PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Otomikosis atau yang dikenal juga dengan fungal otitis externa merupakan
infeksi jamur yang sering terjadi pada telinga luar, terutama pinna
(auricula) dan meatus acusticus externus. Otomikosis sering terjadi di
negara tropis dan subtropis, dan pada kebanyakan kasus, jamur penyebab
tersering infeksi ini merupakan isolat dari Aspergillus (niger, fumingatus,
flavescens, albus) atau Candida spp.1,2
Kasus otomikosis tersebar di seluruh belahan dunia. Sekitar 5-25% dari
total kasus otitis eksterna merupakan kasus otomikosis. Frekuensi
terjadinya infeksi ini bervariasi berdasarkan perbedaan area geografis yang
dihubungkan dengan faktor lingkungan (temperatur, kelembaban relatif)
dan dihubungkan juga dengan musim. Faktor-faktor ini berkontribusi
terhadap peningkatan keringat dan kelembaban mengubah lingkungan
epitel permukaan canalis accusticus externus.7 Di Inggris, diagnosis otitis
eksterna yang disebabkan oleh jamur ini sering ditegakkan pada saat
berakhirnya musim panas.3,4,5 Otomikosis bisa terjadi dengan atau tanpa
gejala. Gejala yang paling sering terjadi adalah pruritus. Namun dapat pula
terjadi gejala lain seperti otalgia, otorrhea, kehilangan pendengaran, dan
tinnitus. Faktor predisposisi terjadinya otomikosis meliputi hilangnya
lapisan serumen, kelembaban yang tinggi, peningkatan temperatur, dan
trauma
lokal,
yang
biasanya
sering
disebabkan oleh
kebiasaan
adanya
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui penyebab, diagnosis dan penatalaksanaan penyakit
pada pasien tersebut sudah tepat atau tidak berdasarkan hasil anamnesis
dan pemeriksaan fisik serta membandingkan antara teori-teori yang telah
ada dengan keadaan yang sebenarnya.
BAB II
LAPORAN KASUS (CASE REPORT)
Identitas
Nama
: Tn. R
Umur
: 67 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku bangsa
: Lampung
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Kelumbayan, Tanggamus
Anamnesis
Anamnesis pada pasien dilakukan secara Autoanamnesa pada tanggal 19
Agustus 2016
Keluhan Utama:
Gatal pada telinga kanan dan kiri sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan Tambahan :
Nyeri pada telinga kiri, rasa penuh di telinga, pendengaran menurun
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli THT RSUD Abdul Moeloek dengan keluhan gatal pada
telinga kanan dan kiri sejak 3 hari yang lalu. Awalnya, pasien sering
membersihkan laing telinganya menggunakan cotton bud atau lainnya. Hal ini
dilakukan sekitar 2 kali dalam 2 minggu. Kemudian beberapa hari terkahir ini
telinga pasien terasa gatal. Gatal ditelinga kiri dirasakan lebih berat
dibandingkan dengan gatal di telinga kanan. Gatal dirasakan terus-menerus
dan memberat setelah pasien mengorek-ngorek telinganya karena terasa gatal.
Pasien mengatakan, dengan mengorek telinga pasien merasa nyaman tetapi
setelah itu gatal terasa memberat. Selain itu, pasien juga mengeluh nyeri pada
telinga kirinya. Keluhan nyeri tidak menjalar dan dirasakan seperti ditusuktusuk. Keluahn nyeri dirasakan memberat setelah mengorek telinga. Pasien
juga mengeluhkan pendengaran pada telinga kiri terasa penuh dan sedikit
menurun dibandingkan sebelah kanan. Pasien merupakan petani dan bekerja
pada pagi hingga siang hari. Pasien mengatakan sering mengorek kuping
menggunakan cotton bud sekitar 1-2 kali setiap 2 minggu. Keluhan ini
mengganggu aktivitas dan istiraha pasien. Pasien menyangkal riwayat keluar
cairan dari dalam telinganya dan tidak merasa nyeri saat membuka mulut.
Tidak ada riwayat telinga berdenging. Tidak ada keluhan pusing (perasaan
berputar) ataupun sakit kepala. Pasien tidak mengeluhkan demam. Riwayat
trauma pada telinga disangkal. Rasa nyeri pada wajah disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit telinga sebelumnya.
Riwayat penyakit diabetes mellitus (-), riwayat penyakit hipertensi (-),
riwayat batuk dan pilek (-), riwayat BAB cair berkepanjangan (-).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama
dengan pasien.
Riwayat Alergi
Pasien memiliki tidak memiliki riwayat alergi.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat untuk mengatasi keluhannya.
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,50C
Status Generalis
Kepala
Mata
Thorak
Abdomen
Ekstremitas
TELINGA LUAR
KIRI
Normotia
Normotia
Deformitas (-),nyeri
tarik (-),warna kulit
sama dengan sekitarnya,
edema (-)
Daun telinga
Preaurikular
Hiperemis (-),nyeri
tekan (-), benjolan (-),
fistula (-)
Retroaurikular
Tidak ada
Tumor
Tidak ada
KANAN
LIANG TELINGA
KIRI
Lapang
Lapang / Sempit
Sempit
Warna menyerupai
kulit
Warna Epidermis
Hiperemis
Tidak ada
Sekret
Ada
Serumen
Ada
Tidak ada
Tumor
Tidak ada
Tidak ada
Edema
Ada
KANAN
MEMBRAN TIMPANI
KIRI
Putih mutiara
Warna
Sulit dinilai
Reflek Cahaya
Sulit dinilai
(-)
Perforasi
Sulit dinilai
Bulging/Retraksi
Sulit dinilai
Kesan :
- Telinga kiri canalis auricularis eksternus sempit, edema (+),
hiperemis (+), hifa (+), spora (+), membran timpani sulit dinilai
-
Hidung
KANAN
HIDUNG LUAR
KIRI
Kulit
Normal
Normal
Tidak ditemukan
Deformitas
Tidak ditemukan
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri Tekan
Dahi
Tidak ada
Tidak ada
Pipi
Tidak ditemukan
Krepitasi
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Tumor , Fistel
Tidak ditemukan
Rhinoskopi Anterior
Kanan
Hiperemis (-)
Tidak ada
Tidak berbau
Mukosa hiperemis (-),
Kiri
Hiperemis (-)
Tidak ada
Tidak berbau
Mukosa hiperemis (-),
eutrofi
Sulit dinilai
Tidak ada
Konka media
Ada deviasi septum nasi
Krista, abses, massa
eutrofi
Sulit dinilai
Tidak ada
Hasil Pemeriksaan
Mukosa
Tidak hiperemis
Gingiva
Gigi
Karies (-)
Lidah
Palatum durum
Permukaan licin
Palatum mole
Permukaan licin
Uvula
Posisi ditengah
Tumor
Tidak ada
FARING
Hasil Pemeriksaan
Dinding Faring
Mukosa
Tidak hiperemis
Uvula
Ditengah
Arkus Faring
Sekret
Tidak ada
TONSIL
Hasil Pemeriksaan
Pembesaran
T1-T1
Kripta
Tidak melebar
Destritus
Tidak ada
Perlekatan
Tidak ada
Faring
Tonsil
Sikatrik
Pemeriksaan Laring
Tidak ada
Resume
Dari anamnesis didapatkan seorang pasien laki-laki, berusia 67 tahun dengan
keluhan gatal pada telinga kiri dan kanan sejak 3 hari yang lalu. Nyeri pada
telinga kiri
berenang (-), riwayat alergi (-), riwayat DM (-) riwayat HT (-). Pemeriksaan
fisik telinga kiri ditemukan CAE hiperemis (+), edema (+), debris hifa (+),
spora (+).
Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan KOH
Diagnosa Kerja
Otomikosis auris sinistra
Diagnosa Banding
- Otomikosis auris sinistra
- Otitis eksterna auris sinistra ec bakteri
Penatalaksanaan
Medikamentosa
- Membersihkan liang telinga dari debris dan hifa jamur
- Clotrimazole salep 2x1
- Natrium diklofenak 50 mg 2 x 1 tablet
Nonmedikamentosa
Edukasi:
- Pasien dianjurkan untuk tidak mengorek-ngorek liang telinga.
- Sebaiknya kedua telinga tidak terkena air dulu. Bila mandi, kedua telinga
ditutup.
- Jika pasien merasa ada cairan yang keluar dari telinga, atau telinga
kemasukan air, gunakan tisu yang telah dipotong dan dibentuk meruncing
ujungnya, dimasukkan ke dalam liang telinga untuk menyerap cairan.
- Istirahat yang cukup.
: Ad bonam
Quo ad Functionam
: Ad bonam
Quo ad Sanationam
: Ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI
Otitis eksterna fungi atau otomikosis adalah infeksi akut, subakut, dan
kronik pada epitel skuamosa dari pinna dan kanalis akustikus eksterna oleh
ragi dan filamen jamur. Jamur adalah penyebab utamanya, namun penyakit
ini juga dapat terjadi akibat infeksi bakteri kronis pada kanalis auditorius
eksternus atau telinga tengah yang menyebabkan menurunnya imunitas
lokal sehingga memudahkan terjadinya infeksi jamur sekunder. Pada kasus
dengan perforasi membran timpani, jamur juga dapat menyebabkan infeksi
pada telinga tengah.8,9,10,11
2.2
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi otitis eksterna fungi bervariasi sesuai dengan keadaan geografis
dan faktor predisposisi pasien dan merupakan 9-50% dari seluruh kasus
otitis eksterna. Umumnya ototitis eksterna fungi lebih sering dijumpai
pada daerah tropis dan sub tropis seperti Mesir, India, Birma, Pakistan,
Bahrain, Israel dan Indonesia berhubungan dengan faktor lingkungan
yakni suhu dan kelembaban di daerah-daerah tersebut.8,12
Lingkungan yang lembab dengan iklim tropis meningkatkan insiden otitis
eksterna fungi karena kontribusinya dalam meningkatkan produksi
keringat dan mengubah permukaan epitel kanalis akustikus eksterna
sehingga menjadi media yang baik bagi pertumbuhan dan proliferasi
jamur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa otitis eksterna fungi lebih
sering didapati pada wanita dan lebih sering terjadi pada orang dewasa
dibandingkan anak-anak. Otitis eksterna fungi unilateral dilaporkan pada
10
90% dari kasus dan tidak menunjukkan sisi mana yang lebih sering
terjadi.8
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa otitis eksterna fungi lebih sering
ditemukan pada pasien dengan penyakit penyerta dibetes melitus tipe 2.
Hal ini dikarenakan pada diabetes melitus tipe 2 terjadi penurunan
imunitas seluler yang berdampak pada mudahnya infeksi dan proliferasi
jamur, keadaan hiperglikemia juga dapat membentuk lingkungan yang
baik bagi pertumbahan jamur. Otitis eksterna fungi pada pasien dengan
diabetes melitus tipe 2 membutuhkan pengobatan dan pemantauan dalam
jangka panjang karena mudah mengalami rekurensi dan resisten oleh
karena pada diabetes melitus tipe 2 terjadi gangguan mikrovaskular yang
dapat memperburuk perfusi aliran darah perifer.13
2.3
FAKTOR PREDISPOSISI9
a.
Kelembaban
Saluran telinga mudah terinfeksi karena gelap dan hangat, sehingga
pada keadaan kelembaban yang tinggi dan cuaca yang panas dapat
memudahkan terjadinya pertumbuhan dan proliferasi bakteri dan
jamur dalam saluran telinga. Hal ini terutama terjadi di daerah tropis
b.
dan subtropis.
Pasien imunokompromis
Pada pasien dengan imunokompromis, infeksi jamur menjadi lebih
mudah terjadi karena sistem imun pasien tidak mampu melindungi
c.
tubuhnya.
Penggunaan jangka panjang tetes telinga antibiotik
Keadaan normal telinga dan sel epitel mukosa saluran telinga dapat
mengalami perubahan akibat penggunaan jangka panjang tetes telinga
antibotik, sehingga memudahkan terjadi pertumbuhan dan proliferasi
jamur. Perubahan tersebut juga dapat mengakibatkan flora normal
dalam saluran telinga berubah menjadi patologis.
d.
Perenang
Jika terlalu banyak air masuk ke dalam saluran telinga, misalnya saat
berenang,
terutama
di
air
yang
mengandung
klorin
atau
11
membersihkan
telinga
dengan
air
pada
saat
mandi
akan
normal
sebenarnya
berfungsi
melindungi
dan
2.4
ETIOLOGI
Sebagian besar kasus otitis eksterna fungi disebabkan oleh jamur
Aspergillus spp. dan Candida. Aspergillus niger adalah yang paling sering
ditemui pada pemeriksaan kultur karena jumlahnya yang mendominasi
kanalis auditoris eksterna,
12
PATOFISIOLOGI8
Patofisiologi otitis eksterna fungi berkaitan dengan anatomi, fisiologi dan
histologi kanalis akustikus eksterna. Kanalis akustikus eksterna adalah
sebuah saluran atau kanal dengan panjang rata-rata 2,5 cm dan lebar ratarata 7,9 mm pada orang dewasa. Saluran atau kanal ini berbentuk silinder
dan dilapisi dengan epitel berlapis gepeng bertanduk hingga ke bagian luar
membrana timpani. Bagian depan dari resesus membrana timpani, hingga
isthmus sering menjadi tempat akumulasi debris keratin dan serumen dan
sulit dibersihkan.
Serumen memiliki suatu zat antimikotik, bakteriostatik dan insect
repellent. Serumen terdiri dari lipid (46-73%), protein, asam amino bebas,
mineral, lisosim, imunoglobulin, dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak
tak jenuh rantai panjang yang terdapat pada kanalis akustikus eksterna
yang normal dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Komposisi
hidrofobik ini memungkinkan serumen berperan dalam mengeluarkan air
dari kanalis akustikus eksterna, serta membuat permukaan kanalis tidak
permeabel, dan mencegah maserasi dan kerusakan epitel.
Flora normal atau komensal yang terdapat di dalam kanalis akustikus
eksterna diantaranya, Staphylococcus epirdemidis, Corynebacterium sp,
Bacillus sp, Gram positive cocci (Staphylococcus aureus, Streptococcus
sp, non-pathogenic micrococci), Gram negative bacilli (Pseudomonas
aeruginosa, Escherichia coli, Hemophilus influenza, Morazella catarrhalis,
etc) dan jenis jamur miselia dari genus Aspergillus dan Candida sp. Flora
normal atau komensal ini tidak bersifat patogen apabila lingkungan kanalis
aksutikus eksterna dan keseimbangan antara bakteri dan jamur tetap
terjaga.
13
Diagnosis Otomikosis
Otomikosis bisa terjadi dengan atau tanpa gejala. Gejala yang paling
sering terjadi adalah rasa gatal atau pruritus. Penderita mengeluh rasa
penuh dan sangat gatal di dalam telinga. Liang telinga merah sembab dan
banyak krusta. Inflamasi disertai eksfoliasi permukaan kulit atau
pendengaran dapat terganggu oleh karena liang telinga tertutup oleh massa
kotoran kulit dan jamur. Infeksi jamur dan invasi pada jaringan di bawah
kulit menyebabkan nyeri dan supurasi. Bila infeksi berlanjut, eksema dan
likenifikasi dapat jelas terlihat dan kelainan ini dapat meluas ke telinga
bagian luar hingga bawah kuduk. Tulang rawan telinga dapat juga
terserang.6,16 Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan umum pada
tahap awal dan sering mengawali terjadinya rasa nyeri. Rasa sakit pada
telinga bisa bervariasi mulai dari hanya berupa perasaan tidak enak pada
telinga, perasaan penuh dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga
berdenyut diikuti nyeri yang hebat. Keluhan rasa sakit yang dikeluhkan
sering menjadi gejala yang mengelirukan, walaupun rasa sakit tersebut
merupakan gejala yang dominan. Derajat rasa sakit belum bisa
menggambarkan derajat peradangan yang terjadi. Hal ini dijelaskan
bahwasanya kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan
periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis akan menekan
serabut saraf yang mengakibatkan rasa nyeri. Selain itu, kulit dan tulang
rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan
daun telinga, sehingga gerakan dari daun telinga akan mengakibatkan rasa
14
sakit yang hebat pada kulit dan tulang rawan di liang telinga luar.
Kurangnya pendengaran mungkin dapat terjadi akibat edema kulit liang
telinga, sekret yang purulen, atau penebalan kulit yang progresif yang bisa
menutup lumen dan mengakibatkan gangguan konduksi hantaran suara.
17
15
16
17
TERAPI
Meskipun berbagai penelitian telah menunjukkan beberapa obat baik
topikal maupun per oral yang dapat digunakan dalam penanganan otitis
eksterna fungi, namun belum ada konsesus yang memuat mengenai obat
dan cara yang paling efektif diantara yang lain. Penanganan yang sering
dilakukan saat ini adalah dengan pemberian antifungi topikal dan
pembersihan liang telinga dari debris dan sekret jamur yang terbukti dapat
memberikan hasil yang baik, walaupun membutuhkan waktu yang cukup
lama.8
Banyak peneliti meyakini bahwa hal terpenting dalam penanganan otitis
eksterna fungi adalah dengan mengidentifikasi jamur penyebab untuk
memberikan terapi medikamentosa yang adekuat. Untuk saat ini, belum
ada terapi khusus yang direkomendasikan untuk otitis eksterna fungi
karena banyaknya antifungi yang dapat digunakan klinisi secara luas yang
membuktikan bahwa terapi ini juga tergantung pada pasien sebagai
individu.8
Sediaan antifungi dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni antifungi
spesifik dan non spesifik. Antifungi non spesifik diantaranya adalah
larutan asam dan pembersih:8
18
Candida albicans.
Gentian Violet yang disediakan dalam bentuk larutan konsentrasi
rendah. Misalnya 1% dalam air. Gentian violet bersifat antibakteri,
antifungi,
antiinflamasi
dan
antiseptik.
Beberapa
penelitian
dan alkohol)
Merchurochrome yang merupakan antiseptik topikal dan antifungi.
Penelitian menunjukkan efektivitasnya hingga 93, 4%.
luas.
19
20
KOMPLIKASI
Perforasi membran dapat terjadi sebagai komplikasi dari otomikosis yang
bermula pada telinga dengan membran timpani intak. Insidens perforasi
timpani pada mikosis ditemukan menjadi 11%. Perforasi lebih sering
terjadi pada otomikosis yang disebabkan oleh Candida albicans.
Kebanyakan perforasi terjadi bagian malleus yang melekat pada membran
timpani. Mekanisme dari perforasi dihubungkan dengan trombosis mikotik
dari pembuluh darah membran timpani, menyebabkan nekrosis avaskuler
dari membran timpani. Enam pasien pada grup immunocompromised
mengalami perforasi timpani. Perforasi kecil dan terjadi pada kuadran
posterior dari membran timpani. Biasanya akan sembuh secara spontan
dengan pengobatan medis. Jarang namun jamur dapat menyebabkan otitis
eksterna invasif , terutama pada pasien immunocompromised. Terapi
antifungal sistemik yang adekuat sangat diperlukan pada pasien ini.8
BAB IV
PEMBAHASAN
21
Seorang laki-laki usia 67 tahun datang ke poli THT luar dengan keluhan utama
gatal di telinga kanan dan kiri dengan disertai keluhan nyeri, terasa penuh di liang
telinga dan gangguan pendengaran. Menurut penelitian yang dilakukann Bayati
dkk di Iran didapatkan gejala dari otomikosis adalah pruritus (65%), otalgia
(55%), rasa penuh ditelinga (46%), otorrhea (40%) and kehilangan pendengaran
(33%).1 Ho mencatat bahwa pruritus ditemukan 23% kasus, otalgia dan otorrhea
adalah 48%, gangguan pendengaran ditemukan pada 45% kasus. Mirip dengan
penelitian yang dilakuakn Ozcan yang ditemukan sebagian besar kasus memiliki
gejala aural seperti gatal, otalgia, gangguan pendengaran, discharge telinga dan
tinnitus. Otomycosis ditemukan pada semua kelompok usia.21,22
Kebiasaan membersihkan telinga dengan bulu, batang korek api dan ujung jari
yang terkontaminasi dapat mendorong inokulasi dan pertumbuhan spora jamur
pada CAE terutama pada pasien dengan hygiene pribadi yang buruk. 3 Saluran
telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit
yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran
telinga dengan cotton buds (kapas pembersih) dapat mengganggu mekanisme
pembersihan ini dan dapat mendorong sel-sel kulit yang mati beserta serumen ke
arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana. Penimbunan sel-sel
kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air yang masuk ke
dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembab pada
saluran telinga akan lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur. 23
Temuan massa putih keabu-abuan dengan bintik hitam dan filamen halus yang
khas untuk otomikosis. Diagnosis pasti dapat dibantu dengan pemeriksaan KOH
untuk mengidentifikasi elemen jamur atau melalui kultur jamur. Kumar
menemukan jamur dari isolat pasien otomikosis sebanyak 43 kasus (52,43%).
Kumar juga mengisolasi Aspergillus niger (52.43%), Aspergillus fumigates
(34.14%), C.albicans (11%), C.pseudotropicalis (1.21%) and Mucor sp (1.21%).
Ahmad et al (1989) yang mempublikasi sebuah karya prospective study pada 53
22
pasien di poli THT FK UI juga membuktikan bahwa spesies yang sering terisolasi
adalah Aspergillus sp. dari pada Candida sp. 3
Tidak ada antifungal telinga yang disetujui FDA (Food and Drugs Approval
Bureau in United States) untuk pengobatan otomikosis. Banyak agen dengan
berbagai properti antimycotic telah digunakan dan dokter telah berjuang untuk
mengidentifikasi agen yang paling efektif untuk mengobati kondisi ini. Selain
terapi topikal, beberapa literatur menekankan kebersihan telinga pada pengobatan
otomikosis sebagai pendukung ototopical untuk membuat lingkungan liaang
telinga yang lebih kering dan membantu kerja obat untuk membersihkan obat
sekresi dan debris.3,20,21,22,
Golongan azole merupakan agen sintetik yang dapat mengurangi konsentrasi
ergosterol, yaitu sterol esensial yang terdapat pada membran sitoplasma normal.
Clotrimazole adalah golongan azole yang paling sering digunakan karena
efektifitasnya yang tinggi dalam mengobati otomikosis. Clotrimazole juga
memiliki efek antibakteri sehingga sering digunakan untuk pengobatan infeksi
bakteri-jamur, dan ia tidak memiliki efek ototoksisitas. Ketokonazole dan
flukonazole merupakan antifungal spektrum luas dan komponen kimianya efektif
mengobati penyebab umum otomikosis seperti Aspergillus dan Candida albicans.
Klotrimazole merupakan anti jamur spektrum luas yang umum digunakan.
Klotrimazol bekerja dengan meningkatkan permeabilitas membran fungi sehingga
menyebabkan kematian pada jamur. Penanganan ditujukan untuk mengeradikasi
jamur penyebab dan mengembalikan kanalis akustikus eksterna dalam kondisi
normalnya serta mengurangi keluhan pasien. Mukosa kanalis pasien mengalami
tanda-tanda inflamasi seperti nyeri, hiperemis dan edema ringan, sehingga
diberikan antiinflamasi per oral yaitu kalium dikofenak 50 mg 2 kali sehari.20
Otomikosis bisa tanpa gejala tetapi jika tidak ditangani dapat menyebabkan
morbiditas seperti kehilangan pendengaran. Dalam studi baru-baru ini 56 pasien
(14,8%) memiliki berbagai derajat tuli konduktif. Prognosis pada pasien ini baik
tetapi perlu follow up dan mengobserviasi tingkat rekurensinya.
23
BAB IV
24
KESIMPULAN
1. Diagnosis kasus adalah otomikosis sesuai dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
2. Faktor predisosisi yang menyebabkan penyakit pada kasus ini adalah
kebiasaan mengorek telinga. Penyebab terbanyak kasus otomikosis adalah
Aspergillus sp. dan Candida sp.
3. Terapi yang digunakan adalah pemberian klotrimazole, NSAID dan
memberishkan liang telinga.
4. Perlu kepatuhan dan edukasi yang adekuat untuk mencegah kekambuhan
kasus.
DAFTAR PUSTAKA
25
26
27