Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

OTITIS (MEDIA, EKSTERNA)

OLEH :
KELOMPOK
D IV KEPERAWATAN TINGKAT II, SEMESTER IV

Ni Kadek Ariyastuti

(P07120214007)

I Nyoman Sugiharta Dana

(P07120214008)

Putu Epriliani

(P07120214010)

I Gusti Ayu Cintya Adianti

(P07120214012)

I Gusti Ngurah Agung Kusuma Sedana

(P07120214015)

Ni Putu Novia Indah Lestari

(P07120214016)

Kadek Poni Marjayanti

(P07120214026)

Ngakan Raka Saputra

(P07120214036)

I Putu Dharma Partana

(P07120214038)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2016
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN OTITIS MEDIA
I.

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFINISI
Otitis media ialah inflamasi telinga tengah (Sowden dan Cecily 2002, h.370).
otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga
tengah (Kapita selekta kedokteran, 2002). Otitis media akut ialah radang akut telinga
tengah yang terjadi terutama pada bayi atau anak yang biasanya didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian atas (Schwartz 2004, h.141).
B. ANATOMI FISIOLOGI TELINGA

Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan
dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam merupakan organ yang pertama kali
terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada trimester pertengahan
kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar belum terbentuk sempurna saat
kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah bentuk sampai pubertas.
a)

Telinga dalam
Labirin mulai berdiferensiasi pada akhir minggu ketiga dengan munculnya
plakoda otik (auditori). Dalam waktu kurang dari satu minggu plakoda tersebut
mengalami invaginasi membentuk lekuk pendengaran, kemudian berdilatasi
membentuk suaru kantong, selanjutnya tumbuh menjadi vesikula auditorius.
Suatu proses migrasi, pertumbuhan dan elongasi vesikula kemudian berlangsung
dan segera membuat lipatan pada dinding kantong yang secara jelas memberi
batas tiga divisi utama vesikula auditorius yaitu sakus dan duktus

endolimfarikus, utrikulus dengan duktus semi sirkuler dan sakulus dengan


duktus koklea. Dari utrikulus kemudian timbul tiga tonjolan mirip gelang.
Lapisan membran yang jauh dari perifer gelang diserap meninggalkan tiga
kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian membentuk
duktus koklearis berbenruk spiral.Secara filogenetik organ-organ akhir khusus
berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam kanalis
semisirkularis untuk membentuk krista. Di dalam utrikulus dan sakulus
membentuk makula dan dalam koklea membentuk organon koiti. Diferensiasi
ini berlangsung dari minggu keenam sampai ke 10 fetus, pada saat itu hubungan
definitive seperfi telinga orang dewasa telah siap.
b)

Telinga Luar dan Tengah


Ruang telinga tengah, mastoid, permukaan dalam membijana timpani dan
tuba. Eustachius berasal dari kantong faring pertama. Perkembangan organ ini
dimulai pada minggu keempat dan berlanjut sampai minggu ke 30 fetus,
kecuali pneumatisasi mastoid yang terus berkembang sampai pubertas.
Osikel berasal dari mesoderm celah brankial pertama dan kedua, kecuali basis
stapes yang berasal dari kapsul otik. Osikel berkembang mulai minggu
kedelapan sampai mencapai bentuk- komplet pada minggu ke 26 fetus.
Liang telinga luar berasal dari ektoderm celah brankial pertama.Membrana
timpani mewakili membran penutup celah tersebut. Pada awalnya liang telinga
luar tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan padat, akan tetapi akan
mengalami rekanalisasi.

C. ETIOLOGI
Penyebab otitis media akut menurut Wong et al 2008, h.943 ialah
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Sedangkan penyebab dari
noninfeksius tidak diketahui, meskipun sering terjadi karena tersumbatnya tuba
eustasius akibat edema yang terjadi pada ISPA, rinitis alergik, atau hipertrofi adenoid.
Merokok pasif juga menjadi faktor penyebab otitis media. Selain itu menurut Muscari
2005, h.220 otitis media terjadi karena mekanisme pertahanan humoral yang belum
matang sehingga meningkatkan terjadinya infeksi, pemberian susu bayi dengan botol
pada posisi terlentang akan memudahkan terkumpulnya susu formula di rongga
faring, pembesaran jaringan limfoid yang menghambat pembukaan tuba eustachii.

Posisi tuba eustachii yang pendek dan horisontal, perkembangan saluran kartilago
yang buruk sehingga tuba eustachii terbuka lebih awal.
D. PATOFISIOLOGI
Otitis media terjadi akibat disfungsi tuba eustasius. Tuba tersebut, yang
menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring, normalnya tertutup dan datar yang
mencegah organisme dari rongga faring memasuki telinga tengah. Lubang tersebut
memungkinkan terjadinya drainase sekret yang dihasilkan oleh mukosa telinga tengah
dan memungkinkan terjadinya keseimbangan antara telinga tengah dan lingkungan
luar. Drainase yang terganggu menyebabkan retensi sekret di dalam telinga tengah.
Udara, tidak dapat ke luar melalui tuba yang tersumbat, sehingga diserap ke dalam
sirkulasi yang menyebabkan tekanan negatif di dalam telinga tengah. Jika tuba
tersebut terbuka, perbedaan tekanan ini menyebabkan bakteri masuk ke ruang telinga
tengah, tempat organisme cepat berproliferasi dan menembus mukosa (Wong et al
2008, h.944).

E. PATHWAY
Faktor
penyebab
Bakteri
patogen

Disfungsi tuba
eustashii,
Ex pada pasien ISPA

Invasi pada
Telinga
tengah

Terjadi tekanan
negative
Pada telinga tengah
Obstruksi secret
pada
Telinga tengah

Bertemu
dengan
antigen

Leukosit

Leukosit
mati
Sekret purulen
Obstruksi
pada
Telinga
Pendengara
n
menururn
Gangguan
persepsi
Sensori,

Reaksi
antigen
antibodi
Mengeluarka
n mediator
peradangan
Merangsang
prostaglandi
n
Ke
IL 1
IL 2
Suhu
tubuh
meningkat
Dema
m
Hiperter
mi

Penekanan
pada tulangtulang
Telinga
tengah
(malieus,
Hantaran suara
tergangguan

Penekanan
pada
Membran
timpani
Membran
timpani
ruptur
Otalgi
a
Nyeri
akut

F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis otitis media menurut Wong et al 2008, h.944 :
1. Terjadi setelah infeksi pernafasan atas
2. Otalgia (sakit telinga)
3. Demam
4. Rabas purulen (otorea) mungkin ada, mungkin tidak.
Manifestasi klinis pada bayi atau anak yang masih kecil :
1. Menangis
2. Rewel, gelisah, sensitif
3. Kecenderungan menggosok, memegang, atau menarik telinga yang sakit
4. Menggeleng-gelengkan kepala
5. Sulit untuk memberi kenyamanan pada anak
6. Kehilangan nafsu makan
Manifestasi klinis pada anak yang lebih besar :
1. Menangis dan/atau mengungkapkan perasaan tidak nyaman
2. Iritabilitas
3. Letargi
4. Kehilangan nafsu makan
5. Limfadenopati servikal anterior
6. Pada pemeriksaan otoskopi menunjukkan membran utuh yang tampak merah
terang dan menonjol, tanpa terlihat tonjolan tulang dan refleks ringan.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Sowden dan Cecily 2002, h. 372 ialah :
1. Ruptur membran timpani dengan otorea
2. Tuli konduktif jangka pendek
3. Tuli permanen atau jangka panjang
4. Meningitis
5. Mastoiditis
6. Abses otak

7. Kolesteatoma yang didapat (sakus telinga tengah terisi epitel atau keratin)
H. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital : Suhu dan Rr biasanya naik
2. Pemeriksaan fisik fokus
a. Hidung :
Inspeksi

: biasanya adanya sekret yang menunjukkan klien mengalami


ISPA, hidung tampak kemerahan.

Palpasi

: adanya pembengkakan mukosa hidung

b. Telinga :
Inspeksi

: membran tympani dan daun telinga tampak kemerahan,


adanya sekret pada canalis auditorius eksterna.

Palpasi

: telinga teraba hangat.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Muscari 2005, h.220 ialah :
1. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani.
2. Kultur dan uji sensitivitas hanya dapat dilakukan bila dilakukan timpanosentesis
(aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membran timpani). Uji sensitivitas dan
kultur dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme pada sekret telinga.
3. Pengujian audiometrik menghasilkan data dasar atau mendeteksi setiap kehilangan
pendengaran sekunder akibat infeksi berulang.
J. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis menurut Dowshen et al 2002, h.149.
Penatalaksanaan OMA disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan stadiumnya:
a. Stadium oklusi tuba
1) Berikan antibiotik selama 7 hari :
Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari
atau
Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x
sehari atau

Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x


sehari
2) Obat tetes hidung nasal dekongestan
3) Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
4) Antipiretik
b. Stadium hiperemis
1) Berikan antibiotik selama 10 14 hari :
Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari
atau
Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari
atau
Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
2) Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari
3) Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
4) Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya
c. Stadium supurasi
1) Segera rawat apabila ada fasilitas perawatan.
2) Berikan antibiotika ampisilin atau amoksisilin dosis tinggi parenteral
selama 3 hari. Apabila ada perbaikan dilanjutkan dengan pemberian
antibiotik peroral selama 14 hari.
3) Bila tidak ada fasilitas perawatan segera rujuk ke dokter spesialis THT
untuk dilakukan miringotomi.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Muscari 2005, h.221 ialah :
a. Kaji anak terhadap demam dan tingkat nyeri, dan kaji adanya komplikasi yang
mungkin terjadi.
b. Turunkan demam dengan memberikan antipiretik sesuai indikasi dan lepas
pakainan anak yang berlebihan.
c. Redakan nyeri dengan memberikan analgesik sesuai indikasi, tawarkan
makanan lunak pada anak untuk membantu mengurangi mengunyah makanan,
dan berikan kompres panas atau kompres hangat lokal pada telinga yang sakit.
d. Fasilitas drainase dengan membaringkan anak pada posisi telinga yang sakit
tergantung.
e. Cegah kerusakan kulit dengan menjaga telinga eksternal kering dan bersih.

f. Berikan penyuluhan pada pasien dan keluarga :


1) Jelaskan dosis, teknik pemberian, dan kemungkinan efek samping obat.
2) Tekankan pentingnya menyelesaikan seluruh bagian pengobatan antibiotik
3) Identifikasi tanda-tanda kehilangan pendengaran dan menekankan
pentingnya uji audiologik, jika diperlukan.
4) Diskusikan tindakan-tindakan pencegahan, seperti memberi anak posisi
tegak pada waktu makan, menghembus udara hidung dengan perlahan,
permainan meniup.
5) Tekankan perlunya untuk perawatan tindak lanjut setelah menyelesaikan
terapi antibiotik untuk memeriksa adanya infeksi persisten.
K. PENDIDIKAN KESEHATAN
Pendidikan kesehatan tentang pencegahan infeksi telinga menururt Arsyad, ES, &
Iskandar,N (2004) antara lain :
1. Ketika memandikan anak, usahakan telinga anak ditutup dengan penutup telinga
agar air tidak masuk ke dalan telinga
2. Segera keringkan telinga anak ketika selesai memandikan. Untuk mengeluarkan
air dari liang telinga, miringkan kepala dengan posisi telinga menghadap ke
bawah. Saat melakukan hal itu, tarik cuping telinga ke arah berlawanan untuk
mengeringkan air
3. Jangan coba-coba membersihkan kotoran telinga karena fungsinya untuk
melindungi telinga tengah. Jika anda melihat kototan telinga anak sudah
menumpuk, sebaiknya teteskan baby oil sehari dua kali. Dalam beberapa hari
kotoran yang ada di telinga akan keluar dengan sendirinya.
4. Liang telinga dan gendang teliga adalah bagian yang sensitif. Untuk itu janganlah
mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud, peniti atau dengan benda lainnya
karena akan membuat bagian telinga tersebut terluka.

II.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1)

Identitas klien

2)

Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita gangguan


pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa yang dilakukan, bagaimana
kebiasaan membersihkan telinga, keadaan lingkungan tenan, daerah industri,
daerah polusi), apakah riwayat pada anggota keluarga.
b. Riwayat kesehatan sekarang
kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa, Seperti
penjabaran dari riwayat adanya kelainan nyeri yang dirasakan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang
sama. Ada atau tidaknya riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang dan
riwayat alergi pada keluarga.
3)

Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien
1. Kepala
Lakukan

Inspeksi,palpasi,perkusi

dan

di

daerah

telinga,dengan

menggunakan senter ataupun alat-alat lain nya apakah ada cairan yang
keluar dari telinga,bagaimana warna, bau, dan jumlah.apakah ada tandatanda radang.
2. Kaji adanya nyeri pada telinga
3. Leher, Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
4. Dada / thorak
5. Jantung
6. Perut / abdomen
7. Genitourinaria
8. Ekstremitas
9. Sistem integument
10. Sistem neurologi
b. Data pola kebiasaan sehari-hari
c. Nutrisi
Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit,apakah ada
perbedaan konsumsi diit nya.
d. Eliminasi
Kaji miksi,dan defekasi klien
1. Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri

Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini,agak susah untk


berkomunikasi dengan orang lain karena ada gangguan pada telinga nya
sehingga ia kurang mendengar/kurang nyambung tentang apa yang di
bicarakan orang lain.
e. Pemeriksaan diagnostic
Tes Audiometri : AC menurun
X ray : terhadap kondisi patologi
Tes berbisik
Tes garpu tala
f.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut yang berhubungan dengan agen biologis ; peradangan.
2. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan liang telinga terasa
tertutup karena respon inflamasi atau peradangan dan adanya jamur.
3. Hipertermi berhubungan dengan penyakit

g. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
1

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut yang
berhubungan
dengan trauma,
respon inflamasi,
edema, dan
pembengkakan
karena bakteri
atau jamur.

Tujuan (NOC)
Pain Control
Comfort level
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 15
menit, klien mengungkapkan
nyeri berkurang dengan kriteria
hasil :
1. Mengenali gejala-gejala
nyeri
2. Menyatakan nyeri sudah
terkontrol
3. Mampu melaporkan
kepuasan dengan tingkatan
mandiri
4. Mampu mengekspresikan
kepuasan dengan kontrol

Intervensi (NIC)
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal
dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan

nyeri

5. Kontrol lingkungan yang


dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
6. Kurangi faktor presipitasi
7. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
8. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
9. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
10. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
11. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri

Gangguan

Kompensasi Tingkah Laku

12. Tingkatkan istirahat


Communication Enhancement

persepsi sensori

Pendengaran

: Hearing Deficit

pendengaran

Setelah dilakukan tindakan

1. Bersihkan serumen dengan

berhubungan

keperawatan selama 1 x 15

irigasi, suntion, spoeling atau

dengan liang

menit, gangguan persepsi

instrumentasi

telinga terasa

sensori pendengaran teratasi

tertutup karena

dengan kriteria hasil :

respon inflamasi

1. Pasien bisa mendengar

atau peradangan

dengan baik
2. Telinga bersih
dan adanya jamur
3. Pantau gejala kerusakan
pendengaran
4. Posisi tubuh untuk

2. Kurangi kegaduhan
lingkungan.
3. Ajari klien untuk
menggunakan tanda non
verbal dan bentuk
komunikasi lainnya.
4. Kolaborasi dalam pemberian

menguntungkan pendengaran
terapi obat
5. Menghilangkan gangguan
5. Beritahu pasien bahwa suara
6. Memperoleh alat bantu
akan terdengar berbeda

pendengaran
7. Menggunakan layananan
pendukung untuk pendegaran
yang lemah

dengan memakai alat bantu


6. Jaga kebersihan alat bantu
7. Mendengar dengan penuh
perhatian
8. Menahan diri dari berteriak
pada pasien yang mengalami
gangguan komunikasi
9. Dapatkan perhatian pasien

3.

Hipertermi
berhubungan
dengan penyakit

Thermoregulation
a. Suhu tubuh dalam rentang
normal
b. Nadi dan RR dalam
rentang nomal
c. Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada
pusing

melalui sentuhan
Fever Threatment
1. Monitoring suhu sesering
mungkin
2. Monitor Hb, WBC, dan Hct
3. Berikan antipiretik
4. Selimuti pasien
5. Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
6. Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
7. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
8. Monitor irama dan frekuensi
pernafasan
9. Tingkatkan sirkulasi udara
10. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, ES, & Iskandar,N 2004, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan,
FKUI, Jakarta.
Betz, CL 2002, Buku saku keperawatan pediatri, EGC, Jakarta.
Christian

Billi

2013.

Pendahuluan

Otitis

Media

(online)

available:

https://www.scribd.com/doc/140606189/Laporan-Pendahuluan-OtitisMedia#download

(8 Maret 2016, 08.00 WITA)

Dowshen et al 2002, Petunjuk lengkap untuk orang tua, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Muscari, ME 2005, Panduan belajar: keperawatan pediatrik, EGC, Jakarta.
Schwartz, M 2004, Pedoman klinis pediatri, EGC, Jakarta.
Wong, DL et al 2008, Buku ajar keperawatan pediatrik, EGC, Jakarta

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN OTITIS EKSTERNA


I.

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. PENGERTIAN
Otitis adalah peradangan pada telinga dan eksterna artinya luar. Radang telinga
dapat dikategorikan berdasarkan lokasi tempat terjadinya peradangan. Apabila infeksi
terjadi di liang telinga bagian luar maka diklasifikasikan sebagai otitis eksterna. Otitis
eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai saluran telinga.
Karena saluran telinga gelap dan hangat maka dapat dengan mudah terkena infeksi
bakteri atau jamur (Linggarsetia,2011).
Otitis Eksterna adalah radang liang telinga, baik akut maupun kronis
disebabkan oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasa sakit. Faktor ini
menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel
skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma local yang mengakibatkan bakteri masuk
melalui kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna
akut adalah pseudomonas (41 %), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan
bakteroides (11%). Istilah otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari
liang telinga bagian luar. (Andi, 2011).
Otitis Eksterna adalah infeksi atau inflamasi mukosa pada telinga luar (meatus
akustikus eksternus). Dapat bersifat akut atau kronis. Biasanya penyakit ini diderita
oleh orang-orang yang banyak beraktivitas di air seperti pada perenang.
Klasifikasi Otitis eksterna yakni sebagai berikut :
1. Otitis eksterna akut
Otitis eksterna akut dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Otitis eksterna sirkumskripta
Terdapat pada 1/3 luar Meatus Acusticus Eksternus (MAE) mengandung
adneksa

kulit :

folikel

rambut,

kelenjar

sebasea,

kelenjar

serumen. Pada tempat itu dapat terjadi furunkel


b. Otitis eksterna difus
Biasanya mengenai 2/3 dalam Meatus Acusticus Eksternus(MAE)
2. Otomitosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah
tersebut. Yang tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga
kandida albicans atau jamur lain. Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa
penuh di liang telinga tetapi sering pula tanpa keluhan. (Sosialisman dan Helmi,
2001).

B. ETIOLOGI /PENYEBAB
1. Kuman penyebab terbanyak ialah

Streptococcus aureus dan psedomonas

aeruginosa.
2. Pseudomonas

aeruginosa merupakan patogen

penyebab

yang

lazim

pada

otitis eksterna maligna, meskipun sangat jarang juga dapat dijumpai S. aureus,
Proteus dan Aspergillus
3. Predisposisi
a. Faktor endogen
Keadaan umum yang buruk akibat anemia, hipovitaminosis, diabetes mellitus,
atau alergi, imunodefisiensi, dan irigasi telinga. Diabetik (90 %), diabetik
merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna maligna.
Vaskulopati pembuluh darah kecil dan disfungsi imun yang berhubungan
dengan diabetik merupakan penyebab utama predisposisi ini. Serumen pada
pasien diabetik mempunyai pH yang tinggi dan menurunnya konsentrasi
lisosim mempengaruhi aktifitas antibakteri lokal. Tidak perbedaan antara DM
tipe I dan II.
b. Faktor eksogen
1) Trauma karena tindakan mengorek telinga.
2) Suasana lembab, panas, atau alkalis di dalam MAE (Meatus Akustikus
Eksternus).
3) Udara yang lembab dan panas menyebabkan oedema pada stratum
korneum kulit MAE, sehingga menurunkan resistensi kulit terhadap
infeksi.
4) Kelembaban kulit yang tinggi setelah berenang/mandi menyebabkan
maserasi.
5) Bentuk MAE yang tidak lurus menyulitkan penguapan dan mengakibatkan
kulit MAE lebih sering dalam keadaan lembab.
6) Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan rasa gatal yang mendorong
penderita mengorek telinga, sehingga trauma yang timbul akan
memperhebat perjalanan infeksi.(Subianto, 2010)

C. PATOFISIOLOGI

Otitis eksterna adalah penyakit yang sering diderita oleh semua orang. Otitis eksterna
seringkali ditunjukkan adanya infeksi bakteri akut dari kulit canalis auricularis tapi juga dapat
disebabkan adanya infeksi jamur. Adanya lekukan pada liang telinga dan adanya kelembaban
dapat menyebabkan laserasi dari kulit dan merupakan media yang bagus untuk pertumbuhan
bakteri. Hal ini sering terjadi setelah berenang dan mandi. Otitis eksterna ini sering terjadi
jika suasana panas dan lembab (Waitzman, 2004).
Faktor lain yang dapat menyebabkan otitis eksterna adalah adanya trauma pada liang
telinga yang diikuti invasi bakteri kedalam kulit yang rusak trauma ini sering terjadi akibat
dari pembersihan liang teling dengan cotton bud ataupun alat lain yang dimasukkan ke dalam
telinga. Selain itu masuknya air atau bahan iritan atau hair spray atau cat rambut dapat
menyebabkan otitis eksterna.
Sebagai akibatnya terjadi respon inflamasi, edema dan pembengkakan liang telinga yang
akan menyebabkan visualisasi membran timpani terganggu. Eksudat dan pus dapat
terproduksi di liang telinga. Pada keadaan yang berat, infeksi dapat meluas pada wajah dan
leher. Kuman pathogen yang sering kali menyebabkan otitis eksterna adalah Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif lainnya. Meskipun demikian,
jamur, seperti Candida atau Aspergilus sp mengakibatkan telinga terasa tertutup dan dapat
menyebabkan otitis eksterna (Waitzman, 2004).
Otitis eksterna maligna merupakan komplikasi dari otitis eksterna yang terjadi pada pasien
yang mengalami imunocompresi atau pasien yang mendapatkan radioterapi pada tulang
kepala. Pada kondisi ini bakteri akan meninvasi jaringan lunak yang dalam dan menyebabkan
oeteomielitis pada os temporal (Waitzman, 2004).

PATHWAY
Mengkorek-korek telinga, berenang,

Adanya lekukan pada liang

mandi, trauma

telinga
Lembab

Invasi Bakteri (Pseudomonas aeruginosa,


Staphylococcus aureus, bakteri gram negatif) atau
Jamur (Candida, Aspergilus SP)

Gangguan
Rasa
Nyaman

Respon inflamasi, edema, dan


pembengkakan

Nyeri akut

Terproduksi eksudat, pus dan

Gatal

terakumulasi pada liang telinga


Mengorek-ngorek telinga
Respon membran timphany
terganggu

Risiko

Defisiensi

infeksi

pengetahuan

Gangguan Persepsi Sensori :


Pendengaran

D. GEJALA KLINIS
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit
yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang
dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan
rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini
diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung
berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan
serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang
rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga

sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan
tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan
oleh penderita otitis eksterna.
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari
otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun
telinga. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa
gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan
suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna
akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang
progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen,
debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang
mengakibatkan peredaman hantaran suara.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tes laboratorium, pemeriksaan kultur dan sensitifitas antibiotik.
a. Jumlah leukosit
Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi
b. Laju endap darah
Laju endap darah meningkat bervariasi dengan rata-rata 87 mm/jam. Laju
endap darah dapat digunakan untuk mendukung diagnosis klinik dari otitis
eksternal akut atau keganasan pada telinga yang tidak menyebabkan
peningkatan tes ini.
c. Kimia darah
Pasien yang diketahui dengan diabetik perlu pemeriksaan kimia darah untuk
menentukan intoleransi glukosa basal. Pasien tanpa riwayat diabetes perlu
diperiksa toleransi glukosanya
d. Kultur dan tes sensivitas dari liang telinga
Kultur

dari

drainase

telinga

perlu

dilakukan

sebelum

pemberian

antibiotic. Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah P.


Aeruginosa (95 %). Organisme ini anaerobik, gram negatif. Spesies
pseudomonas mempunyai lapisan mukoid untuk fagositosis. Eksotoksin

( yaitu eksotoksin A, kolagenase, elastase) dapat menyebabkan nekrosis


jaringan, dan beberapa strain menghasilkan neurotoksin yang menyebabkan
neuropati kranial.
2. Radiologi Pemeriksaan ini penting untuk menentukan adanya osteomielitis,
perluasan penyakit, dan respon terapi, antara lain :
a. Technetium Tc 99 metylene diphosphonate bone scan
b. Gallium citrate Ga 67 scan
c. Indium In 111-labelled leucocyte scan
d. CT scan dan MRI keduanya berguna untuk memeriksa perluasan inflamasi
terhadap anatomi jaringan lunak, pembentukan abses, komplikasi intracranial
3. Pemeriksaan sinar X mastoid
4. Pemeriksaan otologis
5. Otoskopi

F. PENATALAKSANAAN
Pemberian analgetik selama 48-92 jam pertama. Kombinasi antibiotik dan
kortikosteroid. Bahan anti jamur jika diindikasikan. Pasien dilarang untuk
berenang. Klien diingatkan untuk tidak membersihkan kanalis auditorius
eksternus sendiri dengan lidi kapas. Kapas dapat diolesi jel yang tak larut air dan
letakkan di telinga untuk mencegah kontaminasi air. Pasien dapat mencegah
infeksi dengan menggunakan preparat antiseptik telinga sehabis berenang.
1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel atau bisul)
Melakukan aspirasi steril untuk mengeluarkan nanah. Memberikan salep
antibiotik misalnya polymixin B dan bacitracin. Memberikan asam asetat 25% dalam alkohol 2%. Melakukan pada furunkel (bisul) yang berdinding

tebal. Pasang drain untuk mengalirkan nanah. Memberikan analgetik dan


penenang.
2. Otitis Eksterna Difus
Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas dengan hati-hati.
Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis, dan membrana timpani
dalam menggunakan alat dalam mengoleskan obat. Pemilihan pengobatan
lokal yang sering digunakan adalah Cortisporin (polimiksinB, neomisin,
hidrokortison), coli Mysin (kolistin, neomisin, hidrokortison), pyocidin
(polimiksin

B,

hidrokortison),

vasol

HC

(as. Asetat-nonakues

2%,

hidrokortison), dan chloromycetin (kloramfenikol).)


3. Otitis Ekterna Maligna
Awalnya, pembedahan merupakan pilihan utama untuk penanganan pasien
dengan otitis eksterna nekrotikans. Tetapi sejak ditemukannya aminoglikosida,
penisilin sintetik, generasi ketiga Cephalosporin dan quinolon, maka
penggunaan antibiotik merupakan pilihan utama pengobatan. Sejak teknik
pembedahan pada dasar tulang tengkorak berkembang, beberapa ahli otologi
mulai menggunakan teknik radikal sebagai pilihan terapi.
Ada tiga aspek dalam pengobatan otitis eksterna nekrotikans. Yang paling
penting

adalah

mengontrol

gula

darah

pada

pasien

diabetes

mellitus.Mastoidektomi atau reseksi parsial pada dasar tengkorak mungkin


diperlukan jika ada gangguan saraf fasial. Antibiotik sebaiknya diberikan sejak
awal, dalam dosis yang adekuat dan dalam waktu yang lama. Pengobatan harus
cepat diberikan sesuai dengan hasil kultur dan resistensinya. Karena kuman
penyebab tersering adalah Pseudomonas aeruginosa, maka diberikan antibiotik
dosis tinggi yang sesuai dengan Pseudomonas aeruginosa. Sementara menunggu
hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan fluoroquinolone (ciprofloxasin)
dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika
parenteral kombinasi dengan antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan
selama 6 8 minggu.
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
h. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh adanya nyeri hebat, apalagi jika daun telinga
disentuh. Adanya sekret yang keluar dari telinga, kadang-kadang disertai bau

yang tidak sedap. Terjadi pembengkakan pada liang telinga. Terjadi gangguan
pendengaran dan kadang-kadang disertai demam. Telinga juga terasa gatal.
c. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan,
sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan
keluhan dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.
d. Riwayat penyakit dahulu
1) Tanyakan apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti
panas tinggi atau kejang
2) apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga terjadi trauma
3) apakah klien sering berenang
4) Apakah klien saat dilahirkan cukup bulan, BBLR, apakah ibu saat hamil
mengalami infeksi, dll
e. Riwayat penyakit keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada
MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.
Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke
membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.
b. Palpasi
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari
klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.
i.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. Nyeri Akut yang berhubungan dengan agen biologis; peradangan.
5. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan liang telinga terasa
tertutup karena respon inflamasi atau peradangan dan adanya jamur.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit
7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi
8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit

j. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
1

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut yang
berhubungan
dengan trauma,

Tujuan (NOC)
Pain Control
Comfort level
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 15

Intervensi (NIC)
Pain Management
13. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif

respon inflamasi,

menit, klien mengungkapkan

termasuk lokasi,

edema, dan

nyeri berkurang dengan kriteria

karakteristik, durasi,

pembengkakan

hasil :

frekuensi, kualitas dan faktor

karena bakteri

5. Mengenali gejala-gejala

presipitasi

atau jamur.

nyeri
6. Menyatakan nyeri sudah
terkontrol
7. Mampu melaporkan
kepuasan dengan tingkatan
mandiri
8. Mampu mengekspresikan
kepuasan dengan kontrol
nyeri

14. Observasi reaksi non verbal


dari ketidaknyamanan
15. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
16. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
17. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
18. Kurangi faktor presipitasi
19. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
20. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
21. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
22. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
23. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri

Gangguan

Kompensasi Tingkah Laku

24. Tingkatkan istirahat


Communication Enhancement

persepsi sensori

Pendengaran

: Hearing Deficit

pendengaran

Setelah dilakukan tindakan

10. Bersihkan serumen dengan

berhubungan

keperawatan selama 1 x 15

irigasi, suntion, spoeling atau

dengan liang

menit, gangguan persepsi

instrumentasi

telinga terasa

sensori pendengaran teratasi

tertutup karena

dengan kriteria hasil :

respon inflamasi

8. Pasien bisa mendengar

atau peradangan

dengan baik
9. Telinga bersih
dan adanya jamur
10. Pantau gejala kerusakan
pendengaran
11. Posisi tubuh untuk

11. Kurangi kegaduhan


lingkungan.
12. Ajari klien untuk
menggunakan tanda non
verbal dan bentuk
komunikasi lainnya.
13. Kolaborasi dalam pemberian

menguntungkan pendengaran
terapi obat
12. Menghilangkan gangguan
14. Beritahu pasien bahwa suara
13. Memperoleh alat bantu
akan terdengar berbeda
pendengaran
14. Menggunakan layananan
dengan memakai alat bantu
15. Jaga kebersihan alat bantu
pendukung untuk pendegaran
16. Mendengar dengan penuh
yang lemah
perhatian
17. Menahan diri dari berteriak
pada pasien yang mengalami
gangguan komunikasi
18. Dapatkan perhatian pasien
3

Resiko infeksi

Knowledge : Infection Control

melalui sentuhan
Infection Control

berhubungan

Setelah dilakukan tindakan

1. Beri KIE/ HE kepada pasien

dengan penyakit

keperawatan selama 1 x 15

agar tidak boleh

menit, tidak terjadi infeksi

membersihkan atau tidak

dengan kriteria hasil :

boleh mengorek telinga

1. Tidak terdapat tanda-tanda

terlalu sering dan hanya

infeksi seperti kalor, dubor,

boleh membersihkan telinga

tumor, dolor, fungsiolaisa

1/3 bagian telinga luar


2. Ajarkan teknik aseptik pada
pasien.
3. Cuci tangan sebelum
memberi asuhan keperawatan
ke pasien
4. Kolaborasi pemberian obat

4.

defisiensi

Kowlwdge : disease process

pencegahan infeksi
Teaching : disease Process

Pengetahuan

Kowledge : health Behavior

1. Berikan penilaian tentang

berhubungan

Setelah dilakukan tindakan

tingkat pengetahuan pasien

dengan kurangnya

keperawatan selama 1 x 15

tentang proses penyakit yang

pajanan informasi

menit, diharapkan pengetahuan


klien meningkat dengan kriteria
hasil :
1. Klien dan keluarga
menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program
pengobatan
2. Klien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
3. Klien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya

spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang
tepat
4. Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang
tepat
6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi

atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat
5

Gangguan rasa

Relaxation control

Relaxation Therapy

nyaman

Setelah dilakukan tindakan

1. Anjurkan klien untuk

berhubungan

keperawatan selama 1 x 15

bernapas dalam ketika

dengan gejala

menit, gangguan rasa nyaman

merasa tidak nyaman

terkait penyakit

teratasi dengan kriteria hasil :

2. Anjurkan klien untuk

1. Klien tidak mengeluh lemas

beristirahat

2. Klien tidak mengeluh pusing Environmental Management :


3. Klien dapat meningkatkan
ADL

Comfort
1. Kaji ketidaknyaman yang
dirasakan klien
2. Berikan posisi yang nyaman

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Ed 8 : Jakarta. EGC
Gloria M. Bulecheck,dkk. 2013. Nursing Interventions Classification Sixth Edition
(NIC). Amerika:ELSEVIER
Mansjoer,Arief,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3: Jakarta.Mediaaesculapius
Nanda.2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan definisi keperawatan dan klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Nurarif, Hardi.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
NANDA NIC NOC.Yogyakarta. Medi Action Publishing
Sue Moorhead,dkk.2013.Nursing Outcomes Classification Fifth Edition (NOC). Amerika
: ELSEVIER

ASUHAN KEPERAWATAN
OTITIS EKSTERNA PADA Tn. M DI RUANG MAWAR
RS. LABUANG BAJI MAKASSAR
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Sumber Informasi

: Data Primer

Tanggal Pengkajian

: 29 April 2015

Asal Pasien

No. RM
Nama Peserta
Umur

: Ruang Mawar

: 04 13 25
: Tn M
: 79

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Diagnosa Awal

: Otitis Eksterna

Tgl Masuk RS

: 27 April 2015

2. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama

: Terasa nyeri dan gatal di dalam telinga

Diasnostik masuk

: Otitis Eksterna

Riwayat kesehatan sekarang

: Klien mengatakan keluar cairan pada telinga sejak

2 minggu yang lalu disertai dengan nyeri yang hilang timbul di telinga dengan skala nyeri 5
(nyeri sedang), kualitas nyeri tumpul, nyeri semakin terasa saat klien mengorek telinganya.
Hal itu dialami karena telinga klien kemasukan air pada saat berenang di laut. Klien senang
berenang di laut pada saat subuh menjelang pagi hari. Klien juga sering mengorek-ngorek
telinganya sejak telingnya kemasukan air laut. Klien juga mengeluh pada saat telinganya
terasa sangat gatal, kulit telinganya terkelupas. Klien melakukan hal tersebut karena
telinganya terasa penuh dan kadang terasa nyeri. Beberapa hari setelah telinganya kemasukan
air, klien mengalami demam.

3. PEMERIKSAAN FISIK THT


1.
Pemeriksaan Telinga
a.

Pemeriksaan telinga

Setelah dilakukan pemeriksaan menggunakan speculum telinga terdapat granulasi


jaringan didalam telinga.
b.

Uji Weber

Klien mengatakan suara yang didengar lebih keras di telinga yang sakit (Telinga kanan)
dibandingkan telinga yang sehat (Telinga kiri)
c.

Uji Rinne

Klien mengatakan Suara lebih besar saat ditempelkan di tulang mastoid dibandingkan di
depan telinga (Bone Conduction > Air Conduction = BC>AC)
d.

Uji Schwabach

Uji Schwabach memanjang (Hantaran tulang mastoid klien lebih lama dibandingkan
hantaran tulang mastoid pemeriksa)
e.

Inspeksi :
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE,
warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor. Inspeksi dapat
menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran timpany). Apakah
suhu tubuh klien meningkat.

f.

Palpasi:
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka
dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.

2.

Pemeriksaan Hidung

a. Pemeriksaan Hidung

Telinga simetris kiri dan kanan, Tidak ada nyeri tekan dan benjolan saat dipalpasi.
b. Pemeriksaan Rinoskopi menggunakan Spekulum Hidung
Mukosa hidung berwarna merah dan nampak adanya sekret.

c. Pemeriksaan Tenggorokan

: Tonsil nampak berwarna kemerahan dan bengkak

3. TTV
S = 38C
TD = 130/70 mmHg
RR = 20 x/menit
N = 72 x/menit
4. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan tanggal 29 April 2015 pukul 16.01 WITA.
Parameter

Hasil

Satuan

13,3

detik

Nilai Rujukan

Remarks

HEMATOLOGI
PPT
PPT

Normal = perbedaan
dengan kontrol < 2
detik

INR

1,12

Kontrol PPT

14,8

detik

Kontrol APPT

32,6

detik

APTT

29,1

detik

APTT

Normal = perbedaan
dengan kontrol < 7
detik

DARAH
LENGKAP (DL)
WBC

20,6

10*3/l

4,10 11,00

-NE%

61,51 %

47,0 80,0

-LY%

26,86 %

13 - 40

-MO%

7,28

2,0 11,0

-EO%

2,85

0,00 5,0

-BA%

1,5

0,0 2,0

Tinggi

1.

-NE#

3,65

10*3/l

2,5 7,5

-LY#

1,6

10*3/l

1,0 4,0

-MO#

0,43

10*3/l

0,1 1,2

-EO#

0,17

10*3/l

0,0 0,5

-BA#

0.09

10*3/l

0,0 0,1

RBC

5,4

10*6/l

4,5 5,9

HGB

15,34 g/dL

13,5 17,5

HCT

47,13 %

41,00 53,00

MCV

87,24 fL

80,00 100,00

MCH

28,4

26,00 34,00

MCHC

32,55 g/dL

31 - 36

RDW

11,69 %

11,6 14,8

PLT

289,2 10*3/l

150 440

MPV

7,67

6,80 10,0

5. PENGOBATAN
Akilen tetes Telinga 5ml

g/dL

fL

: Akilen di indikasikan untuk OMSK dan Otitis Eksterna

biasanya efek samping yang dialami pasien yaitu mual, berkurangnya pendengaran,
seborrhea, tinnitus.
2.

Ambroxol (3 x 1)

: Ambroxol yang berefek mukokinetik dan sekretolitik,

dapat mengeluarkan lendir yang kental dan lengket dari saluran pernapasan dan mengurangi
staknasi cairan sekresi
3.

Cetirizine (1 x 1)

: Antihistamin potensial yang memiliki efek sedasi

(kantuk) ringan dengan sifat tembahan anti alergi, khususnya alergi rhinitis. Cetirizine di HCL
mampu menurunkan gejala mayor rinisits alergi seperti hidung berair, bersin dan hidung gatal.
B. PATHWAY
Mengkorek-korek telinga, berenang

Adanya lekukan pada liang


telinga

Lembab

Invasi Bakteri (Pseudomonas aeruginosa,


Staphylococcus aureus, bakteri gram negatif) atau
Jamur (Candida, Aspergilus SP)

Respon inflamasi, edema, dan


pembengkakan

Gatal

Nyeri akut
Terproduksi eksudat, pus dan

Mengorek-ngorek telinga

terakumulasi pada liang telinga


Risiko
infeksi

Defisiensi
pengetahuan

Respon membran timphany


terganggu
Gangguan Persepsi Sensori :
Pendengaran

C. ANALISA DATA
DATA

DIAGNOSA KEPERAWATAN

DS :

Nyeri Akut b.d agen biologis

- Klien mengatakan nyeri pada telinga sejak 2 minggu


yang lalu, dengan nyeri yang hilang timbul di telinga,
kualitas nyeri tumpul, nyeri semakin terasa saat klien
mengorek telinganya.
DO :

Klien nampak meringis kesakitan, skala nyeri 5


(nyeri sedang).
DS :

Klien mengatakan pendengarannya menurun

Klien mengatakan telinganya terasa penuh


Gangguan Persepsi Sensori :

DO :

Pendengaran b.d Penurunan


-

Terdapat granulasi didalam telinga

Uji Weber

Uji Rinne

Uji Schwabach : Memanjang

pendengaran

: Lateralisasi ke telinga yang sakit


: BC>AC

DS :
-

Klien mengeluh demam beberapa hari setelah


telinganya kemasukan air laut. Klien juga mengeluh
pada saat telinganya terasa sangat gatal, kulit

Risiko Infeksi b.d penyakit

telinganya terkelupas.
DO :
-

S = 38C
WBC = 20,6 10*3/l (Tinggi)
DS :

Klien mengatakan kulit telinganya terkelupas ketika


gatal

b.d kurang pajanan informasi,

DO:
-

Defisiensi pengetahuan

kesalahan interpretasi

Klien bertanya-tanya mengapa kulit telinganya


terkelupas ketika gatal

D. RENCANA KEPERAWATAN
Dx.

TUJUAN DAN

INTERVENSI

RASIONAL

KEPERAWAT

KRITERIA HASIL

TINDAKAN

(NOC)

(NIC)

AN
Nyeri Akut b.d
agen biologis

a. Menyatakan secara

a. Menggunakan agens

a. Menggunakan agens

verbal pengetahuan

farmakologis untuk

farmakologi akan

tentang cara

meredakan nyeri

menghilangkan atau

alternative untuk
meredakan nyeri

b. Pengalihan nyeri (mis.


Menonton tv)

b. Menggunakan pereda c. Tawarkan tindakan

menrunkan nyeri
b. Dengan pengalihan
nyeri pasien tidak

nyeri analgesic dan

pereda nyeri untuk

akan berfokus pada

nonanalgesik secara

membantu pengobatan

nyeri yang dirasakan

tepat

nyeri (mis. Masase

c. Masase dan teknik

punggun dan teknik

relaksasi akan

relaksasi)

membantu
menurunkan nyeri

Gangguan

a. Menunjukkan status

a. Monitor akumulasi

Persepsi Sensori

neurologis : fungsi

: Pendengaran

motorik/sensorik

b.d Penurunan

cranial, dengan skala

tidak menggunakan

telinga sehingga

pendengaran

4 (Gangguan ringan)

benda asing yang lebih

hantaran suara yang

: pendengaran

kecil daripada ujung

diterima neurun

b. Berinteraksi secara

serumen berlebihan

pasien
a. Akumulasi serumen

b. Ajarkan pasien untuk

jari pasien (mis.

berlebihan akan
menutup lubang

b. Benda yang tajam bisa

sesuai dengan orang

Cotton-bud Tusuk gigi,

mengakibatkan infeksi

lain dan lingkungan

jarum pins dan benda

jika tertusuk dan

tajam lainnya) untuk

cotton-bud akan

membersihkan

mendorong serumen

serumen

lebih dalam lagi

c. Tinggikan volume
suara saat berbicara,
jika diperlukan

kedalam telinga
c. Suara yang
ditinggikan akan
memudahkan pasien
untuk mendengar apa

Risiko Infeksi

a. Pasien akan

a. Anjurkan asupan

yang kita katakan


a. Peningkatan suhu

b.d penyakit

menunjukkan

cairan oral, sedikitnya

tubuh mengakibatkan

Termoregulasi

2 liter sehari, dengan

penguapan tubuh

ditandai dengan

tambahan cairan

meningkat sehingga

suhu normal tubuh

selama aktivitas yang

perlu diimbangi

36o-37oC.

berlebihan atau

dengan asupan cairan

Pasien bebas dari

aktivitas sedang dalam

yang banyak.

tanda dan gejala

cuaca panas.

infeksi (nyeri, suhu

b. Pemberian terapi

b. Kolaboratif: Berikan

penting bagi pasian

tubuh meningkat,

obat antipiuretik,jika

dengan suhu tinggi.

kemerahan,

perlu.

c. Memantau kondisi

bengkak)

c. Monitor tanda dan

fisik pasien untuk

b Menunjukkan

gejala infeksi

mencegah infeksi

local/sistemik.

secara dini.

kemampuan untuk
mencegah

d. Mempertahankan

timbulnya infeksi

baik untuk lingkungan

kebersihan diri dan

(cuci tangan

dan personal.

lingkungan pasien.

efektif)
c

d. Berikan hygiene yang

Jumlah WBC
dalam batas normal

e. Pantau suhu tubuh


pasien.
f. Jelaskan proses, faktor

(4,10 11,0

yang memengaruhi

10*3/L)

dan penatalaksanaan

d Mendeskripsikan
proses infeksi,
faktor yang

infeksi.
g. Ajarkan teknik cuci
tangan efektif.

mempengaruhi

e. Suhu tubuh yang


meningkat
menunjukkan adanya
infeksi.
f. Pasien harus mampu
mengenal tanda dan
gejala infeksi untuk
upaya pencegahan
dini.

infeksi serta

g. Cara mencuci tangan

penatalaksanaannya

yang benar dapat


membunuh bakteri di

Defisiensi

a. klien mampu

a. Kaji tingkat

tangan secara efektif.


a. Mengetahui sejauh

pengetahuan

memahami proses

pengetahuan klien saat

mana pasien paham

b.d kurang

penyakitnya

ini dan pemahaman

tingkat penyakitnya

pajanan

terhadap proses

informasi,

penyakitnya.

b. Pengetahuan pasien
tentang penyakitnya

kesalahan

b. Tentukan motivasi

interpretasi

dapat dikendalikan

pasien untuk

dengan informasi

mempelajari informasi

penyakit

tentang proses

c. Pengetahuan pasien

penyakitnya.

tentang penyakitnya

c. Berikan penyuluhan

dapat dikendalikan

tentang proses

dengan informasi

penyakitnya sesuai

penyakit

dengan tingkat

d. pasien mengetahui

pemahaman pasien,

sesuatu yang

ulangi informasi bila

berhubungan dengan

diperlukan

penyakitnya

d. Gunakan berbagai
pendekatan
penyuluhan,
redemonstrasi, dan
berikan umpan balik
secara verbal dan
tertulis.

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No.

Hari/tanggal/Jam

Implementasi

Evaluasi

Paraf

Formatif
NB :
Implementasi
disesuaikan
dengan intervensi
dan penulisannya
menggunakan kata
kerja.
Dalam hal ini, prinsip yang harus diterapkan dalam pembuatan implementasi
keperawatan adalah kita harus menentukan perencanaan yang tepat sebelum kita
membuat implementasi keperawatan, adapaun yang harus diperhatikan adalah :

Mempertahankan nutrisi yang adekuat

Mencegah terjadinya komplikasi

Meningkatkan konsep diri dan penerimaan situasi

Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, risiko komplikasi dan


kebutuhan pengobatan lainnya

F. EVALUASI KEPERAWATAN
No.

Hari/Tanggal/Jam

1.

2 Mei 2015

Evaluasi
S : Klien mengatakan
nyeri pada telinga
sejak 2 minggu yang
lalu sudah berkurang,
dengan nyeri yang
hilang timbul di
telinga, kualitas nyeri
tumpul. Pasien
mengatakn
mengetahui cara
mengontrol nyeri
dengan menarik napas
saat nyeri timbul.
O : Klien tampak
tenang, skala nyeri
menurun dari 5 (nyeri
sedang) menjadi 3
(nyeri ringan).
A : Tujuan tercapai,
masalah teratasi.

P : Pertahankan
kondisi pasien.

Paraf

2.

2 Mei 2015

S :
-

Klien mengatakan
pendengarannya
menurun

Klien mengatakan
telinganya terasa penuh
O :

Pasien tampak
kesulitan berinteraksi
dan mendengar suara
orang lain. Terdapat
granulasi didalam
telinga

Uji
Weber

: Lateralisas

i ke telinga yang sakit


-

Uji
Rinne
-

: BC>AC

Uji

Schwabach : Memanj
ang
A : Tujuan tidak
tercapai, masalah belum
teratasi.

P : Lanjutkan
intervensi.
3.

2 Mei 2015

S :
-

Klien mengatakan

suhu tubuh meningkat.


Klien mengatakan gatal
pada telinga tidak
dirasakan.
O:
-

S = 38,5C
WBC = 34,6 10*3/l
(Tinggi). Pasien tampak
belum mampu
mempraktekkan cara
mencuci tangan efektif
dengan benar.
A : Tujuan tidak
tercapai, masalah belum
teratasi.

P : Lanjutkan
intervensi.
4.

2 Mei 2015

S:
-

Klien mengatakan
tidak merasakan gatal
seperti pertama
pengkajian. Pasien
mengatakn paham
proses perjalanan
penyakit sehingga ia
bisa mengalami gejala
seperti saat ini.
O: A : Tujuan tercapai,

masalah teratasi.

P : Pertahankan kondisi
pasien.

Anda mungkin juga menyukai