Anda di halaman 1dari 18

NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL)

Disusun oleh
Andre Prasetyo Mahesya, S.Ked
M Novsandri Syuhar, S.Ked
Assyifa Anindya, S.Ked
Fitri Liani, S.Ked
Istiqlallia, S.Ked
Ramayang Nastiti Estowo, S.Ked

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
PENDAHULUAN

Kerusakan Faktor : intensitas,


Bising (>85 frekuensi, lama
reseptor paparan, kepekaan
db)
Corti individu

Industri: ganti rugi Pekerja: ancaman


 kerugian kehilangan pendengaran NIHL
ekonomi permanen
ANATOMI TELINGA
Secara anatomis,
telinga dibagi
menjadi :
• telinga luar
• telinga tengah
• telinga dalam
Perdarahan Telinga
Arteri : a. serebelli inferior anterior atau
langsung dari a. basilaris → a. auditori interna
→ a. vestibularis anterior, vestibulokoklearis,
koklearis

Vena : v. auditori interna, v. akuaduktus


vestibularis, v. akuaduktus koklearis
Persarafan Telinga
N. akustikus bersama N. fasialis masuk ke dalam
porus dari meatus akustikus internus dan
bercabang dua sebagai N. vestibularis dan N.
koklearis.
Fisiologi Pendengaran
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang
diteruskan ke liang telinga dan mengenai membran
timpani sehingga membran timpani bergetar.

Getaran diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang


berhubungan satu sama lain, stapes menggerakkan
foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam
skala vestibuli.

Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang


mendorong endolimfe dan membran basalis ke arah
bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan bergerak
sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar
Fisiologi Pendengaran
Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti
berkelok, dan dengan terdorongnya membran
basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus.

Rangsangan fisik ini berubah menjadi rangsangan


listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium dan
Kalium yang diteruskan ke cabang-cabang N. VIII

Kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat


sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat
yang ada di lobus temporalis
Fisiologi Vestibuler

Kanalis
Utrikulus dan
semisirkularis  Gerakan endolimfe
sakulus  alat
alat keseimbangan selalu diikuti oleh
keseimbangan
dinamik (gerakan gerakan bola mata.
statik
melingkar)
NIHL

Hilangnya sebagian atau


seluruh pendengaran
permanen, pada 1 / 2 telinga,
yang disebabkan oleh bising
terus menerus di lingkungan Bising: suara atau bunyi yang
tempat kerja. mengganggu atau tidak
dikehendaki.
Faktor yang mempengaruhi

intensitas frekuensi durasi

kerentaan jenis kelamin usia

kelainan
telinga tengah
Patofisiologi
Terjadi
Kurang respon
Kerusakan sel degenerasi
terhadap
rambut koklea menjadi kurang
stimulasi
kaku

Meningkatnya Makin banyak


Digantikan
intensitas dan hilangnya
jaringan ikat
durasi paparan stereosilia

Kerusakan
Degenerasi Kerusakan
sel-sel
pada saraf nukleus
penunjang
Intensitas bising (db) Waktu paparan
Per hari dalam jam

85 8
87,5 6
90 4
92,5 3
100 1
105 ½
110 ¼
Gejala Klinis
• Tuli sensorineural; hampir selalu bilateral
• Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat
( profound hearing loss )
• Reaksi adaptasi:
– peningkatan ambang dengar sementara
(temporary threshold shift)
– peningkatan ambang dengar menetap (permanent
threshold shift)
Penegakan Diagnosis

Penunjang:
audiometri, SISI,
ABLB, MLB,
Garputala: Rinne audiometric
+, Weber Bekesy,
lateralisasi ke audiometri
telinga yang tutur
pendengarannya
Pernah bekerja lebih baik,
atau sedang Schwabach
bekerja bekerja memendek 
di lingkungan kesan tuli
bising(> 5 th). sensorineural.
Tatalaksana
Hindari pemaparan

APD: seperti sumbat telinga (ear plug), tutup telinga


(ear muff) dan pelindung kepala (helmet)

ABD (hearing aid)

Latihan pendengaran (auditory training)

Rehabilitasi suara

Total bilateral: Implan koklea (cochlear implant),


psikoterapi
Pencegahan

Pengukuran Pengendalian Analisa


pendengaran suara bising bising
Daftar Pustaka
• Soetirto I. Tuli akibat bising ( Noise induced hearing loss ). Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta:Balai Penerbit FK UI, 2010. h. 49-52.
• Rabinowitz PM. Noise-induced hearing loss. Available at:
http://www.findarticles.com/cf_0/m3225/9_61/62829109/print.html.
• Heggins II,J. The effects of industrial noise on hearing. Available at:
http://hubel.sfasu.edu/courseinfo/SL98/hearing.html.
• Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta:Balai Penerbit FK UI, 2010. h. 10-3.
• Yunita A. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. 2010. Available at:
http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-andrina1.pdf.
• Hadjar E. Gangguan keseimbangan dan kelumpuhan nervus fasial. Dalam : Soepardi EA, Iskandar
N, Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 2010. h. 94-6
• Mathur NN. 2012. Noice Induced Hearing Loss. http://emedicine.medscape.com/article/857813-
overview.
• Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu
penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 2010. h. 128-134.
• Manjoer A, editors. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Jakarta: Media Aesculapius FKUI;2001.
• Adams GL, Boies LR, Highler PA. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC ; 1997
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai