- Prognosis
Prognosis pada otitis media akut adalah baik jika ditangani dengan tindakan yang sesuai
berdasarkan stadiumnya dan biasanya sembuh dengan sendirinya. Kesimpulan Anak
berusia 2 tahun dengan keluhan demam sejak 3 hari lalu, tidak mahu makan dan hidung
mengeluarkan ingus encer serta sakit telinga kanan adalah disebabkan Otitis Media Akut
Telinga Dextra.
- Diagnosis Banding
a. Otitis media serosa akut
b. Otitis eksterna
(Efiaty, Nurbaiti, Janny, Ratna. Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorok. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga. Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. FKUI. Jakarta. 6 th
Edition. 2010: 1-9. 2.)
- Otitis media supuratif kronik ( OMSK ) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus
atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis
media supuratisf kronis selian merusak jaringan lunak pada telinga tengah dapat juga
merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik sehingga sedikit sekali /
tidak pernah terjadi resolusi spontan.
- Otitis media supuratif kronis terbagi antara benigna dan maligna, maligna karena
terbentuknya kolesteatom yaitu epitel skuamosa yang bersifat osteolitik.
Penyakit OMSK ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan
gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah
kronis ini dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga
tengah yang terus menerus ( hilang timbul ) dan gangguan kedua adalah kehilangan
fungsi pendengaran yang disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan
kerusakan konka karena toksisitas atau perluasan infeksi langsung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh manusia adalah :
1.nutrisi
2.kebersihan seseorang (berapa seringnya dibersihkan)
3.kondisi hidup
4.penerapan prinsip-prinsip kesehatan
Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam <39°C
dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang, berat atau
demam 39°C.
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan –
dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di
atas dua tahun. Untuk dapat memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat
terlaksana. Analgesia tetap diberikan pada masa observasi.Jika diputuskan untuk
memberikan antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian besar anak adalah amoxicillin.
1. Sumber seperti AAFP (American Academy of Family Physician) menganjurkan
pemberian 40 mg/kg berat badan/hari pada anak dengan risiko rendah dan 80 mg/kg berat
badan/hari untuk anak dengan risiko tinggi.
2. Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun, dirawat
sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik dalam tiga bulan terakhir.
3. WHO menganjurkan 15 mg/kg berat badan/pemberian dengan maksimumnya 500 mg.
4. AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari. Dosis ini terkait dengan
meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan dosis standar di
Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada data yang mengemukakan hal
serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah menggunakan dosis 40 mg/kg/hari.
Dokumentasi adanya bakteri yang resisten terhadap dosis standar harus didasari hasil
kultur dan tes resistensi terhadap antibiotik.
5. Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam.
6. Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi
perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan ada penyakit lain
atau pengobatan yang diberikan tidak memadai. Dalam kasus seperti ini dipertimbangkan
pemberian antibiotik lini kedua. Misalnya:
Analgesia/pereda nyeri
1. Penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia).
2. Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol
atau ibuprofen.
3. Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus dipastikan bahwa
anak tidak mengalami gangguan pencernaan seperti
muntah atau diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran cerna (McCaig
LF,1989).
(Efiaty, Nurbaiti, Janny, Ratna. Pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggorok. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga. Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. FKUI. Jakarta. 6 th
Edition. 2010: 1-9. 2.)
6. Jelaskan otitis media rekuren, malignant middle ear otitis, benign crhonic middle ear
otitis, otitis eksterna , inner ear abnormalitas?
- Otitis media : peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eusthacius, antrum mastoid dan sel sel mastoid.
- Malignant middle ear otitis : infeksi telinga luar yang di tandai dengan adanya
jaringan granulasi pada liang telinga dan nekrosis kartilago dan tulang liang
telingahingga meluas.
- Otitis eksterna : radang liang telinga akut maupun kronis yang di sebabkakn oleh
bakteri.
- Inner ear abnormalitas :
7. Prinsip diagnosis infeksi telinga ?
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut :
- Penyakit muncul mendadak
- Ditemukan tanda efusi di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu
diantara tanda berikut : mengembungnya gendang telinga, terbatas/ tidak adanya
gerakan gendang telinga, adanya bayangan cairan dibelakang gendang telinga, cairan
yang keluar dari telinga
- Adanya tanda dan gejala peradangan telingatengah yang dibuktikan dengan adanya
salah satu diantara tanda berikut : kemerahan pada gendang telinga, nyeri telinga
yang mengganggu tidurdan aktivitas normal.
- Diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
cermat. Gejala yang timbul bervariasibergantung pada stadium dan usia pasien. Pada
anak-anak umumnya keluhan berupa rasa nyeri di telinga dan demam. Biasanya ada
riwayat infeksi saluran pernapasan atas sebelumnya. Pada remaja atau orang dewasa
biasanya selain nyeri terdapat gangguan pendengaran dan telinga terasa penuh. Pada
bayi gejala yang khas adalah demam tinggi, anak gelisah dan sukar tidur, diare,
kejang-kejang, dan sering memegang telinga yang sakit.
- Beberapa teknik pemeriksaan dapat digunakan untuk menegakkan diaignosis OMA,
seperti otoskop, ototskop pneumatik, timpanometri, dan timpanosintesis (Munilson J,
2012).
Sumber:
Susilowati, R., Biological Basis of Equilibrium Disorders. FK UGM ; Yogyakarta
TUTORIAL
Disusun Oleh :
Kelompok V (lima)
UNIVERSITAS TADULAKO
2016