OLEH :
KELOMPOK
D IV KEPERAWATAN TINGKAT II, SEMESTER IV
Ni Kadek Ariyastuti
(P07120214007)
(P07120214008)
Putu Epriliani
(P07120214010)
(P07120214012)
(P07120214015)
(P07120214016)
(P07120214026)
(P07120214036)
(P07120214038)
TAHUN 2016
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN OTITIS MEDIA
I.
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan
dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam merupakan organ yang pertama kali
terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada trimester pertengahan
kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar belum terbentuk sempurna saat
kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah bentuk sampai pubertas.
a)
Telinga dalam
Labirin mulai berdiferensiasi pada akhir minggu ketiga dengan munculnya
plakoda otik (auditori). Dalam waktu kurang dari satu minggu plakoda tersebut
mengalami invaginasi membentuk lekuk pendengaran, kemudian berdilatasi
membentuk suaru kantong, selanjutnya tumbuh menjadi vesikula auditorius.
Suatu proses migrasi, pertumbuhan dan elongasi vesikula kemudian berlangsung
dan segera membuat lipatan pada dinding kantong yang secara jelas memberi
batas tiga divisi utama vesikula auditorius yaitu sakus dan duktus
C. ETIOLOGI
Penyebab otitis media akut menurut Wong et al 2008, h.943 ialah
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Sedangkan penyebab dari
noninfeksius tidak diketahui, meskipun sering terjadi karena tersumbatnya tuba
eustasius akibat edema yang terjadi pada ISPA, rinitis alergik, atau hipertrofi adenoid.
Merokok pasif juga menjadi faktor penyebab otitis media. Selain itu menurut Muscari
2005, h.220 otitis media terjadi karena mekanisme pertahanan humoral yang belum
matang sehingga meningkatkan terjadinya infeksi, pemberian susu bayi dengan botol
pada posisi terlentang akan memudahkan terkumpulnya susu formula di rongga
faring, pembesaran jaringan limfoid yang menghambat pembukaan tuba eustachii.
Posisi tuba eustachii yang pendek dan horisontal, perkembangan saluran kartilago
yang buruk sehingga tuba eustachii terbuka lebih awal.
D. PATOFISIOLOGI
Otitis media terjadi akibat disfungsi tuba eustasius. Tuba tersebut, yang
menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring, normalnya tertutup dan datar yang
mencegah organisme dari rongga faring memasuki telinga tengah. Lubang tersebut
memungkinkan terjadinya drainase sekret yang dihasilkan oleh mukosa telinga tengah
dan memungkinkan terjadinya keseimbangan antara telinga tengah dan lingkungan
luar. Drainase yang terganggu menyebabkan retensi sekret di dalam telinga tengah.
Udara, tidak dapat ke luar melalui tuba yang tersumbat, sehingga diserap ke dalam
sirkulasi yang menyebabkan tekanan negatif di dalam telinga tengah. Jika tuba
tersebut terbuka, perbedaan tekanan ini menyebabkan bakteri masuk ke ruang telinga
tengah, tempat organisme cepat berproliferasi dan menembus mukosa (Wong et al
2008, h.944).
E. PATHWAY
Faktor
penyebab
Bakteri
patogen
Disfungsi tuba
eustashii,
Ex pada pasien ISPA
Invasi pada
Telinga
tengah
Terjadi tekanan
negative
Pada telinga tengah
Obstruksi secret
pada
Telinga tengah
Bertemu
dengan
antigen
Leukosit
Leukosit
mati
Sekret purulen
Obstruksi
pada
Telinga
Pendengara
n
menururn
Gangguan
persepsi
Sensori,
Reaksi
antigen
antibodi
Mengeluarka
n mediator
peradangan
Merangsang
prostaglandi
n
Ke
IL 1
IL 2
Suhu
tubuh
meningkat
Dema
m
Hiperter
mi
Penekanan
pada tulangtulang
Telinga
tengah
(malieus,
Hantaran suara
tergangguan
Penekanan
pada
Membran
timpani
Membran
timpani
ruptur
Otalgi
a
Nyeri
akut
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis otitis media menurut Wong et al 2008, h.944 :
1. Terjadi setelah infeksi pernafasan atas
2. Otalgia (sakit telinga)
3. Demam
4. Rabas purulen (otorea) mungkin ada, mungkin tidak.
Manifestasi klinis pada bayi atau anak yang masih kecil :
1. Menangis
2. Rewel, gelisah, sensitif
3. Kecenderungan menggosok, memegang, atau menarik telinga yang sakit
4. Menggeleng-gelengkan kepala
5. Sulit untuk memberi kenyamanan pada anak
6. Kehilangan nafsu makan
Manifestasi klinis pada anak yang lebih besar :
1. Menangis dan/atau mengungkapkan perasaan tidak nyaman
2. Iritabilitas
3. Letargi
4. Kehilangan nafsu makan
5. Limfadenopati servikal anterior
6. Pada pemeriksaan otoskopi menunjukkan membran utuh yang tampak merah
terang dan menonjol, tanpa terlihat tonjolan tulang dan refleks ringan.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Sowden dan Cecily 2002, h. 372 ialah :
1. Ruptur membran timpani dengan otorea
2. Tuli konduktif jangka pendek
3. Tuli permanen atau jangka panjang
4. Meningitis
5. Mastoiditis
6. Abses otak
7. Kolesteatoma yang didapat (sakus telinga tengah terisi epitel atau keratin)
H. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital : Suhu dan Rr biasanya naik
2. Pemeriksaan fisik fokus
a. Hidung :
Inspeksi
Palpasi
b. Telinga :
Inspeksi
Palpasi
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Muscari 2005, h.220 ialah :
1. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani.
2. Kultur dan uji sensitivitas hanya dapat dilakukan bila dilakukan timpanosentesis
(aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membran timpani). Uji sensitivitas dan
kultur dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme pada sekret telinga.
3. Pengujian audiometrik menghasilkan data dasar atau mendeteksi setiap kehilangan
pendengaran sekunder akibat infeksi berulang.
J. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis menurut Dowshen et al 2002, h.149.
Penatalaksanaan OMA disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan stadiumnya:
a. Stadium oklusi tuba
1) Berikan antibiotik selama 7 hari :
Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari
atau
Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x
sehari atau
II.
Identitas klien
2)
Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien
1. Kepala
Lakukan
Inspeksi,palpasi,perkusi
dan
di
daerah
telinga,dengan
menggunakan senter ataupun alat-alat lain nya apakah ada cairan yang
keluar dari telinga,bagaimana warna, bau, dan jumlah.apakah ada tandatanda radang.
2. Kaji adanya nyeri pada telinga
3. Leher, Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
4. Dada / thorak
5. Jantung
6. Perut / abdomen
7. Genitourinaria
8. Ekstremitas
9. Sistem integument
10. Sistem neurologi
b. Data pola kebiasaan sehari-hari
c. Nutrisi
Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit,apakah ada
perbedaan konsumsi diit nya.
d. Eliminasi
Kaji miksi,dan defekasi klien
1. Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut yang berhubungan dengan agen biologis ; peradangan.
2. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan liang telinga terasa
tertutup karena respon inflamasi atau peradangan dan adanya jamur.
3. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
g. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
1
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut yang
berhubungan
dengan trauma,
respon inflamasi,
edema, dan
pembengkakan
karena bakteri
atau jamur.
Tujuan (NOC)
Pain Control
Comfort level
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 15
menit, klien mengungkapkan
nyeri berkurang dengan kriteria
hasil :
1. Mengenali gejala-gejala
nyeri
2. Menyatakan nyeri sudah
terkontrol
3. Mampu melaporkan
kepuasan dengan tingkatan
mandiri
4. Mampu mengekspresikan
kepuasan dengan kontrol
Intervensi (NIC)
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal
dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
nyeri
Gangguan
persepsi sensori
Pendengaran
: Hearing Deficit
pendengaran
berhubungan
keperawatan selama 1 x 15
dengan liang
instrumentasi
telinga terasa
tertutup karena
respon inflamasi
atau peradangan
dengan baik
2. Telinga bersih
dan adanya jamur
3. Pantau gejala kerusakan
pendengaran
4. Posisi tubuh untuk
2. Kurangi kegaduhan
lingkungan.
3. Ajari klien untuk
menggunakan tanda non
verbal dan bentuk
komunikasi lainnya.
4. Kolaborasi dalam pemberian
menguntungkan pendengaran
terapi obat
5. Menghilangkan gangguan
5. Beritahu pasien bahwa suara
6. Memperoleh alat bantu
akan terdengar berbeda
pendengaran
7. Menggunakan layananan
pendukung untuk pendegaran
yang lemah
3.
Hipertermi
berhubungan
dengan penyakit
Thermoregulation
a. Suhu tubuh dalam rentang
normal
b. Nadi dan RR dalam
rentang nomal
c. Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada
pusing
melalui sentuhan
Fever Threatment
1. Monitoring suhu sesering
mungkin
2. Monitor Hb, WBC, dan Hct
3. Berikan antipiretik
4. Selimuti pasien
5. Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
6. Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
7. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
8. Monitor irama dan frekuensi
pernafasan
9. Tingkatkan sirkulasi udara
10. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, ES, & Iskandar,N 2004, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan,
FKUI, Jakarta.
Betz, CL 2002, Buku saku keperawatan pediatri, EGC, Jakarta.
Christian
Billi
2013.
Pendahuluan
Otitis
Media
(online)
available:
https://www.scribd.com/doc/140606189/Laporan-Pendahuluan-OtitisMedia#download
Dowshen et al 2002, Petunjuk lengkap untuk orang tua, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Muscari, ME 2005, Panduan belajar: keperawatan pediatrik, EGC, Jakarta.
Schwartz, M 2004, Pedoman klinis pediatri, EGC, Jakarta.
Wong, DL et al 2008, Buku ajar keperawatan pediatrik, EGC, Jakarta
kulit :
folikel
rambut,
kelenjar
sebasea,
kelenjar
B. ETIOLOGI /PENYEBAB
1. Kuman penyebab terbanyak ialah
aeruginosa.
2. Pseudomonas
penyebab
yang
lazim
pada
otitis eksterna maligna, meskipun sangat jarang juga dapat dijumpai S. aureus,
Proteus dan Aspergillus
3. Predisposisi
a. Faktor endogen
Keadaan umum yang buruk akibat anemia, hipovitaminosis, diabetes mellitus,
atau alergi, imunodefisiensi, dan irigasi telinga. Diabetik (90 %), diabetik
merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna maligna.
Vaskulopati pembuluh darah kecil dan disfungsi imun yang berhubungan
dengan diabetik merupakan penyebab utama predisposisi ini. Serumen pada
pasien diabetik mempunyai pH yang tinggi dan menurunnya konsentrasi
lisosim mempengaruhi aktifitas antibakteri lokal. Tidak perbedaan antara DM
tipe I dan II.
b. Faktor eksogen
1) Trauma karena tindakan mengorek telinga.
2) Suasana lembab, panas, atau alkalis di dalam MAE (Meatus Akustikus
Eksternus).
3) Udara yang lembab dan panas menyebabkan oedema pada stratum
korneum kulit MAE, sehingga menurunkan resistensi kulit terhadap
infeksi.
4) Kelembaban kulit yang tinggi setelah berenang/mandi menyebabkan
maserasi.
5) Bentuk MAE yang tidak lurus menyulitkan penguapan dan mengakibatkan
kulit MAE lebih sering dalam keadaan lembab.
6) Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan rasa gatal yang mendorong
penderita mengorek telinga, sehingga trauma yang timbul akan
memperhebat perjalanan infeksi.(Subianto, 2010)
C. PATOFISIOLOGI
Otitis eksterna adalah penyakit yang sering diderita oleh semua orang. Otitis eksterna
seringkali ditunjukkan adanya infeksi bakteri akut dari kulit canalis auricularis tapi juga dapat
disebabkan adanya infeksi jamur. Adanya lekukan pada liang telinga dan adanya kelembaban
dapat menyebabkan laserasi dari kulit dan merupakan media yang bagus untuk pertumbuhan
bakteri. Hal ini sering terjadi setelah berenang dan mandi. Otitis eksterna ini sering terjadi
jika suasana panas dan lembab (Waitzman, 2004).
Faktor lain yang dapat menyebabkan otitis eksterna adalah adanya trauma pada liang
telinga yang diikuti invasi bakteri kedalam kulit yang rusak trauma ini sering terjadi akibat
dari pembersihan liang teling dengan cotton bud ataupun alat lain yang dimasukkan ke dalam
telinga. Selain itu masuknya air atau bahan iritan atau hair spray atau cat rambut dapat
menyebabkan otitis eksterna.
Sebagai akibatnya terjadi respon inflamasi, edema dan pembengkakan liang telinga yang
akan menyebabkan visualisasi membran timpani terganggu. Eksudat dan pus dapat
terproduksi di liang telinga. Pada keadaan yang berat, infeksi dapat meluas pada wajah dan
leher. Kuman pathogen yang sering kali menyebabkan otitis eksterna adalah Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif lainnya. Meskipun demikian,
jamur, seperti Candida atau Aspergilus sp mengakibatkan telinga terasa tertutup dan dapat
menyebabkan otitis eksterna (Waitzman, 2004).
Otitis eksterna maligna merupakan komplikasi dari otitis eksterna yang terjadi pada pasien
yang mengalami imunocompresi atau pasien yang mendapatkan radioterapi pada tulang
kepala. Pada kondisi ini bakteri akan meninvasi jaringan lunak yang dalam dan menyebabkan
oeteomielitis pada os temporal (Waitzman, 2004).
PATHWAY
Mengkorek-korek telinga, berenang,
mandi, trauma
telinga
Lembab
Gangguan
Rasa
Nyaman
Nyeri akut
Gatal
Risiko
Defisiensi
infeksi
pengetahuan
D. GEJALA KLINIS
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit
yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang
dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan
rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini
diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung
berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan
serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang
rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga
sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan
tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan
oleh penderita otitis eksterna.
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari
otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun
telinga. Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa
gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan
suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna
akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang
progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen,
debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang
mengakibatkan peredaman hantaran suara.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tes laboratorium, pemeriksaan kultur dan sensitifitas antibiotik.
a. Jumlah leukosit
Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi
b. Laju endap darah
Laju endap darah meningkat bervariasi dengan rata-rata 87 mm/jam. Laju
endap darah dapat digunakan untuk mendukung diagnosis klinik dari otitis
eksternal akut atau keganasan pada telinga yang tidak menyebabkan
peningkatan tes ini.
c. Kimia darah
Pasien yang diketahui dengan diabetik perlu pemeriksaan kimia darah untuk
menentukan intoleransi glukosa basal. Pasien tanpa riwayat diabetes perlu
diperiksa toleransi glukosanya
d. Kultur dan tes sensivitas dari liang telinga
Kultur
dari
drainase
telinga
perlu
dilakukan
sebelum
pemberian
F. PENATALAKSANAAN
Pemberian analgetik selama 48-92 jam pertama. Kombinasi antibiotik dan
kortikosteroid. Bahan anti jamur jika diindikasikan. Pasien dilarang untuk
berenang. Klien diingatkan untuk tidak membersihkan kanalis auditorius
eksternus sendiri dengan lidi kapas. Kapas dapat diolesi jel yang tak larut air dan
letakkan di telinga untuk mencegah kontaminasi air. Pasien dapat mencegah
infeksi dengan menggunakan preparat antiseptik telinga sehabis berenang.
1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel atau bisul)
Melakukan aspirasi steril untuk mengeluarkan nanah. Memberikan salep
antibiotik misalnya polymixin B dan bacitracin. Memberikan asam asetat 25% dalam alkohol 2%. Melakukan pada furunkel (bisul) yang berdinding
B,
hidrokortison),
vasol
HC
(as. Asetat-nonakues
2%,
adalah
mengontrol
gula
darah
pada
pasien
diabetes
yang tidak sedap. Terjadi pembengkakan pada liang telinga. Terjadi gangguan
pendengaran dan kadang-kadang disertai demam. Telinga juga terasa gatal.
c. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan,
sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan
keluhan dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.
d. Riwayat penyakit dahulu
1) Tanyakan apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti
panas tinggi atau kejang
2) apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga terjadi trauma
3) apakah klien sering berenang
4) Apakah klien saat dilahirkan cukup bulan, BBLR, apakah ibu saat hamil
mengalami infeksi, dll
e. Riwayat penyakit keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada
MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.
Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke
membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.
b. Palpasi
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari
klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.
i.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. Nyeri Akut yang berhubungan dengan agen biologis; peradangan.
5. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan liang telinga terasa
tertutup karena respon inflamasi atau peradangan dan adanya jamur.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit
7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi
8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
j. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
1
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut yang
berhubungan
dengan trauma,
Tujuan (NOC)
Pain Control
Comfort level
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 15
Intervensi (NIC)
Pain Management
13. Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
respon inflamasi,
termasuk lokasi,
edema, dan
karakteristik, durasi,
pembengkakan
hasil :
karena bakteri
5. Mengenali gejala-gejala
presipitasi
atau jamur.
nyeri
6. Menyatakan nyeri sudah
terkontrol
7. Mampu melaporkan
kepuasan dengan tingkatan
mandiri
8. Mampu mengekspresikan
kepuasan dengan kontrol
nyeri
Gangguan
persepsi sensori
Pendengaran
: Hearing Deficit
pendengaran
berhubungan
keperawatan selama 1 x 15
dengan liang
instrumentasi
telinga terasa
tertutup karena
respon inflamasi
atau peradangan
dengan baik
9. Telinga bersih
dan adanya jamur
10. Pantau gejala kerusakan
pendengaran
11. Posisi tubuh untuk
menguntungkan pendengaran
terapi obat
12. Menghilangkan gangguan
14. Beritahu pasien bahwa suara
13. Memperoleh alat bantu
akan terdengar berbeda
pendengaran
14. Menggunakan layananan
dengan memakai alat bantu
15. Jaga kebersihan alat bantu
pendukung untuk pendegaran
16. Mendengar dengan penuh
yang lemah
perhatian
17. Menahan diri dari berteriak
pada pasien yang mengalami
gangguan komunikasi
18. Dapatkan perhatian pasien
3
Resiko infeksi
melalui sentuhan
Infection Control
berhubungan
dengan penyakit
keperawatan selama 1 x 15
4.
defisiensi
pencegahan infeksi
Teaching : disease Process
Pengetahuan
berhubungan
dengan kurangnya
keperawatan selama 1 x 15
pajanan informasi
spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang
tepat
4. Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang
tepat
6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat
5
Gangguan rasa
Relaxation control
Relaxation Therapy
nyaman
berhubungan
keperawatan selama 1 x 15
dengan gejala
terkait penyakit
beristirahat
Comfort
1. Kaji ketidaknyaman yang
dirasakan klien
2. Berikan posisi yang nyaman
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Ed 8 : Jakarta. EGC
Gloria M. Bulecheck,dkk. 2013. Nursing Interventions Classification Sixth Edition
(NIC). Amerika:ELSEVIER
Mansjoer,Arief,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3: Jakarta.Mediaaesculapius
Nanda.2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan definisi keperawatan dan klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Nurarif, Hardi.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
NANDA NIC NOC.Yogyakarta. Medi Action Publishing
Sue Moorhead,dkk.2013.Nursing Outcomes Classification Fifth Edition (NOC). Amerika
: ELSEVIER
ASUHAN KEPERAWATAN
OTITIS EKSTERNA PADA Tn. M DI RUANG MAWAR
RS. LABUANG BAJI MAKASSAR
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Sumber Informasi
: Data Primer
Tanggal Pengkajian
: 29 April 2015
Asal Pasien
No. RM
Nama Peserta
Umur
: Ruang Mawar
: 04 13 25
: Tn M
: 79
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Diagnosa Awal
: Otitis Eksterna
Tgl Masuk RS
: 27 April 2015
2. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama
Diasnostik masuk
: Otitis Eksterna
2 minggu yang lalu disertai dengan nyeri yang hilang timbul di telinga dengan skala nyeri 5
(nyeri sedang), kualitas nyeri tumpul, nyeri semakin terasa saat klien mengorek telinganya.
Hal itu dialami karena telinga klien kemasukan air pada saat berenang di laut. Klien senang
berenang di laut pada saat subuh menjelang pagi hari. Klien juga sering mengorek-ngorek
telinganya sejak telingnya kemasukan air laut. Klien juga mengeluh pada saat telinganya
terasa sangat gatal, kulit telinganya terkelupas. Klien melakukan hal tersebut karena
telinganya terasa penuh dan kadang terasa nyeri. Beberapa hari setelah telinganya kemasukan
air, klien mengalami demam.
Pemeriksaan telinga
Uji Weber
Klien mengatakan suara yang didengar lebih keras di telinga yang sakit (Telinga kanan)
dibandingkan telinga yang sehat (Telinga kiri)
c.
Uji Rinne
Klien mengatakan Suara lebih besar saat ditempelkan di tulang mastoid dibandingkan di
depan telinga (Bone Conduction > Air Conduction = BC>AC)
d.
Uji Schwabach
Uji Schwabach memanjang (Hantaran tulang mastoid klien lebih lama dibandingkan
hantaran tulang mastoid pemeriksa)
e.
Inspeksi :
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE,
warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor. Inspeksi dapat
menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran timpany). Apakah
suhu tubuh klien meningkat.
f.
Palpasi:
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka
dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.
2.
Pemeriksaan Hidung
a. Pemeriksaan Hidung
Telinga simetris kiri dan kanan, Tidak ada nyeri tekan dan benjolan saat dipalpasi.
b. Pemeriksaan Rinoskopi menggunakan Spekulum Hidung
Mukosa hidung berwarna merah dan nampak adanya sekret.
c. Pemeriksaan Tenggorokan
3. TTV
S = 38C
TD = 130/70 mmHg
RR = 20 x/menit
N = 72 x/menit
4. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan tanggal 29 April 2015 pukul 16.01 WITA.
Parameter
Hasil
Satuan
13,3
detik
Nilai Rujukan
Remarks
HEMATOLOGI
PPT
PPT
Normal = perbedaan
dengan kontrol < 2
detik
INR
1,12
Kontrol PPT
14,8
detik
Kontrol APPT
32,6
detik
APTT
29,1
detik
APTT
Normal = perbedaan
dengan kontrol < 7
detik
DARAH
LENGKAP (DL)
WBC
20,6
10*3/l
4,10 11,00
-NE%
61,51 %
47,0 80,0
-LY%
26,86 %
13 - 40
-MO%
7,28
2,0 11,0
-EO%
2,85
0,00 5,0
-BA%
1,5
0,0 2,0
Tinggi
1.
-NE#
3,65
10*3/l
2,5 7,5
-LY#
1,6
10*3/l
1,0 4,0
-MO#
0,43
10*3/l
0,1 1,2
-EO#
0,17
10*3/l
0,0 0,5
-BA#
0.09
10*3/l
0,0 0,1
RBC
5,4
10*6/l
4,5 5,9
HGB
15,34 g/dL
13,5 17,5
HCT
47,13 %
41,00 53,00
MCV
87,24 fL
80,00 100,00
MCH
28,4
26,00 34,00
MCHC
32,55 g/dL
31 - 36
RDW
11,69 %
11,6 14,8
PLT
289,2 10*3/l
150 440
MPV
7,67
6,80 10,0
5. PENGOBATAN
Akilen tetes Telinga 5ml
g/dL
fL
biasanya efek samping yang dialami pasien yaitu mual, berkurangnya pendengaran,
seborrhea, tinnitus.
2.
Ambroxol (3 x 1)
dapat mengeluarkan lendir yang kental dan lengket dari saluran pernapasan dan mengurangi
staknasi cairan sekresi
3.
Cetirizine (1 x 1)
(kantuk) ringan dengan sifat tembahan anti alergi, khususnya alergi rhinitis. Cetirizine di HCL
mampu menurunkan gejala mayor rinisits alergi seperti hidung berair, bersin dan hidung gatal.
B. PATHWAY
Mengkorek-korek telinga, berenang
Lembab
Gatal
Nyeri akut
Terproduksi eksudat, pus dan
Mengorek-ngorek telinga
Defisiensi
pengetahuan
C. ANALISA DATA
DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DS :
DO :
Uji Weber
Uji Rinne
pendengaran
DS :
-
telinganya terkelupas.
DO :
-
S = 38C
WBC = 20,6 10*3/l (Tinggi)
DS :
DO:
-
Defisiensi pengetahuan
kesalahan interpretasi
D. RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
TUJUAN DAN
INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWAT
KRITERIA HASIL
TINDAKAN
(NOC)
(NIC)
AN
Nyeri Akut b.d
agen biologis
a. Menyatakan secara
a. Menggunakan agens
a. Menggunakan agens
verbal pengetahuan
farmakologis untuk
farmakologi akan
tentang cara
meredakan nyeri
menghilangkan atau
alternative untuk
meredakan nyeri
menrunkan nyeri
b. Dengan pengalihan
nyeri pasien tidak
nonanalgesik secara
membantu pengobatan
tepat
relaksasi akan
relaksasi)
membantu
menurunkan nyeri
Gangguan
a. Menunjukkan status
a. Monitor akumulasi
Persepsi Sensori
neurologis : fungsi
: Pendengaran
motorik/sensorik
b.d Penurunan
tidak menggunakan
telinga sehingga
pendengaran
4 (Gangguan ringan)
: pendengaran
diterima neurun
b. Berinteraksi secara
serumen berlebihan
pasien
a. Akumulasi serumen
berlebihan akan
menutup lubang
mengakibatkan infeksi
cotton-bud akan
membersihkan
mendorong serumen
serumen
c. Tinggikan volume
suara saat berbicara,
jika diperlukan
kedalam telinga
c. Suara yang
ditinggikan akan
memudahkan pasien
untuk mendengar apa
Risiko Infeksi
a. Pasien akan
a. Anjurkan asupan
b.d penyakit
menunjukkan
tubuh mengakibatkan
Termoregulasi
penguapan tubuh
ditandai dengan
tambahan cairan
meningkat sehingga
perlu diimbangi
36o-37oC.
berlebihan atau
yang banyak.
cuaca panas.
b. Pemberian terapi
b. Kolaboratif: Berikan
tubuh meningkat,
obat antipiuretik,jika
kemerahan,
perlu.
c. Memantau kondisi
bengkak)
b Menunjukkan
gejala infeksi
mencegah infeksi
local/sistemik.
secara dini.
kemampuan untuk
mencegah
d. Mempertahankan
timbulnya infeksi
(cuci tangan
dan personal.
lingkungan pasien.
efektif)
c
Jumlah WBC
dalam batas normal
(4,10 11,0
yang memengaruhi
10*3/L)
dan penatalaksanaan
d Mendeskripsikan
proses infeksi,
faktor yang
infeksi.
g. Ajarkan teknik cuci
tangan efektif.
mempengaruhi
infeksi serta
penatalaksanaannya
Defisiensi
a. klien mampu
a. Kaji tingkat
pengetahuan
memahami proses
b.d kurang
penyakitnya
tingkat penyakitnya
pajanan
terhadap proses
informasi,
penyakitnya.
b. Pengetahuan pasien
tentang penyakitnya
kesalahan
b. Tentukan motivasi
interpretasi
dapat dikendalikan
pasien untuk
dengan informasi
mempelajari informasi
penyakit
tentang proses
c. Pengetahuan pasien
penyakitnya.
tentang penyakitnya
c. Berikan penyuluhan
dapat dikendalikan
tentang proses
dengan informasi
penyakitnya sesuai
penyakit
dengan tingkat
d. pasien mengetahui
pemahaman pasien,
sesuatu yang
berhubungan dengan
diperlukan
penyakitnya
d. Gunakan berbagai
pendekatan
penyuluhan,
redemonstrasi, dan
berikan umpan balik
secara verbal dan
tertulis.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No.
Hari/tanggal/Jam
Implementasi
Evaluasi
Paraf
Formatif
NB :
Implementasi
disesuaikan
dengan intervensi
dan penulisannya
menggunakan kata
kerja.
Dalam hal ini, prinsip yang harus diterapkan dalam pembuatan implementasi
keperawatan adalah kita harus menentukan perencanaan yang tepat sebelum kita
membuat implementasi keperawatan, adapaun yang harus diperhatikan adalah :
F. EVALUASI KEPERAWATAN
No.
Hari/Tanggal/Jam
1.
2 Mei 2015
Evaluasi
S : Klien mengatakan
nyeri pada telinga
sejak 2 minggu yang
lalu sudah berkurang,
dengan nyeri yang
hilang timbul di
telinga, kualitas nyeri
tumpul. Pasien
mengatakn
mengetahui cara
mengontrol nyeri
dengan menarik napas
saat nyeri timbul.
O : Klien tampak
tenang, skala nyeri
menurun dari 5 (nyeri
sedang) menjadi 3
(nyeri ringan).
A : Tujuan tercapai,
masalah teratasi.
P : Pertahankan
kondisi pasien.
Paraf
2.
2 Mei 2015
S :
-
Klien mengatakan
pendengarannya
menurun
Klien mengatakan
telinganya terasa penuh
O :
Pasien tampak
kesulitan berinteraksi
dan mendengar suara
orang lain. Terdapat
granulasi didalam
telinga
Uji
Weber
: Lateralisas
Uji
Rinne
-
: BC>AC
Uji
Schwabach : Memanj
ang
A : Tujuan tidak
tercapai, masalah belum
teratasi.
P : Lanjutkan
intervensi.
3.
2 Mei 2015
S :
-
Klien mengatakan
S = 38,5C
WBC = 34,6 10*3/l
(Tinggi). Pasien tampak
belum mampu
mempraktekkan cara
mencuci tangan efektif
dengan benar.
A : Tujuan tidak
tercapai, masalah belum
teratasi.
P : Lanjutkan
intervensi.
4.
2 Mei 2015
S:
-
Klien mengatakan
tidak merasakan gatal
seperti pertama
pengkajian. Pasien
mengatakn paham
proses perjalanan
penyakit sehingga ia
bisa mengalami gejala
seperti saat ini.
O: A : Tujuan tercapai,
masalah teratasi.
P : Pertahankan kondisi
pasien.