Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM SENSORI
“OTITIS MEDIA”
Ns. Dipa Handra, S. Kep
Anggota Kelompok 3

Della Fatika. 21031070 Bella Fransiska 21031076


Hikmatul Aulia 21031071 M. Ikhsan. 21031077
Sefriyonaliza 21031072 Jessika Septia 21031077
Lusy Ade Pratiwi 21031073 Anyelir. 21031078
Ivo Cahyang 21031074 Sinta Salsabilla. 21031079
Syalsa Marshanda 21031075
Defenisi Otitis Media
Otitis media adalah infeksi pada telinga tengah
yang menyebabkan peradangan (kemerahan dan
pembengkakan) dan penumpukan cairan di belakang
gendang telinga. Otitis media dapat terjadi akibat
terganggunya tuba eusthacius, dimana paling sering
disebabkan oleh infeksi virus pada saluran
pernapasan atas dan diperparah oleh infeksi sekunder
oleh bakteri. Penemuan spesifik dari pemeriksaan
otoskop adalah hilangnya reflek cahaya, hilangnya
bentuk normal membran timpani, dan pembengkakan
pada membran timpani (Toll)
Tanda Gejala Otitis Media
Gejala otitis media akut dapat bervariasi antara lain :
Nyeri telinga (otalgia), keluarnya cairan dari telinga,
demam, kehilangan pendengaran, tinitus, membran
timpani tampak merah dan menggelembung.
Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit
serta umur pasien, pada anak yang sudah dapat
berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam
telinga, suhu tubuh yang tinggi dan terdapat riwayat
batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar
atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri, terdapat
gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga
atau rasa kurang mendengar.
Klasifikasi Otitis Media
Stadium
Stadium Hiperemis atau
Stadium Pre- Supurasi
Oklusi Tuba
supurasi Stadium
Eustachius

Stadium Stadium
Perforasi Resolusi
Etiologi Otitis Media
1.Bakteri 2.Virus
bakteri ditemukan pada kultur Virus dapat dijumpai tersendiri atau
pada telinga tengah. Spesies bersamaan dengan bakteri
yang paling sering adalah patogenik yang lain. Virus akan
haemophilus influenzae dan membawa dampak buruk terhadap
streptococcus pneumoniae. fungsi tuba Eustachius, menganggu
Kultur pada nasofaring dapat fungsi imun lokal, meningkatkan
memberikan informasi berguna adhesi bakteri, menurunkan efisiensi
dalam keterlibatan bakteri pada obat antimikroba dengan
otitis media akut. menganggu mekanisme
farmakokinetiknya.
Patofisiologi
Fungsi abnormal tuba Eustachius merupakan faktor
yang penting pada otitis media. Tuba Eustachius
adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga
tengah dengan nasofaring, yang terdiri atas tulang
rawan pada dua pertiga ke arah nasofaring dan
sepertiganya terdiri atas tulang. Dipercayai bahwa
anak lebih mudah terserang OMA dibanding dengan
orang dewasa.
Penatalaksanaan
1.Pengobatan
Pada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba
Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes
hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12
tahun atau HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk anak yang berumur atas
12 tahun pada orang dewasa. Sumber infeksi harus diobati dengan pemberian
antibiotik.
Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan
analgesik. pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin.
2. Pembedahan
Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani
OMA rekuren, seperti miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan
adenoidektomi
Asuhan Keperawatan
Identitas Klien
Nama : An. A
Tempat/tgl lahir : Padang Panjang, 03 Januari 2012
Umur : 7 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Suku : Koto
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Komplek cendana 2 garageh Bukittinggi
Tanggal masuk : 07 Oktober 2019
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Pasien datang ke rumah sakit melalui IGD RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi pada tanggal 08 Oktober 2019 pukul 09.00 WIB dengan
keluhan utama nyeri dibelakang telinga sebelah kanan dan ketajaman
pendengarannya menurun disertai dengan keluarnya kotoran telinga
yang berbau. Nyeri dirasakan sejak 5 hari yang lalu, skala nyeri 6.
Telinga keduanya sering sakit terutama yang kanan. Keluhan lain :
pusing (+), badan panas (+), mual (-), muntah (-). BAB dan BAK tidak
ada masalah, tidak ada kejang, pola makan tidak ada gangguan.
Keluarga mengatakan hidung sering tersumbat sejak 6 bulan terakhir
dan flu terus menerus. Ingus berwarna bening. Hasil pemeriksaan fisik
: didapat kemerahan dan penonjolan pada bagian belakang telinga
sebelah kanan, panas (+).
Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan saat ini Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 09
Oktober 2019 didapatkan data bahwa keluarga mengatakan ada luka bekas
operasi dibagian belakang telinga sebelah kanan, tampak luka memiliki jumlah
jahitan 1, panjang ±3cm dan kedalaman ±1 cm, keluarga mengatakan luka masih
basah, terdapat pus dan tidak ada nekrotik, luka terpasang perban dan kondisi
perban tampak masih basah. Keluarga mengatakan luka jahitan belum dilakukan
54 perawatan luka. Pasien juga mengeluh nyeri pada bagian belakang telinga
sebelah kanan, nyeri pada sekeliling area luka bekas operasi, nyeri terasa seperti
tertusuk-tusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri terasa hilang timbul. Pasien tampak
gelisah dan cemas. Pada saat dilakukan pengkajian keluarga mengatakan pasien
demam naik turun sejak 3 hari yang lalu.Faktor Pencetus Keluarga pasien
mengatakan pasien sering mengorek kuping dengan cotton bud bahkan pernah
sampai berdarah. Hasil pemeriksaan otoskopis diperoleh membrane timpani
tampak merah, menggelembung.
Pengkajian Fisik
.1. Tingkat kesadaran : composmenti (GCS : 15, E:4, M:6, V:5)
2. Keadaan umum : sedang
3. Tanda-tanda Vital :
Tekanan darah : 120/88 mmHg
Nadi : 98 x/i
Respiratory Rate : 22 x/i
Suhu : 38,1’C 4.
4. BB : 23 Kg TB : 122 cm
Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala
Tampak tidak ada benjolan / pembengkakan, bentuk bulat, rambut tampak
berwarna hitam, pertumbuhan rambut lebat, subur dan merata, rambut tampak lepek dan
berminyak, mengakibatkan rambut pasien ada ketombe dan rontok. Pasien mengatakan sakit
kepala dan pusing.

2. Mata
Ukuran pupil berdiameter 3mm, bereaksi pada mata kanan dan kiri, mata isokor,
tidak ada nyeri tekan, kedua mata simetris kanan dan kiri, sklera tidak ikterus, reaksi pupil
terhadap cahaya 63 isokor, tidak ada benjolan atau massa, visus 6 ml, conjungtiva anemis, tidak
ada menggunakan alat bantu penglihatan, dan fungsi penglihatan baik. Pasien tidak pernah
melakukan operasi mata.

3. Hidung
Tampak tidak ada abses pada batang hidung, tidak ada pus, tidak terasa nyeri pada
saat ditekan. Tampak tidak ada reaksi alergi pada hidung pasien, tidak ada sinusitis, tidak ada
polip, tampak tidak ada perdarahan pada hidung, hidung berfungsi dengan baik dan pasien
mengatakan tidak ada keluhan pada hidung. Pasien tidak terpasang O2.
Pemeriksaan Head To Toe
4. Telinga
Telinga tampak ada kotoran, tampak ada luka bekas operasi di bagian belakang
telinga sebelah kanan, tampak luka memiliki jumlah jahitan 1, panjang ±3cm dan kedalaman ±1 cm,
luka tampak masih basah dan dibalut dengan perban, kondisi perban tampak basah, terdapat pus
dan tidak ada nekrotik, tampak telinga tidak terpasang anting.

5. Mulut dan tenggorokan


Mulut pasien tidak berbau dan gigi tampak bersih, masih terdapat gigi susu,
mukosa bibir kering dan merah, tidak ada pembengkakan pada gusi pasien. Pasien
tampak sedikit kesulitan dalam berbicara serta sulit menelan karena nyeri. Mukosa bibir kering.

6. Leher
Pada leher pasien teraba arteri carotis, dan tidak ada pembesaran yang terjadi pada
kelenjar tyroid, tidak ada kelainan pada leher pasien, tidak ada nyeri tekan dibagian leher. Tidak
ada pembesaran getah bening. Tidak ada keluhan pada leher.
Pemeriksaan Head To Toe
7. Dada
• Inspeksi : bentuk dada flat, dada tampak simetris antara kiri dan kanan, warna kulit sama, tampak frekuensi nafas 22 x/i,
pola nafas teratur.
• Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada bunyi krepitasi, vokal premitus normal kiri dan kanan.
• Perkusi : terdapat bunyi sonor pada lapang paru pada saat dilakukan perkusi.
• Auskultasi : pada pemeriksaan auskultasi suara paru vesikuler, dan nafas
teratur, tidak ada suara napas tambahan.

8. Kardiovaskuler
• Inspeksi : tampak denyutan arteri carotis, dan tidak ada tampak denyutan vena ugularis, tidak ada edema, dan tidak
ada perubahan warna pada kulit atau sianosis, kuku maupun pada bibir pasien.
• Palpasi : pada pemeriksaan palpasi terdapat ada denyutan pada vena jugularis dan arteri carotis, dan pada tes
capilllary refill kembali dalam 3 detik, tidak ada nyeri tekan atau nyeri lepas.
• Perkusi : batas jantung kiri melakukan perkusi dari arah lateral ke medial bunyi sonor dari paru-paru ke redup, terdapat
batas jantung normal sebelah kanan disekitar ruang interkostal III-IV kanan, di linea parasternalis kanan, batas atas
diruang interkostal II kanan linea parastemalis kanan, pada saat diketuk terdapat suara pekak pada daerah aorta. Tidak
ada pembesaran pada jantung.
• Auskultasi : terdengar suara jantung S1 suara getaran akibat menutupnya katup mitral dan katup trikuspid, terdengar
pada sisi sternum kiri bawah (lup) dan SII suara penutup katup aorta dan katup pulmonal terdengar pada inspirasi
suaranya terdengar (dup), tidak ada bunyi jantung tambahan, irama jantung teratur, murmur tidak ada.
Pemeriksaan Head To Toe
9. Abdomen
inspeksi : bentuk abdomen flat, tidak ada massa atau benjolan pada perut, tidak tampak bayangan pembuluh darah
pada abdomen, tidak ada luka atau lesi.
Auskultasi : Pada auskultasi terdapat bising usus 6 x/menit, irama reguler. Perkusi : saat di perkusi terdengar timpani
bunyi bernada lebih tinggi daripada resonan lokasinya diatas viscera yang terisi oleh udara, teraba batas hepar pada
kuadran kanan atas abdomen, tidak ada keluhan pada saat dilakukan perkusi.
Palpasi : hepar tidak teraba, abdomen teraba lembek, tidak ada pembengkakan atau massa, tidak ada nyeri tekan
maupun nyeri lepas.
10. Punggung
Punggung terlihat tulang belakang sejajar, lurus ke bawah dan sedikit melengkung, tidak ada kelainan tulang seperti
scoliosis dan lordosis.

11. Genitourinaria
Tidak ada lesi atau kemerahan, terdapat bagian-bagian labia mayora dan
monira dengan lengkap. Pasien tidak merasakan nyeri saat berkemih, pasien tampak tidak ada menggunakan kateter,
dan tidak ada kelainan yang ditemui. Pasien tampak berjalan ke kamar mandi dengan bantuan keluarga.

12. Kulit
Kulit pasien berwarna sawo matang, turgor kulit elastis, kulit teraba
hangat, kulit tampak lembab dan tampak tidak sianosis pada bibir dan juga kuku, kuku pendek dan bersih. Pasien
tampak berkeringat berlebih.
Q&A
Session
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik dibuktikan dengan
mengeluh nyeri, meringis, gelisah, sulit
tidur, diaforesis.
2. Hipertermia berhubungan dengan
proses penyakit dibuktikan dengan suhu
tubuh diatas nilai normal, kulit merah,
kulit terasa hangat.
3. Infeksi dibuktikan dengan efek
prosedur invasive.
Intervensi 1
Diagnosa
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan
mengeluh meringis,sulit tidur, dengan nyeri, gelisah, diagorisis
SLKI
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan tingkat
nyeri menurun dengan kriteria hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
Intervensi 1
SIKI
Manajemen nyeri
Observasi : Edukasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Jelaskan penyebab, periode dan
durasi, frekuensi, kualitas, pemicu nyeri.
intensitas nyeri. 2. Anjurkan memonitor nyeri secara
2. Identifikasi skala nyeri. mandiri.
3. Anjurkan menggunakan ibuprofen
Terapeutik : secara tepat.
1. Berikan teknik relaksasi napas 4. Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam untuk mengurangi rasa dalam untuk mengurangi rasa
nyeri. nyeri.
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri. Kolaborasi :
3. Fasilitasi istira 1. Kolaborasi pemberian ibuprofen.
Intervensi 2
Diagnosa
Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan
tubuh nilai suhu diatas normal, kulit merah, kulit terasa hangat.

SLKI
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan termoregulasi membaik dengan kriteria hasil:
- Menggigil menurun
- Suhu tubuh membaik
- Suhu kulit membaik
Intervensi2
SIKI
Manajemen hipertermia
Observasi :
1. Identifikasi penyebab hipertermia.
2. Monitor suhu tubuh.

Terapeutik :
1. Longgarkan atau lepaskan pakaian.
2. Berikan cairan oral.
3. Lakukan pendinginan eksternal
(kompres).

Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring Kolaborasi :
2. Pemberian obat ibuprofen.
Intervensi 3
Diagnosa
Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif.

SLKI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil:
- Demam menurun
- Kemerahan menurun
- Nyeri menurun
- Bengkak menurun
Intervensi 3
SIKI
Perawatan Area Insisi
Observasi :
1. Periksa lokasi insisi adanya
kemerahan, bengkak atau tanda-
tanda dehisen atau eviserasi.
2. Monitor proses penyembuhan area
insisi.
3. Monitor tanda dan gejala infeksi.

Terapeutik :
1. Ganti balutan luka sesuai jadwal.

Edukasi :
1. Jelaskan prosedur kepada pasien, dengan menggunakan alat bantu.
2. Ajarkan meminimalkan tekanan pada tempat insisi.
3. Ajarkan cara merawat area insisi.
Kesimpulan
Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau
seluruh telinga tengah, tuba eustachi, antrum mastoid, dan sel-sel
mastoid yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke
dalam telinga tengah. Bakteri penyebab otitis media antara lain
Staphylococeus aureus,Haemophilus influenza,Escherichia
coli,Streptococcus anhemolyticus, Streptococcus hemolyticus,
Proteus vulgaris, dan Pseudomoas aeruginosa. Terdapat 5 stadium
dalam OMA yaitu stadium oklusi, stadium hiperemis, stadium
supurasi, stadium perforasi, dan stadium resolusi. OMA biasa terjadi
terutama pada bayi atau anak karena anatomi saluran eustachi yang
mash relatif pendek, lebar, dan letaknya lebih horizontal.
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai