Anda di halaman 1dari 31

Modul 6

HIDUNG DAN
TELINGA

Disusun oleh kelompok 1


Tutor : dr. Anna Millizia, M.Ked(An), Sp. An
Yofinda Aurelia Rizkita 190610001
T. Yocana Luthfi F. 190610003
Ulfa Zahara 190610005
Muthia Zahra 190610007

Farah Agustari 190610009

Muhammad Farhan 190610011

Ryan Valensky 190610027

Ghina Shadrina Rienti 190610047

Aqilla Lutfiah 190610049

Hezelyn Aldelina 190610053

Putri Athira Tarigan 190610055

Tengku Mutiara Saidina 190610057


Skenario 6

Seburuk Inikah Nasibnya???


Dedi, seorang pelajar berusia 12 tahun, mengalami kecelakaan ketika
mengendarai sepeda motor dan dibawa ke IGD. Dari pemeriksaan dokter
didapatkan auris sinistra robek serta keluar darah dan batang hidungnya
bengkak. Dari hasil pemeriksaan telinga didapatkan membran timpani dan
tulang pendengarannya masih baik. Dedi sangat khawatir dengan keadaan
hidung dan telinganya tersebut yang kemungkinan akan mengalami gangguan,
karena dedi khawatir telinga kirinya akan mengalami bentuk yang aneh seperti
telinga kanannya. Dedi dilahirkan dengan daun telinga kanan yang tidak
sempurna
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan rinoskopi dan melihat adanya
laserasi di mukosa hidung, kemudian dilakukan pemeriksaan rontgen foto os.
Nasal dan sinus paranasal untuk memastikan ada tidaknya fraktur di daerah
tersebut. Dedi juga mengeluh pusing, dokter menduga hal ini disebabkan karena
taruma pada telinga yang didalamnya juga terdapat organ keseimbangan.
Bagaimana anda menjelaskan tentang kasus yang dialami oleh Dedi?
Jump 1
Terminologi
1. Auris Sinistra
Telinga Sebelah Kiri

2. Membran Timpani
Selaput atau membran tipis yang memiahkan telinga luar dan telinga tengah. berfungsi untuk
menghantar getaran suara dari udara menuju tulang pendengaran didalam telinga tengah

3. Pemeriksaan Rinoskopi
Metode pemeriksaan non operasi untuk melihat kondisi pada nasal, paranasal, sinus,
dan laring serta faring

4. Laserasi
Luka terbuka yang umumnya disebabkan oleh benda tumpul, daripada benda tajam,
yang menyebabkan robeknya jaringan

5. Mukosa Hidung
Permukaan lembab yang melapisi rongga hidung, melekat erat dengan periosteum atau
perichondrium dari concha hidung

6. Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan x-ray

7. Sinus Paranasal
Rongga berisi udara yang berbatasan langsung dengan rongga hidung
Jump 2 & 3
Rumusan Masalah dan Hipotesa
1. Bagaimana tahap embriologi pembentukan telinga?
x. a. Telinga tengah Vesikula otika (gelembung telinga. Terdiri dari cavum tympani dan tuba auditiva.
Tuba auditiva membentang antara kavitas timpani dan nasofaring. Tulang-tulang
pendengaran berasal dari arkus faring pertama (Malleus dan Incus) dan kedua
(stapes)
b. Meatus Acusticus Externus Celah faring pertama dan dipisahkan dari kavitas timpani oleh
membrana timpanika (gendang telinga)
c. Aurikula Enam tonjolan mesenkim disepanjang arkus faring pertama dan kedua

2. Bagaimana tahap embriologi pembentukan hidung?


x. – Mesenkim ventral vesikel otak : dahi, jembatan hidung, prominensia nasalis media dan lateralis
- Plakoda Nasalis Fovea Nasalis : Titrum bibir atas, lengkung dan ujung hidung, cuping hidung
3. Apa saja bagian-bagian dari telinga?
x. Telinga luar (Auris Externa) : -Auricula -Membran Tympani
-Meatus Acusticus Externus
Telinga tengah (Auris Media) : -Cavum Tympani -Tuba Auditiva Eusthacii
-Ossiculae auditiva

Telinga dalam (Auris Interna) :


*labyrinthus osseus : -cochlea -canalis semisirkularis pars ossea
-vestibulum
*labyrinthus membranaceus : -ductus cochlearis -ductus semicircularis
-utriculus dan sacculus -ductus dan saccus endolymfaticus

4. Apa saja bagian-bagian dari hidung?


x. Hidung luar : pangkal hidung (bridge) , batang hidung (dorsum nasi) , puncak hidung (hip) ,
sayap hidung (ala nasi) , lubang hidung (nares ant.) , sekat t. Rawan dan kulit
(kolumela)
Hidung dalam : dibagi menjadi 2 yaitu:cavum nasi kanan dan cavum nasi kiri yang
dipisahkan oleh septum nasi

5. Apa yg menyebabakan auris sinistra robek?


x. Yang menyebabkan aurusSinistra robek adalah hal yang umumnya:
infeksi,tekanan,cidera,suara keras dan Goresan benda. kalau seperti sekenario itu
bisa jadi karena tekanan akibat kecelakaan yang terjadi sehingga menyebabkan
cedera dan robeknya Auris Sinistra
6. Apa dampak dari auris sinistra yang robek?
x. Dampak dari auricula yg robekTimbulnya luka hipertropi/keloind pada daun telinga, sehingga
membuat bentuk yg tidak sama seperti semula. Bisa ada kemungkinan komplikasi spt pendarahan dan
hematoma (penggumpalan darah)Lalu, karena bentuk daun yg tidak normal, maka hantaran gelombang
suara juga akan terganggu

7. Apa yang menyebabkan batang hidungnya bengkak?


x. Trauma menghasilkan kekuatan tekuk tajam yang menarik mucoperichondrium yang melekat erat dari
tulang rawan yang mendasarinya. Hal ini menyebabkan pecahnya pembuluh submukosa yang akhirnya
menyebabkan penggumpalan darah antara tulang rawan dan perikondrium sehingga terbentuklah
hematoma

8. Apa tes untuk mengetahui gangguan pada pendengaran?


x. 1. Tes rinne 4. Tes berbisik
2. Tes weber 5. Tes BERA
3. Tes schwabach
9. Apa saja pemeriksaan pada hidung?
x. Rinoskopi anterior :konka inferior nasi,vestibulum,meatus inferior,meatus media,konka
media,semptum nasi dan apakah ada tumor atau radangRinoskopi postertior:keadaan koana,septum
nasi,konka nasalis media dan superior keadaan fossa rossenmuller,keadaan muara tuba custachii,untuk
anak kecil periksa adenoid
10. Apa yang menyebabkan daun telinga kirinya berbentuk aneh?
x. Karena ruang rahim yg cukup sempit utk bergerak, sehingga daun telinga janin berada di satu posisi
dengan jangka waktu yg cukup lama dan bentuknya menjadi bentuknyaAtau ada kemungkinan si dedi
mengalami kelainan microtia.Penyebab microtia: konsumsi obat yg mengandung isotetrinoin saat hamil,
ibu mengalami diabetes sebelum hamil, dan ibu hamil yg diet rendah karbohidrat dan asam folat

11. Bagaimana cara kerja pemeriksaan rinoskopi?


x. a. Rinoskopi anterior : dilakukan dengan menggunakan spekulum hidung yang dimasukkan ke dalam
cavum nasi kemudian struktur cavum nasi dilihat dengan menundukkan dan
menegakkan posisi kepala penderita.
b. Rinoskopi posterior : dilakukan dengan menggunakan kaca reflektor dan lampu kepala dengan
menggunakan spatel, lidah ditekan ke bawah pada saat memasukkan kaca
reflektor. Penderita diminta bernafas dari mulut, Tetapi setelah kaca masuk
penderita diminta bernafas dari hidung.

12. Apa hubungan trauma pada telinga dengan gangguan keseimbangan?


x. Trauma pada telinga kemungkinan menyebabkan utriculus saculus sama kanalis semisirkularis rusak
dimana kedua bagian ini merupakan pengatur dari keseimbangan
Jump 4
Skema
----- -----
Jump 5
Learning Objective
Learning Objective

Hidung Sinus Paranasal


Telinga
a. Embriologi a. Embriologi a. Embriologi
b. Struktur : -Makroskopis b. Struktur : -Makroskopis b. Struktur : -Makroskopis
-Mikroskopis
-Mikroskopis
c. Fisiologi : -Mekanisme
c. Fisiologi : -Mekanisme
Penghidung
Pendengaran dan
d. Pemeriksaan : -Rinoskopi Ant.
Keseimbangan
-Rinoskopi Post.
d. Pemeriksaan .
Jump 7
Sharing Information
1. Hidung dan Sinus Paranasal
a. E m b r i o l o g i
a.1 Embriologi Hidung Usia kehamilan 14 minggu :
- pembentukan sel etmoidalis anterior yang berasal
Usia kehamilan 4-8 minggu : dari invaginasi bagian atap meatus media dan sel
- terbentuknya rongga hidung sebagai bagian yang terpisah yaitu ethmoidalis posterior yang
berasal dari bagian dasar meatus superior
bagian frontonasal dan bagian pertautan proc. Maksilaris
Usia kehamilan 36 minggu :
- daerah frontonasal akan berkembang hingga ke otak depan, - dinding lateral hidung terbentuk dengan baik dan
mendukung pembentukan olfaktori sudah tampak jelas proporsi konka.
- bagian medial dan lateral akan menjad nares
- septum nasal berasal dari pertumbuhan garis tengah posterior (repository.usu.ac.id)
frontonasal dan perluasan garis tengah mesoderm yg berasal
dari daerah maksilaris
Usia kehamilan 6 minggu :
- Jaringan mesenkim mulai terbentuk, yang tampak sebagai
dinding lateral hidung dengan struktur yang masih sederhana
Usia kehamilan 7 minggu :
- Tiga garis axial berbentuk lekukan bersatu membentuk tiga buah
concha (turbinate)
Usia kehamilan 9 minggu :
- Mulai terbentuk sinus maksilaris yang diawali oleh invaginasi
meatus media
1. Hidung dan Sinus Paranasal
1.2 Embriologi Sinus Paranasal
- Sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa
rongga hidung, berupa tonjolan (resesus epitel
mukosa hidung) setelah janin berusia 2 bulan.
- Resesus berkembang menjadi ostium sinus
- Perkembangan sinus paranasal dimulai pada
fetus 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus
frontal.
- Sinus maxilla dan sinus etmoid telah ada saat
anak lahir.
- >7 tahun, perkembangannya ke bentuk dan
ukuran dewasa berlangsung dengan cepat
- 8-10 tahun, pneumatisasi sinus spenoidalis,
berasal dari baguan posterior-superior rongga
hidung
- 15-18 tahun, sinus-sinus pada umumnya
mencapai besar maximal.

(repository.usu.ac.id)
1. Hidung dan Sinus Paranasal
b. S t r u k t u r
b.1 Struktur Hidung
Makroskopis hidung luar :

Pangkal Hidung
(Bridge) Batang Hidung
(dorsum nasi)

Puncak Hidung
(Hip)

Sayap Hidung
Lubang Hidung (ala nasi)
(Nares Anterior)
1. Hidung dan Sinus Paranasal
b.1 Struktur Hidung
Makroskopis hidung dalam :
1. Hidung dan Sinus Paranasal
b.1 Struktur Hidung b.1 Struktur Sinus Paranasal
Mikroskopis hidung : Makroskopis Sinus Paranasal :
Ada 4 pasang (delapan) sinus paranasal, secara
- Struktur mikroskopik hidung:-persarafan
klinis dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
hidungBagian anterior-superior rongga
- Bagian Anterior, bermuara dibawah concha media,
hidung&septum=persarafan semdoris di N.
pada atau di dekat infundibulum. Terdiri dari :
Ethmoidalis anteriorBagian posterior-superior
sinus frontal, sinus maksila, dan sel-sel anterior
rongga hidung&septum nasi= N. Ethmoidalis
sinus etmoid.
posteriorKeduanya merupakan cabang dari
- Bagian Posterior, bermuara di berbagai tempat
nervus nasosikisris yg berasal dari N.
diatas concha media. Terdiri dari sel-sel posterior
Opthalmicus
sinus etmoid dan sinus sfenoid
1. Hidung dan Sinus Paranasal
c. F i s i o l o g i
c. 1 Mekanisme Penghidung

c. 2 Fungsi Fisiologi Hidung dan Sinus Paranasal


1) fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara, humidifikasi,
penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik lokal
2) fungsi penghidu, karena terdapanya mukosa olfaktorius (penciuman) dan reservoir udara untuk
menampung stimulus penghidung
3) fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses berbicara dan mencegah hantaran
suara sendiri melalui konduksi tulang
4) fungsi statistik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung
panas
5) refleks nasal.
1. Hidung dan Sinus Paranasal
c. P e m e r i k s a a n
2. Telinga
a. E m b r i o l o g i
Perkembangan pembentukan telinga pada mudigah sangat menakjubkan dan tidak sejajar dengan pembentukan organ lain di
dalam tubuh. Telinga dalam merupakan satu-satunya organ yang telah mencapai ukuran dewasa dan sudah berdifferensiasi
lengkap pada pertengahan masa kehamilan. Meskipun mudigah belum dapat dikatakan bayi prematur, tetapi telinga bagian
dalam telah terbentuk sempurna. ( Glasscock, 1987 ; Adam, 1994)Pembentukan telinga dimulai umur mudigah tiga minggu ,
berasal dari penebalan lapisan ektoderm yang disebut “placode”, dan mengalami invaginasi ke arah mesodem membentuk
“auditorypit” Bagian mulut “auditory pit” menutup dan membentuk auditory vesicle atau otocyst pada minggu ke empat. Otocyst
ini mengandung cairan yang menjadi endolimf. Pada umur empat setengah minggu otocyst akan memanjang dan terbagi dua,
bagian pertama menjadi duktus endolimfatikus dan sakus endolimfatikus, bagian kedua menjadi utrikulus dan sakulus ( Adams ,
1994 ) Pada minggu ke enam jaringan mesenkhim yang mengelilingi epitel labirin akan berubah menjadi tulang rawan dan
kemudian mengalami osifikasi membentuk labirin tulang dan koklea. Kemudian koklea memanjang dan melingkar, pada minggu
ke sebelas membentuk dua setengah kali putaranReseptor alat pendengaran terletak di koklea disebut organ Corti melekat pada
membran basilaris.
2. Telinga
b. S t r u k t u r
b.1 Struktur Telinga
Makroskopis telinga luar :
2. Telinga
b. S t r u k t u r
b.1 Struktur Telinga *labyrinthus membranaceus :
-ductus cochlearis
Makroskopis telinga dalam : -ductus semicircularis : Masing2 mempunyai
Telinga dalam (auris interna) terdiri dari : : penebalan epitel yg
*labyrinthus osseus : menonjol, disebut
-cochlea RUANGAN2 DI DLM COCHLEA : CRISTA AMPULARIS,
1. SCALA VESTIBULI : di bagian atas, berisi perilymph, di dalamnya yg mempunyai sel
mengapung ruangan yi scala media. seperti pd macula
2. SCALA TYMPANI : di bagian bawah, berisi perilymph. Pd bagian
distal, scala tympani berhubungan dng scala vestibuli melalui -utriculus dan sacculus : Mempunyai bentukan
tempat yg disbt helicotrema. yg disebut MACULA yg
3. SCALA MEDIA (DUCTUS COCHLEARIS) : berisi endolymph, mempunyai epitel
merupakan bagian dr labyrinthus membranaceus. sensoris.

-canalis semisirkularis pars ossea Di dalamnya terdapat saluran yg disebut -ductus dan saccus endolymfaticus
DUCTUS SEMICIRCULARIS (CANALIS
SEMICIRCULARIS PARS MEMBRANACEA)
yg merupakan bagian dari labyrinthus
membranaceus dan berisi endolymph.

-vestibulum : Ruangan berisi perilymph, yg di dlmnya terdpt bentukan


UTRICULUS dan SACCULUS yg berisi endolymph yg merupakan
bagian dari labyrinthus membranaceus.
2. Telinga
b. S t r u k t u r
b.1 Struktur Telinga
Mikroskopis telinga :
Telinga luar (Auris Externa)
-Auricula : disusun oleh tulang rawan elastin yg ditutupi oleh kulit tipis yang melekat erat pada tulang rawan
-MEA : bagian permukaannya mengandung tulang rawan elastin dan ditutupi oleh kulit yg mengandung folikel
rambut, kelenjar sebasea dan modifikasi kel keringan&kel serumen
-membran tympani : permukaan luarnya ditutupi oleh laposan tipis epidermis yg nerasal dari mesoderm. Permukaan dalam
disusun ileh epitel selapis gepeng/kuboid rendah turunan dr endoderm. Diantara keduanya terdapat serat
serat kolagen,serat elastin, & fibroblas
Telinga Tengah (Auris Media)
- Kavum Timpani : dilapisi sel gepeng didekat muara tuba eustachius dan sel kuboid silia
- Tuba Eustachius : 1/3 pertama disokong oleh tulang, di medial dilapisi oleh tulang rawan, dan di lateral oleh jaringan ikat
fibrosa
- T. Pendengaran : - terdiri dari 2 lapisan berupa serat kolagen dan fibroblast
- bagian luar dilapisi kulit tipis tanpa rambut/kelenjar, didalamnya dilapisi mukosa dengan sel epitel
gepeng, lamina propria tipis dan sedikit serat kolagen dan kapiler

Telinga Dalam (Auris Interna) :


- Cochlea : -Scala vestibuli, dilapisi oleh jaringan ikat tipis dengan epitel selapis gepeng
-Scala media/ductus cochlearis, dengan membrana vestibularis Reissner
-Scala tympani, dilapisi oleh jaringan ikat tipis dengan epitel selapis gepeng
2. Telinga
c. F i s i o l o g i
c. 1 Mekanisme Pendengaran
2. Telinga
c. F i s i o l o g i
c. 1 Fisiologi Keseimbangan
Organ : canalis semisirkularis, sakulus, dan utrikulus
- Canalis semisirkularis : berperan pada gerakan kepala berputar akan
menggerakkan endolimfe dalam kanalis sehingga merangsang sel-sel rambut
- Sacculus dan utriculus : bergerak oleh perubahan posisi kepala
- Rangsangan akan diteruskan ke serabut saraf N. Auditorius pars vestibularis
ke otak tengah, medula oblongata, cerebellum dan medula spinalis.
- Rangsangan tersebut akan menyebabkan refleks pada otot-otot leher, mata,
badan, dan ekstremitas untuk mempertahankan keseimbangannya.

Keseimbangan Dinamis
- disebabkan karena perubahan gerakan kepala
-kepala bergerak : canalis semicircularis bergerak (kecepatan gerakan akan
merangsang crista ampullaris)

Keseimbangan Statis
-Disebabkan karena perubahan posisi kepala
-Posisi kepala 90 derajat : reseptor maculi sacculi terangsang
-Posisi kepala 180 derajat reseptor maculi utriculi
2. Telinga
c. P e m e r i k s a a n
- Tes garpu tala : dalam tes ini, garpu tala dengan frekuensi 512 Hz digunakan untuk mengetahui respons pasien pada
suara dan getaran di dekat telinga. Tes garpu tala bisa dilakukan dengan : tes Rinne, tes Weber, dan
schwabach.
- Tes audiometri tutur : Tes ini digunakan untuk mengetahui seberapa baik pasien mendengar dan memahami
percakapan sederhana.
- Tes audiometri nada murni : Tes ini menggunakan audiometer, suatu alat yang menghasilkan nada-nada murni,
dan diperdengarkan pada pasien melalui headphone.
- Auditory Brain Stem Response Test : Tes ini disebut juga dengan tes brainstem evoke response audiometry
(BERA). Dalam tes ini, dokter menggunakan elektroda yang tersambung
pada mesin untuk merekam respons otak pasien.
- Tes otoacoustic emissions (OAE): digunakan untuk memeriksa gangguan di telinga bagian dalam, khususnya
bagian koklea (rumah siput).
Tes Keseimbangan : -Tes Romberg (Pasien diminta berdiri dengan kaki rapat, awalnya dengan mata terbuka kemudian disuruh
untuk menutup mata)
tujuan : menilai fungsi proprioseptif atau adanya lesi pada cerebellum
-Tes Fukuda (pasien berjalan di tempat untuk 50-100 langkah)
tujuan Menilai fungsi vestibular
-Tes Tandem Walking (Pasien kemudian diminta berjalan pada satu garis lurus di atas lantai dengan cara
menempatkan tumit langsung di ujung kaki yang berlawanan dengan tangan disilangkan di depan dada)
tujuan : Menilai fungsi vestibular
-Tes Finger to nose / finger nose finger / finger to finger
tujuan : Menilai fungsi cerebellum dan vestibular
Thank you

Anda mungkin juga menyukai