Terdapat 15.000 kasus di dunia dan mengenai 4 hingga 20
orang dari 100.000 populasi dengan 4000 kasus baru (Stacler, 2012).
Suara dengan volume tinggi memungkinkan terjadinya
gangguan pendengaran (Budiyanto, 2003). Tinjauan Pustaka A. Definisi Trauma akustik akut adalah kerusakan sistem pendengaran akibat suara dengan volume tinggi & mendadak seperti ledakan hebat, dentuman, atau suara tembakan senjata api ≥ 1x (Ballenger, 2007).
B. Etiologi dan Predisposisi
Terjadi akibat paparan mendadak terhadap bentuk energi akustik yang kuat dan tiba-tiba (Ballenger, 2007). Predisposisi pada pekerja industri, orang yang mendengar ledakan bom, petasan, tembakan, maupun konser musik (Tomita, 2004). Tinjauan Pustaka C. Epidemiologi Prevalensi trauma akustik akut tinggi pada angkatan bersenjata tentara militer sebesar 28% personel Infantri Angkatan Darat Inggris di tahun 1998 mengalami trauma akustik akibat ledakan senjata, hal itu juga terjadi pada sepertiga tentara militer Norwegia. Penelitian di Makassar pada tahun 2001 pada anggota Brimob, siswa Sekolah Polisi Negara dan anggota Poltabes didapatkan kejadian 16,67 % (Budiyanto, 2003). D. Patogenesis Patofisiologi
Trauma Akustik Akut
1. Proses mekanik a) Cairan dalam koklea robek membran reissner cairan perilimfe dan endolimfe tercampur rusak sel-sel rambut b) Pergerakan membrana basiler organ corti rusak cairan perilimfe dan endolimfe tercampur rusak sel-sel rambut c) Pergerakan cairan dalam coclea secara langsung juga dapat merusak sel-sel rambut 2. Proses metabolik a) Vasikulasi dan vakuolisasi pada RE sel-sel rambut dan pembengkakan mitokondria rusak membrana sel dan sel-sel rambut b) Gangguan sistem enzim sel-sel rambut hilang c) Cedera pada vaskularisasi stria gangguan konsentrasi ion d) Sel rambut luar terstimulasi oleh bising butuh banyak energi rentan cedera atau iskemik e) Adanya interaksi sinergistik antara bising dengan zat ototoksik E. Penegakan Diagnosis Pemeriksaan Penunjang Anamnesis
Onset tiba-tiba, paparan audiometri nada murni
bising dengan suara didapatkan tuli sensorineural keras pada frekuensi antara 3000-6000 Hz dan pada frekuensi 4000 Hz sering terdapat notch (takik) yang Pemeriksaan Fisik patognomonik untuk jenis ketulian akibat taruma akustik Garpu tala menunjukan tuli (Sedjawidada, 2007). sensorineural. Tes Rinne positif, Tes weber lateralisasi ke arah telinga sehat, Tes schwabah memendek Baku emas Pemeriksaan penegakan audiometri diagnosis F. Penatalaksanaan Farmakologi Non Farmakologi
1. Obat golongan steroid 1. Penggunaan alat bantu dengar
(Prednisolon) (Agung, 2006) dikombinasikan dengan 2. Tirah baring (Soetirto, 2005) piracetam (Psillas, 2008) 3. Diiet rendah garam rendah 2. Pemberian vasodilatasi kolesterol (Soetirto, 2005) disertai pemberian tablet 4. Inhalasi oksigen jika perlu complamin (Soetirto, 2005) 5. Pencegahan dengan memakai 3. Vitamin C (Soetirto, 2005) alat pelindung bising seperti 4. Neurobion (Soetirto, 2005) sumbat telinga, tutup telinga, 5. Tindakan implan koklea jika dan pelindung kepala perlu Kesimpulan • Trauma akustik akut adalah kerusakan sistem pendengaran akibat suara dengan volume tinggi dan mendadak seperti ledakan hebat, dentuman, atau suara tembakan senjata api. • Ketulian pada trauma akustik akut disebabkan karena paparan mendadak terhadap bentuk energi akustik yang kuat dan tiba-tiba. • Baku emas penegakan diagnosis trauma akustik akut adalah berdasarkan hasil pemeriksaan audiometri. • Penatalaksanaan trauma akustik akut berdasarkan farmakologi menggunakan steroid dan non farmakologi menggunakan alat bantu dengar. Daftar Pustaka Agung. 2006. Tuli akibat Bising. dalam: Kumpulan Naskah Ilmiah PERHATI. Medan. USU Repository. Ballenger, J.J. 2007. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jakarta: Binarupa Aksara. Budiyanto, A. 2003. Trauma AKustik Akibat Latihan Menembak pada Taruna Akademi Kepolisian Semarang. [Thesis]. Program Pendidikan Dokter Spesialis. Universitas Diponegoro, Semarang. 30 hal. (Dipublikasikan). Kersebaum, O. 1998. Acute Acoustic Trauma - It’s Features and Management. J R Army Med Corps. Vol. 144: 156-158. Li, H., Wang, Q., Steyger, P.S. 2011. Acoustic Trauma Increases Cochlear and Hair Cell Uptake of Gentamicin. Plos One. Vol. 6: 1-11. Moon, I.S, Park, S.Y., Park, H.J., Yang, H.S., Hong, S.J., Lee, W.S. 2011. Clinical Characteristics of Acoustic Trauma Caused by Gunshot Noise in Mass Rifle Drills without Ear Protection. Journal of Occupational and Environmental Hygiene. Vol. 8: 618-623. Mulders, W.H.A.M., Ding, D., Salvi, R., Robertson, D. 2011. Relationship Between Auditory Thresholds, Central Spontaneous Activity, and Hair Cell Loss After Acoustic Trauma. Journal of Comparative Neurology. Vol. 519: 2637-2647. Psillas, G., Pavlidis, P., Karvelis, I., Kekes, G., Vital, V., Constantinidis. 2008. Potential Efficacy of Early Treatment of Acute Acoustic Trauma with Steroids and Piracetam After Gunshot Noise. Eur Arch Otorhinolaryngol. Vol. 265: 1465-1469. Satriawan, R. 2003. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Universitas Islam Indonesia. Available at <http://medicine.uii.ac.id/index.php/Artikel/Gangguan-Pendengaran-Akibat-Bising.html> Diakses tanggal 26 November 2013. Sedjawidada, R. 2007. Trauma Akustik. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin. Soetirto, I. 2005. Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Stachler, R.J., Chandrasekhar, S.S., Archer, S.M., Rosenfeld M.R., Schwartz, S.R. 2012. Clinical Practice Guidline: Sudden Hearing Loss. American Academy of Otolaryology-Head and Neck Surgery Foundation. Available at <http://www.entnet.org/guide_lines/Sudden-Hearing-Loss.cfm> Diakses TERIMAKASIH