Anda di halaman 1dari 12

OTITIS EKSTERNA

No. ICD-10 :H-600:Abscess of external ear, H-601:Cellulitis of external ear;


H-602:Malignant otitis externa, H-603: Diffuse otitis externa, Swimmer
ear, Hemorragic
No. ICPC-2 :
Tingkat Kompetensi : 4A

PENDAHULUAN
Otitis eksterna adalah penyakit infeksi pada telinga luar yang cukup sering ditemukan pada
praktek kedokteran sehari-hari. Kasus otitis eksterna bisa terjadi pada semua umur; pada
umumnya terjadi pada orang-orang yang memiliki kebiasaan mengorek telinga, higiene
yang buruk, ataupun pada orang-orang dengan kondisi imunitas yang rendah seperti pada
penderita Diabetes Melitus. Jika mendapatkan tatalaksana yang adekuat, kasus Otitis
eksterna dapatsembuh sempurna, tetapi dapat mengalami kekambuhan jika faktor
predisposisinya tidak diatasi.

TUJUAN PEMBELAJARAN

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TIU)

Setelah mempelajari dan memahami modul ini, maka dokter mampu menguatkan
kompetensinya pada penyakit Otitis Eksterna

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TIK)

Setelah mempelajari dan memahami modul ini, maka dokter mampu:


1. Mengumpulkan dan menganalisis anamnesis yang diperoleh, melakukan pemeriksaan
fisik yang baik dan benar, sehingga dapat menegakkan diagnosis masalah pasien.
2. Menentukan tatalaksana penyakit secara farmakologis maupun non-farmakologis,
sehingga dapat menghilangkan risiko komplikasi penyakit yang mungkin dapat terjadi.
3. Memilih dan menerapkan strategi pengelolaan yang paling tepat berdasarkan prinsip
kendali mutu, kendali biaya, disesuaikan dengan manfaat dan keadaan khusus pasien.
4. Menyampaikan edukasi kepada pasien mengenai cara menghentikan atau mencegah
kekambuhan penyakit.

DEFINISI
Otitis Eksterna adalah penyakit pada telinga yang merupakan proses peradangan atau
inflamasi yang bersifat akut pada kulit dan adneksanya di kanalis akustikus eksternus.
Penyakit Otitis Eksterna ini dapat menimbulkan gejala-gejala yang berhubungan dengan
terjadinya proses inflamasi mulai dari rasa tidak nyaman pada telinga bahkan gangguan
pendengaran yang disebabkan oleh karena proses edem pada liang telinga, nyeri yang
bersifat spontan ataupun saat mengunyah atau membuka mulut, bahkan pada kondisi yang
berat dapat disertai dengan demam. Pada kondisi imunitas yang baik dan virulensi kuman
yang rendah, keluhan-keluhan yang berhubungan dengan proses inflamasi bisa mengalami
remisi spontan, tetapi seringkali memerlukan tatalaksana yang adekuat, yaitu berupa
pemberian antibiotik dan antiinflamasi.

ETIOLOGI
Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam proses terjadinya Otitis Eksterna, yaitu:
1. Mikroorganisme patogen, yang merupakan penyebab tersering terjadinya proses
inflamasi atau infeksi.Adanya mikroorganisme patogen pada liang telinga terjadi oleh
karena adanya gangguan atau hilangnya barier fisik maupun kimiawi dalam liang telinga,
seperti kelembaban yang tinggi, ataupun perubahan pH menjadi basa yang akan
merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya koloni mikroorganisme patogen; keadaan
ini biasa terjadi pada orang-orang yang sebelumnya kemasukan air pada liang telinganya.
2. Lesi atau mikrolesi, yang merupakan “port d’entré” atau jalan masuknya mikroorganisme
patogen ke jaringan di bawah epitel kulit. Keadaan ini bisa terjadi terutama pada orang-
orang yang memiliki kebiasaan mengorek-ngorek telinga sehingga dapat menimbulkan
iritasi ataupun lesi pada liang telinga.
3. Status imunitas yang rendah atau tidak optimal, sehingga memungkinkan proses
peradangan terus berlanjut. Keadaan ini sering terjadi pada orang-orang yang sebelumnya
sudah memiliki penyakit kronis dan penyakit yang bersifat imumnocompromized seperti
Diabetes Melitus.

PETAKONSEP
FAKTOR RISIKO
1. Faktor internal : liang telinga lembab, pH telinga basa, imunitas yang menurun,
adanya penyakit kronis
2. Faktor eksternal : jenis dan virulensi mikroorganisme patogen
3. Faktor predisposisi : liang telinga kemasukan air atau benda asing, mengorek telinga

ANAMNESIS

Keluhan yang disampaikan pada umumnya bersifat akut, kurang dari 7 (tujuh) hari, berupa:
1. Nyeri telinga; merupakan keluhan yang paling sering disampaikan
2. Rasa tidak nyaman atau penuh pada telinga
3. Gangguan pendengaran, jika terjadi penyempitan liang telinga oleh karena edem
4. Nyeri pada saat membuka mulut atau mengunyah; menandakan bahwa inflamasi sudah
melibatkan Temporomandibular Joint
5. Demam; dapat terjadipada kondisi infeksi yang berat

PEMERIKSAANFISIK

Pemeriksaan tanda vital : Pada umumnya normal, mungkin ditemukan subfebris atau febris
jika infeksinya berat
Pemeriksaan telinga :
1. Daun telinga secara inspeksi tampak normal, tetapi seringkali dapat ditemukan nyeri
tekan pada tragus atau nyeri tarik aurikula
2. Pada liang telinga dapat ditemukan :
- gambaran hiperemis
- liang telinga bisalapangataupun sempit oleh karena edem
- furunkel
- sekret, yang berasal dari ekstravasasi cairan yang berasal dari proses inflamasi ataupun
furunkel yang pecah

PEMERIKSAANPENUNJANG

Tidak ada pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk memastikan diagnosis Otitis
Eksterna. Pemeriksaan fisik pada kanalis akustikus eksternus yang menunjukan adanya
tanda-tanda inflamasi, sudah dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan diagnosis
Otitis Eksterna.

DIAGNOSIS KLINIS

Diagnosis klinis disimpulkan berdasarkan anamnesis (keluhan/gejala, riwayat penyakit,


adanya faktor predisposisi) dan pemeriksaan fisik berdasarkan ditemukan adanya tanda-
tanda inflamasi pada kanalis akustikus eksternus.

DIAGNOSIS BANDING

1. Reffered Pain pada kasus Tonsilitis ataupun Faringitis Akut


2. Temporo-Mandilar Joint Syndrome
3. Parotitis
4. Otomikosis; gambaran pemeriksaan fisik dapat menyerupai Otitis Eksterna

SARANA DAN PRASARANA

1. Sumber pencahayaan yang cukup, atau headlamp, untuk melakukan pemeriksaan


inspeksi pada telinga.
2. Otoscope, yang dilengkapi dengan beberapa ukuran speculum yang disesuaikan dengan
ukuran telinga pasien,merupakan satu-satunya alat yang diperlukan untuk memastikan
diagnosis Otitis Eksterna,

PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
Tujuan utama penatalaksanaan Otitis Eksterna adalah menghilangkan keluhan atau gejala
yang diderita oleh pasien, dengan cara menghilangkan proses inflamasi atau infeksi yang
terjadi sehingga penderita Otitis Ekterna dapat merasa nyaman dan tidak terganggu dalam
melaksanakan kegiatan atau aktifitasnya sehari-hari.

TERAPI FARMAKOLOGIS

Tatalaksana secara farmakologis pada penderita Otitis Eksterna pada prinsipnya terdiri atas:
1. Pemberian obat anti inflamasi atau analgetik/antipiretik selama 3-5 hari, sesuai kebutuhan
- Ibuprofen, 2-3 x 200-400 mg pada dewasa, atau 2-3 x 5-10 mg/kgBB pada anak
- Paracetamol, 3-4 x 500 mg pada dewasa atau 3-4 x 10-20 mg/kgBB
- Asam mefenanat, 3 x 500 mg pada dewasa, sebaiknya tidak diberikan pada < 14 tahun
2. Pemberian antibiotika selama 3-5 hari
- Amoksisilin, 3 x 500 mg pada dewasa, atau 3 x 20-50 mg/kgBB pada anak
- Trimetoprim-sulfamethoxazol, 2 x 480 mg pada dewasa atau 2 x 120-240 mg pada anak
- Eritromisin, 3-4 x 500 mg pada dewasa atau 3-4 x 25-50 mg/kgBB pada anak
3. Kloramfenikol tetes telinga, 3-4 x 2-3 tetes selama 3-5 hari

KONSELING DAN EDUKASI

1. Memberikan informasi kepada pasien dan atau keluarganya mengenai penyakit yang
dideritanya; bagaimana penyakit Otitis Eksterna bisa terjadi, keadaan apa saja yang bisa
memudahkan terjadinya penyakit tersebut, dan bagaimana seharusnya tatalaksana yang
benar yang harus diperhatikan oleh pasien agar hasil pengobatan mendapatkan hasil
maksimal.
2. Memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarganya, bahwa imunitas yang baik dan
pengendalian penyakit komorbid (jika ada) serta penggunaan atau konsumsi obat-obatan
secara benar merupakan faktor yang berperan penting dalam penyembuhan Otitis
Eksterna.
3. Memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarganya, bahwa pola hidup bersih dan
sehat sangat berperan dalam mencegah ataupun mengurangi risiko terjadinya Otitis
Eksterna.
MONITORING PENGOBATAN
Dalam rangka memastikan bahwa pengobatan Otitis Eksterna memberikan hasil yang baik,
penderita Otitis Eksterna dapat melakukan evaluasi mandiri, yaitu :
1. Jika tatalaksana Otitis Eksterna sudah dilaksanakan dengan benar, gejala atau keluhan
yang sebelumnya dirasakan sudah tidak ada, dapat disimpulkan bahwa penyakitnya sudah
sembuh
2. Jika tatalaksana Otitis Eksterna sudah dilaksanakan dengan benar, gejala atau keluhan
yang sebelumnya dirasakan masih menetap, disarankan untuk kontrol kembali untuk
dievaluasi ulang.

KRITERIA RUJUKAN
Penderita Otitis Eksterna dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut pada
kondisi :
1. Sudah ditatalaksana benar, tetapi belum atau tidak memberikan hasil yang memuaskan
2. Adanya co-morbid atau komplikasi yang tidak bisa ditatalaksana di fasilitas kesehatan
primer

KOMPLIKASI
Otitis Eksterna Maligna

PROGNOSIS
1. Advitam :pada umumnya adbonam, jika tidak ada subfebris atau febris
2. Ad fungsionam :pada umumnya ad bonam, jika tidak ada gangguan pendengaran
3. Ad sanasionam :dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.panduanbpjs.com/144-jenis-penyakit-yang-ditanggung-bpjs-di-faskes-tingkat-
1/
2. Panduan Praktek Klinis bagi dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Edisi 1, PB
IDI, 2013
3. Formularium Nasional, Kementrian Kesehatan RI, 2016
4. Kode ICD-9 CM dan ICD-10, Pengurus Pusat Perhati-KL, 2017
5. ENT in Primary Care, A Concise Guide, Cervoni, E., Leech, Kim, Springer International
Publishing, 2017
6. Handbook Of Otolaryngology, Head and Neck Surgery, Second Edition, Goldenberg, D.,
Goldstein, BJ., Thieme, 2018
OTITIS MEDIA AKUT
No. ICD-10 : H-650:Acute serous otitis media, H-651:Acute and subacute
allergic otitis media (serous, mucoid), H-660:Acute suppurative
otitis media
No. ICPC-2 :
Tingkat Kompetensi : 4A

PENDAHULUAN
Otitis Media Akut(OMA) adalah peradangan atau infeksi yang terjadi pada telinga tengah;
lebih sering terjadi pada anak-anak tetapi bisa terjadi pada semua umur. Penyakit ini sering
didahului oleh proses radang atau infeksi pada saluran pernapasan atas (ISPA), yang
kemudian menyebabkan terganggunya fungsi dari tuba Eustachius dalam hal aerasi maupun
drainase sekret yang berada di telinga tengah.
Selain ISPA, perubahan tekanan udara yang berhubungan atau terkait dengan riwayat
penerbangan, perjalanan, ataupun kegiatan menyelam dapat menyebabkan tekanan negatif
pada telinga tengah sehingga mengganggu fungsi aerasi dan drainase sekret ke nasofaring.
OMA juga dapat terjadi secara langsung, dengan cara mikroorganisme langsung menginvasi
telinga tengah dengan perantaraan udara (airborne) atau air, melalui membran timpani yang
sudah ada perforasi sebelumnya.
Seperti umumnya pada proses radang atau infeksi, diperlukan imunitas yang optimal untuk
dapat terjadinya penyembuhan OMA. Disamping itu, harus dipastikan juga untuk
menghilangkan faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tuba
Eustachius.

TUJUAN PEMBELAJARAN

TUJUAN PEMBELAJARANUMUM (TIU)

Setelah mempelajari dan memahami modul ini, maka dokter mampu menguatkan
kompetensinya pada penyakit Otitis Media Akut

TUJUANPEMBELAJARANKHUSUS (TIK)

Setelah mempelajari dan memahami modul ini, maka dokter mampu:


1. Mengumpulkan dan menganalisis anamnesis yang diperoleh, melakukan pemeriksaan
fisik yang baik dan benar, sehingga dapat menegakkan diagnosis masalah pasien.
2. Menentukan tatalaksana penyakit secara farmakologis maupun non-farmakologis,
sehingga dapat menghilangkan risiko komplikasi penyakit yang mungkin dapat terjadi.
3. Memilih dan menerapkan strategi pengelolaan yang paling tepat berdasarkan prinsip
kendali mutu, kendali biaya, disesuaikan dengan manfaat dan keadaan khusus pasien.
4. Menyampaikan edukasi kepada pasien mengenai cara menghentikan atau mencegah
kekambuhan penyakit.
DEFINISI
Otitis Media Akut (OMA) adalah suatu penyakit pada telinga tengah yang disebabkan oleh
peradangan atau inflamasi akut di telinga tengah, yang seringkali didahului oleh infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA), sehingga menyebabkan terganggunya fungsi tuba
Eustachius dalam hal aerasi udara maupun drainase sekret yang berasal dari telinga tengah.
Riwayat perjalanan terutama menggunakan pesawat terbang, kegiatan menyelam yang
mengakibatkan perubahan tekanan udara dapat juga menjadi pemicu terganggunya fungsi
tuba Eustachius sehingga berpotensi untuk terjadinya OMA
Penyakit OMA dapat menimbulkan berbagai macam gejala atau keluhan pada telinga, mulai
dari rasa tidak nyaman atau rasa penuh di telinga, telinga berdengung atau berdenging,
gangguan pendengaran, nyeri pada telinga, keluar cairan dari liang telinga, dan bahkan
demam. Pada anak-anak, gejalanya sering tidak dapat diketahui secara pasti, tetapi seringkali
orang tua melaporkan adanya riwayat ISPA yang diikuti anak menjadi lebih rewel dari
biasanya, seringkali disertai deman, dan dapat terjadi kejang jika tidak segera ditatalaksana
dengan benar.

ETIOLOGI
Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam proses terjadinya Otitis Media Akut, yaitu :
1. Gangguan fungsi tuba Eustachius.
Pada kondisi yang normal tuba selalu dalam keadaaan tertutup; tuba akan terbuka pada
saat menguap, menelan makanan maupun cairan. Pada saat itulah terjadi drainase sekret
yang berasal dari mukosa telinga tengah, dan pada saat yang bersamaan tekanan udara di
telinga tengah akan menjadi sama dengan tekanan udara di lingkungan sekitar. Tidak
terbukanya tuba membuat drainase dan aerasi dari telinga tengah akan terganggu
sehingga tidak bisa berlangsung dengan baik.
Gangguan fungsi tuba ini bisa disebabkan oleh karena proses edem oleh karena inflamasi
di sekitar muara tuba, ataupun terganggunya drainase dan aerasi oleh karena hipertrofi
adenoid ataupun adanya massa di nasofaring.
2. Adanya mikroorganisme patogen di telinga tengah, yang merupakan penyebab tersering
terjadinya proses inflamasi atau infeksi.
Mikroorganisme patogen ini bisa berasal dari saluran napas atas yang mengalami
‘ascending route’ saat tuba Eustachius terbuka atau langsung masuk ke ruang telinga
tengah dengan perantaraan udara ataupun air, melalui perforasi membran timpani yang
sudah ada sebelumnya.
3. Status imunitas yang rendah atau tidak optimal.
Pada kondisi ini dapat terjadi mikroorganisme patogen mengalami invasi ke teling tengah
melalui ‘ascending route’ pada saat ISPA ataupun invasi langsung melalui perforasi
membran timpani, yang selanjutnya memungkinkan terjadinya proses peradangan atau
infeksi lebih lanjut di telinga tengah.
PETAKONSEP

FAKTOR RISIKO
1. Faktor internal : imunitas yang menurun, adanya hipertrofi adenoid, tumor di
nasofaring
2. Faktor eksternal : mikroorganisme patogen
3. Faktor predisposisi :ISPA, perjalanan/penerbangan, menyelam

ANAMNESIS

Keluhan yang disampaikan pada umumnya bersifat akut, kurang dari 3 (tiga) atau 4 (empat)
minggu, dapat berupa satu atau beberapa keluhan :
1. Rasa tidak nyaman; terjadi oleh karena mulai terjadi perbedaan tekanan di telinga tengah
dengan lingkungan sekitar oleh karena ketidakmampuan tuba Eustachius terbuka pada
saat terjadi proses menelan liur, cairan, ataupun makanan. Keluhan ini merupakan
keluhan yang paling awal dirasakan oleh pasien OMA pada stadium oklusi dan atau
stadium hiperemis.
2. Gangguan pendengaran; terjadi oleh karena mulai terbentuknya cairan di telinga tengah
sehingga menyebabkan terganggunya fungsi resonansi suara di telinga tengah. Keluhan
ini biasa terjadi pada stadium supurasi atau eksudasi.
3. Nyeri telinga; merupakan keluhan yang disebabkan oleh proses radang atau bisa juga
disebabkan oleh penekanan sekret pada seluruh mukosa telinga tengah pada stadium
supurasi atau eksudasi. Jika terjadi pada anak-anak, nyeri akan dapat menyebabkan anak
tersebut menjadi rewel, demam yang cukup tinggi bahkan dapat sampai terjadi kejang.
4. Keluar cairan dari telinga, bisa serous maupun mukoid atau bahkan mukopurulen jika
sebelumnya sudah terjadi infeksi sekunder di telinga tengah; keadaan ini terjadi pada
OMA stadium perforasi. Pada saat keluar cairan dari telinga, maka rasa nyeri atau demam
seringkali menghilang oleh karena tekanan tinggi di telinga tengah telah hilang seiring
dengan adanya perforasi pada membran timpani. Anak yang tadinya rewel atau iritabel
menjadi lebih tenang.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan tanda vital : Pada umumnya normal, mungkin ditemukan subfebris atau febris
jika proses peradangan atau infeksinya berat.
Pemeriksaan telinga :
Hasil pemeriksaan yang dapat ditemukan melalui otoskop bisa berbeda-beda tergantung
pada stadium yang sedang terjadi, yaitu :
1. Pada stadium oklusi warna pada membran timpani belum menunjukan adanya perubahan;
mungkin masih didapatkan refleks cahaya tetapi tidak pada tempat yang seharusnya. Jika
ditemukan gambaran seperti ini, bisa diduga bahwa sudah terjadi retraksi membran
timpani oleh karena adanya tekanan negatif di telinga tengah.
3. Pada stadium hiperemis tampak warna membran timpani yang berwarna lebih merah dari
yang biasa. Gambaran ini merefleksikan kondisi atau proses dilatasi pada pembuluh
darah di mukosa telinga tengah, yang merupakan kelanjutan dari stadium oklusi.
4. Pada stadium supurasi atau eksudasi, jika cairan sudah terdapat cairan di balik membran
timpani oleh karena proses supurasi atau eksudasi, maka gambaran membran timpani
akan terlihat redup.Pada keadaan lebih lanjut, jika tuba Eustachius masih tidak terbuka,
cairan di tuang telinga tengah akan semakin banyak sehingga dapat memberikan
gambaran membran timpani yang menonjol (bulging) ke lateral.
5. Pada stadium perforasi, akan ditemukan sekret pada kanalis akustikus eksternus. Setelah
sekret dibersihkan maka akan tampak adanya perforasi; paling sering terjadi di bagian
central atau parasentral dari membran timpani yang ukurannya bisa berupa pinpoint
ataupun berupa perforasi yang cukup besar, yang pada umumnya berbentuk bulat dengan
tepi yang rata.

PEMERIKSAANPENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk memastikan diagnosis Otitis Media
Akut, digunakan untuk memastikan jenis gangguan pendengaran pada telinga yang
dikeluhkan, yaitu Test Penala (garpu tala).
1. Test Rinne akan memberikan hasil negatif pada telinga yang sakit atau yang
dikeluhkan,yang menandakan terjadi tuli konduktif pada telinga tersebut.
2. Test Weber pada umumnya akan terjadi lateralisasi pada telinga yang sakit atau
dikeluhkan mengalami gangguan.
DIAGNOSIS KLINIS

Diagnosis klinis disimpulkan berdasarkan anamnesis (keluhan/gejala, riwayat penyakit,


adanya faktor predisposisi) dan pemeriksaan fisik berdasarkan ditemukan adanya tanda-
tanda abnormalitas pada gambaran membran timpani.

DIAGNOSIS BANDING

1. Otitis Eksterna; keluhan mulai dari tidak nyaman sampai nyeri dan keluar cairan,
walaupun predisposisinya berbeda.
2. Reffered Pain pada kasus Tonsilitis Akut dan atau Faringitis Akut, yang juga dapat
merupakan predisposisi atau terjadi bersama-sama dengan OMA.
3. Otomikosis; keluhan bisa berupa nyeri, gatal,bahkan keluar cairan dari telinga.

SARANA DAN PRASARANA

1. Otoscope, yang dilengkapi dengan beberapa ukuran speculum yang disesuaikan dengan
ukuran telinga pasien, merupakan alat yang diperlukan untuk memastikan diagnosis
Otitis Media Akut.
2. Garpu tala, untuk mengetahui adanya tuli konduktif pada pasien Otitis Media Akut

PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
Tujuan utama penatalaksanaan Otitis Media Akut adalah menghilangkan keluhan atau gejala
yang diderita oleh pasien, dengan cara menghentikan atau menghilangkan proses inflamasi
atau infeksi yang terjadi sehingga penderita Otitis Media Akut dapat merasa nyaman, dapat
melaksanakan kegiatan sehari-harinya dengan baik. Selain itu, tujuannya juga untuk
mencegah risiko komplikasi lebih lanjut, dapat berupa gangguan pendengaran yang
menetap, gangguan keseimbangan, maupun gangguan neurologis.

TERAPI FARMAKOLOGIS

Tatalaksana secara farmakologis pada penderita Otitis Media Akut terdiri atas :
1. Dekongestan; diharapkan terjadi vasokonstriksi pada pembuluh darah sehingga akan
mengurangi edem yang terjadi pada mukosamaupun muara tuba Eustachius.
a. Pseudoefedrin, 3-4 x 30-60 mg pada dewasa atau 2-3 x 12,5-25 mg pada anak 2-5
tahun
b. Phenilefrin , 3-4 x 10 mg pada dewasa atau 2 x 3,75-7,5 mg pada anak 6-12 tahun
2. Mukolitik; akan sangat berguna pada kasus OMA stadium supurasi atau eksudasi,
sehingga lebih memudahkan drainase sekret yang berasal dari telinga tengah ke
nasofaring.
a. Gliseril guaiocolat, 3-4 x 100 mg pada dewasa atau 3-4 x 12,5-15 mg/kgBB pada anak
b. Ambroksol, 3 x 30 mg pada dewasa, atau 3 x 1,2-1,5 mg/kgBB pada anak
3. Pemberian antibiotika selama 3-5 hari pada kasus OMA dengan subferis atau febris
- Amoksisilin, 3 x 500 mg pada dewasa, atau 3 x 20-50 mg/kgBB pada anak
- Trimetoprim-sulfamethoxazol, 2 x 480 mg pada dewasa atau 2 x 120-240 mg pada anak
- Eritromisin, 3-4 x 500 mg pada dewasa atau 3-4 x 25-50 mg/kgBB pada anak
4. Terapi simptomatis atau ajuvan, bisa berupa antiinflamasi, analgetik/antipiretik.
- Ibuprofen, 2-3 x 200-400 mg pada dewasa, atau 2-3 x 5-10 mg/kgBB pada anak
- Paracetamol, 3-4 x 500 mg pada dewasa atau 3-4 x 10-20 mg/kgBB
- Asam mefenanat, 3 x 500 mg pada dewasa, sebaiknya tidak diberikan pada < 14 tahun

KONSELING DAN EDUKASI

1. Memberikan informasi kepada pasien dan atau keluarganya mengenai penyakit yang
dideritanya; bagaimana penyakit Otitis Media Akut bisa terjadi, keadaan apa saja yang
bisa memudahkan terjadinya penyakit tersebut, dan bagaimana seharusnya tatalaksana
yang benar yang harus diperhatikan oleh pasien yang bersangkutan agar hasil pengobatan
mendapatkan hasil maksimal.
2. Memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarganya, bahwa imunitas yang baik dan
pengendalian predisposisi (jika ada) serta penggunaan atau konsumsi obat-obatan secara
benar merupakan faktor yang berperan penting dalam penyembuhan Otitis Media Akut.
3. Memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarganya, bahwa pola hidup bersih dan
sehat sangat berperan dalam mencegah ataupun mengurangi risiko terjadinya predisposisi
ISPA yang dapat berpotensi untuk terjadinya Otitis Media Akut.

MONITORING PENGOBATAN
Dalam rangka memastikan bahwa pengobatan Otitis Media Akut memberikan hasil yang
baik, penderita Otitis Media Akut dapat melakukan evaluasi mandiri, yaitu :
1. Jika tatalaksana Otitis Media Akut sudah dilaksanakan dengan benar, gejala atau keluhan
yang sebelumnya dirasakan sudah tidak ada, dapat diduga bahwa penyakitnya sudah
sembuh.
2. Jika tatalaksana OtitisMedia Akut sudah dilaksanakan dengan benar, gejala atau keluhan
yang sebelumnya dirasakan masih menetap, atau timbul gejala lain, disarankan untuk
kontrol kembali untuk dievaluasi ulang.

KRITERIA RUJUKAN
Penderita Otitis Media Akut dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut pada
kondisi :
1. Sudah ditatalaksana benar, tetapi belum atau tidak memberikan hasil yang memuaskan
2. Adanya faktor predisposisi atau komplikasi yang tidak bisa ditatalaksana di fasilitas
kesehatan primer

KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi :
1. Otitis Media Kronis, dapat berupa
a. Serous Otitis Media (SOM)
b. Glue Ear
c. Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)
2. Labirintitis, dengan keluhan tambahan berupa gangguan keseimbangan.
3. Meningitis atau Ensefalitis, yang dapat disebabkan oleh penyebaran bakteri patogen
secara perkontinuitatum ke intrakranial ataupun secara hematogen.
4. Gangguan pendengaran menetap, oleh karena tidak terjadinya resolusi membran
timpani.

PROGNOSIS
1. Advitam :pada umumnya adbonam, jika tidak ada faktor predisposisi.
2. Ad fungsionam :pada umumnya ad bonam, jika proses peradangannya sudah
mengalami resolusi sempurna
3. Ad sanasionam :dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.panduanbpjs.com/144-jenis-penyakit-yang-ditanggung-bpjs-di-faskes-
tingkat-1/
2. Panduan Praktek Klinis bagi dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Edisi 1, PB
IDI, 2013
3. Formularium Nasional, Kementrian Kesehatan RI, 2016
4. Kode ICD-9 CM dan ICD-10, Pengurus Pusat Perhati-KL, 2017
5. ENT in Primary Care, A Concise Guide, Cervoni, E., Leech, Kim, Springer International
Publishing, 2017
6. Handbook Of Otolaryngology, Head and Neck Surgery, Second Edition, Goldenberg, D.,
Goldstein, BJ., Thieme, 2018

Anda mungkin juga menyukai