Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG TINITUS

Disusun Oleh
YOHANES PRASETYO ADI (P1337420617013)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG
TAHUN 2019
A.Definisi
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi,
namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh
penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit,
sehingga harus di ketahui penyebabnya.(dr. Antonius HW SpTHT dalam artikel Suara
Keras Sebabkan Telinga Mendenging . Indopos Online)

Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi
tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging, menderu,
mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus menrus atau
hilang timbul.(Putri Amalia dalam artikel Gangguan Pendengaran ”Tinnitus”.FK
Universitas Islam Indonesia)

B.Etiologi

Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam, beberapa penyebabnya anatara lain :


 Kotoran yang ada di lubang telinga, yang apabila sudah di bersihkan rasa berdenging
akan hilang.
 Infeksi telinga tengah dan telinga dalam.
 Gangguan darah.
 Tekanan darah yang tinggi atau rendah, dimana hal tersebut merangsang saraf
pendengaran.
 Penyakit meniere’s Syndrome, dimana tekanan cairan dalam rumah siput meningkat,
menyebabkan pendengaran menurun, vertigo, dan tinnitus.
 Keracunan obat.
 Penggunaan obat golongan aspirin ,dsb.

C. Patofisiologi
Menurut frekuensi getarannya, tinnitus terbagi menjadi dua macam, yaitu :
 Tinnitus Frekuensi rendah (low tone) seperti bergemuruh
 Tinnitus frekuensi tinggi (high tone)seperti berdenging
Tinnitus biasanya di hubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena
gangguan konduksi, yang biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika di sertai dengan
inflamasi, bunyi dengung akan terasa berdenyut (tinnitus pulsasi) dan biasanya terjadi pada
sumbatan liang telinga, tumor, otitis media, dll.

Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinnitus subjektif nada tinggi (4000Hz). Terjadi
dalam rongga telinga dalam ketika gelombang suara berenergi tinggi merambat melalui
cairan telinga, merangsang dan membunuh sel-sel rambut pendengaran maka telinga tidak
dapat berespon lagi terhadap frekuensi suara. Namun jika suara keras tersebut hanya
merusak sel-sel rambut tadi maka akan terjadi tinnitus, yaitu dengungan keras pada telinga
yang di alami oleh penerita.(penatalaksanaan penyakit dan kelainan THT edisi 2 thn 2000
hal 100). Susunan telinga kita terdiri atas liang telinga, gendang telinga, tulang-tulang
pendengaran, dan rumah siput. Ketika terjadi bising dengan suara yang melebihi ambang
batas, telinga dapat berdenging, suara berdenging itu akibat rambut getar yang ada di
dalam rumah siput tidak bisa berhenti bergetar. Kemudian getaran itu di terima saraf
pendengaran dan diteruskan ke otak yang merespon dengan timbulnya denging.

Kepekaan setiap orang terhadap bising berbeda-beda, tetapi hampir setiap orang akan
mengalami ketulian jika telinganya mengalami bising dalam waktu yag cukup lama. Setiap
bising yang berkekuatan 85dB bisa menyebabkan kerusakan. Oleh karena itu di Indonesia
telah di tetapkan nilai ambang batas yangn di perbolehkan dalam bidang industri yaitu
sebesar 89dB untuk jangka waktu maksimal 8 jam. Tetapi memang implementasinya
belum merata. Makin tinggi paparan bising, makin berkurang paparan waktu yang aman
bagi telinga.

D. Gejala
Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan mudah marah, pusing, mual dan
mudah lelah. Kemudian pada kasus tinnitus sendiri terdapat gejala berupa telinga
berdenging yang dapat terus menerus terjadi atau bahkan hilang timbul. Denging tersebut
dapat terjadi sebagai tinnitus bernada rendah atau tinggi. Sumber bunyi di ataranya berasal
dari denyut nadi, otot-otot dala rongga tellinga yang berkontraksi, dan juga akibat
gangguan saraf pendengaran.
E. Diagnosis

Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk memberikan
pengobatannya perlu di tegakkan diagnosa yang tepat sesuai dengan penyebab, dan
biasanya memanng cukup sulit untuk di ketahui.
Untuk memastikan diagnosis perlu di tanyakan riwayat terjadinya kebisingan, perlu
pemerikasaan audio-metri nada murni (pure tone audiometry). Pada pemeriksaan nada
murni gamabaran khas berupa takik (notch) pada frekuensi 4kHz. Anamnesis merupakan
hal utama dan terpenting dalam menegakkan diagnosa tinnitus. Hal yang perlu di gali
adalah seperti kualitas dan kauantitas tinnitus, apakah ada gejala lain yangmenyertai,
seperti vertigo, gangguan pendengaran, atau gejala neurologik. Pemeriksaan fisik THT dan
otoskopi harus secara rutin di lakukan, dan juga pemeriksaan penala, audiometri nada
murni, audiometri tutur, dan bila perlu lakkukan ENG.

F. Pencegahan

Pencegahan terhadap tinnitus adalah sebagai berikut :


 Hindari suara-suara yang bising, jangan terlalu sering mendengarkan suara
bising(misalnya diskotik, konser musik, walkman, loudspeaker, telpon genggam)
 Batasi pemakaian walkman, jangan mendengar dengan volume amat maksimal
 Gunakan pelindung telinga jika berada di tempat bising.
 Makanlah makanan yang sehat dan rendah garam
 Minumlah vitamin yang berguna bagi saraf untuk melakukan perbaikan, seperti
ginkogiloba, vit A dan E
 Lain-lain
PATWAY
E. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a) Aktivitas
- Gangguan keseimbangan tubuh
- Mudah lelah
b) Sirkulasi
- Hipotensi , hipertensi, pucat (menandakan adanya stres)
c) Nutrisi
- Mual
d) Sistem pendengaran
- Adanya suara abnormal(dengung)
e) Pola istirahat
- Gangguan tidur/ Kesulitan tidur

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a) Cemas b/d kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran (tinnitus)
Tujuan/kriteria hasil:
- Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien terhadap penyakit meningkat
Intervensi:
- Kaji tingkat kecemasan / rasa takut
- Kaji tingkat pengetahuan klien tentang gangguan yang di alaminya
- Berikan penyuluhan tentang tinnitus
- Yakinkan klien bahwa penyakitnya dapat di sembuhkan
- Anjurkan klien untuk rileks, dan menghindari stress

b) Gangguan istirahat dan tidur b/d gangguan pendengaran


Tujuan /kriteria hasil:
- Gangguan tidur dapat teratasi atau teradaptasi
Intervensi:
- Kaji tingkat kesulitan tidur
- Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/ obat tidur
- Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut

c) Resiko kerusakan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi


Tujuan/kriteria hasil:
- Resiko kerusakan interaksi sosial dapat di minimalkan
Intervensi:
- Kaji kesulitan mendengar
- Kaji seberapa parah gangguan pendengaran yang di alami klien
- Jika mungkin bantu klien memahami komunikasi nonverbal
- Anjurkan klien menggunakan alat bantu dengar setiap di perlukan jika tersedia
DAFTAR PUSTAKA
Kartika, henny. 2009. Welcome and joining otolaryngology in Indonesian language-tinitus.
http://hennykartika.wordpress.com/2009 /01/24/tinitus/ (Accessed: January, 10 th)
Mustikasari, Dewi. 2009. Bunyi mendenging di telinga. http://id. shvoong.com /medicine-
and-health/ 1941960- bunyi-mendenging-di-telingatinnitus/ (Accessed: January, 10 th)
Sudana, Wayan. 2003. Kumpulan Kuliah Audiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.

Anda mungkin juga menyukai