Anda di halaman 1dari 24

RHINITIS ALERGI

Definisi
Rinitis alergi adalah suatu peradangan pada
mukosa hidung setelah terpapar alergen yang
diperantarai oleh IgE.
Ditandai dengan gejala-gejala hidung yaitu rinore
(hidung beringus yang encer dan banyak), bersin-
bersin, hidung tersumbat, hidung gatal, mengorok,
dan juga terkadang disertai gatal di langit-langit,
faring, mata, dan telinga, mata kemerahan dan
berair.
KLASIFIKASI
PATOGENESIS
Penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan
diikuti dengan reaksi alergi.

Reaksi alergi terdiri dari 2 fase :


• immediate phase allergic reaction/ reaksi alergi fase cepat (RAFC)
Berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam
setelahnya. Munculnya segera dalam 5-30 menit, setelah terpapar
dengan alergen spesifik
• Late phase allergic reaction/ reaksi alergi fase lambat (RAFL)
berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktifitas)
setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai 24-48 jam. Muncul
dalam 2-8 jam setelah terpapar alergen tanpa pemaparan tambahan.
Penegakan Diagnosa
A.
Anamnesis
• Serangan bersin berulang
• Rinore encer dan banyak
• Hidung tersumbat
• Hidung dan mata gatal & kadang
disertai lakrimasi
• Memburuk pada pagi hari-siang hari dan
membaik saat malam hari.
Penegakan Diagnosa
A.
Anamnesis
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its
Impact on Asthma) tahun 2008, terdapat 2 atau
lebih gejala seperti adanya
• ingus encer dan berair,
• bersin-bersin biasanya pada pagi hari,
• hidung tersumbat dan hidung gatal,
• mata merah serta berair lebih dari 1 jam sehari
selama berhari-hari.
Penegakan Diagnosa
A.
• Riwayat atopi pada keluarga serta manifestasi penyakit
Anamnesis
alergi lain sebelum atau bersamaan dengan rinitis :
asma bronkial, dermatitis atopi, urtikaria dan alergi
terhadap makananan.
• Keadaan lingkungan : apakah kualitas udara dan sistem
ventilasi dirumah maupun lingkungan kerja baik.
• Adanya keadaan hiperaktivitas hidung terhadap iritan
non spesifik : Asap rokok, udara dingin, bau
merangsang seperti bau parfum, masakan dan polutan
juga dapat memicu serta memperberat rinitis.
Penegakan Diagnosa
A. Pemeriksaan
isik
Rinoskopi anterior :
Mukosa edema/hipertrofi, basah, livid, sekret encer.
Gejala persisten : mukosa inferior tampak hipertrofi.

Pada Anak
facial :allergic shinner
allergic salute
allergic crease
facies adenoid
geographic tongue
allergic shinner : Bayangan atau
lingkaran gelap didaerah bawah mata.
allergic salute : Sering menggosok
hidung pada saat hidung terasa gatal.
allergic crease : Timbulnya garis
melintang pada daerah dorsum nasi
bagian sepertiga bawah.
facies adenoid : Mulut sering terbuka
dengan lengkung langit-langit yang
tinggi.
geographic tongue : Lidah tampak
seperti gambaran peta.
Pemeriksaan Penunjang

IN VITRO IN VIVO

Hitung eosinofil, Ig E total,


RAST (Radio Immuno Sorbent
Test), ELISA(Enzyme Linked Skin prick test / Skin test
Immuno Sorbent Essay),
pemeriksaan sitologi

Hitung Eosinofil : Normal / meningkat (N:350sel)


IgE total : Normal kecuali memiliki lebih dari satu macam penyakit misalnya asma bronkial.
Pemeriksaan lebih bermakna adalah IgE spesifik dengan RAST atau ELISA.
Pemeriksaan sitologi hidung dari secret hidung/kerokan mukosa tidak dapat memastikan
diagnosa hanya sebagai pelengkap.
Ditemukan eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. Jika
basofil (>5 sel/lap) mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel PMN
(Polymorphonuclear neutrophilic leukocyte) menunjukan adanya infeksi bakteri.
Skin prick test
TERAPI MEDIKAMENTOSA

• Antihistamin
– Antagonis yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada
reseptor H-1
– Mengurangi gejala bersin, rinore, gatal
– Antihistamin ideal :
• Efek antikolinergik, antiadrenergik, antiserotonin (-)
• Tidak melewati SDO dan plasenta  efek samping SSP (-)
• Efek ke jantung (-)
• Absorbsi oral cepat, mula kerja cepat, masa kerja lama
TERAPI MEDIKAMENTOSA

– AH generasi I (klasik) :
• Lipofilik  menembus SDO 
efek pada SSP  sedasi, lemah,
dizzines, ganguan kognitif dan
penampilan
• Efek antikolinergik  mulut kering,
konstipasi hambatan miksi,
glaukoma
• Difenhidramin, klorfeniramin
maleat (CTM), hidroksisin,
klemastin, prometasin dan
siproheptadin.
TERAPI MEDIKAMENTOSA
– AH generasi II (non-sedatif)
• Lipofobikefek SSP minimal, efek antikolinergik(-)
• Kelompok I : terfenadin, astemisol  kardiotoksik,
ditarik dari peredaran.
• Kelompok II : loratadin, setirisin,
fexofenadin,desloratadin,levosetirizin.
AH topikal :
• Azelastin, levocabastin
• Untuk mengatasi gejala bersin dan gatal pada hidung
dan mata
TERAPI MEDIKAMENTOSA

• Kombinasi Antihistamin-Dekongestan
– Banyak digunakan
– Loratadin/feksofenadin/setirisin + pseudoefedrin 120 mg
• Ipratropium Bromida
– Topikal, antikolinergik
– Efektif mengatasi rinore yang refrakter terhadap
kortikosteroid topikal/antihistamin
– ES : iritasi hidung, krusta, epistaksis ringan
TERAPI MEDIKAMENTOSA
• Kortikosteroid
– Kortikosteroid topikal
• Pilihan pertama untuk rinitis alergi persisten sedang-berat  efek
antiinflamasi jangka panjang
• Mula kerja lambat (12 jam), efek maksimum beberapa hari sampai
minggu
• Budesonide, beklometason, fluticason,mometason furoat,
triamcinolon acetonide
• Dosis dws : 1 x II semprot/hr, anak 1 x I semprot /hr
– Kortikosteroid oral
• Terapi jangka pendek (3 – 5 hr). Dosis tinggi, tapp off
• Pada rinitis alergi berat yang refrakter
Efek kortikosteroid topikal
• Mengikat reseptor glukokortikoid di sitoplasma
• Menghambat transkripsi genetik
• Efek antiinflamasi :
– Menghambat uptake & pembentukan sel APC
– Me (-) jumlah eosinofil & mediator kimianya
– Me (-) influks sel inflamasi pd mukosa
– Me (-) pengeluaran pro-inflamasi mediator kimia &
hiperesponsif mukosa
– Menghambat sintesis & pengel.mediator kimia : histamin,
sitokin,leukotrien, kemokin
TERAPI LAINNYA
• Imunoterapi:
– Respon (-) terhadap terapi medikamentosa
– Penghindaran alergen tidak dapat dilakukan
– Terdapat efek samping dari pemakaian obat

• Operatif : konkotomi pada konka hipertrofi berat dan kauterisasi


sudah tidak menolong, sinusitis & polip nasi.

• Menghindari kontak dengan alergen penyebab.


Rhinitis Vasomotor
 Keadaan idopatik tanpa ada infeksi, alergi,
eosinofillia, perubahan hormonal dan pajanan
obat.
 Etiologi dan patofisologi :
1. Neurogenik
2. Neuropeptida
3. Nitrit oksida
4. Trauma
Rhinitis Vasomotor
 Gejala klinis :
- Hidung tersumbat bergantian kanan/kiri
- Rinore mukoid/ serosa
- Jarang disertai gejala mata
- Gejala dapat memburuk dipagi hari
 Berdasarkan gejala, dibagi dlm 3 kelompok :
1. Gol. Bersin (sneezers)
2. Gol. Rinore (runners))
3. Gol. Tersumbat (blockers)
Rhinitis Vasomotor
 Diagnosis :
- Rinoskopi anterior : edema mukosa hidung, konka merah
gelap, permukaan konka dapat licin/berbenjol-benjol,
terdapat sekresi mukoid biasanya sedikit, sekresi serosa
banyak (pada kel. Rinore)
- Uji lab. Untuk menyingkirkan rhinitis alergi (tes cukit kulit,
kadar IgE spesifik, eosinofil)
 Th/ :
- Menghindari stimulus
- Pengobatan simtomatis (dekongestan oral, lar. AgNO3 25%,
kortikosteroid topikal)
- operatif

Anda mungkin juga menyukai