FK Universutas Airlangga.
2. Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). 2015. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. Farhan, A. 2003. Penyebab Telinga Berbau Busuk. Medan : Bagian Ilmu Penyakit THT-
KL Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Atik A. 2014. Pathophysiology and Treatment of Tinnitus: An Elusive Disease. Indian
Journal of Otolayngology and Head and Neck Surgery.
5. Agustini,Dewi Purwita. Mengenali Gejala Tinitus dan Penatalaksanaannya. Intisari Sains
Medis, 2016, 6.1: 34-40.
6. Utami, T. F., Bambang, U., & Kartono, S. (2010). Rinitis alergi sebagai faktor resiko
otitis media supuratif kronis. Cermin Dunia Kedokteran, 179(428), 9.
7. Farida Y, Oktaria D Tatalaksana Terkini Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK). J
Medula Unila. 2016; 6:182-83
8. Balqis, Nora. 2011. Gambaran otitis media supuratif kronik di RSUP. H.Adam Malik
tahun 2008. http://www.repository.usu.ac.id (Diakses tanggal 12 Maret 2021)
9. Chris Tanto, Frans Liwang, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV Jilid II.
Jakarta : Media Aesculapius FK UI.
10. Djaafar ZA, Helmi, Restuti R.2007. Buku Ajar THT-KL . Edisi 6. Jakarta; Balai Penerbit
FKUI.

28
11. Boesoirie, S. F. Mahdiani, S. Aziza, Y. dkk. CRASH COURSE Sistem Indra T.H.T.K.L
dan Mata Edisi ke-1. Indonesia: Elsevier.
12. Nursiah, Siti. 2003. Pola kuman aerob penyebab OMSK dan kepekaan terhadap
beberapa antibiotika dibagian THT FK USU/ RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN.
Fakultas kedokteran universitas Sumatera Utara. Diakses melalui
http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-siti%20nursiah.pdf pada tanggal 13 maret 2020

29

Anda mungkin juga menyukai