Anda di halaman 1dari 11

Pendahuluan

Trauma akustik terjadi di lingkungan pekerjaan


maupun rekreasi (Li, 2011).

Trauma akustik mempengaruhi saraf dan


menyebabkan tinnitus (Mulders, 2011).

Terdapat 15.000 kasus di dunia dan mengenai 4 hingga 20


orang dari 100.000 populasi dengan 4000 kasus baru (Stacler,
2012).

Suara dengan volume tinggi memungkinkan terjadinya


gangguan pendengaran (Budiyanto, 2003).
Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Trauma akustik akut adalah kerusakan sistem
pendengaran akibat suara dengan volume tinggi &
mendadak seperti ledakan hebat, dentuman, atau
suara tembakan senjata api ≥ 1x (Ballenger, 2007).

B. Etiologi dan Predisposisi


Terjadi akibat paparan mendadak terhadap
bentuk energi akustik yang kuat dan tiba-tiba
(Ballenger, 2007). Predisposisi pada pekerja industri,
orang yang mendengar ledakan bom, petasan,
tembakan, maupun konser musik (Tomita, 2004).
Tinjauan Pustaka
C. Epidemiologi
Prevalensi trauma akustik akut tinggi pada
angkatan bersenjata tentara militer sebesar 28%
personel Infantri Angkatan Darat Inggris di tahun
1998 mengalami trauma akustik akibat ledakan
senjata, hal itu juga terjadi pada sepertiga
tentara militer Norwegia. Penelitian di Makassar
pada tahun 2001 pada anggota Brimob, siswa
Sekolah Polisi Negara dan anggota Poltabes
didapatkan kejadian 16,67 % (Budiyanto, 2003).
D. Patogenesis
Patofisiologi

Trauma Akustik Akut


1. Proses mekanik
a) Cairan dalam koklea  robek membran reissner 
cairan perilimfe dan endolimfe tercampur  rusak
sel-sel rambut
b) Pergerakan membrana basiler  organ corti rusak
 cairan perilimfe dan endolimfe tercampur 
rusak sel-sel rambut
c) Pergerakan cairan dalam coclea secara langsung
juga dapat merusak sel-sel rambut
2. Proses metabolik
a) Vasikulasi dan vakuolisasi pada RE sel-sel rambut
dan pembengkakan mitokondria  rusak
membrana sel dan sel-sel rambut
b) Gangguan sistem enzim  sel-sel
rambut hilang
c) Cedera pada vaskularisasi stria 
gangguan konsentrasi ion
d) Sel rambut luar terstimulasi oleh bising
 butuh banyak energi  rentan cedera
atau iskemik
e) Adanya interaksi sinergistik antara bising
dengan zat ototoksik
E. Penegakan Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis

Onset tiba-tiba, paparan audiometri nada murni


bising dengan suara didapatkan tuli sensorineural
keras pada frekuensi antara 3000-6000
Hz dan pada frekuensi 4000 Hz
sering terdapat notch (takik) yang
Pemeriksaan Fisik patognomonik untuk jenis
ketulian akibat taruma akustik
Garpu tala menunjukan tuli (Sedjawidada, 2007).
sensorineural.
Tes Rinne positif,
Tes weber lateralisasi ke arah
telinga sehat,
Tes schwabah memendek Baku emas
Pemeriksaan
penegakan
audiometri
diagnosis
F. Penatalaksanaan
Farmakologi Non Farmakologi

1. Obat golongan steroid 1. Penggunaan alat bantu dengar


(Prednisolon) (Agung, 2006)
dikombinasikan dengan 2. Tirah baring (Soetirto, 2005)
piracetam (Psillas, 2008) 3. Diiet rendah garam rendah
2. Pemberian vasodilatasi kolesterol (Soetirto, 2005)
disertai pemberian tablet 4. Inhalasi oksigen jika perlu
complamin (Soetirto, 2005) 5. Pencegahan dengan memakai
3. Vitamin C (Soetirto, 2005) alat pelindung bising seperti
4. Neurobion (Soetirto, 2005) sumbat telinga, tutup telinga,
5. Tindakan implan koklea jika dan pelindung kepala
perlu
Kesimpulan
• Trauma akustik akut adalah kerusakan sistem
pendengaran akibat suara dengan volume tinggi dan
mendadak seperti ledakan hebat, dentuman, atau suara
tembakan senjata api.
• Ketulian pada trauma akustik akut disebabkan karena
paparan mendadak terhadap bentuk energi akustik yang
kuat dan tiba-tiba.
• Baku emas penegakan diagnosis trauma akustik akut
adalah berdasarkan hasil pemeriksaan audiometri.
• Penatalaksanaan trauma akustik akut berdasarkan
farmakologi menggunakan steroid dan non farmakologi
menggunakan alat bantu dengar.
Daftar Pustaka
 Agung. 2006. Tuli akibat Bising. dalam: Kumpulan Naskah Ilmiah PERHATI. Medan. USU Repository.
 Ballenger, J.J. 2007. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jakarta: Binarupa
Aksara.
 Budiyanto, A. 2003. Trauma AKustik Akibat Latihan Menembak pada Taruna Akademi Kepolisian
Semarang. [Thesis]. Program Pendidikan Dokter Spesialis. Universitas Diponegoro, Semarang. 30 hal.
(Dipublikasikan).
 Kersebaum, O. 1998. Acute Acoustic Trauma - It’s Features and Management. J R Army Med Corps.
Vol. 144: 156-158.
 Li, H., Wang, Q., Steyger, P.S. 2011. Acoustic Trauma Increases Cochlear and Hair Cell Uptake of
Gentamicin. Plos One. Vol. 6: 1-11.
 Moon, I.S, Park, S.Y., Park, H.J., Yang, H.S., Hong, S.J., Lee, W.S. 2011. Clinical Characteristics of
Acoustic Trauma Caused by Gunshot Noise in Mass Rifle Drills without Ear Protection. Journal of
Occupational and Environmental Hygiene. Vol. 8: 618-623.
 Mulders, W.H.A.M., Ding, D., Salvi, R., Robertson, D. 2011. Relationship Between Auditory
Thresholds, Central Spontaneous Activity, and Hair Cell Loss After Acoustic Trauma. Journal of
Comparative Neurology. Vol. 519: 2637-2647.
 Psillas, G., Pavlidis, P., Karvelis, I., Kekes, G., Vital, V., Constantinidis. 2008. Potential Efficacy of Early
Treatment of Acute Acoustic Trauma with Steroids and Piracetam After Gunshot Noise. Eur Arch
Otorhinolaryngol. Vol. 265: 1465-1469.
 Satriawan, R. 2003. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Universitas Islam Indonesia. Available at
<http://medicine.uii.ac.id/index.php/Artikel/Gangguan-Pendengaran-Akibat-Bising.html> Diakses
tanggal 26 November 2013.
 Sedjawidada, R. 2007. Trauma Akustik. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin.
 Soetirto, I. 2005. Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
 Stachler, R.J., Chandrasekhar, S.S., Archer, S.M., Rosenfeld M.R., Schwartz, S.R. 2012. Clinical Practice
Guidline: Sudden Hearing Loss. American Academy of Otolaryology-Head and Neck Surgery
Foundation. Available at <http://www.entnet.org/guide_lines/Sudden-Hearing-Loss.cfm> Diakses
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai