Anda di halaman 1dari 13

TREND DAN ISSUE PENULARAN HIV DI INDONESIA

Oleh Kelompok 1:

1. Agustina Pigome (P1337420616053)


2. Fitri Asih (P1337420617007)
3. Hevy Nur Febriani (P1337420617057)
4. Putri Purwa (P1337420617070)
5. Muhamad Candra Romadhon (P1337420617086)

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan nikmatnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“TREND DAN ISUE PENULARAN HIV DI INDONESIA” Dalam makalah ini
kami akan menjelaskan budaya pengobatan di Bali. Penulis masih awam dalam
pembuatan makalah ini, dan sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang lain yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang guna
membuat makalah ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Semarang, 7 Agustus 2020


Penulis,
Mahasiswa
Sarjana Terapan Keperawatan

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

BAB II Pembahasan 3
2.1 Pengertian Trend Dan Issue 3

2.2 Pengertian HIV/AIDS 3

2.3 Trend Perilaku Beresiko Tertular atau menularkan HIV/AIDS 4


2.4 Issu Perilaku Beresiko Tertular atau menularkan HIV/AIDS 6

BAB III Penutup 9


3.1 Simpulan 9
3.2 Saran 9
Daftar Pustaka 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit HIV/AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam
waktu singkat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin
banyak negara. Dikatakan pula bahwa epidemi yang terjadi tidak saja
mengenai penyakit (AIDS ), virus (HIV) tetapi juga reaksi/dampak negatif
berbagai bidang seperti kesehatan, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan
demografi. Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi baik oleh negara
maju maupun negara berkembang (Siregar, 2004). Indonesia merupakan
negara dengan penularan HIV/AIDS tercepat di Asia Tenggara
(WHO, 2009:7) .Indonesia merupakan negara yang menempati urutan
pertama dalam penularan HIV/AIDS di Asia Tenggara. Dari total
populasi penduduk sebanyak 240 juta jiwa, Indonesia memiliki
prevalensi HIV sebesar 0,24% dengan estimasi ODHA186.000, bahkan bisa
mencapai 200.000. Angka kejadian HIV/AIDS di kalangan perempuan
semakin mengkhawatirkan. Hal ini menempatkan anak pada posisi rentan
dengan HIV/ AIDS dari orang tuanya dalam proses persalinan,
menyusui, dan melalui media lain seperti transfusi darah
Orang yang terkena HIV/AIDS sangat mudah tertular oleh berbagai
macam penyakit karena sistem kekebalan tubuh penderita yang
menurun.HIV/AIDS bisa menular ke orang lain melalui hubungan seks (anal,
oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa alat pengaman kondom) dengan
orang yang telah terinfeksi HIV, jarum suntik, tindik, tato yang tidak steril
yang dipakai bergantian, mendapat tranfusi darah dari orang yang darahnya
mengandung virus HIV positif dan ibu yang positif HIV kepada bayinya
ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui ASI (Parikesit, 2008).
Sumber penularan yang utama HIV/AIDS pada ibu rumah tangga adalah dari
pasangannya sendiri atau suami.Berdasarkan data disebutkan bahwa
heteroseksual merupakan penyebab utama HIV/AIDS.Kementrian Kesehatan

1
RI menyebutkan kasus AIDS paling tinggi adalah pada kelompok
heteroseksual yaitu sebesar 2 26.158.Suami yang sering menggunakan jasa
pekerja seks komersial besar untuk menularkan HIV/AIDS pada istrinya.
Penyakit menular masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di
Indonesia dan masih sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
menyebabkan kematian penderitanya (FKM USU, 2008).Sampai saat ini obat
dan vaksin yang diharapkan dapat membantu memecahkan masalah
penanggulangan HIV/AIDS belum ditemukan. Salah satu alternatif dalam
upaya menanggulangi problematik jumlah penderita yang terus meningkat
adalah upaya pencegahan yang dilakukan semua pihak yang mengharuskan
kita untuk tidak terlibat dalam lingkungan transmisi yang memungkinkan
dapat terserang HIV (Siregar, 2004).

Sampai saat ini masih banyak informasi hoax yang beredar mengenai
penularan HIV-AIDS. Hal ini berimbas pada sikap masyarakat terhadap orang
dengan HIV-AIDS (ODHA). Stigma terhadap ODHA pun menjadi negatif.
Dalam makalah ini akan di bahas trend dan isu perilaku beresiko tertular atau
melularkan HIV/AIDS.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan trend dan Issue?
2. Apa yang si maksud HIV/AIDS ?
3. Apa trend mengenai perilaku beresiko yang tertular atau menularkan
HIV/AIDS
4. Apa issu mengenai perilaku beresiko yang tertular atau menularkan
HIV/AIDS
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dmaksud dengan trend dan issue
2. Untuk mengetahu apa itu HIV/AIDS
3. Untuk mengetahui trend perilaku beresiko tertular dan menularkan
HIV/AIDS

2
4. Untuk mengetahui issue perilaku beresiko tertular dan menularkan
HIV/AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Trend dan Issu
a. Definisi Trend 
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai
pendekatan analisa, tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran
ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang
popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di
bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta
b. Definisi Issu
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut
ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional,
bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu
adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum
jelas faktannya atau buktinya

2.2 Pengertian HIV/AIDS


Virus Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retrovirus yang
termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan
menggunakan RNA dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan
dikenali selama periode inkubasi yang panjang, utamanya menyebabkan
munculnya tanda dan gejala AIDS. (Nursalam & Kurniati, 2009).
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) merupakan salah satu
penyakit yang disebabkan oleh HIV, ditandai dengan adalnya kegagalan
progresif system imun (Irianto, 2014). Kerusakan progresif pada system
kekebalan tubuh menyebabkan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sangat
rentan terserang berbagai penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak

3
terlalu berbahaya lama kelamaan akan menyababkan pasien sakit parah
bahkan meninggal (Rendi & Margareth, 2012).
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah
virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.AIDS singkatan
dari Acquired Immune Deficiency Syndrome.AIDS muncul setelah virus
(HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh.Sistem kekebalan tubuh menjadi
lemah, dan satu atau lebih penyakit dapat timbul. Karena lemahnya sistem
kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi lebih berat daripada
biasanya (Spiritia, 2015).

2.3 Trend Perilaku Beresiko Tertular atau menularkan HIV/AIDS


Berikut adalah beberapa trend perilaku beresiko tertular atau menularkan
HIV/AIDS :
1. Hubungan Seksual
Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan
seorang pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi
80-90% dari total kasus sedunia. Penularan mudah terjadi apabila
terdapat lesipenyalit kelamin dengan ulkus atau peradangan
jaringan seperti herpesgenetalis, sifilis, gonorea, klamidia,
kankroid, dan trikomoniasis. Risikopada seks anal lebih besar
dibandingkan seks vagina, dan risiko lebih besarpada reseptif daripada
insertif (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 315).
Basarkan hasil penelitian Agung Sapresetya Dwi Laksana dan
DiyahWoro Dwi Lestari tahun 2010, dengan judul “Faktor-
faktor risiko penularanHIV/AIDS pada laki-laki dengan orientasi seks
heteroseksual dan homoseksual di Purwokerto tahun 2010”
didapatkan hasil bahwa orientasi seks (laki-laki homoseksual
lebih cenderung berganti-ganti pasangan), IMS, dan penasun
merupakan faktor risiko penularan HIV/AIDS.
2. Kontak Langsung dengan Darah, Produk Darah, atau Jarum Suntik

4
Hasil penelitian Heri Winarno, Antono Suryoputro, dan
Zahroh Shaluhiyah, tahun 2008, dengan judul “ Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Penggunaan Jarum Suntik Bergantian Diantara
Pengguna NAPZA Suntik Di Kota Semarang”, disebutkan bahwa
penularan HIV/AIDS pada penasun disebabkan karena adanya
kepercayaan diri untuk menggunakan jarum suntiksecara
bergantian dan keikutsertaan dalam penggunaan jarum suntik
secarabergantian.
Hasil penelitian Besral, Budi Utomo, dan Andri Prima Zani tahun
2004,dengan judul “Potensi penyebaran HIV dari pengguna
NAPZA suntik kemasyarakat umum, disebutkan bahwa
penularan HIV/AIDS disebabkan karena penggunaan jarum suntik
secara bergantian pada pengguna narkoba (penasun),tidak
menggunakan kondom di saat berhubungan seksual, dan penularan dari
ibu ke anak (perinatal)
Transfusi darah atau produk darah yang tercemar
mempunyai risiko sampai >90%, ditemukan 3-5% total kasus
sedunia. Pemakaian jarum suntik tidak steril atau pemakaian
bersama jarum suntik dan spuitnya pada pecandu narkotik berisiko
0,5-1%, ditemukan 5-10% tota lkasus sedunia. Penularan melalui
kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan mempunyai risiko
0,5%, dan mencakup <0,1% total kasussedunia (Arif Mansjoer,
1977: 163).
3. Lewat Air Susu Ibu (ASI)
Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang
HIVpositif, dan melahirkan lewat vagina, kemudian menyusui bayinya
dengan ASI. Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi (mother-
to-childtransmission) berkisar antara 30%, artinya dari setiap 10
kehamilan ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir
dengan HIV positif(Komisi Penanggulangan AIDS, 2010). Dengan
intervensi yang baik maka risiko penularan HIV dari ibu ke bayi bisa

5
ditekan menjadi kurang dari 2%. Intervensi tersebut meliputi4 konsep
dasar:
1) Mengurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positif,
2) Menurunkan viral load serendah-rendahnya,
3) Meminimalkan paparan janin/bayi terhadap darah dan cairan tubuh
ibu HIV positif,
4) Mengoptimalkan kesehatan dari ibu dengan HIV positif. (Depkes
RI,2008)

Pelaku yang Berisiko Terkena HIV/AIDS merupakan orang yang


mempunyai kemungkinan terkena infeksi HIV/AIDS atau
menularkan HIV/AIDS pada orang lain bila dia sendiri mengidap
HIV/AIDS, karena perilakunya. Mereka yang mempunyai perilaku
berisiko tinggi adalah :
1) Perempuan dan laki-laki yang berganti-ganti pasangan dalam
melakukan hubungan seksual dan pasangannya.
2) Perempuan dan laki-laki tuna susila.
3) Orang yang dalam melakukan hubungan seksual secara tidak wajar
seperti hubungan seksual melalui dubur (anal) dan mulut
(oral), misalnya pada homoseksual dan biseksual
4) Penggunaan narkotika dengan suntikan, yang menggunakan jarum
suntik secara bergantian (Ronald Hutapea, 1995).

2.4 Issu Perilaku Beresiko Tertular atau menularkan HIV/AIDS


Beberpa issu terkait penularan HIV/AIDS:
1. Terompet tahun baru
Pergantian tahun identik dengan pesta kembang api dan tiup-tiup
terompet. Beberapa waktu lalu pun ramai beredar pesan berantai yang
menyebutkan bahwa virus HIV bisa menyebar lewat terompet. Hal ini
ditepis oleh praktisi kesehatan dari Klinik Cempaka Putih, dr Ayu Yuni
Andini. Menurutnya, HIV tidak menular melalui air liur. Penularan virus

6
ini memang terjadi melalui kontak cairan tubuh, tetapi bukan melalui
mulut. Darah dan sperma paling sering menularkan virus tersebut.
2. Baju bekas
Pada sekitar tahun 2015, Menteri Perdagangan saat itu, Rachmat
Gobel, sempat mendapat kecaman dari aktivis Indonesia AIDS Coalition
(IAC). Gobel menyebut pakaian bekas impor berbahaya karena bisa
menularkan HIV (Human Imunodeficiency Virus). Dalam rilisnya, IAC
menyebut pernyataan Gobel tersebut menyesatkan dan ‘berbau hoax’
karena HIV hanya menular melalui kontak cairan tubuh. Salah paham
tentang cara penularan virus mematikan tersebut, dikhawatirkan akan
menciptakan stigma negatif terhadap upaya penanggulangan HIV.
3. Makanan kalengan
Pernah beredar kabar bahwa ada virus HIV-AIDS di dalam
kemasan makanan kalengan impor. Pesan yang dikirim melalui
broadcast message blackberry messenger tersebut mengatakan bahwa
para pekerja positif HIV-AIDS tempat makanan tersebut dibuat
memasukkan darah mereka ke dalam kemasan makanan tersebut. Lalu
apakah benar seperti itu? Menanggapi hal tersebut, dr Roy Sparringa
yang kala itu menjabat sebagai Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) mengatakan bahwa berita tersebut hoax dan
menyesatkan. “Itu berita hoax. Sudah lama beredar, tidak benar dan
menyesatkan. Tolong hal ini diluruskan kepada masyarakat,” tutur dr
Roy ketika dihubungi detikHealth. dr Roy mengatakan bahwa BPOM
tidak pernah menemukan hal-hal seperti yang disebutkan dalam pesan
berantai tersebut, termasuk kandungan darah dan virus HIV. Selain itu
menurut dr Roy, virus HIV tidak akan mampu bertahan hidup jika sudah
keluar dari host atau tubuh manusia.
4. Pembalut
Salah satu benda yang disebut-sebut bisa menjadi media penularan
HIV-AIDS dan sempat ramai dibicarakan adalah pembalut. Masyarakat

7
kala itu diminta berhati-hati karena ada produk pembalut yang sudah
‘disisipi’ oleh virus HIV.
Lagi-lagi sangat tidak masuk akal virus HIV bisa menular melalui
produk pembalut yang dijual di pasaran. Lagipula jika pembalut yang
dibelinya kotor, terdapat bercak darah seperti pembalut yang sudah
pernah dipakai, tentu tidak ada orang yang mau menggunakannya.
“Isu-isu seperti makanan atau pembalut yang terkontaminasi HIV
seperti itu tidak masuk akal sama sekali,” ungkap Prof Dr dr Samsuridjal
Djauzi SpPD-KAI, FACP beberapa waktu lalu.
5. Bangku bioskop
Selain di toilet umum, jarum suntik yang disebut-sebut berisi virus
HIV juga pernah dipasang di bangku bioskop. Jika ada orang yang
duduk di bangku tersebut, maka ia otomatis akan tertular oleh virus
tersebut. dr Sarsanto Wibisono Sarwono, SpOG menyebutkan bahwa
rasanya sulit menularkan virus HIV-AIDS. Ini karena darah yang
terinfeksi harus benar-benar masuk ke dalam pembuluh darah seseorang.
“Kalau beneran ada jarum di kursi bioskop, misal ada yang
menduduki, jarumnya kan tertahan sama kain bajunya. Kalau celana juga
kan biasanya tebal, itu juga udah susah kena ke kulit,” imbuh dr
Sarsanto.

8
BAB III

A.Kesimpulan
HIV/AIDS adalah penyakit yang sampai saat ini belum ada obatnya dan
mematikan,selain karena mengganggu fisik,HIV/AIDS juga mengganggu
stabilitas psikis dan kehidupan social penderita,sehingga perlu dilakukan
penanganan yang komprehensif.

Trend penularan HIV/AIDS di indonesia yang paling umum terjadi adalah


hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan seorang
pengidap. Sedangkan untuk issue yang ramai dibicarakan adalah terompet tahun
baru dapat menularkan penyakit HIV/AIDS. Dalam hal ini Peran pemerintah juga
sangat besar terhadap penanganan HIV/AIDS sebab pemerintah adalah pemegang
kendali terhadap stabilitas dalam kelompok masyarakat .selain itu pemerintah
memiliki kekuatan melalui kebijakan yang dibuat sebagai upaya pencapaian
tatanan social yang sehat dan dinamis.

B. Saran

Dengan melakukan pencegahan terhadap HIV/AIDS akan mengurangi jumlah


penularan di masyarakat. Upaya pencegahan dapat berupa pendidikan kesehatan
mengenai HIV/AIDS kepada masyarakat luas.

9
Daftar Pustaka

Nursalam., Kurniawati &Ninuk Dian. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien


Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.
Widoyono.2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan pencegahan dan
pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical
Setiati, Siti. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta:
InternaPubishing.
..

10

Anda mungkin juga menyukai