Anda di halaman 1dari 9

2.

1 Skenario Kasus
“Telinga Berair”

Nila, anak perempuan berusia 8 tahun diantar ibunya ke poliklinik umum


dengan keluhan keluar cairan bening dan gangguan pendengaran di telinga kiri
sejak satu hari yang lalu. Sejak dua hari yang lalu, Nila mengeluh nyeri dan
gangguan pendengaran di telinga kiri. Sejak lima hari yang lalu, Nila menderita
demam tinggi dan batuk pilek. Riwayat keluar cairan dari kedua telinga
sebelumnya tidak ada.

Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif, BB 22 kg, TB 124 cm
Tanda Vital: Nadi: 98x/menit, RR: 24x/ menit, Suhu: 39oC
Keadaan Spesifik:
Kepala: Konjungtiva tidak pucat
Telinga:
Dekstra: nyeri tekan tragus (-), membran timpani hiperemis intak, refleks
cahaya (+) di jam 3, sekret (-).
Sinistra : nyeri tekan tragus (-), dengan otoskopi tampak sekret (+) serous
aktif, membran timpani tampak perforasi di bagian sentral.
Hidung : cavum nasi normal, secret serous (+), massa (-)
Tenggorokan: faring hiperemis (+), Tonsil: T2/T2 hi[eremis (+/+)
Thoraks:
 Cor: Bunyi jantung normal
 Pulmo : vesikuler (+) normal, wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : kaki tangan dingin (-), efloresensi (-), telapak tangan tidak pucat.

2.2 Klarifikasi Istilah


Tabel 1. Klarifikasi Istilah

1. Membran Timpani Struktur tipis antara meatus acusticus


externus dan telinga tengah (Droland, Ed
30).
2. Tragus Tonjolan kartilago di sebelah anterior
lubang telinga luar (Droland, Ed 30).

3. Serous Berkenaan dengan atau menyerupai


serum , menghasilkan dan mengandung
serum (Droland, Ed 30).
4. Otoskopi Alat untuk melakukan infeksi atau
auskultasi pada telinga (Droland, Ed 30).

5. Sekret Substansi kimiawi yang dilakukan oleh sel


tubuh dan kelenjar tubuh (Droland, Ed 30).

6. Efloresensi Berubah menjadi bentuk akibat kehilangan


air pada proses kristalisasi atau
berkembang menjadi ruang (Droland, Ed
30).
7. Hiperemis Obstruksi aliran darah di daerah tersebut
(Droland, Ed 30).

8. Tonsil Massa jaringan yang bulat dan kecil


khususnya dari jaringan limfoid, umumnya
digunakan tersendiri untuk menunjuk pada
tonsila palatina (Droland, Ed 30).

2.3 Identifikasi Masalah


1. Nila, anak perempuan berusia 8 tahun diantar ibunya ke poliklinik umum
dengan keluhan keluar cairan bening dan gangguan pendengaran di
telinga kiri sejak satu hari yang lalu. Sejak dua hari yang lalu, Nila
mengeluh nyeri dan gangguan pendengaran di telinga kiri.
2. Sejak lima hari yang lalu, Nila menderita demam tinggi dan batuk pilek.
Riwayat keluar cairan dari kedua telinga sebelumnya tidak ada.
3. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif, BB 22 kg, TB 124 cm
Tanda Vital: Nadi: 98x/menit, RR: 24x/ menit, Suhu: 39oC
Keadaan Spesifik:
Kepala: Konjungtiva tidak pucat
Telinga:
Dekstra: nyeri tekan tragus (-), membran timpani hiperemis intak,
refleks cahaya (+) di jam 3, sekret (-).
Sinistra : nyeri tekan tragus (-), dengan otoskopi tampak sekret
(+) serous aktif, membran timpani tampak perforasi di bagian sentral.
Hidung : cavum nasi normal, secret serous (+), massa (-)
Tenggorokan: faring hiperemis (+), Tonsil: T2/T2 hi[eremis (+/+)
Thoraks:
 Cor: Bunyi jantung normal
 Pulmo : vesikuler (+) normal, wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : kaki tangan dingin (-), efloresensi (-), telapak tangan tidak
pucat.

2.4 Prioritas Masalah


Identifikasi 1: Nila, anak perempuan berusia 8 tahun diantar ibunya ke
poliklinik umum dengan keluhan keluar cairan bening dan gangguan
pendengaran di telinga kiri sejak satu hari yang lalu. Sejak dua hari yang
lalu, Nila mengeluh nyeri dan gangguan pendengaran di telinga kiri.

Alasan: Merupakan keluhan utama, apabila tidak segera ditatalaksana dapat


menganggu aktifitas.

2.5 Analisis Masalah


1. Nila, anak perempuan berusia 8 tahun diantar ibunya ke poliklinik umum
dengan keluhan keluar cairan bening dan gangguan pendengaran di
telinga kiri sejak satu hari yang lalu. Sejak dua hari yang lalu, Nila
mengeluh nyeri dan gangguan pendengaran di telinga kiri.
a. Bagaimana anatomi fisiologi dan histologi pada kasus?
b. Apa makna Nila, anak perempuan berusia 8 tahun diantar ibunya ke
poliklinik umum dengan keluhan keluar cairan bening dan gangguan
pendengaran di telinga kiri sejak satu hari yang lalu?
c. Bagaimana etiologi dari keluar cairan bening dan gangguan
pendengaran di telinga kiri?
d. Bagaimana mekanisme keluar cairan bening dan gangguan
pendengaran di telinga kiri?
FR: Batuk pilek/ispa → MO masuk ke saluran pernafasan → terjadi
inflamasi pada nasofaring → terjadi proses inflamasi → merangsang
pelepasan mediator inflamasi (IL-1, IL-6, TNF dan IFN) → terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler dan vasodilatasi pembuluh darah
→ sumbatan (kongesti) pada hidung → sumbatan (kongesti) pada
tuba eustachius → terjadi peningkatan tekanan pada tuba eustachius
→ pada cavum timpani tekanannya menjadi negative → tuba
eustachius akan terbuka → MO masuk ke teling tengah → terjadi
proses inflamasi → merangsang pelepasan mediator inflamasi (IL-1,
IL-6, TNF dan IFN) → terbentuknya cairan eksudat → akumulasi
cairan eksudat → terjadi bulging → iskemik → nekrosis membrane
timpani → rupture → perforasi membrane timpani →terbentuk
drainase akibat membran timpani ruptur -keluar cairan berwarna
bening
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2015. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL FK UI. Dalam:Gangguan
Pendengaran dan Kelainan Telinga. Edisi ketujuh. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
e. Apa makna Sejak dua hari yang lalu, Nila mengeluh nyeri dan
gangguan pendengaran di telinga kiri?
f. Bagaimana penyebab nyeri di telinga kiri?
Nyeri disebabkan oleh proses inflamasi yang disebabkan oleh virus
dan bakteri, yang menyebabkan berkumpulnya cairan pada telinga
bagian tengah sehingga membran timpani akan tampak menonjol,
dan apabila terjadi perforasi akan menimbulkan keluarnya cairan dari
telinga. Nyeri pada OMA ini terkait dengan proses inflamasi pada
telinga dimana Virus akan masuk, menyebabkan inflamasi dan
merusak pelindung alami dari telinga memungkinkan terjadinya
infeksi bakteri.
g. Bagaimana mekanisme dari nyeri di telinga kiri?
FR: Batuk pilek/ispa → MO masuk ke teling tengah → terjadi proses
inflamasi → merangsang pelepasan mediator inflamasi (IL-1, IL-6,
TNF dan IFN) → terbentuknya cairan eksudat → akumulasi cairan
eksudat → terjadi bulging → iskemik → nekrosis membrane timpani
→ rupture → perforasi membrane timpani → cairan menyebar
melalui aditus ad antrum → terjadi inflamasi → merangsang
pengeluaran histamin dan bradykinin → merangsang nosiseptor nyeri
→ presepsi nyeri → nyeri di telinga kiri
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2015. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL FK UI. Dalam:Gangguan
Pendengaran dan Kelainan Telinga. Edisi ketujuh. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
Lidya Angelina Purba, Mukhlis Imanto, Dian Isti Angraini. 2021.
Hubungan Otitis Media Akut Dengan Riwayat Infeksi Saluran
Pernapasan Atas Pada Anak. Jurnal Medula Vol.10 No.4.
h. Apa hubungan keluhan sejak 1 hari lalu dengan keluhan sejak 2 hari
yang lalu?
i. Apa hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus?
j. Bagaimana faktor resiko pada kasus?
Faktor risiko dari otitis media pada populasi anak-anak dibagi
menjadi faktor inang dan faktor lingkungan. Faktor risiko tersebut
yaitu bayi yang lahir secara prematur dan berat badan saat lahirnya
rendah, umur, serta variasi musim juga dapat mempengaruhi. Dimana
otitis media lebih sering terjadi pada musim gugur dan musim dingin.
Faktor lainnya yang berpengaruh seperti predisposisi genetik,
pemberian ASI, kondisi imunodefisiensi, alergi, gangguan anatomi,
sosial ekonomi, lingkungan yang kumuh/padat, dan posisi tidur.
Usia merupakan salah satu faktor risiko yang sering berkaitan dengan
kejadian otitis media akut. Dimana umumnya kejadian OMA ini
terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.
Faktor anatomi juga memperngaruhi dimana pada saat anak-anak,
saluran eustachius posisinya lebih horizontal dibandingkan dengan
usia dewasa. Hal tersebut menyebabkan kecenderungan terjadinya
OMA pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Anak-anak pada
usia 6-11 bulan lebih rentan terkena otitis media akut.
Siti Amalya Ilmyasri. 2020. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA
OTITIS MEDIA AKUT. Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Volume 2 Nomor 4 Hal 473 – 482.
k. Bagaimana klasifikasi dari gangguan pendengaran?
l. Apa kemungkinan penyakit dengan keluhan pada kasus?
m. Apa saja stadium otitis media?

2. Sejak lima hari yang lalu, Nila menderita demam tinggi dan batuk pilek.
Riwayat keluar cairan dari kedua telinga sebelumnya tidak ada.
a. Apa makna sejak lima hari yang lalu, Nila menderita demam tinggi
dan batuk pilek?
b. Apa hubungan keluhan 5 hari yang lalu dengan keluhan pada kasus?
merupakan salah satu faktor risiko dari OMA. Dimana infeksi saluran
napas atas dapat menjadi faktor risiko seseorang terkena OMA.
Penyebabpaling umum dari OM akut adalah Streptococcus
pneumoniae,Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis.
NamunPseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus
merupakanbakteri aerob yang paling sering ditemukan pada pasien
OMA,diikuti dengan Proteus vulgaris dan Klebsiella pneumoniae
Siti Amalya Ilmyasri. 2020. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA
OTITIS MEDIA AKUT. Jurnal Penelitian Perawat Profesional
Volume 2 Nomor 4 Hal 473 – 482.

c. Apa penyebab dari demam tinggi dan batuk pilek?


d. Bagaimana mekanisme dari demam tinggi dan batuk pilek?
e. Apa makna riwayat keluar cairan dari kedua telinga sebelumnya tidak
ada?
Menyingkirkan diagnosis osmk
3. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif, BB 22 kg, TB 124 cm
Tanda Vital: Nadi: 98x/menit, RR: 24x/ menit, Suhu: 39oC
Keadaan Spesifik:
Kepala: Konjungtiva tidak pucat
Telinga:
Dekstra: nyeri tekan tragus (-), membran timpani hiperemis intak,
refleks cahaya (+) di jam 3, sekret (-).
Sinistra: nyeri tekan tragus (-), dengan otoskopi tampak sekret (+)
serous aktif, membran timpani tampak perforasi di bagian sentral.
Hidung: cavum nasi normal, secret serous (+), massa (-)
Tenggorokan: faring hiperemis (+), Tonsil: T2/T2 hi[eremis (+/+)
Thoraks:
 Cor: Bunyi jantung normal
 Pulmo: vesikuler (+) normal, wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen: datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas: kaki tangan dingin (-), efloresensi (-), telapak tangan tidak
pucat.
a. Bagaimana interpetasi pemeriksaan fisik dan keadaan spesifik pada
kasus?
b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik dan keadaan
spesifik pada kasus?
c. Bagaimana prosedur pemeriksaan otoskopi?
Persiapan Pasien:
a) Meminta pasien untuk duduk tegak lurus dengan kepala condong
ke depan.
b) Untuk melihat telinga kiri, kepala pasien diputar ke kanan dan
sebaliknya
- Teknik Pemeriksaan Telinga dengan menggunakan Otoskopi:
a. Jari I dan II tangan kiri memegang daun telinga yang akan
diperiksa.
b. Melakukan pemeriksaan telinga kanan dan kiri secara bergantian
dengan menggunakan Otoskopi menggunakan tangan kanan untuk
melihat membrana timpani.
c. Melakukan penilaian.
Warna : pink pucat (normal), merah (radang), putih (skeloris)
Reflek cahaya positif/negative, ada perforasi,bulging atau tidak dsb
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2015. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL FK UI. Dalam:Gangguan
Pendengaran dan Kelainan Telinga. Edisi ketujuh. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
d. Bagaimana prosedu pemeriksaan refleks cahaya?
4. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus?
5. Bagaimana diagnosis banding pada kasus?
6. Bagaiamana pemeriksaan penunjang pada kasus?
- Otomikroskopi/ otoendoskopi
- Audiometri nada murni
- Bone conduction brainstem Evoked response audiometry ( BCBERA)
- Audiometri tutur
- Pencitraan : foto polos mastoid, high resolted computer tomography,
MRI
- Kultur telinga tengah
- Biopsi massa liang telinga tengah
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2015. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL FK UI. Dalam:Gangguan
Pendengaran dan Kelainan Telinga. Edisi ketujuh. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI

7. Bagaimana diagnosis kerja pada kasus?


8. Bagaimana tatalaksana pada kasus?
9. Bagaimana komplikasi pada kasus?
10. Bagaimana prognosis pada kasus?
11. Bagaimana SKDI pada kasus?
3A ( Bukan gawat Darurat)
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter
mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindak lanjuti sesudah
kembali dari rujukan.
12. Bagaimana NNI pada kasus?
a. Hadis : allah telah menurunkan penyakit dengan obatnya demikian
maka berobatlah kalian jangan berobat yang haram

2.7 Hipotesis
Nila, 8 tahun mengeluh otorhea, oftalgia, dan gangguan pendengaran di
telinga kiri karena kemungkinan menderita otitis media supuratif akut.

Anda mungkin juga menyukai